Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

QC DAN METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KEAIRAN

SOFYAN SANGKALA

POLITEKNIK NEGERI AMBON


JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI
2021
A. CARA MENGENDALIKAN KUALITAS PRODUK

Menurut Edward Deming, proses pengendalian kualitas bisa dilakukan dengan


proses Plan, Do, Check, Action atau disingkat PDCA. Proses tersebut biasanya digunakan
untuk menguji dan menerapkan perubahan guna membenahi kinerja produk serta sistem di
masa mendatang. Berikut tahapan siklus PDCA:

a. Plan
Dalam tahapan ini, terjadi pengembangan rencana mulai dari rencana dan penentuan
standar yang baik, serta memberikan wawasan pada karyawan mengenai pentingnya
mutu. Pelaksanaan pengendalian kualitas berkelanjutan.
b. Do
Pada tahap ini, rencana yang sudah dibuat diterapkan sedikit demi sedikit dengan
berskala kecil dan pembagian tugas pada karyawan secara merata sesuai kapasitas dan
potensi mereka.Lakukan pengendalian selama rencana dilaksanakan agar rencana
tersebut berjalan sesuai dengan tujuannya.
c. Check
Lakukan pemeriksaan pada rencana yang telah dijalankan apakan susah sesuai dan
apakan sudah ada kemajuan. Bandingkan mutu produk yang dihasilkan dengan standar
yang berlaku, apabila ada kegagalan maka segera pelajari penyebab kegagalan tersebut.
d. Action
Setelah melakukan analisa, bisa dilakukan penyesuaian apabila diperlukan. Hal ini
berkaitan dengan standarisasi prosedur baru agar terhindar dari kemunculan masalah
yang sama atau penentuan target baru perbaikan selanjutnya
B. URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB QUALITY CONTROL
ENGINEER.

Uraian Singkat dari jabatan ini adalah mampu melaksanakan kegiatan Quality Control
dengan berpedoman pada rencana mutu dimulai dari kegiatan pemeriksaaan, pengetesan,
pengujian bahan/ material dan hasil pekerjaan sehingga sesuai dengan spesifikasi teknis,
dan standar praktis yang berlaku serta melaporkan seluruh kegiatan beserta hasilnya kepada
Quality Assurance Engineer.

Istilah Quality Assurance dan Quality Control di satu perusahaan? Bedanya


dimana? Perbedaan keduanya terletak di tugas dan tanggung jawabnya. Meski sama-sama
berada dalam satu departemen, Quality Assurance berperan dalam menjamin kualitas,
sementara Quality Control sebagai pengendali kualitas atas suatu produk yang dihasilkan
perusahaan. Karena setiap perusahaan memiliki standar keandalan, kegunaan, kinerja,
maupun standar kualitas lainnya yang sudah ditetapkan untuk setiap produk ataupun layanan.

a. QUALITY ASSURANCE
Bertanggung jawab untuk memastikan sebuah produk yang akan dilepas ke pasaran
sudah memenuhi semua standar kualitas untuk setiap komponennya. Untuk itu, seorang
staf QA akan secara aktif melakukan monitoring dan serangkaian uji dalam upaya
memberi jaminan kualitas pada pembeli.

b. QUALITY CONTROL
Bertanggung jawab untuk memeriksa produk sebelum, selama, ataupun setelah proses
produksi untuk mendapatkan standar kualitas yang diperlukan. Staf QC punya hak untuk
menerima atau menolak produk yang bakal dipasarkan. Jadi, sekali ditemukan produk
yang cacat, maka akan dikembalikan ke bagian produksi.

