Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pembangunan infrastrukur merupakan salah satu contoh

perkembangan ibukota saat ini, baik itu pembangunan jalan tol gedung

bertingkat, serta pembangunan infrastruktur lainnya. Semua dilakukan

bertujuan meningkatkan taraf hidup serta perkembangan dunia yang telah

maju dan modern.

PT SCG Readymix Indonesia telah berpengalaman di industri

konstruksi Indonesia lebih dari 40 tahun. We Deliver Concrete Solutions,

merupakan komitmen kami untuk memberikan solusi-solusi pengecoran

yang tepat juga nyata sesuai kebutuhan proyek. Jayamix by SCG

mengakomodasi kebutuhan beton siap pakai (readymix) dan Beton Instan

ke pembangunan rumah tinggal, gedung perkantoran, hingga infrastruktur

dengan lebih dari 50 batching plant dan 600 truk mixer yang tersebar

dipenjuru kota di Indonesia. PT SCG dipercaya untuk mensuplai beton

kepada perusahaan PT Iroda Mitra untuk pembangunan proyek LRT

JABODEBEK, namun di sela-sela pengiriman terdapat beberapa concrete

beton yang reject atau tidak sesuai permintaan. Ada beberapa concrete

beton yang harus di kembalikan ke plant karena concrete beton tidak sesuai

seperti slump beton yang tidak sesuai, struktur beton yang terpisah dengan

air dan krikil, dan suhu beton yang tidak sesuai standar.

1
2

Berdasarkan permasalahan diatas maka metode penelitian yang

akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang

menyebabkan concrete beton harus di reject dan cara penanganannya

untuk itu penelitian ini di beri judul “ANALISIS PENGENDALIAN

KUALITAS CONCRETE BETON DENGAN METODE TAGUCI

GUNA MEMINIMALISIR KERUSAKAN CONCRETE BETON DI

PT. SCG”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan reject pada produksi

concrete beton?

b. Bagaimana Penerapan metode taguci dalam proses untuk

memperkecil kerusakan atau reject terhadap beton.

c. Bagaimana cara menganalisis mutu dalam metode taguci dalam

memproduksi concrete beton ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalaah :

a. Mengetahui faktor-faktor dari kecacatan pada concrete beton

b. Penerapan metode taguci untuk meningkatkan kualitas concrete

beton

c. Menganalisis efektifitas metode taguci


3

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini antara lain :

a. Dapat mengurangi jumlah reject pada proses produksi yang

dilakukan, sehingga memberikan nilai tambah bagi

perusahaan.

b. Meningkatkan kualitas hasil produksi.

c. Meningkatkan efisiensi waktu proses produksi.

d. Meningkatkan keuntungan perusahaan

1.5 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang luas agar suatu permasalahan

yang dikemukakan diatas tidak menjauh dari arti yang dimaksud dalam

pembahasan masalah ini. Maka ada batasan-batasan yang telah ditetapkan, yaitu:

a. Penelitian dilakukan di PT. JR yang berlokasi di Jl. DI. Pajaitan,

Cipinang Besar, Jakarta Timur. Penelitian hanya dilakukan

dibagian produksi bacing plant divisi pensuplaian

b. Analisis hanya menggunakan pendekatan metode taguci dengan

langkah-langkah orthogologi array pada proses produksi concrete

beton

c. Pengambilan data pengamatan terhitung pada periode 1 Januari

sampai 31 Maret 2020

d. Tidak membahas kalkulasi biaya yang dilakukan akibat dari

pengendalian kualitas penerapan metode taguci.


4

1.6 Sistematika Penulisan

Sebagai panduan bagi pembaca, berikut ini penulis menyajikan

sistematika penulisan secara garis besar.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara singkat latar belakang masalah yang membahas

mengenai gambaran permasalahan, yaitu banyaknya jumlah reject yang

dihasilkan, rumusan masalah yang membahas mengenai identifikasi

permasalahan, batasan masalah yang membahas mengenai ruang lingkup

permasalahan, tujuan dan juga manfaat studi yang dilakukan dan diperoleh

dari penyusunan tugas akhir ini, dan sistimatika penulisan yang berisi

tahapan yang ada dalam penulisan tugas akhir ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjabarkan tentang teori-teori yang mendukung dalam system

pembahasan, antara lain : teori mengenai kualitas, metode taguci.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menguraikan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah penelitian

dengan tahapan-tahapan metode yang ditentukan dari awal hingga akhir

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian pada perusahaan meliputi :

pengumpulan data yang diperoleh dan diteruskan pada pengolahan data

dengan menggunakan metode Taguci


5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan atas analisa dari hasil pengolahan data yang

telah dilakukan. Kesimpulan ini akan menjawab tujuan penelitian. Selain itu

juga berisi saran penelitian sehingga diharapkan dapat dilanjutkan untuk

penelitian yang akan datang.


BAB II

LANDASAN

TEORI

2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas adalah suatu sistem dan kegiatan yang dilakukan

untuk menjamin suatu tingkat atau standar kualitas mutu tertentu sesuai dengan

spesifikasi yang direncanakan mulai dari kualitas bahan, kualitas proses produksi,

kualitas pengolahan barang setengah jadi dan barang jadi sampai standar

pengiriman ke konsumen agar produk yang dihasilkan menjadi efektif dan efisien.

Pengendalian kualitas merupakan proses yang digunakan untuk menjamin

tingkat kualitas dalam produk atau jasa. Pengendalian kualitas adalah suatu teknik

dan aktivitas/ tindakan yang terencana yang dilakukan untuk mencapai,

mempertahankan dan meningkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen.

Pengendalian kualitas bukan hanya digunakan untuk mendeteksi kerusakan

produk pada suatu rangkaian produksi, tetapi juga dapat menekan seminimal

mungkin kerusakan tersebut. Dengan melakukan pengendalian kualitas,

diharapkan produk akan terkendali sehingga manajer operasi dapat mengetahui

penyebab dan dengan segera dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dan

dengan begitu juga sekaligus mempertahankan kualitas produk yang

dihasilkannya.

Berikut definisi dan pengertian pengendalian kualitas dari beberapa sumber buku:
6
7

a. Menurut Assauri (2004), pengendalian kualitas adalah kegiatan yang

dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang

dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan dan apabila terjadi

penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi sehingga

apa yang diharapkan dapat tercapai.

b. Menurut Ginting (2007), pengendalian kualitas adalah suatu sistem

verifikasi dan penjagaan atau pengawasan dari suatu tingkat atau

derajat kualitas produk atau proses yang dikehendaki dengan

perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai, inspeksi

yang terus menerus serta tindakan korektif bilamana diperlukan.

2.1.1 Tujuan dan Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas bertujuan untuk mendapatkan jaminan bahwa

kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang

telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah

mungkin. Menurut Assauri (2004), tujuan pengendalian kualitas adalah:

a. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah

ditetapkan.

b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

c. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan

menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

d. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.


8

Tujuan pengendalian kualitas adalah untuk mengetahui sampai sejauh

mana proses dan hasil produk atau jasa yang dibuat sesuai dengan standar yang

ditetapkan perusahaan. Menurut Yamit (2002), terdapat beberapa tujuan

pengendalian kualitas, yaitu:

a. Menekan atau mengurangi volume kesalahan dan perbaikan.

b. Menjaga atau menaikkan kualitas sesuai standar.

c. Mengurangi keluhan atau penolakan konsumen.

d. Memungkinkan pengkelasan output (ouput grading).

e. Menaikkan atau menjaga company image.

