ABSTRAK
ABSTRACT
Di dalam era globalisasi seperti sekarang ini, sektor industri pangan olahan
daging ayam maupun daging sapi dengan proses pembekuan memegang peran yang
penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam era persaingan industri pangan
olahan tersebut yang semakin kompetitif, industri ini dituntut untuk mengembangkan
mutu prosesnya. Untuk memenangkan persaingan pangsa pasar maka perusahaan tersebut
harus melakukan salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas proses produksi maupun
kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas suatu produk merupakan salah satu kriteria
yang menjadi pertimbangan pelanggan dalam memilih produk. Kualitas produk semata-
mata ditentukan oleh konsumen sehingga kepuasan konsumen hanya dapat dicapai
dengan memberikan kualitas yang baik. Kualitas produk dibangun perusahaan dengan
memperhatikan kebutuhan dan keinginan kostumer karena suatu pabrik indsutri tidak
akan eksis apabila produk yang dibuat atau dipesan tidak sesuai dengan keinginan
konsumen.
Standarisasi produk pada dasarnya telah ditentukan oleh perusahaan untuk
memuaskan para konsumen yang memesan produk. Namun di dalam proses produksi
masih sering terjadi ketidak sesuaian sehinggan mengakibakan produk yang dihasilkan
cacat (defect). Di PT. Petra Sejahtera Abadi sendiri produk cacat banyak disumbangkan
dari minimnya parameter pengendalian kualitas untuk mengurangi jumlah cacat produk
Nugget Mabell itu sendiri. Sehingga mengakibatkan jumlah jenis cacat bentuk, rasa, dan
tekstur Nugget Mabell yang paling dominan. Metode yang banyak digunakan dan cocok
untuk mengurangi jumlah cacat produk sosis adalah dengan menggunakan metode
Quality Control Circle (QCC), karena Quality Control Circle lebih memfokuskan pada
perbaikan (improving), menekan kesalahan, dan meminimalisir produk-produk yang
cacat. Dengan demikian metode Quality Control Circle (QCC) tepat digunakan
dalam penelitian ini.
A. Delapan Langkah Pemecahan Masalah dalam QCC
1. Menentukan pokok dari masalah biasanya mengacu pada aspek quality, safety,
maupun productivity. Dalam menentukan tema juga dapat dibantu oleh data yang
bisa berbentuk check sheet atau laporan harian.
2. Menetapkan Target, Target diperlukan sebagai tolak ukur keberhasilan QCC. Kita
dapat menetapkan target atas kesepakatan team.
3. Analisa Kondisi Yang Ada, Analisa kondisi diperlukan untuk mendapatkan
gambaran secara detail dari masalah. Kita dapat menggunakan Diagram Tulang
Ikan (Fishbone Diagram).
4. Menentukan Sebab Akibat, Data yang kita peroleh dalam analisis kondisi yang ada
(Fishbone Diagram).
5. Mengetahui akar permasalahan Maka perlu disusun suatu rencana penanggulangan
dan tindakan. evaluasi dari hasil lapangan harus dibuat secara jelas agar dapat
mudah dipahami.
6. Melaksanakan Tindakan, Dalam langkah ini barulah dilakukan proses
penanggulangan/tindakan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Perlu dicatat aktual perbandingan dengan rencana yang sudah dibuat.
Perbandingan diperlukan karena seringkali aktual prosesnya tidak sesuai dengan
rencana awal.
7. Memeriksa Hasil, Evaluasi atau memeriksa hasil dilakukan untuk membandingkan
antara target yang ditentukan dengan kondisi aktual yang didapatkan setelah
dilakukan tindakan penanggulangan.
8. Standarisasi dan Rencana Berikutnya, Ini merupakan langkah terakhir yaitu
dimana proses analisa yang dihasilkan jika memang dapat memberikan dilakukan
standarisasi agar perbaikan ini terus dilakukan secara terus – menerus dan
dilakukan dalam proses kerja yang sebenarnya, sehingga permasalahan yang sama
tidak terulang atau bisa diminimalkan.
B. Faktor penyebab masalah kualitas
1. Manpower (Tenaga Kerja) Kurangnya pengetahuan atau kurangnya keterampilan
dasar yang berkaitan dengan mental, fisik, kelelahan, ketidakpedulian, dan lain-
lain.
2. Machines (Mesin-Mesin)
Tidak adanya sistem perawatan preventif terhadap mesin-mesin produksi, termasuk
fasilitas dan peralatan lain yang tidak sesaui dengan spesifikasi tugasnya.
3. Methode (Metode Kerja)
Tidak adanya prosedur dan metode kerja yang benar, prosedur atau metode kerja
yang ada tidak jelas, atau tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya.
4. Materials (Bahan Baku)
Tidak adanya spesifikasi kualitas dari bahan baku tersebut yang akan digunakan
serta tidak adanya penanggungan yang baik terhadap bahan baku tersebut.
5. Media
Berhubungan dengan tempat kerja dan waktu kerja yang tidak memperhatikan
aspek-aspek kebersihan, kesehatan, keselamatan kerja, ventilasi atau penerangan
yang kurang.
6. Motivation (Motivasi)
Tidak adanya sikap kerja yang benar dan profesional (tidak ada kerja sama dalam
Tim), mungkin disebabkan karena adanya pemberian jasa yang tidak adil pada
tenaga kerja
7. Money (Keuangan)
Berkaitan dengan ketiadaan dukungan keuangan yang tidak memadai guna
memperlancar proyek peningkatan kualitas proyek yang diterapkan.
PDCA
Tahap Plan
-menentukan Analisa kondisi di lapangan
-penyebab reject dominan
Tahap Do
-membuat rencana perbaikan produk
-melaksanakan perbaikan produk
Tahap Check
-melakukan evaluasi hasil dari perbaikan
Tahap Action
-mengaplikasikan 8 langkah standarisasi
Kesimpulan
Selesai
(sumber: Pengolahan Sendiri)
Gambar 1. Alur Metode Penelitian
Siklus PDCA dalam kegiatan pengendalian kualitas dilakukan dengan
menggunakan prinsip Plan-Do-Check-Action. Pengendalian dimulai dari proses awal
hingga hasil akhir dan tindakan penanggulangan. Dan dikenal sebagai Siklus Desing.
Siklus Deming adalah model perbaikan berkesinambungan yang dikembangkan oleh
seorang pion ir TQM, yaitu Dr. W. Edwards Deming.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENERAPAN 8 LANGKAH QUALITY CONTROL CIRCLE (QCC)
Langkah-langkah penyelesaian masalah dalam penelitian ini adalah dengan
menerapkan 8 langkah QCC secara beruntun. Tindakan perbaikan akan diselesaikan
dalam jangka waktu 3 bulan yaitu dari bulan oktober 2018 sampai dengan bulan
Desember 2018 diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Setelah rencana kegiatan disusun maka akan segera dilaksanakan langkah-langkah
tindakan perbaikan Quality Control Circle (QCC), langkah-langkah tersebut terdiri dari
delapan langkah tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan secara berurutan dimulai
dengan langkah yang pertama hingga dengan langkah yang paling akhir. Delapan langkah
tersebut antara lain:
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa total produksi dari 9 Januari hingga 20 Januari
2022 sebesar 103.000 nugget mabell, total defect pada tekstur sebesar 3764, jenisdefect
pada rasa sebesar 3723, dan jenis cacat bentuk tidak sesuai/patah 3715, Total cacat
produksi nugget mabell dari 9 Januari hingga 20 Januari 2022 yaitu sebesar 11202 nugget
mabell. Tujuan utama dari peta kendali adalah untuk mencegah terjadinya cacat.
Pada proses Peta kendali yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis peta
kendali atribut untuk defective atau cacat. Peta kendali yang digunakan pada penilitan ini
adalah peta kendali 𝑝, karena data yang didapatkan memiliki nilai jumlah 𝑛 yang tidak
konstan
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Diagram Pareto
100% 1600
90% 1400
80%
1200
70%
60% 1000
50% 800
40% 600
30%
400
20%
10% 200
0% 0
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Selasa Rabu Kamis Jumat
3. Menentukan penyebab
Proses selanjutnya adalah mencari penyebab akar dari masalah menggunakan
diagram fishbone. Diagram fishbone adalah metode terstruktur yang mengunakan analisis
lebih tepat pada masalah tersebut untuk mengetahui penyebab dari masalah. Diagram
fishbone adalah diagram yang menunjukkan hubungan sebab akibat dan dapat digunakan
untuk menemukan atau menganalisis penyebab suatu masalah sehingga dapat
diselesaikan dengan lebih mudah Diagram fishbone dapat menganalisis penyebab
masalah hingga mendapatkan akar permasalahan tersebut sehingga cocok digunakan
sebagai alat analisis penyebab masalah. Pada penelitian ini, dilakukan analisa pencarian
akar masalah untuk seluruh jenis cacat yang dihasilkan pada proses produksi nugget
mabell Diagram fishbone untuk mengetahui dimana dan bagaimana produk tersebut bisa
mengalami cacat pada bagian tekstur yang terlalu lembek atau tidak matang, nugget yang
tidak sesuai bentuknya atau patah dan nugget yang pada rasanya tidak konsisten dan tidak
sesuai.
(Sumber: pengolahan sendiri)
Gambar 5. Diagram Fishbone Tekstur
Nugget mabell yang mengalami defect pada bagian tekstur, rasa dan bentuk disebabkan
oleh empat faktor, yaitu metode, mesin, manusia, dan material. Faktor metode disebabkan
oleh operator yang tidak menjalan IK dengan baik. Faktor mesin disebabkan oleh mesin
yang tidak bekerja secara maksimal dan jarang di lakukan check/perbaikan. Faktor
manusia disebabkan oleh operator yang mengesamping kan kualitas karna di kejar oleh
target. material disebabkan oleh premix yang pada gramasinya tidak pernah konsisten dan
berubah ubah sehingga pada spec tidak sesuai. Langkah selanjutnya yaitu menyusun
rencana perbaikan dan mengembangkan penanggulangan dengan menggunakan 5W+1H.
Seperti pada Tabel 3 merupakan rencana perbaikan yang dihasilkan dari analisis 5W+1H.
Berdasarkan Tabel 3, didapatkan beberapa faktor faktor yang menyebabkan terjadinya
defect pada nugget mabell yang selanjutnya akan dilakukan perbaikan terhadap produk.
Faktor-faktor tersebut yaitu kurang kejelasan pada SOP, operator mengesampingkan
kualitas, mesin frying tidak bekerja secara maksimal, bahan baku/premix nugget tidak
konsisten pada gramasinya.
6. Melakukan perbaikan
Proses perbaikan dilaksanakan sesuai dengan rencana perbaikan yang telah
ditetapkan. Pelaksanaan akan dilakukan secara efektif dan efisien, akan dipantau agar
semua terlaksana dan selesai pada waktu yang telah ditetapkan. Pelaksanaan perbaikan ini
perlu dicatat dari hasil data actual di lapangan dan di cocokan dengan rencana yang
dibuat. Perbandingan diperlukan karena seringkali actual proses tidak sesuai dengan
rencana awal yang telah disepakati dilakukan pengechekan pada checksheet untuk
melihat hasil dari proses tersebut apakah berhasil atau gagal setelah dilakukan perbaikan.
7. Hasil evaluasi perbaikan pada produk nugget mabell
Tahap evaluasi dilakukan setelah dilakukan tahapan perbaikan di mana pada
tahap perbaikan ini dilakukan implementasi dari diagram tulang ikan yang telah
diidentifikasi akar permasalahannya. Tahapan evaluasi ini dilakukan pengecekan kembali
dari hasil tahapan perbaikan, apakah perbaikan yang dilakukan dapat mengurangi tingkat
kecacatan yang terjadi. Tabel 4 menampilkan check sheet setelah perbaikan.
Table 4. laporan checksheet setelah perbaikan
Berdasarkan Tabel 4, didapatkan total produksi mulai dari 02 Juni 2022 hingga
14 Juni 2022 yaitu sebesar 2739 nugget mabell. Dapat diketahui juga total cacat nugget
mabell dengan jenis defect tekstur sebesar 949, jenis defect rasa sebesar 881 dan jenis
defect bentuk tidak sesuai/patah sebesar 909, Total cacat produksi nugget mabell dari 02
Juni 2022 hingga 14 Juni 2022 yaitu sebesar 2739 nugget mabell. mengilustrasikan peta
kendali 𝑝, histogram dan diagram Pareto Berdasarkan ketiga gambar tersebut, dapat
dilihat dengan dilakukannya perbaikan, cacat yang terjadi dapat berkurang, yang kurang
cukup signifikan pada nugget mabell jenis bentuk memiliki penurunan persen cacat
paling tinggi yaitu sebesar 2,77% sedangkan defect jenis tekstur memiliki penurunan
persen cacat paling rendah yaitu sebesar 2.62% dan untuk defect jenis bentuk nugget
mabell yang tidak sesuai mengalami penurunan 2.69% Berikut ini merupakan tabel hasil
evaluasi perbaikan yang diperoleh.
Diagram Pareto
100% 320
90% 315
80% 310
70% 305
60%
300
50%
295
40%
30% 290
20% 285
10% 280
0% 275
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Senin Selasa Rabu Kamis