c. KEAHLIAN YANG DIPERLUKAN QUALITY CONTROL

a. Peran dan Tanggung Jawab


a) Memantau, menganalisis, meneliti dan menguji perkembangan seluruh produk
yang diproduksi
b) Melakukan monitoring proses pembuatan produk
c) Melakukan verifikasi kualitas produk
d) Memastikan barang yang diproduksi memiliki kualitas yang memenuhi
standar perusahaan
e) Merekomendasikan untuk melakukan pengolahan ulang pada produk dengan
kualitas rendah
f) Mendokumentasi inspeksi dan juga tes pada produk perusahaa.
g) Membuat analisis atau catatan sejarah dan dokumentasi produk yang dapat
digunakan untuk referensi mendatang

b. PERSYARATAN PENDIDIKAN QUALITY CONTROL

Persyaratan pendidikan untuk Quality control tergantung pada sektor industri di mana
mereka bekerja. Secara umum untuk menjadi staf quality control dibutuhkan ijazah dari
perguruan tinggi, politeknik yang sejajar dengan Diploma. Sedang untuk jabatan lebih tinggi
seperti manager kualitas produk mungkin membutuhkan ijazah lebih tinggi seperti sarjana
maupun pascasarjana, begitu juga dengan quality produk yang lebih kompleks mungkin
memerlukan pendidikan lanjutan dalam kontrol kualitas atau pelatihan khusus dalam bidang
industri.

C. PENARAPAN ISO PADA PELAKSANAAN BANGUNAN AIR

Perkembangan jasa konstruksi di bidang pengelolaan sumber daya air di Indonesia


tidak lepas dari meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian. Pola
perubahan cuaca di Indonesia yang tidak mendukung produksi pertanian selama setahun
menuntut pengelolaan jaringan irigasi yang lebih kompleks untuk meningkatkan debit aliran
air sehingga dapat mengairi lahan pertanian selama setahun penuh. Pengelolaan sumber daya
air yang baik dan berkelanjutan ini tentu hanya dapat tercapai melalui bangunan jaringan
irigasi yang bermutu yang dimulai dari tahap perencanaan sampai pendayagunaan sumber air
tersebut.

Kebijakan Mutu dalam upaya menjamin ketersediaan infrastruktur yang handal bagi
masyarakat dengan prinsip efisien dan efektif serta melakukan peningkatan mutu kegiatan
secara berkelanjutan. Secara umum, aspek mutu terdiri dari tiga bagian yaitu perencanaan
mutu, jaminan mutu dan pengendalian mutu. Konsep perencanaan mutu dan jaminan mutu
relatif sudah baik dengan banyaknya berbagai kebijakan yang ada. Justru penerapan
pengendalian mutu yang sering menyebabkan timbulnya kendala/isu mutu dalam konstruksi.
Mutu suatu pekerjaan pada proyek-proyek pemerintah lebih banyak dilihat dari hasil
akhir pekerjaan atau fungsi bangunan itu sendiri. Tidak tercapainya mutu produk akhir dan
tidak terpenuhinya fungsi bangunan berimplikasi pada hukum. Penyimpangan prosedur
pekerjaan dan pembengkakan biaya & waktu seringkali diabaikan oleh pengguna jasa
maupun penyedia jasa dengan harapan mutu akhir produk dapat tercapai.

Mutu seringkali digunakan dalam memberikan penilaian yang terbaik pada sesuatu
produk pada kehidupan sehari-hari. Mutu tidak hanya terbatas pada penilaian tersebut, Mutu
adalah tingkat dimana satu set karakteristik yang melekat memenuhi kebutuhan atau harapan
yang dinyatakan, umumnya tersirat atau wajib (Hoyle : 2007), Mutu didefenisikan sebagai
gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang/jasa yang menunjukkan kemampuannya
dalam pemenuhan persyaratan yang ditentukan atau yang tersirat.

Penerapan Sistem Jaminan Mutu (Quality Assurance) – Bidang Pengairan di


lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air adalah untuk meyakinkan bahwa apa yang
dikerjakan baik berupa pembangunan prasarana dan sarana dasar – bidang pengairan maupun
pelayanan jasa penyediaan Air bagi masyarakat, benarbenar telah sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan dan disepakati. Tujuannya adalah untuk menunjang program kerja Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air dalam mengupayakan peningkatan mutu pekerjaan pembangunan
Bidang Pengairan dapat terpenuhi kebutuhan sesuai dengan yang disyaratkan dan dijanjikan.
Guna menunjang pelaksanaan program tersebut diatas maka telah diterbitkan surat keputusan
sebagai berikut :

