Anda di halaman 1dari 8

RESUME MANAJEMEN MUTU

I. DEFINISI
Quality Assurance / Penjamin Mutu / Jaminan Mutu
QA adalah suatu sistem yang terencana dan aktivitas manajemen yang sistematik, yang diperlukan,
untuk menyediakan kepercayaan yang cukup, yang data, produk, atau jasa-nya akan memenuhi
kualitas yang diinginkan.
QA mengacu pada tindakan, prosedur, dan metoda yang dilaksanakan pada tingkat manajemen dan
tingkat senior teknis untuk mengamati dan memastikan bahwa prosedur mutu adalah pada
tempatnya dan dilaksanakan, dan hasil yang diinginkan dari suatu mutu produk adalah tercapai.
QA meliputi organisasi, perencanaan, pengumpulan data, quality control, dokumentasi, rencana
pelatihan, auditing, pelaporan, dan peningkatan mutu untuk memastikan bahwa sasaran kualitas
adalah terpenuhi.
QA tidak hanya meliputi tinjauan ulang berkala untuk memastikan pemenuhan dengan QC proses
tetapi juga meliputi tinjauan ulang beberapa proses mapan lainnya. Manager Proyek akan
memastikan bahwa tingkatan tinjauan ulang sesuai (dan kerjasama didalam proses tinjauan ulang)
sudah terjadi untuk: constructability, bid-ability, value engineering, dan dokumentasi proyek.
QA juga menyertakan suatu tinjauan ulang umum dari personil, untuk memastikan suatu tingkat
keahlian yang dapat diterima untuk produk desain yang berkualitas. Semua personil desain akan
diberitahukan tentang detil QC rencana.
Komunikasi adalah juga suatu hal penting dalam semua proses. QA meliputi tinjauan ulang
tingkatan dan mutu komunikasi dan dokumentasi yang terpenuhi sepanjang proses.

Quality Control / Pengendalian Mutu


Pengendalian Mutu adalah suatu sistem tentang teknik operasional dan aktivitas yang mengukur,
menilai, dan menandai mutu data, produk atau jasa, sampai pada pendeteksian dan pengendalian
kesalahan, untuk menjaga mutu input atau output pada spesifikasinya dalam rangka memenuhi
persyaratan mutu.
Pengendalian Mutu digambarkan sebagai pemeriksaan, analisa, dan tindakan yang diperlukan
untuk memastikan mutu keluaran; atau suatu teknik yang operasional dan aktivitas yang yang
digunakan untuk memenuhi dan memverifikasi kebutuhan mutu; atau suatu prosedur untuk
memelihara mutu masukan atau keluaran ke spesifikasi.
Pengendalian Mutu adalah suatu komponen yang utama dari total manajemen mutu dan suatu
proses untuk memelihara standar, bukan menciptakannya.
QA/QC adalah suatu sistem yang terdiri dari prosedur, cek, audit, dan tindakan korektif untuk
memastikan bahwa semua aktivitas yang bersifat teknis, operasional, monitoring, dan pelaporan,
berada pada tingkat mutu yang paling tinggi.
Unsur penting dari suatu sistem QA yang komprehensif/menyeluruh adalah suatu fungsi siaga yang
bertujuan untuk memperingatkan pengguna/pemelihara terhadap kualitas data yang buruk, tidak
berfungsi, atau kondisi-kondisi yang beresiko terhadap kesehatan dan keselamatan.
Phase Review
Phase Review mengacu pada tinjauan ulang formal oleh berbagai disiplin dan berbagai tahap dari
proses pengembangan rencana. Phase Review biasanya dilakukan pada tahap penyelesaian 30%,
60%, 90%, dan plan-in-hand (95%) untuk rencana persiapan, serta tahap penyelesaian 60% dan
95% untuk rencana akhir. Review tambahan dapat dilakukan dan mungkin diperlukan sesuai
arahan dari Project Manager (PM).

Project Manager (PM)


PM adalah orang yang bertanggung jawab untuk perencanaan, koordinasi, dan pengendalian suatu
proyek dari permulaan sampai penyelesaian, memenuhi kebutuhan proyek dan memastikan bahwa
tiap proyek selesai tepat waktu, didalam anggaran, didalam lingkup, dan terpenuhi standar
mutunya. PM mengansuransikan bahwa semua tahap review sudah terjadi dan telah diselesaikan,
bahwa semua komentar telah menunjukkan kepuasan, dan bahwa semua checklist telah
diselesaikan oleh personilnya. PM bertanggung jawab pada rencana pengendalian mutu tiap
proyek.

Engineer of Record (EOR)


EOR adalah engineer yang terlisensi dan profesional yang bertanggung jawab terhadap kendali
langsung dan pengawasan pribadi dari pekerjaan engineering.

II. RENCANA PENGENDALIAN MUTU


Untuk menggambarkan rencana yang bermutu, 5C diperlukan untuk menandai kualitas dari
rencana. 5C adalah:
1. Complete /terlengkapi atau tersudahi
a. Rencana akan merupakan suatu penyajian yang akurat dan seksama dari eksisiting
dan corak lokasi proyek
b. Rencana akan merupakan suatu penyajian yang akurat dan seksama dari detil dan
corak proyek yang diusulkan untuk dibangun
c. Rencana akan didukung oleh suatu proses pengembangan yang didokumentasikan
secara terperinci dan seksama
d. Rencana akan dikembangkan dengan keterlibatan aktif dari semua pihak yang
terlibat sepanjang setiap tahap pengembangan
2. Consistent /Konsisten
Rencana akan konsisten dengan rencana lain yang dikembangkan dan akan mematuhi
semua standar dan petunjuk
3. Clear /Bersih
Rencana tidak akan berisi kesalahan desain atau penghilangan yang akan memerlukan
addendum lebih dari satu sepanjang periode proyek
4. Correct /Benar
Rencana tidak akan berisi kesalahan desain atau penghilangan yang akan menyebabkan
delay (penundaan), penangguhan, atau pembatalan proyek
5. Constructible
Rencana tidak akan berisi kesalahan desain atau penghilangan yang memerlukan lebih dari
dua order perubahan sepanjang fase konstruksi yang secara individu menyebabkan
peningkatan atau pengurangan lebih dari 3% dari nilai kontrak asli, atau menyebabkan
peningkatan atau pengurangan waktu kontrak lebih dari satu hari
Komunikasi yang baik dan usaha yang signifikan dari semua stakeholders diperlukan untuk
memenuhi 5C dan mencapai hasil yang diinginkan dari berbagai rencana mutu.
Rencana Pengendalian Mutu dimaksudkan untuk menetapkan suatu benchmark untuk
pengembangan pengendalian mutu yang efektif dan untuk meyakinkan bahwa quality control telah
diterapkan secara efektif.

III. SASARAN PROSES PENGENDALIAN MUTU


Sasaran utama dari proses pengendalian mutu adalah untuk menyediakan suatu mekanisme
dimana semua rencana konstruksi dapat tunduk kepada suatu tinjauan ulang yang konsisten dan
sistematis. Hasil tinjauan ulang haruslah menciptakan satu set rencana proyek yang berkualitas,
yang pada hakekatnya harus bebas error.
Sasaran sekunder dari proses pengendalian mutu adalah untuk menyediakan suatu dokumentasi
proses desain yang baik. Suatu file proyek yang didokumentasikan haruslah suatu hasil sampingan
dari proses pengendalian mutu. Sasaran sekunder yang lain dari proses pengendalian mutu adalah
untuk menyediakan umpan balik informasi dari tinjauan-tinjauan ulang kepada designers. Designer
meningkatkan keahlian, dan peningkatan umum dalam pengetahuan dari umpan balik tersebut
perlu menghasilkan peningkatan produk pada tahap awal, bahkan sebelum review proyek dimulai.
Proses pengendalian mutu bertindak sebagai program pelatihan yang paralel.

IV. KEBUTUHAN PENGENDALIAN MUTU


Proses Pengendalian Mutu meliputi perencanaan berkualitas, pelatihan, menyediakan arah dan
keputusan yang jelas, pengawasan tetap, tinjauan ulang yang segera dari aktivitas yang telah selesai
untuk ketelitian dan kelengkapan, serta mendokumentasikan semua keputusan, asumsi dan
rekomendasi.
Dalam proses pengembangan rencana konstruksi, designer/engineer memiliki tanggung jawab
untuk memastikan bahwa semua unsur proyek adalah hemat, akurat, telah disiapkan, terkoordinir,
dicek, dan diselesaikan, agar secara konsisten dapat memenuhi kebutuhan dan harapan. Dalam hal
ini, mutu harus sepenting jadwal dan anggaran.
Semua designer dan reviewer harus mengenali bahwa mutu adalah hasil dari beberapa proses.
Dibutuhkan banyak individu yang menyelenggarakan banyak aktivitas yang sesuai dalam waktu
yang tepat sepanjang proses pengembangan rencana. Pengendalian Mutu tidak semata-mata terdiri
dari suatu tinjauan ulang setelah suatu produk diselesaikan. Adalah suatu pendekatan dan suatu
perwujudan bahwa mutu adalah sesuatu yang terjadi sepanjang proses desain. Mutu memerlukan
terselenggaranya semua aktivitas dengan kebutuhan valid, tak peduli besar atau kecilnya
kontribusi keseluruhan mereka kepada proses desain. Teknik yang baik, memperhatikan detail dan
memastikan bahwa rencana adalah benar dan berguna adalah juga penting terhadap kualitas.

V. REVIEW RENCANA
Sebagai review rencana, designer/engineer akan mengecek desain dari semua dokumen. Review ini
akan meliputi aktivitas-aktivitas berikut:
1. Pemenuhan dengan kebutuhan proyek
2. Ketercukupan dan ketelitian teknis
3. Kecocokan dengan dokumen proyek lain yang berhubungan
4. Pemenuhan dengan komentar review sebelumnya.

VI. PROYEK KONSULTAN


Proyek Konsultan akan mengalami review QA yang sama seperti proyek in-house. Rencana
Pengendalian Mutu Proyek Konsultan akan mendahului pekerjaan disain dan akan meliputi area
berikut:
Organisasi
Review Pengendalian Mutu terhadap rencana, laporan, perhitungan, dan korespondensi
Metoda dokumentasi komentar yang diusulkan, koordinasi, tanggapan dan arsip QA
Kendali terhadap sub-konsultan dan vendor
Efisiensi
Sertifikasi Jaminan Mutu

VII. KEGIATAN MANAJEMEN MUTU REKONSTRUKSI/REHABILITASI PERMUKIMAN PASCA


BENCANA JAWA BARAT
VII.1. Bentuk Kegiatan
Melakukan upaya untuk menjamin Mutu Produk Rehabilitasi dan Rekonstruksi melalui Quality
Assurance dan Quality Control. Penjaminan dan pengendalian mutu ini lebih ditujukan bagi produk
dan hasil fisik rehabilitasi dan rekonstruksi rumah korban gempa (output fisik), selain juga pada
proses dan prosedur yang ditempuh. Hal ini terutama berlaku pada kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi yang telah berjalan dan bahkan sebagian diantaranya telah selesai. Sebagian besar
lainnya sudah berada ditengah proses pembangunan dan hanya sebagian kecil saja yang masih
belum memulai proses pembangunannya. Dengan demikian bentuk kegiatan ini memiliki rentang
yang cukup lebar, dari pemantauan pelaksanaan fisik sehingga pengujian hasil pelaksanaan dengan
menggunakan standar kualitas yang berlaku.
Pelaksanaan pengendalian mutu dalam kegiatan ini identik dengan proses akhir dalam penjaminan
mutu, namun tanpa diikuti tindak korektif (bila diperlukan perbaikan akan diserahkan pada
masyarakat). Dengan demikian pemeriksaan produk akhir rumah ini lebih cenderung berupa:
Penilaian kekuatan atau ketahanan terhadap gempa dari struktur bangunan rumah yang
bersangkutan.
Bila bangunan dinilai sub standar, diikuti dengan sarana perlakukan perkuatan konstruksi
yang diperlukan untuk menuju pada kondisi bangunan tahan gempa.

VII.2. Lingkup Kegiatan


Kegiatan penjaminan dan pengendalian mutu rumah hasil rekonstruksi pasca gempa ini meliputi:
a. Penyiapan rencana kerja dan perangkat pekerjaan, termasuk mempersiapkan instrumen
survey berupa daftar simak (checklist) dan formulir lainnya (contoh daftar simak dapat
dilihat pada lampiran).
b. Mengembangkan materi pelatihan singkat (pembekalan) bagi tenaga lapangan dari
berbagai jenjang (surveyor, supervisor, koordinator).
c. Merekrut dan melatih tenaga lapangan.
d. Melaksanakan kegiatan lapangan berupa survey teknis dan sosial berdasar metode dan
daftar simak yang telah disetujui. Termasuk disini adalah melakukan uji fisik dan visual
terhadap bangunan rumah serta wawancara terhadap rumah.
e. Melakukan konfilasi, klasifikasi dan analisis data terhadap kualitas bangunan rumah hasil
rehabilitasi dan rekonstruksi. Analisis dilakukan terhadap kondisi teknis bangunan rumah
dan permasalahan teknisnya, serta analisis kepuasan masyarakat (customer satisfaction)
dan kebutuhan pengembangan rumah.
f. Menyusun manual/panduan umum perlakukan berupa resep perbaikan, peningkatan, dan
arahan pengembangan rumah berdasarkan permasalahan yang umum dijumpai.
g. Menyiapkan sarana-sarana perlakuan berupa perbaikan/ perkuatan konstruksi dan arahan
pengembangan rumah secara individu untuk menjaga dan atau meningkatkan ketahanan
terhadap gempa.
h. Mendistribusikan kembali catatan hasil kajian penjaminan dan pengendalian mutu kepada
masyarakat sesuai lokasi pendataannya, dilampiri panduan umum perlakuannya.
i. Membangun format basis data elektonik dan system informasi rumah hasil rehabilitasi dan
rekonstruksi.
j. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan, meliputi laporan rencana kegiatan, laporan
bulanan akhir serta laporan eksekutif. Termasuk disini membantu menyiapkan kebijakan
dan strategi penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat.
k. Memberikan masukan kebijakan ketentuan/peraturan pembangunan eumah wilayah potnsi
bencana gempa.

VII.3. Metodologi
VII.3.1 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Dalam pelaksanaan kegiatan ini metodologi dan sistematika yang harus dilakukan antara
lain :
a. Metode survey untuk mengetahui kinerja pemberdayaan dan proses konstruksi
dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah berbasis
masyarakat.
b. Pengujian terhadap komponen struktural bangunan, mencakup system pondasi,
rangka beton (sloof, kolom, balok), dan system konstruksi atap untuk mengetahui
kualitas ketahanan bangunan rumah terhadap gempa.
c. Metode uji ulang (trianguulasi) untuk mengetahui kinerja pelaksanaan dan mutu
hasil kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah pasca gempa. Temuan dari
proses ini akan dipergunakan dalam menaksir kekuatan dalam komponen struktur
secara umum.
d. Metode preskriptif untuk pemberian saran perlakuan tertulis dengan cara
Profesional Judgement oleh ahli bangunan berdasar masukan petugas lapangan
(surveyor), yakni data hasil uji kekuatan struktur diramu dengan data observasi
kelengkapan struktur bangunan dan informasi riwayat pembangunan.

VII.3.2 Teknik Pemeriksaan


Pemantauan hasil rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan pasca gempa dilakukan secara
visual, interview dan uji fisik :
a. Teknik Amatan Visual, dilakukan dengan observasi langsung terhadap kondisi
hasil fisik bangunan rumah produk rekonstruuksi secara keseluruhan. Fokus
diarahkan secara komponen struktur utama, baik fondasi, rangka struktur, maupun
penyelesaiann konstruksi atap, penerapan teknik ini haruus berlandaskan pada
daftar simak yang mantap.
b. Teknik Interview Pemilik, dilakukan dengan mewawancarai pemilik rumah
mengenai proses pembangunan yang telah dijalani saat rekontruksi. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah proses tersebut telah mencakupi atau
memenuhi prosedur teknik pembangunan rumah. Untuk hal ini perlu disiapkan
instrumen pelaksanaan berupa form wawancara singkat.
c. Teknik Uji Fisik, ditempuh untuk mengetahui secara nyata mengenai ketahanan
bangunan rumah terhadap gempa bumi dengan cara melihat kekuatan
konstruksinya. Uji fisik dilakukan dengan teknik hammaer test dan metal scanning
secara terbatas terhadap komponen rangka beton seluruh bangunan rumah.

VII.3.3 Teknik Sampling


Melihat jumlah rumah yang direkontruksi (lebih 100.000 buah) serta menimbang berbagai
kendala yang ada (berdasarkan waktu, keterbatasan sumber daya dan peralatan, maupun
biaya) penjaminan dan pengendalian mutu akan dilaksanakan dalam skala terbatas.
Pelaksanaannya merupakan semi inventarisasi kualitas rumah hasil rekonstruksi, dengan
keterbatasan yang ada maka bisa inventarisasi diambil satuan Pokmas/KSMP. Hal ini
didukung asumsi bahwa kualitas hasil rekonstruksi dalam lingkup tersebut adalah
homogeny, karena faktor-faktor penentu yang sama/setara (fasilitator, tenaga/tukang,
pemilik/kelompok, material serta aspek geografis dan lingkungan).
Untuk memenuhi kaidah representativitas populasi rumah rehabilitasi dan rekonstruksi
dalam kelompok yang bersangkutan, maka syarat sample rumah yang terjadi kerusakan
akan diidentifikasi menurut kondisi kerusakan struktur, adalah sebagai berikut :
1. Rusak Ringan
Adanya retak besar (lebih lebar lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding;
Retakan menyebar luas di banyak tempat termasuk kolom dan balok;
Terjadi kerusakan bagian-bagian non struktur seperti lisplang dan talang;
Kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang sebagian;
Masih layak huni.
Kondisi kerusakan di atas perbaikan rumah dapat dilakukan secara arsitektur dan
perkuatan bagian struktur untuk menahan beban. Bangunanpun perlu
dikosongkan dan dihuni setelah proses perbaikan selesai.

2. Rusak Berat
Dinding pemikul beban terbelah dan runtuh;
Bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat;
Sekitar 50% struktur utama mengalami kerusakan
Sudah tidak layak huni.
Kerusakan konstruksi di atas, rumah harus dirubuhkan dan diperbaiki secara
menyeluruh.

3. Kerusakan Total
Bangunan roboh seluruhnya (>65%);
Sebagian besar komponen utama struktur rusak;
Tidak layak huni.
Kerusakan konstruksi di atas, rumah harus dirubuhkan, lokasi dibersihkan dari
puing bangunan dan selanjutnya dibangun bangunan baru.

VII.4. Produk Kegiatan


VII.4.1 Keluaran dan Hasil
Keluaran dari kegiatan ini, adalah:
Data-data hasil inventarisasi kondisi kerusakan struktur rumah hasil rehabilitasi dan
rekonstruksi yang benar dan akurat serta dapat diproses dengan cepat;
Rencana program penanggulangan bencana di Provinsi Jawa Barat dapat
dilaksanakan secara benar, tepat waktu, dan tepat sasaran;
Sebagai arah kebijakan dan pengambilan keputusan berdasarkan Decision Support
System (DSS), yang mencakup:
1. Sistem manajemen asset penanggulangan bencana yang dapat menunjukkan
lokasi dan kondisi rumah hasil rehabilitasi dan rekonstruksi;
2. Sistem query penanggulangan bencana berdasarkan atribut yang diperlukan
untuk penyusunan program dan anggaran;
3. Sistem penjaminan mutu dan pengendalian mutu.
Point-point diatas dilengkapi dengan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Sebagai jaminan kualitas fisik struktur bangunan sebagaimana standar yang berlaku.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah bangunan rumah yang telah direhabilitasi
dan direkonstruksi memakai sistem struktur dan teknik konstruksi yang memenuhi kaidah
teknis dan syarat ketahanan terhadap gempa. Dengan demikian bangunan secara nyata
memiliki kekuatan yang mencukup dalam menahan beban lateral khususnya gempa.

Anda mungkin juga menyukai