2.1.2 Langkah–langkah Pengendalian Kualitas

Wulandari dan Amelia (2012), pengendalian kualitas harus dilakukan

melalui proses yang terus-menerus dan berkesinambungan. Proses pengendalian

kualitas tersebut dapat dilakukan melalui proses PDCA (Plan, Do, Check, Action)

yang dikenalkan oleh Edwards Deming, seorang pakar kualitas ternama yang

kemudian disebut dengan Siklus Deming (Deming Cycle). Siklus PDCA

umumnya digunakan untuk mengetes dan mengimplementasikan perubahan-

perubahan untuk memperbaiki kinerja produk, proses atau suatu sistem di masa

yang akan datang. Adapun Penjelasan dari tahap-tahap dalam siklus PDCAadalah

sebagai berikut:

a. Mengembangkan rencana (Plan). Merencanakan spesifikasi,

menetapkan spesifikasi atau standar kualitas yang baik, memberi

pengertian kepada bawahan akan pentingnya kualitas produk,

pengendalian kualitas dilakukan secara terus-menerus dan

berkesinambungan.
9

b. Melaksanakan rencana (Do). Rencana yang telah disusun

diimplementasikan secara bertahap, mulai dari skala kecil dan pembagian

tugas secara merata sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dari setiap

personil. Selama dalam melaksanakan rencana harus dilakukan

pengendalian, yaitu mengupayakan agar seluruh rencana dilaksanakan

dengan sebaik mungkin agar sasaran dapat tercapai.

c. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (Check). Memeriksa atau

meneliti merujuk pada penetapan apakah pelaksanaannya berada dalam

jalur, sesuai dengan rencana dan memantau kemajuan perbaikan yang

direncanakan. Membandingkan kualitas hasil produksi dengan standar

yang telah ditetapkan, berdasarkan penelitian diperoleh data kegagalan dan

kemudian ditelaah penyebab kegagalannya.

d. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan (Action).

Penyesuaian dilakukan bila dianggap perlu, yang didasarkan hasil analisis

di atas. Penyesuaian berkaitan dengan standarisasi prosedur baru guna

menghindari timbulnya kembali masalah yang sama atau menetapkan

sasaran baru bagi perbaikan berikutnya.

2.2 METODE TAGUCI

Ide atau gagasan dari Dr. Genichi Taguchi mengenai quality engineering

telah digunakan selama beberapa tahun di Jepang. Pada tahun 1980-an ide beliau

mengenai desain eksperimen telah diperkenalkan di dunia barat. Sasaran quality

engineering adalah merancang kualitas ke dalam tiap-tiap produk dan proses yang
10

sesuai. Usaha peningkatan kualitas ini dikenal sebagai metode off-line quality

control .

Metode Taguchi merupakan perbaikan kualitas dengan metode percobaan

“baru”, artinya melakukan pendekatan lain yang memberikan tingkat kepercayaan

yang sama dengan SPC (Statistical Proces Control). Metode off-line Taguchi

sangat efektif dalam peningkatan kualitas dan juga mengurangi biaya. Rekayasa

kualitas yang diusulkan Taguchi bertujuan agar performansi produk/prosesnya

tidak sensitif atau tangguh terhadap faktor yang sulit dikendalikan.

Taguchi memperkenalkan sebuah metode perancangan terintegrasi yang

dikenal sebagai tiga tahapan Metode Taguchi sebagai berikut:

a. Perancangan Sistem (System Design)

b. Perancangan Parameter (Parameter Design)

c. Perancangan Toleransi (Tolerance Design)

2.2. Pengendalian kualitas menurut taguci


1

Metode Taguchi dicetuskan oleh Dr. Genichi Taguchi pada tahun 1949

saat mendapatkan tugas untuk memperbaiki sistem telekomunikasi di Jepang.

Metode ini merupakan metodologi baru dalam bidang teknik yang bertujuan untuk

memperbaiki kualitas produk dan proses serta dalam dapat menekan biaya

dan resources seminimal mungkin. Sasaran metode Taguchi adalah menjadikan

produk robust terhadap noise, karena itu sering disebut sebagai Robust Design.

Definisi kualitas menurut Taguchi adalah kerugian yang diterima oleh masyarakat
11

sejak produk tersebut dikirimkan. Filosofi Taguchi terhadap kualitas terdiri dari

tiga buah konsep, yaitu:

a. Kualitas harus didesain ke dalam produk dan bukan sekedar memeriksanya.

b. Kualitas terbaik dicapai dengan meminimumkan deviasi dari target.

c. Produk harus didesain sehingga robust terhadap faktor lingkungan yang

tidak dapat dikontrol.

d. Biaya kualitas harus diukur sebagai fungsi deviasi dari standar tertentu dan

kerugian harus diukur pada seluruh sistem.

Metode Taguchi merupakan off-line quality control artinya pengendalian

kualitas yang preventif, sebagai desain produk atau proses sebelum sampai pada

produksi di tingkat shop floor. Off-line quality control dilakukan dilakukan pada

saat awal dalam life cycle product yaitu perbaikan pada awal untuk menghasilkan

produk (to get right first time). Kontribusi Taguchi pada kualitas adalah:

a. Loss Function: Merupakan fungsi kerugian yang ditanggung oleh

masyarakat (produsen dan konsumen) akibat kualitas yang dihasilkan. Bagi

produsen yaitu dengan timbulnya biaya kualitas sedangkan bagi konsumen

adalah adanya ketidakpuasan atau kecewa atas produk yang dibeli atau

dikonsumsi karena kualitas yang jelek.

b. Orthogonal Array: Orthogonal array digunakan untuk mendesain

percobaan yang efisisen dan digunakan untuk menganalisis data

percobaan. Ortogonal array digunakan untuk menentukan jumlah

eksperimen minimal yang dapat memberi informasi sebanyak mungkin

semua faktor yang mempengaruhi parameter. Bagian terpenting dari

orthogonal array terletak


12

pada pemilihan kombinasi level dari variable-variabel input untuk masing-

masing eksperimen.

c. Robustness: Meminimasi sensitivitas sistem terhadap sumber-sumber

variasi

2.2.1 Tahapan dalam Desain Produk atau Proses Menurut Taguchi

Dalam metode Taguchi tiga tahap untuk mengoptimasi desain produk atau

proses produksi yaitu (Ross, 1996):

a. System Design. Yaitu upaya dimana konsep-konsep, ide-ide, metode baru

dan lainnya dimunculkan untuk memberi peningkatan produk . Merupakan

tahap pertama dalam desain dan merupakan tahap konseptual pada

pembuatan produk baru atau inovasi proses. Konsep mungkin berasal dari

dari percobaan sebelumnya, pengetahuan alam/teknik, perubahan baru atau

kombinasinya.

b. Parameter Design. Tahap ini merupakan pembuatan secara fisik atau

prototipe secara matematis berdasarkan tahap sebelumnya melalui

percobaan secara statistik. Tujuannya adalah

mengidentifikasi setting parameter yang akan memberikan performansi

rata-rata pada target dan menentukan pengaruh dari faktor gangguan pada

variasi dari target.

c. Tolerance Design. Penentuan toleransi dari parameter yang berkaitan

dengan kerugian pada masyarakat akibat penyimpangan produk dari


13

target. Pada tahap ini, kualitas ditingkatkan dengan mengetatkan toleransi

pada parameter produk atau proses untuk mengurangi terjadinya

variabilitas pada performansi produk.

2.3 Orthogonal Array (OA)

Orthogonal Array (OA) merupakan salah satu bagian kelompok dari

percobaan yang hanya menggunakan bagian dari kondisi total, dimana bagian ini

barangkali hanya separuh, seperempat atau seperdelapan dari percobaan faktorial

penuh.

Ortognal array adalah matriks faktor dan level yang disusun sedemikian

rupa sehingga pengaruh suatu faktor dan level tidak berbaur dengan faktor dan

level lainnya. Elemen•elemen matriks disusun menurut baris dan kolom. Baris

merupakan keadaan suatu faktor, sedangkan kolom adalah faktor yang dapat

diubah dalam eksperimen. Notasi ortogonal array adalah:

L (l f )
n

dimana : f = banyaknya faktor (kolom) l = banyaknya level

n = banyaknya pengamatan (baris)

L = rancangan bujur sangkar latin (Iriawan, 2006: 282).