a. Surat keputusan Direktur Jenderal Pengembangan Pedesaan No. 06/KPTS/A/2000,


tanggal 28 Maret 2000, tentang pengaturan kembali pedomanpedoman dalam rangka
pelaksanaan Quality Assurance Bidang pengairan.
b. Surat keputusan Direktur Jenderal Pengairan No.30/KPTS/A/1999 tertanggal 28 Mei
2000 tentang : Pedoman-pedoman dalam rangka pelaksanaan Quality Assurance
Bidang Pengairan.
c. Surat keputusan Direktorat Jenderal Pengembangan Pedesaan kepada para kepala
Dinas PU Pengairan / Dinas PU propinsi No. PR 01.01 Dd / 262 tanggal 9 Nopember
2000 perihal program penerapan sistem Jaminan Mutu (Quality Assurance) Bidang
pengairan Direktorat Jenderal Pengembangan Pedesaan.
d. Surat Direktur Jenderal Pengembangan Pedesaan kepada para kepala Dinas PU
Pengairan / Dinas PU Propinsi No. PR 01.01-Ds/25 tanggal 8 Februari 2001 perihal
Program Penerapan Sistem Jaminan Mutu (Quality Assurance)-Bidang Pengairan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Penjelasan teknis).
e. Surat keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air No. 177 / KPTS / D /2003
tanggal 25 maret 2003 tentang penyempurnaan pedoman pelaksanaan penerapan
jaminan mutu bidang pengairan.
f. Kep.Men Kimpraswil Nomor : 362 /KPTS/ M /2004 tentang sistem manajemen mutu
konstruksi

Beberapa manfaat dari Manajemen Mutu (Quality Management) yang aplikasinya


adalah menerapkan dan memelihara sistem mutu agar tetap efektif dan efisien, antara lain
sebgai berikut :

a. Meningkatkan efisiensi melalui perampingan operasional perusahaan. Menerapkan do


it right first time akan menghemat biaya pelaksanaan, sehingga cost saving akan
meningkat karena rendahnya cost of non – conformity.
b. Sebagai salah satu cara dalam upaya peningkatan kinerja perusahaan yang sistematis
dan berkesinambungan.
c. Keyakinan pelanggan akan terpenuhinya keinginan – keinginannya oleh penyedia jasa
mendorong untuk pelanggan untuk meminta penyedia jasa tersebut untuk
mengerjakan proyek yang lainnya lagi, dan bahkan mendapatkan pelanggan baru
karena prestasinya.
d. Moral yang tinggi dari seluruh jajaran diperusahaan (ditandai dengan didapatkannya
sertifikat dari badan sertifikasi) akan meningkatkan citra perusahaan.

Pengembangan penerapan Sistem Manajemen Mutu Seri Standar ISO 9000 adalah
Standard Internasional yang diterbitkan oleh The International Organization for Standard,
yang berkedudukan di Geneva – Switzerland sebagai Pedoman Umum yang mengatur secara
sistematis pencapaian Mutu yang diinginkan dari produk-produk yang akan dihasilkan
(Barang ataupun Jasa / pelayanan) melalui proses Quality Management dan Quality
Assurance System. Ada pun penerapan ISO pada pelaksanaan Bangunan Air yaitu meliputi ;

1. Pengendalian Sistem Kualitas, yang meliputi :


a. Tanggung Jawab Manajemen Perusahaan bertekad untuk memastikan mutu
hasil kerjanya. Tekad ini tercermin dari kebijakan mutu perusahaan yang
merupakan sasaran jangka panjang dan sasaran mutu perusahaan yang
merupakan sasaran jangka pendek. Kebijakan mutu dilaksanakan diseluruh
jajaran perusahaan secara konsisten. Pencapaian sasaran dipantau secara
berjenjang dan berkala didalam kegiatan tinjauan manajemen berupa rapat
tinjauan manajemen. Untuk memastikan tercapainya kedua sasaran tersebut
diatas, menyusun organisasi perusahaan dan membagi tanggung jawab serta
kewenangan kegiatan pemastian mutu. Salah seorang pejabat di perusahaan
ditunjuk sebagai wakil manajemen yang memikul tanggung jawab dan
berwenang penuh atas terpeliharanya sistem manajemen mutu. Secara rutin
dan berjenjang, kegiatan pemastian mutu dan hasilnya ditinjau oleh
manajemen perusahaan untuk menjamin bahwa sistem berjalan dengan lancar
dan efektif. Dalam kegiatan tinjauan oleh manajemen ini. Kesulitankesulitan
yang dialami akan dievaluasi dan ditindak lanjuti.
b. Sistem Kualitas Perusahaan telah mengembangkan sistem manajemen mutu,
pengaturan tentang sistem manajemen mutu ini dituangkan dalam
dokumentasi sistem manajemen mutu. Dokumentasi sistem manajemen mutu
terdiri dari tiga tingkatan, yaitu manual dibidang mutu, prosedur-prosedur dan
instruksiinstruksi kerja. Manual dibidang mutu memuat garis kebijakan
perusahaan dalam upaya pemastian mutu. Prosedur-prosedur adalah
penjabaran kebijakan yang tersurat didalam manual dibidang mutu, yang
kemudian dikembangkan untuk mengatur kegiatan dalam sistem manajemen
mutu diproyek dan dikantor pusat. Bila diperlukan rincian penjabaran ini
dilengkapi lagi dengan prosedur-prosedur dalam instruksi-instruksi kerja.
Sebelum pelaksanaan proyek, sejalan dengan pembuatan perencanaan
konstruksi dibuat rencana mutu yang menguraikan langkah dan tindakan yang
harus dilakukan, agar perencanaan dasar dan spesifikasi yang disepakati
bersama didalam kontrak dapat dipenuhi dilapangan. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa dengan perencanaan yang matang dan pengembangan
kegiatan-kegiatan yang bersifat pencegahan, akan lebih efisien daripada harus
melakukan pekerjaan perbaikan terhadap hasil kerja.
c. Pengendalian Dokumen Dokumen dan data adalah bagian yang utama dari
sistem manajemen mutu, kegiatan-kegiatan yang dibakukan dalam rangka
pemastian mutu hasil pekerjaan perusahaan dituangkan dalam berbagai
dokumen sistem manajemen mutu. Selain itu berbagai data lainnya juga
menjadi tulang pungung upaya pemastian mutu. Mengingat pentingnya peran
dokumen dan data ini, maka perusahaan membakukan prosedur untuk
mengendalikan peredarannya.
d. Tindakan Korektif Dan Pencegahan Dalam pelaksanaan pekerjaan walaupun
telah diupayakan berbagai kegiatan pencegahan masih ada kemungkinan
bahwa pengguna jasa tidak puas dan mengeluh terhadap hasil pekerjaan.
Keluhan pengguna jasa ini tentunya harus ditangani dengan meneliti kembali
hal yang dikeluhkan tersebut. Bila ternyata keluhan pengguna jasa tersebut
beralasan, maka wajib menindak lanjutinya agar dapat kembali memenuhi
persyaratan kontrak. Mengingat pentingnya tindak lanjut terhadap keluhan ini,
perusahaan akan mencatat dan memantau sejauh mana keluhan ini telah
diselesaikan dengan baik. Selain keluhan pengguna jasa, perusahaan juga akan
memantau pencapaian mutu hasil kerjanya dalam rapat tinjauan manajemen
yang dilakukan diproyek secara berkala ataupun sewaktu-waktu diperlukan.
e. Audit Kualitas Internal Perusahaan menyadari pentingnya pemantauan secara
berkesinambungan pelaksanaan sistem manajemen mutu diseluruh perusahaan
untuk mengetahui sejauh mana sistem ini diikuti dan efektif mencapai hasil
yang diharapkan. 1. Secara periodik, setengah tahun sekali, akan
melaksanakan audit mutu internal yang dilakukan oleh petugas yang tidak
terikat tanggung jawab pada bidang yang diaudit, dan telah dilatih pengauditan
terlebih dahulu. 2. Hasil audit ini selain memicu langkah perbaikan langsung
dilapangan laporannya juga dihimpun untuk ditinjau oleh manajemen. 3.
Seluruh pelaksanaan audit mutu internal akan dicatat dan laporan yang
dihasilkan akan diarsipkan. 4. Laporan dan catatan audit mutu internal akan
menjadi acuan untuk membuat rencana audit mutu internal periode berikutnya.
2. Proses Operasional
a. Tinjau Ulang Kontrak / Dokumen Tender Sebelum mengikuti lelang atau
menerima pekerjaan, perusahaan menyadari perlunya meyakinkan diri bahwa
proyek yang ditawarkan dapat dilaksanakan dengan memenuhi harapan dan
spesifikasi pengguna jasa. Berdasarkan informasi yang diterima, perusahaan
memutuskan ikut / tidaknya lelang suatu proyek. Bila diputuskan mengikuti
lelang, sebelum mengajukan penawaran, berupaya memahami secara seksama
serta mengevaluasi secara rinci dokumen lelang, melakukan peninjauan
lapangan, dan berperan aktif dalam rapat penjelasan lelang untuk menyamakan
persepsi antara pengguna jasa dan peserta lelang. Dengan demikian bila
proyek dapat dimenangkan perusahaan benar-benar siap untuk mengikat
perjanjian dengan pengguna jasa.
b. Pengendalian desain Menyadari pentingnya pengendalian Desain yang dalam
hal ini mengendalikan setiap gambar yang terkait mutu pekerjaan, maka
prosedur ini menjamin gambar disahkan oleh yang berwenang, gambar yang
digunakan adalah edisi terbaru, penggandaan dan pengarsipan gambar hanya
oleh petugas yang berwenang.
c. Pengendalian produk yang dipasok pelanggan Menyadari pentingnya
memastikan mutu bahan / produk yang dipasok oleh pengguna jasa, sebagai
salah satu upaya awal untuk menjamin mutu hasil pekerjaannya. Oleh karena
itu perusahaan membakukan beberapa prosedur untuk menjamin mutu bahan /
produk yang diterima sesuai dengan spesifikasi dan untuk menjamin bahwa
mutu bahan / produk tidak menurun selama penyimpanan. Perusahaan
memastikan penyimpanan seluruh bahan / produk yang dipasok pengguna jasa
dilakukan terpisah dari bahan / produk yang dibeli dari pemasok.
d. Pengendalian Proses Dalam rangka memastikan hasil pekerjaan, perusahaan
berupaya mengendalikan proses pelaksanaan pekerjaan dengan terlebih dahulu
membuat rencana pelaksanaan yang meliputi : rencana site facilities, metode
konstruksi, rencana waktu pelaksanaan, rencana penyediaan tenaga, bahan dan
alat, anggaran pelaksanaan pekerjaan dan mutu. Dalam proses pelaksanaan
pekerjaan perusahaan juga menyiapkan perangkat lunak yang sesuai untuk
menunjang konsistensi mutu produknya seperti gambar kerja, instruksi kerja,
atau modifikasi instruksi kerja khusus untuk jenis pekerjaan baru. Perangkat
lunak yang dipersiapkan ini, dimintakan persetujuannya dari pengguna jasa
apabila dipersyaratkan dalam kontrak. Dalam hal peralatan penunjang,
perusahaan menyadari pentingnya perawatan peralatan untuk memastikan
kondisi operasi yang sesuai, sehingga kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak
terganggu oleh alat yang rusak.
e. Inspeksi Dan Pengujian Inspeksi dan pengujian adalah upaya verifikasi dalam
usaha pemastian mutu bahan / produk, proses pelaksanaan dan hasil pekerjaan,
sebelum diserahkan kepada pengguna jasa. Inspeksi dan pengujian dilakukan
bertahap, mulai dari tahap penerimaan bahan / produk selama proses
pelaksanaan dan pada tahap akhir yaitu sebelum produk yang dihasilkan
diserahterimakan kepada pengguna jasa. Mengingat pentingnya kegiatan
inspeksi dan pengujian ini, maka dengan mengacu pada dokumen kontrak dan
rencana mutu yang telah dibuat diawal proyek, disusun rencana inspeksi dan
pengujian. Rencana ini menjadi acuan pelaksanaan inspeksi dan pengujian
sehari-hari. Pelaksanaan pekerjaan tidak dapat dilanjutkan bila inspeksi dan
pengujian belum dilaksanakan. Bila ditemukan hasil pekerjaan yang tidak
sesuai maka akan diberi tanda status berdasarkan prosedur status inspeksi dan
pengujian serta ditindaklanjuti sesuai prosedur pengendalian produk yang
tidak sesuai.
f. Status Inspeksi Dan Pengujian Suatu elemen pekerjaan yang tekah
diselesaikan sebelum dilanjutkan dengan kegiatan berikutnya, akan diinspeksi
dan di tes terlebih dahulu. Untuk mencegah pekerjaan diteruskan sebelum
inspeksi dan pengujian yang diperlukan selesai dilaksanakan, bahan / produk
yang telah dilakukan inspeksi dan pengujian diberi tanda status inspeksi dan
pengujian. Tanda status inspeksi dan pengujian ini terdiri dari tanda status
“menunggu”, tanda status “diterima” dan tanda status “ tidak sesuai”.
g. Pengendalian Produk Non Konformans Selama pelaksanaan proyek, walaupun
telah diupayakan berbagai kegiatan pencegahan masih dapat terjadi adanya
hasil pekerjaan yang tidak sesuai. Ketidaksesuaian ini akan ditemukan melalui
inspeksi dan pengujian. Produk yang tidak sesuai ini harus tidak terpasang /
terpakai tanpa sengaja dan diupayakan tindak lanjutnya, sehingga dapat
mendukung hasil pekerjaan perusahaan kepada pengguna jasa. Bila ditemukan
hasil pekerjaan yang tidak sesuai, kepala proyek memerintahkan petugasnya
melakukan penyelidikan dan melaporkan hasilnya disertai usulan tindak lanjut
yang akan diambil. Tindak lanjut tersebut dapat berupa perbaikan produk,
penggunaan untuk keperluan lain, atau dibongkar atau tetap diterima dengan
seijin pengguna jasa bila ketidaksesuaian tersebut tidak mempengaruhi
kekuatan struktur atau mutu. Bila disyaratkan dalam kontrak hasil
penyelidikan serta usulan tindak lanjut tersebut disampaikan kepada pengguna
jasa untuk dapat persetujuan.
h. Penanganan, Penyimpanan, Pengepakan, Dan Penyerahan Penanganan,
penyimpanan dan perlindungan yang tepat terhadap bahan / produk dapat
mengurangi kemungkinan kerusakan atau penurunan mutu. Untuk itu
dikembangkan pengaturan tentang penanganan, penyimpanan dan
perlindungan bahan / produk. penyimpanan dan pengadministrasian masuk
dan keluarnya bahan / produk dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku
untuk mencegah penurunan mutu, karena cara penyimpanan yang tidak tepat
atau kadaluwarsa dapat mengakibatkan penurunan mutu bahan / produk
tersebut.
i. Untuk menjaga hubungan baik yang telah terjalin, perusahaan tetap
menanggapi keluhan pengguna jasa meskipun hubungan kontrak telah
berakhir. Atas keluhan yang disampaikan perusahaan akan menyelidiki
masalah yang menjadi sumber keluhan tersebut dan menyampaikan hasilnya
kepada pengguna jasa dengan disertai saran pemecahannya.
3. Aktivitas Pendukung
a. Pembelian mutu hasil pekerjaan perusahaan juga dipengaruhi oleh mutu bahan
/ produk yang diperoleh dari pemasok. Untuk itu perusahaan berupaya
memastikan bahan / produk yang dipasok selalu sesuai dengan spesifikasinya.
Selain melalui upaya inspeksi dan pengujian perusahaan juga mengusahakan
secara terus-menerus menilai kinerja para pemasoknya termasuk penilaian
sistem pemastian mutunya. Penilaian kinerja ini akan membantu perusahaan
untuk menilai pemasok-pemasok yang dapat mendukung upaya perusahaan
menjaga stabilitas mutu hasil pekerjaannya. Pemasok-pemasok yang kurang
dapat mendukung pencapaian mutu ini dengan sendirinya akan dikeluarkan
dari daftar rekanan perusahaan. Demikian pula bila ada pemasok baru yang
menawarkan jasanya, perusahaan akan menilai sejauh mana pemasok ini dapat
mendukung upaya pemastian mutu.
b. Pengendalian Dari Inspeksi, Pengukuran Dan Peralatan Uji Salah satu segi
dalam upaya pemastian mutu adalah menjamin bahwa alat yang dipakai untuk
inspeksi, pengukuran dan peralatan uji dapat memberikan hasil yang tepat.
Untuk itu semua peralatan inspeksi, pengukuran dan peralatan uji yang dipakai
dicatat dalam daftar peralatan inspeksi, pengukuran dan peralatan uji. Selain
itu masing-masing peralatan juga dilengkapi dengan kartu riwayat alat yang
mencatat tentang perbaikan alat, kalibrasi yang dilakukan dan juga masa
berlakunya kalibrasi. Untuk peralatan – peralatan yang berketelitian tinggi,
perusahaan akan mengkalibrasi peralatan tersebut pada instansi yang sudah
dikenal dan diakui pemerintah.
c. Pelatihan Mutu sangat ditentukan oleh pengetahuan dan ketrampilan
petugasnya. Untuk itu perusahaan memastikan bahwa petugas yang menangani
pekerjaan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan cara
melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan dan menyediakan pelatihan untuk
semua kegiatan yang mempengaruhi mutu. pelatihan itu antara lain : program
pembinaan mandor borong, dimulai dari evaluasi kemampuan sebelum
ditunjuk, penjelasan pelaksanaan pekerjaan dan pembinaan selama proses
pelaksanaan .
d. Identifikasi Dan Kemampuan Penelusuran Produk Penyimpangan mutu dapat
terjadi akibat kekhilafan petugas dilapangan. Salah satunya adalah kesalahan
penggunaan bahan / produk, untuk mencegah kejadian seperti ini perusahaan
berupaya memberikan identifikasi pada bahan baku atau komponen yang
dibeli untuk produk yang dihasilkan oleh perusahaan kecuali apabila bahan /
produk tersebut, berdasarkan letak atau bentuknya sendiri, telah dapat
diidentifikasi dengan jelas tanpa perlu tanda identifikasi yang lain. Selain
memberi identifikasi pada bahan / produk, kadang-kadang diperlukan pula
catatan-catatan yang terkait untuk memperjelas identifikasi tersebut.
Perusahaan juga akan berupaya mengumpulkan semua catatan-catatan terkait
yang memungkinkan penelusuran kembali informasi-informasi bila hal ini
dipersyaratkan dalam kontrak. Sebagai contoh informasi tentang pengecoran
beton, dihimpun dan diusahakan untuk mampu telusur. Tujuan penghimpunan
dan pemeliharaan catatan-catatan pengecoran beton ini adalah untuk
memungkinkan tindakan perbaikan apabila ternyata beton yang dihasilkan
tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi.
e. Pengendalian Catatan Kualitas Untuk memastikan bahwa kualitas yang
disyaratkan dicapai dan sistem mutu diterapkan secara efektif, maka catatan
kualitas selalu dihimpun dan dipelihara sebagai bukti pencapaian mutu
dilapangan. Catatan mutu ini juga bermanfaat sebagai sumber informasi
tentang kinerja proyek dalam hal mutu. Pengidentifikasi, pengumpulan,
pengindekan, penyiapan, penyimpanan, penggunaan, pemeliharaan dan
pemusnahan catatan kualitas diatur dengan prosedur pengendalian catatan
mutu.
f. Teknik Statistika Untuk menentukan / menilai tingkat mutu suatu bahan /
produk dan kemampuan proses, kadang-kadang diperlukan teknik statistika.
Apabila hal ini disyaratkan dalam kontrak, maka perusahaan akan menentukan
dan menggunakan teknik statistika yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai