Anda di halaman 1dari 13

Jl.

Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat


Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Tahapan Pengendalian Kualitas

Untuk memperoleh hasil pengendalian kualitas yang efektif, maka

pengendalian terhadap kualitas suatu produk dapat dilaksanakan dengan

menggunakan teknik-teknik pengendalian kualitas, karena tidak semua

hasil produksi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut

Suyadi Prawirosentono (2007:72), terdapat beberapa standar kualitas yang

bias ditentukan oleh perusahaan dalam upaya menjaga output barang hasil

produksi diantaranya:

a. Standar kualitas bahan baku yang akan digunakan.

b. Standar kualitas proses produksi (mesin dan tenaga kerja yang

melaksanakannya).

c. Standar kualitas barang setengah jadi.

d. Standar kualitas barang jadi.

e. Standar administrasi, pengepakan dan pengiriman produk akhir

tersebut sampai ke tangan konsumen.

5
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

Sedangkan Sofjan Assauri (1998:210) menyatakan bahwa tahapan

pengendalian/ pengawasan kualitas terdiri dari 2 (dua) tingkatan antara

lain:

a. Pengawasan selama pengolahan (proses)

Yaitu dengan mengambil contoh atau sampel produk pada jarak

waktu yang sama, dan dilanjutkan dengan pengecekan statistik untuk

melihat apakah proses dimulai dengan baik atau tidak. Apabila

mulainya salah, maka keterangan kesalahan ini dapat diteruskan

kepada pelaksana semula untuk penyesuaian kembali. Pengawasan

yang dilakukan hanya terhadap sebagian dari proses, mungkin tidak

ada artinya bila tidak diikuti dengan pengawasan pada bagian lain.

Pengawasan terhadap proses ini termasuk pengawasan atas bahan-

bahan yang akan digunakan untuk proses.

b. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan

Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-

tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada

hasil yang rusak atau kurang baik ataupun tercampur dengan hasil

yang baik. Untuk menjaga supaya hasil barang yang cukup baik atau

paling sedikit rusaknya, tidak keluar atau lolos dari pabrik sampai ke

konsumen/ pembeli, maka diperlukan adanya pengawasan atas produk

akhir.

6
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

2. Faktor-faktor Pengendalian Kualitas


Menurut Douglas C.Montgomery (2001:26) dan berdasarkan literature

lain menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian

kualitas yang dilakukan perusahaan adalah :

a. Kemampuan proses
Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan

kemempuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu

proses dalam batasbatas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan

proses yang ada.

b. Spesifikasi yang berlaku

Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila

ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan

konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal

ini haruslah dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat

berlaku dari kedua segi yang telah disebutkan diatas sebelum

pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai.

c. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima

Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi

produk yang ada dibawah standar seminimal mungkin. Tingkat

pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk

yang berada dibawah standar yang dapat diterima.

7
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

d. Biaya kualitas

Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas

dalam menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai

hubungan yang positif dengan terciptanya produk yang berkualitas.

1. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)

2. Biaya Deteksi / Penilaian ( Detection / Appraisal Cost )

3. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Cost)

4. Biaya Kegagalan Eksternal (Eksternal Failure Cost)

3. Langkah-langkah Pengendalian Kualitas


Pengendalian kualitas harus dilakukan melaului proses yang terus-

menerus dan berkesinambungan. Proses pengendalian kualitas tersebut

dapat dilakukan salah satunya dengan melalui penerapan PDCA (paln – do

– check action) yang diperkenalkan oleh Dr. W. Edwards Deming, seorang

pakar kualitas ternama berkebangsaan Amerika Serikat, sehingga siklus ini

disebut siklus deming (Deming Cycle/ Deming Wheel). Siklus PDCA

umumnya digunakan untuk mengetes dan mengimplementasikan

perubahan-perubahan untuk memperbaiki kinerja produk, proses atau

suatu sistem di masa yang akan datang.

Penjelasan dari tahap-tahap dalam siklus PDCA adalah sebagai berikut

(M. N. Nasution, 2005:32):

6
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

a. Mengembangkan rencana (Plan)

Merencanakan spesifikasi, menetapkan spesifikasi atau standar kualitas

yang baik, memberi pengertian kepada bawahan akan pentingnya

kualitas produk, pengendalian kualitas dilakukan secara terus-menerus

dan berkesinambungan.

b. Melaksanakan rencana (Do)

Rencana yang telah disusun diimplementasikan secara bertahap, mulai

dari skala kecil dan pembagian tugas secara merata sesuai dengan

kapasitas dan kemampuan dari setiap personil. Selama dalam

melaksanakan rencana harus dilakukan pengendalian, yaitu

mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan dengan sebaik

mungkin agar sasaran dapat tercapai.

c. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (Check)

Memeriksa atau meneliti merujuk pada penetapan apakah

pelaksanaannya berada dalam jalur, sesuai dengan rencana dan

memantau kemajuan perbaikan yang direncanakan. Membandingkan

kualitas hasil produksi dengan standar yang telah ditetapkan,

berdasarkan penelitian diperoleh data kegagalan dan kemudian ditelaah

penyebab kegagalannya.

d. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (Action)

7
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil

analisis di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur

baru guna menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau

menetapkan sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.

Untuk melaksanakan pengendalian kualitas, terlebih dahulu perlu

dipahami beberapa langkah dalam melaksanakan pengendalian kualitas.

Menurut Roger G. Schroeder (2007:173) untuk mengimplementasikan

perencanaan, pengendalian dan pengembangan kualitas diperlukan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mendefinisikan karakteristik (atribut) kualitas.

b. Menentukan bagaimana cara mengukur setiap karakteistik.

c. Menetapkan standar kualitas.

d. Menetapkan program inspeksi.

e. Mencari dan memperbaiki penyebab kualitas yang rendah.

f. Terus-menerus melakukan perbaikan.

4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel


a. Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan meliputi 3 (tiga)

tahapan, yaitu:

6
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

1. Pengendalian terhadap bahan baku.

2. Pengendalian terhadap proses produksi yang sedang berjalan.

3. Pengendalian terhadap produk jadi sebelum pengepakan.

Perusahaan menggunakan istilah broken untuk menyebutkan

kerusakan terhadap produk yang rusak.

b. Pengukuran Kualitas Secara Riil

Adapun perusahaan menggunakan lima karakteristik produk yang

dianggap broken yaitu :

1. Komponen patah

2. Komponen menyusut/ kempes

3. Pinhole/ cocoh

4. Warna tidak kontras/ tidak sesuai standarnya.

5. Salah konstruksi

6. Ukuran komponen tidak sesuai

Broken yang terjadi pada satu item barang dimungkinkan terdapat

tidak hanya satu jenis kerusakan (broken), akan tetapi bisa lebih dari

satu macam. Oleh karena itu semua jenis broken harus dicatat didalam

label masing-masing barang.

7
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

5. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua data dari hasil produksi

jenis furnitur yang mengalami broken (rusak) selama proses produksi

pada PT. Albata Semarang yang tidak diketahui jumlahnya. Sedangkan

sampel yang diambil adalah data kerusakan hasil peroduksi selama 3

bulan dari pengamatan kualitas oleh Bagian Quality Control Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu

suatu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan

tertentu. Adapun pertimbangan pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah furniture yang ditemukan mengalami broken

dan terdata oleh bagian Quality Control selama bulan 62 hari produksi

yaitu selama Januari - Maret 2011. Hal dilakukan dengan alasan produk

belum sampai ketangan konsumen.

6
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

B. Kerangka Berpikir

Masalah : C.
D.

E.

F.

G.

Data :

Pengolahan data :

Analisis :

Hasil yang diharapkan :

7
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

C. Penelitian Yang Relevan


1. Darsono. “ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI

DALAM UPAYA MENGENDALIKAN TINGKAT KERUSAKAN

PRODUK”. JURNAL EKONOMI–MANAJEMEN–AKUNTANSI No.

35 / Th.XX / Oktober 2013, ISSN:0853-8778.

Tingkat kerusakan / broken rata – rata hasil produksi pada PT. Albata

Semarang selama bulan Januari – Maret 2011 sebesar 1.80 % , tingkat

kerusakan tersebut tidak melampui standar yang ditetapkan perusahaan

yaitu sebesar 2 % dari total volume produksi . Berarti hipotesis 1 (H1)

bahwa tingkat kerusakan produk yang terjadi dalam proses produksi

melampaui batas standar tidak terbukti. Hasil uji mean ditunjukkan nilai t

hitung =31,400 > t tabel = 2,00 dan sig. = 0,000 < α =0,05, dengan

demikian rata-rata (mean) sebesar 1,806 adalah signifikan. Kesimpulan

hipotesis 2 (H2) bahwa tingkat kerusakan produk yang terjadi bersifat

signifikan mempengaruhi proses produksi tidak terbukti. Pareto Chart

menunjukkan bahwa jenis broken yang sering terjadi adalah rusak karena

warna tidak sesuai, selanjutnya karena komponen pecah/patah, salah

pengamplasan dan salah router. Hipotesis 3 (H3) bahwa jenis kerusakan

yang terjadi pada produk dalam proses produksi yaitu warna tidak sesuai,

komponen pecah, salah amplas dan salah router terbukti. Melalui aktivitas

6
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

pengendalian kualitas secara berlapis dapat menekan tingkat kerusakan

hasil produksi dan mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan.

Hipotesis 4 (H4) bahwa penerapan metode pengecekan ganda / berlapis

dalam mengendalikan kualitas produk dan menekan terjadinya kerusakan

produk terbukti.

7
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

2. Sarimonang Sihombing, Darna Sitanggang. “ANALISIS DESAIN

PRODUK DAN JASA”. JRAK – Vol. 4 No. 2, September 2018 Analisis

Desain Produk dan Jasa, ISSN : 2443 - 1079.

Dasar keberadaan organisasi adalah produk (barang atau jasa) yang

disajikan ke masyarakat . Pembuatan barang atau jasa harus selalu

disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pasar yang selalu berubah,

pasar harus selalu menjadi fokus perhatian dalam setiap kegiatan operasi.

Untuk itu dituntut kemampuan perusahaan secara terus menerus

menemukan produk baru untuk didesain, dikembangkan dan dipasarkan.

Produk baru, bisa berupa produk baru bagi dunia, lini produk baru,

tambahan pada lini produk yang sudah ada, revisi atas produk yang sudah

ada, penempatan kembali dan penekanan biaya. Secara garis besar siklus

kehidupan produk dibagi menjadi empat tahapan, yaitu: tahapan perkenalan

(Introduction), tahapan pertumbuhan (Growth), tahapan kejenuhan

(Maturity) dan tahapan penurunan (Decline). Langkah-langkah dalam

pengembangan produk terdiri dari pemilihan produk, rancangan awal,

konstruksi prototype, testing dan final desain.Dalam merancang jasa,

manajemen harus secara seksama membaca harapanharapan

pelanggan.Kunci dari desain produk jasa adalah mendefinisikan secara

tepat barang-barang yang terikat dalam jasa . Suatu campuran yang tepat

dari ketiga komponen tersebut harus disampaikan. Tetapi tidak cukup

6
Jl. Raya Kebon Sirih, Jakarta Pusat
Telp (021) 12312355, Fax (0127) 198263
Fajarterangmfg@gmail.com

mendefinisikan ciri-ciri barang jasa dalam istilah yang umum/luas, standar-

standar juga harus ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai