Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN MUTU DAN PERBAIKAN PROSES DENGAN


MENGGUNAKAN METODE DMAIC (DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE,
CONTROL) PADA PABRIK TEPUNG TAPIOKA
(STUDI KASUS: PT HUTAHEAN PINTU BOSI)

Mahasiswa Pengusul : ALEX PRATAMA


NIM : 21S15067
Calon Dosen Pembimbing : NIKO SARIPSON P. SIMAMORA S.T., M.B.A
NIDN :
Jenis Tugas Akhir :B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN REKAYASA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI DEL
2019

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Niko Saripson P. Simamora, dengan ini menyatakan
bahwa Proposal Tugas Akhir mahasiswa bernama Alex Pratama dengan judul “Implementasi
Pengendalian Mutu dan Perbaikan Dengan Menggunakan Metode DMAIC (Define, Measure,
Analyze, Improve, Control) Pada Pabrik Tepung Tapioka” telah dilakukan perbaikan sesuai dengan
hasil catatan review para panelis dalam seminar proposal Tugas Akhir. Apabila Proposal ini
dinyatakan diterima oleh panelis, maka saya bersedia menjadi Dosen Pembimbing.

Laguboti, 17 Januari 2019

(Niko Saripson P. Simamora S.T., M.B.A)


(NIDN: )

2
ABSTRAK
PT Hutahean adalah perusahaan di bidang manufaktur yang bergerak di sektor industri tepung
tapioka. Dalam pemenuhan kualitas produk tepung tapioka tersebut, PT Hutahean masih belum
dapat memaksimalkan kualitas dari produk mereka. Dalam memaksimalkan kulitas produk dapat
dilakukannya pengendalian mutu dan perbaikan proses di setiap sektorperusahaan, terutama di
sektor produksi, dengan melakukan pengendalian mutu dan perbaikan proses tersebut tentu akan
mendapatkan keuntungan dari segi pengurangan biaya yang dikeluarkan yaitu dari biaya reworked
produk cacat ke proses sebelumnya. Dalam melakukan pengendalian akan kecacatan produk
tepung tapioka, six sigma merupakan pendekatan yang sangat tepat dimana dalam penggunaannya,
hal yang sangat diperhatikan ialah level sigma yang mendekati atau bahkan berlevel 6 dan nilai
DPMO yang mendekati atau bahkan bernilai 3,4 defect per million opportunity. Dalam pemenuhan
nilai six sigma dan DPMO tersebut nantinya akan dilakukan serangkaian proses dimulai dari
Define, Measure, Analyze, Improve dan control yang masing-masing proses akan mempunyai
maksud dan fungsinya sendiri. Proses tersebut perlu didukung oleh beberapa tools seperti SPC
(Statistical Process Control), Cause Effect Diagram, FMEA (Failure Modes and Effect Analysis)
dan tools lainnya yang akan digunakan dalam hal mengidentifikasi dan menganalisis
permasalahan, menganalisis data, pengolahan data, pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan untuk solusi yang maksimal.
Kata kunci: Six sigma, DPMO, Sigma level, Tools six sigma

3
1. Latar belakang
Pertumbuhan industri pada saat ini sangatlah berkembang dengan cepat dimulai dari kota-kota
besar bahkan sampai ke daearah-daerah terpencil di Indonesia. Industri tepung tapioka adalah salah
satu industri yang terdapat di daerah terpencil di Indonesia yaitu di daerah kabupaten Toba
Samosir. Perusahaan tersebut ialah PT Hutahean yang terletak di Desa Pintu Bosi, Laguboti. PT
Hutahean telah berdiri sejak tahun 2010 hingga kini. Dalam menghasilkan produk tepung tapioka
sebesar 50 kg, PT Hutahaean memerlukan 200 kg ubi kayu namun PT Hutahaean masih belum
dapat memaksimalkan kualitas dari produk mereka dikarenakan masih terdapatnya kecacatan yang
sering terjadi pada produk akhir mereka seperti warna tepung yang tidak sesusai standar, tingkat
kadar air yang berlebih, kadar abu yang berlebih, rendemen yang kurang, adanya gumpalan.

Dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan akan suatu produk, setiap perusahaan pasti memilki
strateginya masing-masing. Strategi tersebut dapat berupa strategi untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan dalam hal memberikan kualitas produk yang baik. Kualitas atau mutu yang baik dari
suatu produk dapat dilihat jika produk tersebut sudah sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang
telah ditentukan, standar mutu tersebut meliputi bahan baku proses produksi dan proses produksi
(Phillip B. Crosby). Dengan melakukan strategi pengendalian mutu dan perbaikan proses,
diharapkan bahwa kualitas produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dapat meningkat dengan
melakukan pencegahan terjadinya produk cacat, sehingga dapat mengurangi biaya yang
dikeluarkan dari segi reworked yang akan dilakukan pada proses sebelumnya.

Six sigma merupakan sebuah sistem pendekatan terhadap pengendalian mutu dan perbaikan
proses dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, control) yang
berfokus terhadap proses dan pencegahan cacat (defect) yang terjadi di suatu proses produksi
(Snee, 1999). Dengan adanya six sigma, penulis bermaksud untuk mengimplementasikan
kegunaan dari six sigma itu sendiri yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas produk
di PT Hutahean.

2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui jenis kecacatan yang terjadi pada produk tepung tapioka di PT Hutahean
b. Mengetahui tingkat keseringan terjadinya kecacatan produk di PT Hutahean
c. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kecacatan pada produk tepung tapioka di PT
Hutahean
d. Merumuskan solusi untuk mengatasi kecacatan produk tepung tapioka dengan
menggunakan metode six sigma di PT Hutahean
e. Mengimplementasikan solusi pada suatu bagian proses produksi yang memiliki pengaruh
paling besar terhadap keberlangsungan proses produksi di PT Hutahaean

4
3. Landasan Teori

3.1 Defenisi Kualitas/Mutu


Kualitas atau mutu merupakan suatu hal yang dilihat oleh konsumen dalam pemilihan
sebuah produk/jasa, oleh sebab itu kualitas atau mutu ditentukan oleh konsumen itu sendiri
sehingga kualitas atau mutu memilki banyak pengertian tergantung dari sudut pandang
masing-masing orang. Kualitas atau mutu memiliki tujuan yang sangat sulit dipahami,
karena harapan para konsumen akan menuntut lebih untuk mendapatkan standar baru lain
yang lebih baru dan lebih baik, maka dari itu kualitas adalah proses dan bukan hasil akhir
(Kadir, 2001). Terdapat 8 dimensi kualitas menurut (David A. Garvin, 1987) yaitu:
1. Performance (Kinerja)
Performance atau kinerja merupakan dimensi kualitas yang berkaitan dengan
karakteristik utama suatu produk.
2. Features (Fitur)
Features atau fitur merupakan karakteristik pendukung atau pelengkap dari
karakteristik utama suatu produk.
3. Reliability (Kehandalan)
Reliability atau kehandalan adalah dimensi kualitas yang berhubungan dengan
kemungkinan sebuah produk dapat bekerja secara memuaskan pada waktu dan kondisi
tertentu.
4. Conformance (Kesesuaian)
Conformance adalah kesesuaian kinerja dan kualitas produk dengan standar yang
diinginkan. Pada dasarnya, setiap produk memiliki standar ataupun spesifikasi yang
telah ditentukan.
5. Durability (Ketahanan)
Durability berkaitan dengan ketahanan suatu produk hingga harus diganti dan diukur
dengan umur atau waktu daya tahan suatu produk.
6. Serviceability (Pelayanan)
Serviceability adalah kemudahan layanan atau perbaikan jika dibutuhkan. Hal ini
sering dikaitkan dengan layanan penjualan yang disediakan oleh produsen seperti
ketersediaan suku cadang dan kemudahan perbaikan jika terjadi kerusakan serta adanya
pusat pelayanan perbaikan (Service Center) yang mudah dicapai oleh konsumen.
7. Aesthetics (Estetika/keindahan)
Aesthetics adalah dimensi kualitas yang berkaitan dengan tampilan, bunyi, rasa maupun
bau suatu produk.
8. Perceived Quality (Kesan Kualitas)
Perceived Quality adalah kesan kualitas suatu produk yang dirasakan oleh konsumen.
Dimensi kualitas ini berkaitan dengan persepsi konsumen terhadap kualitas sebuah
produk ataupun merek.

5
3.2 Pengendalian Kualitas/Mutu (Quality Control)
Dalam melakukan pemenuhan kualitas atau mutu, perlu adanya pengendalian kualitas
atau mutu yang harus dilakukan sehingga kualitas atau mutu yang telah ditetapkan dapat
tercapai dengan maksimal. Pengendalian kualitas atau mutu merupakan aktivitas
memelihara dan memperbaiki produk dan jasa yang ditawarkan kepada perusahaan,
Quality Control bukan hanya menjadi tanggung jawab bagian Quality Control saja, tetapi
seluruh karyawan atau pihak lain menjadi satu kesatuan memecahkan masalah (Ishita
Nobuyuki, 2003). Aktifitas pengendalian kualitas pada umumnya meliputi kegiatan-
kegiatan berikut (Purnomo, 2004):
1. Pengamatan terhdapa performansi produk atau proses
2. Membandingkan terhadap performansi produk atau proses
3. Mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang cukup
signifikan, dan jika perlu dibuat tindakan-tindakan untuk mengoreksinya.

Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan


dalam suatu perusahaan (Zulian, 2013), yaitu:

a. Kemampuan proses
Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses yang
ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses dalam batas-batas yang melebihi
kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.
a. Spesifikasi yang berlaku
Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari segi
kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan konsumen yang ingin dicapai dari
hasil produksi tersebut.
b. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima.
Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi produk yang
berada dibawah standar seminimal mungkin. Tingkat pengendalian yang diberlakukan
tergantung pada banyaknya produk yang berada di bawah standar yang dapat diterima.
c. Biaya kualitas
Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam
menghasilkan produk dimana biaya kulitas mempunyai hubungan yang positif dengan
tercapainya produk yang berkualitas. Biaya kualitas meliputi:
1. Biaya pencegahan (prevention cost)
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan
produk yang dihasilkan.
2. Biaya deteksi/penilaian (detection/appraisal cost)
Biaya yang timbul untuk menentukan apakah produk atau jasa yang dihasilkan telah
sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas sehingga dapat menghindari
kesalahan dan kerusakan sepanjang proses produksi.

6
3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost)
Merupakan biaya yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan persyaratan
dan terdeteksi sebelum barang dan jasa tersebut dikirim ke pihak luar (pelanggan
atau konsumen).
4. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost)
Merupakan biaya yang terjadi karena produk atau jasa tidak sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada
para pelanggan atau konsumen.

3.3 Six Sigma


Six sigma adalah suatu alat manajemen baru yang sangat terfokus dengan mendalami
sistem produksi suatu perusahaan secara keseluruhan. Six Sigma menurut suatu visi
peningkatan kualitas menuju target 3.4 kegagalan persejutaan kesempatan (DPMO) untuk
setiap transaksi produk (barang/jasa) dan upaya giat menuju kesempurnaan (Pande, 2002).
Terdapat 6 komponen utama konsep six sigma yang dicantumkan oleh Peter Pande,
dkk dalam buku yang ia terbitkan berjudul The six sigma way: team field book:
1. Fokus pada pelanggan
2. Manajemen berdasarkan data dan fakta
3. Fokus pada proses, manajemen dan perbaikan
4. Manajemen yang proaktif
5. Kolaborasi tanpa batas
6. Selalu mengejar kesempurnaan

3.3.1 Six sigma sebagai alat ukur


Six sigma sebagai sistem pengukuran menggunakan pendekatan DPMO (Defect
per Million Opportunities) sebagai satuan pengukuran. DPMO adalah sebuah metode
pengukuran maupun performansi proses yang sering digunakan dalam penerapan Six
Sigma. Dengan rumus sebagai berikut:

𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑑𝑒𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡𝑠 x 1.000.000


𝐷𝑃𝑀𝑂 =
𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑈𝑛𝑖𝑡 x 𝑛𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑜𝑝𝑝𝑜𝑟𝑡𝑢𝑛𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡

DPMO sendiri memiliki hubungan dengan level sigma yang diperoleh, karena
DPMO merupakan indikator bagi level sigma. Berikut tabel hubungan antara DPMO
dengan sigma:

7
Level Sigma Parts per million
6 sigma 3,4 defects per million
5 sigma 233 defects per million
4 sigma 6.210 defects per million
3 sigma 66.807 defects per million
2 sigma 308.537 defects per million
1 sigma 690.000 defects per million

3.3.2 Six sigma sebagai metodologi


Dalam melakukan pengendalian kualitas dengan pendekatan six sigma terdapat
proses DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control) adalah sebuah metode pendekatan six sigma yang
bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sebuah hal yang
kompleks, DMAIC berisikan tentang penentuan masalah, pengukuran kemampuan dan
tujuan, analisa data, peningkatan proses dan pelaksaan akan pengontrolan sebuah
sistem dalam jangka panjang. Berikut penjelasan tentang DMAIC:
- Define
Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah proses define, dimana proses ini
adalah mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi, mengidentifikasi
karakteristik kualitas kunci, mengidentifikasi kebutuhan dan persyaratan
pelanggan, penentuan proses yang akan dievaluasi, penentuan perbaikan, dan
membuat peta dari proses untuk ditingkatkan.
- Measure
Setelah dilakukannya pengidentifikasi dan penentuan akan masalah yang terjadi,
pengukuran keefektifan dan efisiensi serta mendefinisikannya kedalam konsep
sigma akan dilakukan.
- Analyze
Tahapan berikutnya adalah tahapan analyze, dimana tahapan ini akan dilakukannya
penentuan untuk akar penyebab masalah yang perlu diperbaiki dengan
menggunakan diagram sebab akibat.
- Improve
Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah tahapan improve, dimana tahapan
improve merupakan sejumlah kegiatan yang direkomendasikan agar mengatasi atau
menyelesaikan permasalahan yang terjadi sehingga keuntungan diperoleh oleh
perusahaan.
- Control
Tahapan terakhir yang dilakukan adalah tahapan control, dimana tahapan ini
memastikan bahwa peningkatan akan tetap berkelanjutan dari waktu ke waktu.

8
4. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mendapatkan
hasil yaitu sebagai berikut:

Mulai

Studi lapangan Studi literatur

Perumusan masalah

Tujuan dan Ruang


Lingkup Penelitian

Batasan Penelitian

Pengumpulan Data

Pengolahan
Data

Analisa

Kesimpulan dan Saran

Implementasi

Selesai

9
5. Rencana Pengerjaan Proyek
Pengumpulan data akan dilakukan melalui serangkaian survey, wawancara dengan
pemangku kepentingan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan. Pengumpulan data akan dilakukan dari bulan Januari sampai akhir Maret
2019. Dalam penyesuaian waktu penelitian yang lebih detail akan disesuaikan dengan waktu
kesediaan dari peneliti dan narasumber. Pelaksanaan wawancara ditetapkan berdasarkan
kesepakatan dengan pihak-pihak yang terkait.

6. Hasil yang diharapkan


Berikut adalah hasil yang diharapkan dari penulisan skripsi ini sesuai dengan hasil pada
metodologi penelitian:

1. Fase 1: Penentuan hal-hal yang dapat menjadi permasalahan dengan membuat


project charter, Peta alir, Diagram SIPOC dan Pohon CTQ.
2. Fase 2: Pengidentifikasian DPU(Defect per unit), Penghitungan level Sigma pada
masing-masing proses produksi dan menghitung Yield
3. Fase 3: Analisis data dengan menggunakan Pareto Chart, Fish bone diagram, dan
tabel FMEA
4. Fase 4: Pemberian solusi perbaikan yang tepat dengan menggunakan alat Action
Planning for Failure Modes (APFM) dan Poka-Yoke.
5. Fase 5: Implementasi pada bagian proses produksi tertentu
6. Fase 6: Pengendalian akan solusi yang telah diberikan

10
7. Jadwal Kegiatan

Waktu Pelaksanaan
December Febuari
Kegiatan Januari 19 Maret 19 April 19 Mei 19 Juni 19 Juli 19
18 19
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul TA & calon dosen
pembimbing
Batas persetujuan proposal
Proses pengerjaan proposal TA
Proses bimbingan dan perbaikan
proposal TA
Seminar proposal TA
Revisi proposal TA
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisis dan pembahasan
Kesimpulan dan saran
Seminar TA
Proses bimbingan dan perbaikan
seminar TA
Sidang TA
Revisi TA
Pengumpulan skripsi

11
8. Daftar Referensi
The Six Sigma Revolution: How General Electric and Others Turned Process In to Profits (Wiley
e-book) hal.16-25,

Dreachslin, J. L. (2007). “Applying Six Sigma and DMAIC to diversity Initiatives”. Journal of
Health care Management, 361 - 367.

Gasperz, V. (2003). Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Sirine, S.; Kurniawati, E.P. (2017). “Pengendalian kualitas dengan menggunakan metode six
sigma (Studi Kasus pada PT Diras Concept Sukoharjo)”. Asian Journal of Innovation and
Entrepreneurship, Vol. 2 No. 3.
Pande, Peter, (2002). The Six Sigma Way, Team Fieldbook, An Implementation Guide for Process
Improvement Team. McGraw-Hill, New York.
Wirakartakusumah A. (1989). Prinsip Teknik Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB, Bogor

12

Anda mungkin juga menyukai