Berikut ini adalah beberapa contoh tabel Ortogonal Array pada desain

eksperimen Taguchi
14

Tabel 2.3. Ortogonal Array L 4


4

Faktor
EXP A B C
1 1 1 1
2 1 2 2
3 2 1 2
4 2 2 1

Tabel 2.3. Ortogonal Array L8


4

Faktor
EXP A B C D E F G
1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 2 2 2 2
3 1 2 2 1 1 2 2
4 1 2 2 2 2 1 1
5 2 1 2 1 2 1 2
6 2 1 2 2 1 2 1
7 2 2 1 1 2 2 1
8 2 2 1 2 1 1 2

2.3.1 Signal to Noise Ratio (SNR)

Signal to Noise Ratio (SNR) adalah logaritma dari suatu fungsi kerugian

kuadratik dan digunakan untuk mengevaluasi kualitas suatu produk. SNR

mengukur tingkat unjuk kerja dan efek dari faktor noise dari unjuk kerja tersebut
15

dan juga mengevaluasi stabilitas unjuk kerja dari karakteristik mutu output.

Semakin tinggi unjuk kerja yang diukur dengan tingginya SNR sama dengan

kerugian yang mengecil. Seperti fungsi kerugian mutu. SNR adalah ukuran

obyektif dari kualitas yang memuat baik mean dan varian dalam perhitungan

(Pramono, 2001: 25).

Signal to Noise Ratio (SNR) adalah kontribusi original taguchi pada

rancangan eksperimen yang penting dan sekaligus kontroversial. Taguchi

mendefinisikan SN dengan rasio sebagai berikut:

2
(rata  rata)2 
SN  
2
Varians 

Taguchi menciptakan new performance measure untuk kriteria pemilihan

rancangan yang robust (kriteria uji hipotesa) dengan melakukan perbandingan

analisis variansi yang menggunakan rasio F untuk kriteria uji hipotesa

(Vandenbrande, 2005: 48).

Secara umum SN rasio diperoleh dari persamaan berikut yaitu:

SN 10 log(MSD)

Dalam Taguchi, Signal to Noise Ratio (SNR) digunakan sebagai ukuran

performa karakteristik kualitas. SNR diturunkan dari loss function sehingga ada 3
16

SNR, yaitu:

Dalam Taguchi, Signal to Noise Ratio (SNR) digunakan sebagai ukuran

performa karakteristik kualitas. SNR diturunkan dari loss function sehingga ada

tiga

SNR, yaitu:

a. Jenis nominal terbaik atau SNR untuk nominal the better (n.t.b) digunakan

bila karakteristik mutu mempunyai nilai target tertentu, biasanya bukan nol

dan kerugian mutunya simetris pada kedua sisi target. Sehingga SNR nya

dapat dihitung dengan rumus:

S/N Ratio (n,t,b) 10 log 10

Dimana:

= rata-rata

= varians

b. Jenis semakin besar semakin baik atau SNR untuk larger the better (l.t.b),

digunakan bilamana karakteristik mutu yang dikehendaki semakin besar

nilainya semakin baik. Dapat dihitung dengan rumus:

S/N Ratio (l,t,b) = -10 log

Dimana:

n = jumlah data eksperimen

y i = data pengamatan ke-i

c. Jenis semakin besar semakin baik atau SNR untuk smaller the better (s,t,b),
17

digunakan bilamana karakteristik mutunya tidak negatif, idealnya nol.

Dapat dihitung dengan rumus;

S/N Ratio (s,t,b) = -10 log

Dimana:

n = jumlah data eksperimen

y i = data pengamatan ke-i.

2.3.2 Analysis of Variance (ANOVA)

Analysis of Variance atau lebih dikenal dengan istilah ANOVA adalah

suatu teknik untuk menuji kesamaan beberapa rata-rata secara sekaligus. ANOVA

adalah alat multiguna yang memungkinkan kita untuk melakukan pengujian

hipotesis terhadap lebih dari dua rata-rata populasi. Contohnya, kita mungkin

ingin membandingkan kinerja beberapa proses, mesin atau orang. ANOVA

memberikan cara yang mudah untuk melakukannya tanpa mengharuskan kita

melakukan multiple test. Manfaat kedua adalah memahami hubungan yang

kompleks antar variabel yang berhubungan hanya pada bagian atau tingkat yang

diteiliti, yaitu interaksi antar variabel atau mengevaluasi pengaruh variabel

kualitatif terhadap sebuah respons. Untuk melakukan test ANOVA, dibutuhkan

beberapa asusmsi, yaitu:

a. Populasi yang akan diuji berdistribusi normal.

b. Varians/ragam dan populasi yang diuji sama.


18

c. Sampel tidak berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam pelaksanaan

desain eksperimen Taguchi, metode ANOVA digunakan untuk

menentukan faktor yang paling berpengaruh ke parameter eksperimen.

ANOVA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. ANOVA Satu arah (One-Way)

ANOVA One-way adalah teknik analisis multivariate yang berfungsi untuk

membedakan rata-rata dari dua atau lebih kelompok dengan cara membandingkan

variansinya. One-way ANOVA digunakan ketika data dibagi menjadi grup

berdasarkan 1 faktor saja. Interaksi antar faktor dalam mempengaruhi variabel

bebas, dengan sendirinya pengaruh faktor-faktor secara mandiri telah dihilangkan.

b. ANOVA Dua arah (Two-Way)

ANOVA Two-way, juga dikenal sebagai two-factor ANOVA, digunakan untuk

investigasi simulatenous effects dari 2 variabel nominal ( kedua variabel tersebut

disebut factor). Kedua faktor tersebut dapat mengambil nilai yang berbeda yang

disebut dengan level. Kombinasi dari setiap faktor disebut dengan treatment.

Pengaruh faktor dedefenisikan sebagai hasil dari perubahan level of the factor,

disebut dengan main effect.

2.3.3 Pooling Factor

Pooling factor dilakukan untuk mengestimasi variansi error pada Analysis

of Variance (ANOVA). Dalam pooling factor, faktor yang dianggap tidak


19

berpengaruh signifikan terhadap hasil eksperimen akan dihilangkan dan dianggap

sebagai error. Variansi error dari faktor yang tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel respon akan diakumulasikan terhadap variansi error total.

Dengan kata lain, faktor-faktor yang tidak signifikan terhadap pembentukan

variabel respon akan dihilangkan untuk kemudian dilakukan lagi perhitungan

ANOVA. Pooling factor dilakukan terus menerus hingga seluruh faktor

didapatkan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil eksperimen.

2.3.4 Persentase Kotribusi

Menurut Nasrullah (2009), persentase kontribusi merupakan perbandingan

masing-masing jumlah kuadrat faktor yang signifikan terhadap jumlah kuadrat

total yang diamati. Persentase kontribusi merupakan indikasi kekuatan relatif

dalam mereduksi variansi. Persentase kontribusi dilakukan untuk melihat faktor

mana yang memiliki pengaruh terhadap hasil akhir eksperimen terbesar. Pengaruh

diwujudkan dalam bentuk persentase, yang mana persentase paling besar adalah

faktor yang paling berpengaruh terhadap respon eksperimen. Berikut ini adalah

rumus yang digunakan untuk menghitung nilai persentase kontribusi:

Rho% = x 100%

Dimana:

Sq’ = SS – (V)(MS E-Pooled )

V = derajat bebas untuk faktor


20

MS E - Pooled = hasil kuadrat tengah error setelah pooled faktor yang tidak

signifikan.

Rasio margin kontribusi = (Pendapatan penjualan – Biaya variable) / Pendapatan

penjualan

2.3.5 Interval Kepercayaan (Confidence Interval)

Confidence interval merupakan nilai maksimum dan minimum dimana

diharapkan nilai rata-rata sebenarnya akan tercakup dengan beberapa persentase

kepercayaan tertentu. Menurut Roy (1990), interval kepercayaan (Covidence

Interval;

CI) dalam analisa hasil eksperimen metode Taguchi memiliki rumus:

CI SN = x̅ ± Za/2 * σ/√(n)

Dimana:

x̅ = rata-rata sample

Za/2 = nilai distribusi

Σ = standar deviasi populasi

n = jumlah sample
21

2.4 Definisi dan pengertian beton

Beton adalah salah satu material bangunan yang terbuat dari pencampuran

aggregat dan semen sebagai pengikat. Bentuk paling umum dari beton adalah

beton semen portland, yang terdiri dari agregat mineral (kerikil dan pasir), semen

dan air Pengertian beton adalah suatu bahan konstruksi yang digunakan untuk

kepentingan pembangunan yang terbuat dari komponen-komponen pendukung

beton yaitu, semen, gravel, air dan zat additive sebagai tambahannya.

2.4.1 Pengertian Mutu Beton

Merujuk pada mutu merupakan klasifikasi kegunaan beton itu sendiri yang

terdiri dari beberapa karakteristik juga menyatakan kekuatan tekan luas bidang

permukaan Beton dengan mutu fc’ 25 menyatakan kekuatan tekan minimum

adalah 25 MPa pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton

diameter 15 cm, tinggi 30 cm. Mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang

merujuk pada ACI(AmericanConcreteInstitute).

1 MPa = 10 kg/cm2

2.4.2 Mutu Beton Dengan Karakteristik

Beton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan karakteristik

minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan

kubus beton ukuran 15x15x15 cm. Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada

standar eropa lama. Disini kita tidak bisa langsung mengatakan 25 MPa sama

dengan K- 250 Perbandingan FC’ dan K


22

Dengan perbandingan kuat tekan benda uji :

 Kubus 15x15x15 cm = 1,00

 Kubus 20x20x20 cm = 0,95

 Silinder 15×30 cm = 0,83

Contoh :

Mutu beton fc’ 25 MPa (benda uji silinder), mutu beton K berapa? Apabila benda

ujikubus15x15x15 cm

Kuat tekan = 250 kg/cm2 : 0,83 = 301,20 kg/cm2 ~ K-300.

2.4.3 Klasifikasi Kegunaan Beton Berdasarkan Mutu

Mutu beton berdasarkan karakteristik beton dalam praktek di lapangan

dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Beton Non Struktural

Beton non struktural adalah pekerjaan pengecoran beton yang tidak

mengandung secara langsung unsur strukutral antara lain besi sebagai bahan

penulangan cor beton. Mutu beton non struktural atau juga disebut beton kelas I

antara lain: K-B0 (Nol) K-100, K125, K-150, K-175, dan K-200

b. Beton Struktural

Beton struktural adalah jenis beton yang mengandung unsur penulangan

besi dalam adukan corannya, beton struktural juga meliputi pekerjaan pembesian
23

dan pekerjaan pengecoran beton. Sedangkan pekerjaan lainnya yang sering

berubungan dengan pekerjaan beton adalah pekerjaan peynyusunan struktur baja,

bekisting beton, finishing beton, pondasi beton, pasangan bata dan lain sebaginya.

Mutu beton struktural juga disebut beton kelas II yang terdiri dari beberapa kelas

antara lain: K-225, K-250, K-275 dan K-300.

c. Beton Prategang

Beton prategang adalah perpaduan antara beton dan baja, sedangkan beton

merupakan materi yang memiliki daya kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi

kekuatan tariknya rendah. Disamping itu baja memiliki kekuatan tarik yang sangat

tinggi. Dengan kombinasi antara kekuatan beton dan baja maka akan

menghasilkan struktur yang kuat terhadap beban tekan dan beban tarik. Mutu

beton pratekan ini juga disebut kelas III yang terdiri dari beberapa karakteristik

kelas antara lain: K- 325, K-350, K-375, K450, dan K-500.

Dari sumber-sumber yang kami dapat mengenai peng-kelasan mutu beton

ini maka dapat dikategorikan selain yang disebutkan diatas tersebut, adapun beton

jika dilihat dari kelas dan mutunya adalah sebagai berikut:

1. Klas A ( K 500)

Kegunaan dan peruntukan kelas ini adalah untuk beton untuk precast

atau prestressed

2. Klas P ( K450 )

Kelas jenis beton ini kegunannya untuk rigit, jalan klas 1 atau jala negara

dan jalanl tol)


24

3. Klas B ( K350 )

Jenis Beton kelas ini diperuntukan untuk lantai biasanya lantai dasar

bangunan pabrik

4. Klas K 300 (k300)

Beton untuk kontruksi bangunan ruko / rumah bertingkat 3 lantai s/d 5

lantai

5. Klas K 250

Konstruksi bangunan bertingkat dua lantai, ruko/ rumah tinggal / standar.

6. Klas K 225 (mobil standar) konstruksi bangunan bertingkat dua

lantai, ruko/ rumah tinggal.

7. Klas 225 ( MINI MIX / mobil kecil) kontsruksi bangunan bertingkat dua

lantai, ruko/ rumah tinggal.

8. Klas D ( K 175 ) konsruksi bangunan ringan.

9. Klas E ( K 125 ) konsruksi LC/ lantai dasar

10. Klas BO konsruksi LC/ lantai dasar.

2.4.4 TABEL MUTU BETON KONVERSI DARI MUTU K KE MUTU

FC’ BERDASARKAN SNI 2013

Untuk lebih terperinci berikut ini kami cantumkan tabel mutu beton tanpa

campuran fly ash (NFA),selengkapnya dibawah ini:


25

MUTU MUTU

NO. K MUTU Fc (Mpa) NO. K MUTU Fc (Mpa)

1 K100 fc 8,3 mpa 7 K-275 fc 22.83 mpa

2 K-150 fc12.35 mpa 8 K-300 fc 24.90 mpa

3 K-175 fc 14.53 mpa 9 K-350 fc 29.05 mpa

4 K-200 fc 1660 mpa 10 K-400 fc 33.20 mpa

5 K-225 fc 18.68 mpa 11 K-450 fc 37.35 mpa

6 K-250 fc 20.75 mpa 12 K-500 fc 41.50 mpa

TABEL KLASIFIKASI MUTU BERON :


26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sistematika Pemecahan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan, maka untuk

mempermudah penyusunan skripsi ini langkah pemecahan masalah perlu

ditentukan sebagai kerangka berpikir dan digunakan dalam urutan pengumpulan

data dan pengolahan data.

3.1.1 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan tahapan pertama dalam metodologi

penelitian. Hal yang dilakukan dalam studi pendahuluan adalah studi pustaka dan

studi lapangan. Studi pustaka dilakukan sebagai langkah awal dalam memulai

penelitian, yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari informasi-informasi

yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pokok pembahasan yang akan diteliti.

Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti teori metode taguchi dan

langkah- langkah yang harus dilakukan dalam melakukan eksperimen Taguchi.

Sedangkan pada studi lapangan, yang dilakukan adalah dengan melakukan

pengamatan secara langsung pada objek yang akan diamati guna mendapatkan

data yang diperlukan dalam penelitian ini seperti data primer maupun data

sekunder. Dalam melakukan studi lapangan, peneliti turun secara langsung ke unit

produksi bacing plant untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan seperti

jumlah cacat, jenis-jenis cacat dan faktor-faktor penyebab terjadinya kecacatan

pada concrete beton.


27

3.1.2 Identifikasi Masalah

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan, didapati bahwa permasalah

yang terjadi adalah tidak terpenuhinya jumlah hasil produksi sesuai dengan target

produksi yang disebabkan oleh banyaknya jumlah cacat pada beton yang

mengakibatkan reject pada concrete, sehingga menyebabkan terhambatnya proses

pemenuhan permintaan konsumen. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kualitas sebagai langkah untuk mengurangi cacat produk

menggunakan metode Taguci

3.1.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung ke unit

produksi bagian produksi BACINGPLANT, melakukan wawancara dengan

operator serta staff perusahaan mengenai data-data yang dibutuhkan.

Jenis data yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari pihak-pihak

yang terkait pada bagian unit produksi. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan data mengenai pengendalian kualitas produk yang dilakukan

perusahaan, mengetahui jenis-jenis cacat serta faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya cacat pada saat produksi concrete beton.

b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

pihak lain. Data sekunder diperoleh dari arsip perusahaan seperti

struktur
28

organisai perusahaan, jumlah produksi dan jumlah produk yang cacat

dalam produksi concrete beton

3.1.4 Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode Taguchi untuk strategi pengurangan produk cacat.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai

berikut:

1. Penetapan variabel respon 7. Kombinasi optimum dan

2. Penetapan faktor kontrol & analisa mean effect level-

noise factor

3. Penentuan jumlah level 8. Analysis of variance

(ANOVA)

& nilai faktor 9. Polling faktor

4. Pembuatan Orthogonal Array 10. Eksperimen konfirmasi

5. Tahap eksperimen

6. Perhitungan S/N ratio

3.1.5 Analisis dan Pembahasan

Dari analisa dan pembahasan yang sudah dilakukan maka langkah

selanjutnya adalah menarik kesimpulan untuk menjawab tujuan dari penelitian

serta memberikan saran demi perkembangan penelitian ini lebih lanjut.

3.1.6 Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan, maka

dibuatlah suatu kesimpulan untuk pembahasan tersebut. Dengan membandingkan


29

hasil yang didapat dari penelitian dengan kejadian actual pada perusahaan, maka

diberikanlah saran-saran perbaikan berdasarkan hasil analisis serta eksperimen

yang telah dilakukan pada salah satu fase tahapan taguci.


31

3.2 Kerangka Pemecahan Masalah

Mulai

Studi Pustaka Studi Lapangan

Identifikasi Masalah

Tujuan Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder 1.sejarah perusahaan


Jenis cacat produk 2.struktur organisasi 3.visi perusahaan
Faktor penyebab cacat produk

Pengolahan Data

Tahap-tahap pendekatan Taguchi:


Penetapan variabel respon
Penetapan faktor kontrol & noise
Penentuan jumlah level & nilai faktor
Pembuatan Orthogonal Array
Tahap eksperimen
Perhitungan S/N ratio
Kombinasi optimum dan analisa
mean effect level-factor
Analysis of variance (ANOVA)
Polling faktor
Eksperimen konfirmasi

Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran


SELESAI

Gambar 3.1 Diagram


Alir Metodologi
Penelitian
32

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT SCG Readymix Indonesia atau Jayamix by SCG telah berpengalaman

di industri konstruksi Indonesia lebih dari 40 tahun. Bermula pada 1972, PT Jaya

Readymix mendirikan Jayamix dan menjadi penyedia beton siap pakai pertama di

Indonesia. Tepat pada tahun 2012, SCG - sebuah produsen bahan-bahan bangunan

terbesar di Thailand - mengambil alih kepemilikan Jayamix dan kemudian

mengubah PT Jaya Readymix menjadi PT SCG Readymix Indonesia dengan

merek Jayamix by SCG hingga saat ini.

Jayamix by SCG melayani kebutuhan konstruksi Indonesia dengan

beton readymix, beton instan, dan juga layanan pengecoran seperti pompa beton.

Beton readymix Jayamix diolah melalui proses produksi dengan sistem

pengawasan kualitas bersertifikasi ISO 9001:2015 untuk menghasilkan mutu

beton yang terpercaya. Jenis beton lainnya yaitu Beton Instan® Jayamix,

campuran bahan pembuat beton yang dikemas dalam zak berukuran 50 kg, hadir

di awal periode tahun 2000 untuk memenuhi kebutuhan beton yang praktis dan

berkualitas bagi proyek-proyek yang berada di remote area atau sulit dijangkau

truk mixer.

Dalam memenuhi akomodasi beton readymix di berbagai area proyek,

Jayamix menyediakan dua pilihan truk mixer, yaitu truk besar dan jayamixni atau

truk kecil. Truk besar berkapasitas 7 kubik dapat mengantar beton readymix ke

area yang memiliki akses luas. Sementara Jayamixni atau truk kecil, tepat untuk

mengakomodasi beton readymix untuk proyek yang berada dengan lebar jalan
33

terbatas minimal 3 meter. Kedua jenis truk mixer yang dilengkapi dengan

sistem Global Positioning System (GPS) ini, mendukung kami untuk

mengantarkan beton Jayamix mulai dari gang hingga jalan besar.

4.2 Visi dan Misi

Visi dan misi adalah sebagai berikut :

a. Visi

Visi kami adalah bahwa SCG akan diakui sebagai tempat kerja pilihan yang

inovatif dan model peran pembangunan berkelanjutan di kawasan ASEAN .

b. Misi

SCG berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan

orang-orang dengan memberikan produk dan layanan berkualitas premium

dari prosesnya yang tak tertandingi, perngembangan teknologi, dan

penciptaan inovasi inovasi

4.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT SCG Readymix terdiri dari sepuluh divisi dan

beberapa departemen yang membawahinya. Sepuluh divisi tersebut dapat dilihat

pada Gambar II.1 di bawah ini.

Gambar II. 1 Struktur Organisasi PT SCG Readymix Indonesia.

Sumber:Dokumen PT SCG Readymix Indonesia


34

4.1 Batching Plant

Batching plant merupakan alat yang berfungsi untuk mencampur atau memproduksi
beton siap pakai dalam skala besar. Batching Plant digunakan dalam produksi beton skala
besar agar kualitas, kinerja dan kontinyuitas produksi dapat dijaga dengan baik sesuai standar
yang ditetapkan, seperti ditunjukkan pada gambar 1

Gambar 1.1
Terdapat dua tipe system pencampuran di batching plant yaitu tipe dry mix dan wet
mixed. Tipe dry mixed yaitu batching plant hanya berfungsi untuk menimbang material dan
bahan lainnya, sedangkan pencampuran dan pengadukan menjadi beton siap pakai di truk
mixerseperti ditunjukkan pada gambar 2. Semua material termasuk bahan additive yang akan
diaduk ditimbang terlebih dahulu sesuai job mix dengan memperhitungkan kadar air dalam
agregat kasar ataupun agregat halus. Kelemahan plant dry mix adalah tidak bisa menggaduk
slump max 5 (biasa digunakan untuk rigid), dan jika sedang produksi suara truck mixer berisik
dan cenderung berdebu dari material semen saat masuk ke dalam truck mixer
Tipe wet mix (adukan basah/jadi) yaitu batching plant yang setelah semua material di
timbang (sesuai mutu yg di inginkan) material akan di aduk dlm PAN MIXER (tempat
pengadukan) sampai mencapai slump (tingkat keenceran/kekentalan yg di harapkan) dan akan
di masukkan ke dalam truck mixer (mobil molen) dan siap di kirim ke lokasi pengecoran.
Keunggulan pada plant jenis wet mix bisa menggaduk untuk beton slump rendah, cenderung
tidak berdebu dari semen dan tidak berisik.
35

Bagian-bagian penting dari batching plant adalah sebagai berikut: (Lihat Gambar 4) a.
Cement silo, berfungsi untuk penyimpanan semen atau fly ash dan menjaganya agar tetap baik.
b. Belt conveyor, berfungsi untuk menarik material (agregat kasar dan halus) ke atas dari bin
ke storage bin. c. Bin, berfungsi sebagai tempat pengumpulan bahan (agregat kasar dan halus)
yang berasal dari penumpukan bahan di base camp dengan bantuan loader untuk ditarik ke
atas (storage bin). d. Storage bin digunakan untuk pemisah fraksi agregat. Storage bin dibagi
menjadi 4 (empat) fraksi yaitu agregat butir kasar (split), butir menengah (screening), butir
halus (pasir). e. Timbangan pada alat batching plant dibagi menjadi 4 (empat) macam
yaituuntuk agregat, semen, fly ash dan air. f. Dosage pump digunakan untuk penambahan
bahan admixture seperti retarder, superplasticizer dan lain-lain. g. Tempat penampungan air
yang berfungsi sebagai suplai kebutuhan air pada ready mix.

4.4 Data Hasil Produksi

Berikut adalah data jumlah produksi eyeshadow yang diproduksi pada bulan Oktober

sampai dengan Desember 2019.


36

Table 4.1 Tabel Total


Total Total
Produksi Periode Total Persentase
Bulan Periode Produksi concrete
Oktober sampai Reject Reject
concrete ok
dengan Desember
MG – I 240 m3 12 m3 228 m3
2019 MG – II 250 m3 18 m3 232 m3

Januari 2021
MG – III 300 m3 25m3 275 m3

MG – IV 235 m3 10 m3 225 m3

Total 1.025 m3 65 m3 960 m3

Berdasarkan data tabel di atas diketahui ada kualitas beton yang harus di reject atau di

kembalikan ke plant, untuk itu kami rangkumkan jenis-jenis concrete beton yang termasuk cacat

atau terjadinya reject :

a. Slump test concrete

Percobaab Slump Test pada beton merupakan salah satu metoda yang digunakan

untuk mengetahui Viscositas atau Kekentalan beton segar. Percobaan Slump Test

dilakukan sebelum percetakan benda uji.

b. Material beton tidak bercampur/terpisah


37

Dalam hal ini biasanya terjadi karena pada saat proses pencampuran kurangnya

campuran material ataupun pada saat pemutaran kurang maksimal.

c. Suhu pada concrete beton.

Untuk kualitas beton yang baik maka segala sesuatunya sangat di perhatikan

termasuk suhu pada concrete beton yang dimana terdapat batas minimun dan

maksimum. Jika suhu beton tidak sesuai maka tahap pertama untuk memutar

kembali beton pada truck mixer untuk mengecek kembali beton. Jika suhu tetap tidak

sesuai yg diminta maka beton akan di kembalikan ke plant.

4.5.4.1 Perencanaan Eksperimen

Perencanaan eksperimen dilakukan dengan tujuan menentukan level dan faktor yang

diduga mempengaruhi output dari eksperimen. Setelah melakukan studi literatur, pengamatan

langsung dan wawancara dengan beberapa sumber, faktor yang mempengaruhi output dari
38

penelitian ini adalah temperature mixing, waktu mixing dan proses mixing. Dari ketiga faktor

tersebut merupakan faktor yang masih dapat dikendalikan.

a. Penetapan faktor terkendali

Setelah melakukan studi lapangan dan juga wawancara dengan beberapa sumber,
faktor-faktor yang mempengaruhi cacat paling kritis pada hasil produksi yaitu kelenturan &
warna tidak merata adalah temperature press, waktu press dan kekuatan beban press. Faktor-
faktor utama tersebut merupakan faktor yang dapat dikendalikan (faktor terkendali).

Tabel 4.9 Faktor Terkendali


No Faktor Terkendali
1 Waktu mixing
2 Proses mixing
3 Temperature mesin Press

Penentuan jumlah level dan nilai faktor


Penentuan jumlah level dan nilai faktor dilakukan berdasarkan hasil penetapan faktor
sebelumnya. Pertimbangan lain untuk menetukan jumlah level dan nilai faktor adalah masih
dalam batasan yang bisa ditangani oleh perusahaan sehinga eksperimen tidak akan
memberikan kerugian terhadap perusahaan. Karaker yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Smaller the Better.
Dari aktivitas obeservasi yang dilakukan, terdapat tiga faktor terkendali yang dipilih. Setiap
faktor masing-masing memiliki 2 level yang akan diuji. Faktor pertama yang akan diuji adalah
lama waktu pengepresan dengan nilai level pertama sebesar 2 menit dan level kedua 3 menit.
Faktor kedua yang akan diuji adalah kekuatan beban press dengan nilai level pertama sebesar
3,8rpm dan level kedua 4rpm. Faktor ketiga yang akan diuji adalah temperature mesin press
dengan nilai level pertama sebesar 30°C dan level kedua 35°C. Faktor dengan masing-masing
nilai level dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Jumlah Level dan Nilai Faktor Eksperimen

Faktor Level 1 Level 2

Waktu pengepresan 2 menit 3 menit

Kekuatan beban Press 3,8 rpm 4 rpm

Temperature mesin press 30°C 35°C


39

Keterangan dari masing-masing faktor pada tabel 4.10 adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan Derajat Bebas

Perhitungan derajat kebebasan dilakukan untuk menghitung jumlah minimum


penelitian yang harus dilakukan untuk menyelidiki faktor yang diamati. Perhitungan derajat
kebebasan dan kombinasi yang diusulkan nantinya akan mempengaruhi pemilihan dalam tabel
matriks orthogonal. Perhitungan derajat bebas faktor yang diamati pada sebuah percobaan
adalah sebagai berikut:

Vfl = (banyaknya level – 1)

Dalam hal ini, faktor-faktor yang diamati adalah:

Faktor A (Waktu mixing) = 2 level

Faktor B (proses mixing) = 2 level

Faktor C (Temperature mixing) = 2 level

Tabel 4.11 Derajat Bebas Eksperimen

Faktor Derajat Bebas


A 2–1=1
B 2–1=1
C 2–1=1
Total 3

b. Pembuatan Orthogonal Array

Jumlah derajat kebebasan dalam penelitian ini yaitu 3 berada diantara jumlah derajat

kebebasan 2 – 3 yang berarti matriks orthogonal yang digunakan adalah L4(23) sesuai pada

pemilihan Orthogonal Array pada tabel 4.12 :

Tabel 4.12 Pemilihan Berdasarkan jumlah derajat kebebasan

Jumlah Derajat Kebebasan Orthogonal Array (OA)


2–3 L4
4–7 L8
8 – 11 L12
40

12 – 15 L16

Setelah didapat matriks orthogonal yang sesuai dengan derajat kebebasannya,

berikut ini matriks Orthogonal Array untuk L4(23).

Tabel 4.13 Matriks Orthogonal Array L4(23)

Eksperimen Faktor
A B C
1 1 1 1
2 1 2 2
3 2 1 2
4 2 2 1

Keterangan:

1) Eksperimen 1 dilakuan dengan waktu press 2 menit, proses mixing 3,8 rpm dan

temperature mixing 30°C.

2) Eksperimen 2 dilakukan dengan waktu mixing 2 menit, proses mixing 4 rpm

dan temperature 35°C.

3) Eksperimen 3 dilakukan dengn waktu mixing 3 menit, proses mixing 3,8 rpm

dan temperature mixing 30°C.

4) Eksperimen 4 dilakukan dengan waktu mixing 3 menit, proses mixing 4 rpm

dan temperature press 35°C.

4.5.4.2 Pelaksanaan Eksperimen

Dalam pelaksanaan eksperimen, sejumlah percobaan (trial) disusun untuk

meminimalkan kesempatan terjadinya kesalahan dalam menyusun level yang tepat untuk

percobaan tersebut. Dalam eksperimen yang dilakukan menggunakan sebanyak 60m3 produk

damper dalam setiap eksperimennya, dengan total keseluruhan damper yang digunakan

sebanyak 240m3.

Tabel 4.14 Hasil Eksperimen Taguchi

Kumulatif
Faktor Frekuensi
Eksp. Frekuensi
A B C I II I II
1 1 1 1 54 6 54 60
41

2 1 2 2 50 10 50 60
3 2 1 2 60 0 60 60
4 2 2 1 55 5 55 60

Keterangan:

Tidak cacat = I Cacat = II

fI = 219, fII = 21, f(I) = 219, f(II) = 240

Dari hasil data eksperimen jumlah cacat damper, setting terbaik yang bisa digunakan

yaitu faktor A dengan level 2, faktor B dengan level 1 dan faktor C dengan level 2 yang

berarti pada saat proses press bahan kain dibutuhkan waktu press selama 3 menit, proses

mixing 3,8 rpm dan temperature mesin press 30°C. Hal tersebut dikarenakan oleh persentase

kecacatan paling kecil berada pada setting level tersebut.

4.5.4.3 Perhitungan Analysis Of Variance (ANOVA)

Ada beberapa tahap dalam melakukan pengolahan data hasil eksperimen Taguchi.

Berikut ini adalah tahap-tahap dalam mengolah data hasil eksperimen Taguchi dengan Uji

Anova:

a. Menghitung fraction defective pada setiap kelompok.


𝑓𝐼 𝑓𝐼 219
P = = = = 0,912
I
𝑓𝐼+ 𝑓𝐼 𝑓(𝐼𝐼) 240

PII 𝑓𝐼𝐼 𝑓𝐼 21 = 0,087


=𝑓 +𝑓
𝐼 𝐼
= 𝑓(𝐼𝐼) = 240

P(I) = 0,912; P(II) = 1

b. Menghitung weight setiap kelompok.


𝑓
(𝐼𝐼)2
WI =
𝑓𝐼 𝑥 ( 𝑓(𝐼𝐼)−𝑓𝐼 )

2402
WI = = 12,52
219 𝑥 (
240−219)

c. Menghitung total sum of squares.

ST = (Total of number measurement) x ( number of class - 1)


42

ST = 240 x ( 2 – 1) = 240

d. Menghitung derajat kebebasan.

VT = (Total of number measurement - 1) x ( number of class - 1)

= (240 – 1 ) x (2 – 1) = 239

e. Menghitung nilai sum of squares due to mean.

2
SmI 𝑓 𝐼2 x WI = 219 x 12,52 = 2.501,96
= 𝑓(𝐼𝐼) 240

𝑓 2 21 2
SmII = 𝑓𝐼𝐼 x WI = 240 x 12,5 = 23,00
(𝐼𝐼)

Sm = SmI + SmII = 4.244,56+ 69,424 = 2.524,96

f. Menghitung nilai sum of squares due to factors.

Untuk mencari nilai sum of squares due to factors, langkah awal yang harus dilakukan

adalah membuat tabel respon untuk faktor:

Tabel 4.15 Tabel Respon ANOVA Data Atribut

Tidak Cacat (I) A B C


Level 1 104 114 109
Level 2 115 115 110
Cacat (II) A B C
Level 1 16 6 11
Level 2 5 15 10
lisih Tidak Cacat 115 114 110
Selisih Cacat 5 6 10
Peringkat 1 2 3

Untuk pemilihan level faktor, tergantung pada kelompok mana yang

dimaksimalkan (untuk diminimalkan). Pada penelitian ini bertujuan untuk

meminimalkan kelompok cacat, sehingga level faktor yang dipilih untuk setting

optimal yaitu level faktor yang lebih kecil pada kelompok cacat. Jadi, setting optimal

yang dipilih adalah faktor A pada level 2, faktor B pada level 1 dan faktor C pada level

2.
43

Pada gambar 4.17 data harus dikumpulkan dengan level faktor. Jadi pada

faktor A level 1 kelompok tidak cacat sebesar 95 dan kelompok cacat sebesar 5

dengan total yaitu 100. Secara persentase masing-masing adalah 95% dan 5%.

Perhitungan dilakukan untuk semua faktor dan level.

SA = Sum of squares due to a factor A

𝑓2 𝑓2 𝑓2 𝑓 2 𝑓 2 𝑓 2
𝐼 𝐴1 𝐼 𝐴2 𝐼 𝐼𝐼 𝐴1 𝐼𝐼 𝐴2 𝐼𝐼
S A= ( + − )W I (
+ + − )W I
𝑛𝐼𝐴1 𝑛𝐼𝐴2 𝑛𝐼𝐴 𝑛𝐼𝐼𝐴1 𝑛𝐼𝐼𝐴2 𝑛𝐼𝐼𝐴

= ( 1042 2 2 2 52 2
115 − 219 ) 12,52 + 16 + − 21 ) 12,52
120 120 240 100 100 200
+ (

= 0,1252

Untuk perhitungan SB dan SC dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sama.

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.16.

a. Menghitung the degrees of freedom for a factor.

Diketahui jumlah kelas adalah 2 yaitu kelompok tidak cacat dan kelompok cacat.

VA = (number of class - 1) x (number of levels - 1)

= (2 – 1) x (2 – 1) = 1
44

b. Menghitung sum of squares due to error.

Se = ST – (SA + SB + SC)
45

= 200 – (0,2327 + 0,2327 + 11,4023) = 188,1323

Ve = VT – (VA + VB + VC)

= 199 – (1 + 1 + 1) = 196

c. Menghitung nilai mean of squares.

MSA = 𝑆𝐴
𝑉𝐴

0,2327
= = 0,2327
1

Untuk menghitung nilai MSi lainya dapat menggunakan rumus yang sama. Hasil

perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.16.

d. Menghitung nilai F-ratio

𝑀𝑆𝐴 0,2327
F-ratio = = = 0,2424
𝑀𝑆𝑒 0,9598

Hasil perhitungan F-ratio lainnya dapat dilihat pada tabel 4.16.


46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis perhitungan, maka didapatlah beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

a. Terdapat 4 jenis cacat yang sering terjadi pada setiap proses produksi damper type D-

25236B yaitu adanya benda asing (sampah benang) dengan total jumlah cacat periode Juli

2018 sampai dengan September 2018 sebesar 12.743, bahan miring dengan total jumlah

cacat sebesar 8.684, bahan kecil dengan total jumlah cacat sebesar 10.653 dan kelenturan &

warna tidak merata dengan jumlah cacat sebesar 23.165.

b. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kecacatan produk damper antara lain dari

segi manusianya disebabkan oleh kurang telitinya operator dalam melakukan kegiatan

proses produksi, kurangnya pengetahuan mengenai set up mesin dan kurangnya kehati-

hatian pada saat melakukan proses produksi. Dari segi mesin disebabkan oleh kondisi mesin

yang tidak sesuai dengan spesifikasi (mesin press longgar), kurangnya perawatan dan umur

mesin yang sudah lama. Dari segi lingkungan disebabkan oleh suhu ruangan yang berubah-

ubah sehingga mempengaruhi performa kerja operator dan mengakibatkan terjadinya

kesalahn dalam proses produksi. Dari segi material disebabkan oleh menurunnya kualitas

bahan yang dipakai sedangkan dari segi metode kurangnya pengawasan serta tidak

diperbarui SOP sehingga menyebabkan produksi tidak sesuai spesifikasi.

c. Hasil dari penggunaan metode six sigma dengan pendekatan Taguchi untuk meminimalisir

jumlah cacat produksi damper type D-25236B antara lain persentase kecacatan dari kondisi

aktual sebesar 3,9% menjadi 1,62% setelah dilakukan perbaikan menggunakan metode six

sigma dengan pendekatan Taguchi. Selanjutnya, adanya peningkatan pada nilai level sigma

dari kondisi aktual sebesar 3,48 menjadi 4,10, sehingga dapat disimpulkan bahwa perbaikan

yang dilakukan menggunakan metode Taguchi dapat meminimalisir jumlah cacat produksi

Damper type D-25236B.


47

5.2 Saran

Setelah dilakukan analisis dan mendapatkan kesimpulan maka saran yang dapat

disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Sebaiknya operator lebih teliti dalam melakukan proses produksi untuk menghindari

aktivitas yang dapat menyebabkan kecacatan pada hasil produksi. Pada hasil observasi,

didapati bahwa salah satu jenis kecacatan yang terjadi disebabkan oleh ketidaktelitian

operator. Apabila operator lebih teliti dan berhati-hati pada saat proses produksi berjalan,

besar kemungkinan kecacatan yang disebabkan oleh operator akan berkurang. Hal tersebut

tentu dapat memberi pengaruh terhadap upaya pengurangan jumlah cacat produksi.

b. Pihak perusahaan sebaiknya memperikan pelatihan terhadap operator guna menghindari

kesalahan pada saat proses produksi berjalan.

c. Untuk melakukan set up mesin seharusnya dilakukan oleh operator yang lebih paham dan

berpengalaman untuk menghindari terjadinya kesalahan pada set up mesin, karena

kesalahan pada set up mesin juga menjadi salah satu penyebab terjadiya kecacatan pada

hasil produksi.

d. Diharapkan perusahaan terus melakukan perbaikan proses produksi untuk setiap jenis

produk untuk menghindari terjadinya kecacatan pada hasil produksi.


48

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Operasi dan Produksi. Jakarta : LPFE UI.

Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filosofi Baru Tentang Mutu Terpadu. Jakarta:


Bumi Aksara.

Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gaspersz, Vincent. 2005. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced


Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemeritah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yamit, Z. 2002. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta: Ekonisia


Kampus Fakultas Ekonomi UII.

Wulandari, S.D., dan Amelia. 2012. Pengendalian Kualitas Produksi di


PT.Nutrifood Indonesia dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan
(Defect) Dus Produk Sweetener dengan Menggunakan Statistical
ProcesControl (SPC). Jurnal Economicus, vol.05, STIE Dewantara.

Montgomery, Douglas C. 2001. Design and analysis of experiments. New Jersey:


John Wiley & Sons.

Fitria, Nana. 2009. Analisis Metode Desain Eksperimen Taguchi dalam


Optimasi Karakteristik Mutu. Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Nasrullah. 2009. Desain Eksperimen Dengan Pendekatan Taguchi Untuk


Mengurangi Cacat Produk Pada Proses Injection Moulding (Studi Kasus
di Perusahaan Plastik “X”). Jurnal Ilmu Teknik Sistem, Vol. 7 No. 1:
Universitas Brawijaya Malang
49

DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................3
1.5 Batasan Masalah..............................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan......................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................6
LANDASAN TEORI........................................................................................................6
2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas..................................................................6
2.1.1 Tujuan dan Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas.............................7
2.1.2 Langkah–langkah Pengendalian Kualitas..............................................8
2.2 METODE TAGUCI.........................................................................................9
Pengendalian kualitas menurut taguci.......................................................10
2.2.1 Tahapan dalam Desain Produk atau Proses Menurut Taguchi.........12
2.3 Orthogonal Array (OA)...................................................................................13
2.3.1 Signal to Noise Ratio (SNR)....................................................................14
2.3.2 Analysis of Variance (ANOVA).............................................................17
2.3.3 Pooling Factor.........................................................................................18
2.3.4 Persentase Kotribusi...............................................................................19
2.3.5 Interval Kepercayaan (Confidence Interval)........................................20
2.4 Definisi dan pengertian beton........................................................................21
Beton adalah salah satu material bangunan yang terbuat dari pencampuran aggregat
dan semen sebagai pengikat. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen
portland, yang terdiri dari agregat mineral (kerikil dan pasir), semen dan air..............21
Pengertian beton adalah suatu bahan konstruksi yang digunakan untuk kepentingan
pembangunan yang terbuat dari komponen-komponen pendukung beton yaitu, semen,
gravel, air dan zat additive sebagai tambahannya.........................................................21
2.4.1 Pengertian Mutu Beton..........................................................................21
2.4.2 Mutu Beton Dengan Karakteristik........................................................21
50

2.4.3 Klasifikasi Kegunaan Beton Berdasarkan Mutu..................................22


2.4.1 TABEL MUTU BETON KONVERSI DARI MUTU K KE MUTU FC’
BERDASARKAN SNI 2013....................................................................................24
BAB III............................................................................................................................26
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................26
3.1 Sistematika Pemecahan Masalah..................................................................26
3.1.1 Studi Pendahuluan.................................................................................26
3.1.2 Identifikasi Masalah...............................................................................27
3.1.3 Pengumpulan Data.................................................................................27
3.1.4 Pengolahan Data.....................................................................................28
3.1.5 Analisis dan Pembahasan.......................................................................28
3.1.6 Kesimpulan dan Saran...........................................................................28
3.2 Kerangka Pemecahan Masalah.....................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................31
51

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya dan

tidak lupa shalawat serta salam kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

mendukung dam membantu baik secara langsung maupun tidak langsung membantu

mengarahkan dalam penulisan dan susunan skripsi ini, untuk itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Potler Gultom, SH, MM. Marsekal Muda TNI (Purn) sebagai Rektor Universitas

Dirgantara Marsekal Suryadarma.

2. Bapak Parulian Simamora, MSc. Marsma TNI (Purn) sebagai Dekan Fakultas

Teknologi Industri, Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma.

3. Bapak W.Tedja Bhirawa ST,SE,MM,.MT. Ketua Program Studi Teknik Industri.

4. Bapak DR. Budi Sumartono, MT. sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan teknik penyusunan tugas akhir.
5. Kedua orangtua, dan kakak saya yang selalu memberikan dukungan serta do’a selama

saya mengerjakan tugas akhir ini.

6. Bapak Roby Sanjaya selaku manajer quality PT X.

7. Sahabat dan teman-teman jurusan teknik industri angkatan 2017.

8. Dan semua pihak yang membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna namun

setidaknya dapat memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di FTI Universitas

Dirgantara Marsekal Suryadarma. Penulis berharap kritikan dan saran yang membangun dari

semua pihak yang membaca skripsi ini.


52

Jakarta, 14 July

2022 Penulis

Dwi Malik Al
Fajar NPM: 13070019
53

UNIVERSITAS DIRGANTARA MARSEKAL


SURYADARMA JAKARTA, INDONESIA
2022

SKRIPSI

“ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS CONCRETE


BETON DENGAN METODE TAGUCI GUNA
MEMINIMALISIR KERUSAKAN CONCRETE BETON DI PT.
SCG”
Disusun Oleh:
DWI MALIK AL
FAJAR
1307001
9

Fakultas : Teknologi Industri


Program Studi : Teknik
Industri Jenjang Pendidikan : Strata –
1 (S1)
Dosen Pembimbing I : Dr. Budi Sumartono, MT.
Dosen Pembimbing II : Hari Muktiwibowo
ST,MM. Tanggal/Bulan/Tahun : 14 Juli 2022
54

ABSTRAK
PT SCG Readymix Indonesia telah berpengalaman di industri konstruksi Indonesia lebih
dari 40 tahun. We Deliver Concrete Solutions, merupakan komitmen kami untuk
memberikan solusi-solusi pengecoran yang tepat juga nyata sesuai kebutuhan proyek.
Jayamix by SCG mengakomodasi kebutuhan beton siap pakai (readymix) dan Beton Instan
ke pembangunan rumah tinggal, gedung perkantoran, hingga infrastruktur dengan lebih dari
50 batching plant dan 600 truk mixer yang tersebar dipenjuru kota di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai