Anda di halaman 1dari 8

Definisi

Pengertian kualitas menurut American Society for Quality dari buku Heizer & Render
(2006: 253) “kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik secara tegas maupun tersamar.
Menurut Goecth dan Davis (1995) “kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi apa yang diharapkan”.
Prawirosentono (2007:5), pengertian kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi,
dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen
dengan memuaskan sesuai dengan nilai uang yang telah dikeluarkan.
Kualitas merupakan salah satu faktor keputusan konsumen terpenting dalam pemulihan
produk yang diinginkannya, dengan pemilihan produk atau jasa yang berkualitas akan
membuat loyalitas pelanggan menjadi meningkat (Montgomery, 2009:67). Kualitas ini dapat
juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memuaskan konsumen atau sesuai dengan
persyaratan atau kebutuhan konsumen tersebut.
Pengendalian kualitas merupakan salah satu teknik yang diperlukan mulai dari sebelum
proses produksi berjalan, pada saat proses produksi, hingga proses produksi berakhir dengan
menggunakan produk akhir. Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan
produk berupa barang dan jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan dan
direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Adapun pengertian pengendalian kualitas menurut para ahli adalah sebagai
berikut :
Menurut Assauri (1998:25), pengendalian dan pengawasan adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menjamin agar kepastian produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai
dengan apa yang direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan
tersebut dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.
Menurut Gasperz (2005:480), pengendalian adalah kegiatan yang dilakukan untuk
memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah sesuai dengan
yang direncanakan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian
kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas/tindakan yang terencana yang dilakukan untuk
mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan konsumen.
Pengendalian merupakan  sebuah  lingkaran  yang  mulai  dan  berakhir  dengan
perencanaan.
Unsur-unsur lingkaran pengendalian adalah :
P  : Menetapkan sebuah atau standar untuk mencapai sasaran.
D  : Melaksanakan rencana atau pekerjaan
C  : Mengukur dan menganalisa hasilnya, yaitu pengecekan.
A : Melakukan  perbaikan  yang  diperlukan  apabila  hasilnya  tidak  sebagaimana
direncanakan semula.

Tujuan Pengendalian Kualitas


Adapun tujuan dari pengendalian kualitas menurut Assauri (1998:210) adalah sebagai
berikut:
1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan kualitas
produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
Tujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan bahwa
kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan
dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah mungkin.

Sistem Pengendalian Kualitas


Sistem pengendalian mutu adalah struktur kerja operasi pada seluruh perusahaan atau pabrik
yang disepakati, di dokumentasi dalam prosedur-prosedur teknis manajerial yang terpadu dan
efektif, untuk membimbing tindakan-tindakan yang terkoordinasi dari tenaga kerja, mesin,
dan informasi perusahaan, serta pabrik melalui cara yang terbaik dan paling praktis untuk
menjamin kepuasan pelanggan akan mutu dan biaya mutu yang ekonomis. Secara umum,
sistem pengendalian adalah susunan komponenkomponen fisik yang dirakit sedemikian rupa
sehingga mampu mengatir sistemnya sendiri atau sistem diluarnya. Sistem kontrol adalah
proses mengatur atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter)
sehingga berada pada suatu harga range tertentu. Istilah lain sitem kontrol atau teknik kendali
adalah teknik pengaturan, sistem pengendalian, atau sistem pengontrolan. Secara umum ada
empat aspek yang berkaitan dengan sistem pengendalian yaitu masukan, keluaran, sistem,
dan proses. Masukan (input) adalah rangsangan dari luar yang diterapkan ke sebuah sistem
kendali untuk memperoleh tanggapan tertentu dari sistem pengaturan. Keluaran (output)
adalah tanggapan sebenarnya yang didapatkan dari suatu sistem kendali. Tanggapan ini bisa
sama dengan masukan atau mungkin juga tidak sama dengan tanggapan pada masukannya.10
Tim pengendali mutu adalah sebuah tim yang digunakan untuk mengendalikan mutu. Tim
pengendali mutu beranggotakan karyawan yang melakukan pekerjaan dalam bidang
pekerjaan sejenis. Misalnya, bagian pemesinan, pelayanan jalan tol, bagian pembuat produk,
dan lain-lain.

Fungsi dan Kegunaan


Pengendalian Kualitas Secara umum fungsi dari penerapan pengendalian kualitas pada
perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Penerapan/pentradisian pengendalian kualitas di lingkungan perusahaan akan ikut
mempercepat sosialisasi budaya produksi kompetitif melalui praktek nyata dalam
kehidupan perusahaan seharihari, sehingga hasilnya akan jauh lebih efektif daripada
sistem ceramah teori.
b. Apabila pemasyarakatan pengendalian mutu dapat diterapkan semakin meluas, hal ini
akan berdampak positif bagi kemajuan dan pertumbuhan perusahaan terutama oleh faktor
pendorong knowledgebased.

Faktor-faktor Pengendalian Kualitas


Faktor-faktor Pengendalian Kualitas Menurut Montgomery (2001:26) dan berdasarkan
beberapa literatur lain menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian
kualitas yang dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan proses, batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan
kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu
2. proses dalam batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang ada.
3. Spesifikasi yang berlaku, spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat
berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan
konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah dapat
dipastikan dahulu apakah spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang telah
disebutkan di atas sebelum pengendalian kualitas pada proses dapat dimulai.
4. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima, tujuan dilakukannya pengendalian suatu
proses adalah dapat mengurangi produk yang berada di bawah standar seminimal
mungkin. Tingkat pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk
yang berada di bawah standar yang dapat diterima.
5. Biaya kualitas, biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas dalam
menghasilkan produk dimana biaya kualitas mempunyai hubungan yang positif dengan
terciptanya produk yang berkualitas.

Langkah-langkah Pengendalian Kualitas


Langkah-langkah Pengendalian Kualitas Standarisasi sangat diperlukan sebagai
tindakan pencegahan untuk memunculkan kembali masalah kualitas yang pernah ada dan
telah diselesaikan.Hal ini sesuai dengan konsep pengendalian kualitas berdasarkan sistem
manajemen mutu yang berorientasi pada strategi pencegahan, bukan pada strategi
pendeteksian saja.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang sering digunakan dalam analisis dan solusi masalah
mutu :
1. Memahami kebutuhan peningkatan kualitas Langkah awal dalam peningkatan kualitas
adalah bahwa manajemen harus secara jelas memahami kebutuhan untuk peningkatan
kualitas.Manajemen harus secara sadar memiliki alasan-alasan untuk peningkatan
kualitas dan peningkatan mutu merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar. Tanpa
memahami kebutuhan untuk peningkatan mutu, peningkatan kualitas tidak akan pernah
efektif dan berhasil. Peningkatan kualitas dapat dimulai dengan mengidentifikasi
masalah kualitas yang terjadi atau kesempatan peningkatan apa yang mungkin dapat
dilakukan. Identifikasi masalah dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan
dengan alat-alat bantu dalam peningkatan seperti brainstromming, check sheet,
ataudiagram pareto.
2. Menyatakan masalah kualitas yang ada Masalah-masalah utama yang telah dipilih dalam
langkah pertama perlu dinyatakan dalam suatu pernyataan yang spesifik.Apabila
berkaitan dengan masalah kualitas, masalah itu harus dirumuskan dalam bentuk
informasiinformasi spesifik jelas tegas dan dapat diukur dan diharapkan dapat dihindari
pernyataan masalah yang tidak jelas dan tidak dapat diukur.
3. Mengevaluasi penyebab utama Penyebab utama dapat dievaluasi dengan menggunakan
diagram sebab-akibat dan menggunakan teknik brainstromming. Dari berbagai faktor
penyebab yang ada, kita dapat mengurutkan penyebab-penyebab dengan menggunakan
diagram pareto berdasarkan dampak dari penyebab terhadap kinerja produk, proses, atau
sistem manajemen mutu secara keseluruhan.
4. Merencanakan solusi atas masalah Diharapkan rencana penyelesaian masalah berfokus
pada tindakan-tindakan untuk menghilangkan akar penyebab dari masalah yang
ada.Rencana peningkatan untuk menghilangkan akar penyebab masalah yang ada diisi
dalam suatu formulir daftar rencana tindakan.
5. Melaksanakan perbaikan Implementasi rencana solusi terhadap masalah mengikuti daftar
rencana tindakan peningkatan kualitas. Dalam tahap pelakasanaan ini sangat dibutuhkan
komitmen manajemen dan karyawan serta partisipasi total untuk secara bersama-sama
menghilangkan akar penyebab dari masalah kualitas yang telah teridentifikasi.
6. Meneliti hasil perbaikan. Setelah melaksanakan peningkatan kualitas perlu dilakukan
studi dan evaluasi berdasarkan data yang dikumpulkan selama tahap pelaksanaan untuk
mengetahui apakah masalah yang ada telah hilang atau berkurang. Analisis terhadap
hasil-hasil temuan selama tahap pelaksanaan akan memberikan tambahan informasi bagi
pembuatan keputusan dan perencanaan peningkatan berikutnya.
7. Menstandarisasikan solusi terhadap masalah Hasil-hasil yang memuaskan dari tindakan
pengendalian kualitas harus distandarisasikan dan selanjutnya melakukan peningkatan
terus-menerus pada jenis masalah yang lain. Standarisasi dimaksudkan untuk mencegah
masalah yang sama terulang kembali.
8. Memecahkan masalah selanjutnya Setelah selesai masalah pertama, selanjutnya beralih
membahas masalah selanjutnya yang belum terpecahkan (jika ada).

Alat Bantu Pengendalian Kualitas 


Alat bantu pengendalian kualitas digunakan untuk mendeteksi sebab-sebab terjadinya
penyimpangan di luar kendali dalam proses produksi dan cara bagaimana untuk melakukan
tindakan perbaikan. Menurut Montgomery (2001), terdapat tujuh alat bantu dalam
pengendalian kualitas, yaitu
1. Flow Chart. Adalah gambar yang menjelaskan langkah-langkah utama, cabang-cabang
proses dan produk akhir dari proses. 
2. Pareto Analysis. Pendekatan yang terkordinasi untuk mengidentifikasikan, mengurutkan
dan bekerja untuk menyisihkan ketidaksesuaian secara permanen. Memforkuskan pada
sumber kesalahan yang penting. Aturannya 80/20 yaitu 80% dari masalah dan 20%
adalah penyebab. 
3. Histogram. Adalah distribusi yang menunjukan frekuensi kejadian-kejadian di antara
jajaran data yang tinggi dan yang rendah. 
4. Scatter Diagram. Dikenal juga dengan peta korelasi, yaitu grafik dari nilai suatu
karakteristik yang dibandingkan dengan nilai karakteristik yang lain. 
5. Check Sheet. Merupakan alat pengumpal dan penganalisis data, disajikan dalam bentuk
tabel yang berisi nama dan jumlah barang yang di produksi dan jenis ketidaksesuaian
beserta jumlah yang dihasilkan. 
6. Control Chart. Adalah peta ukuran waktu yang menunjukan nilai-nilai statistika,
termasuk garis pusat dan satu atau lebih batas kendali yang didapatkan secara
statistika. 
7. Cause and Effect Diagram. Alat yang menggunakan secara grafik dari elemen-
elemen proses untuk menganalisis sumber-sumber potensial dari variasi proses

Pengertian Variasi Dalam Proses Produksi


Adanya sesuatu yang tetap (konstan) pada dasarnya tidak ada, juga dalam suatu sistem yang
dinamakan sistem- sebab- konstan (A constant- causes- sistem). Sesuatu yang di hasilkan oleh sistem-
sebab- konstan menunjukan sifat yang di sebut stabil. Kenapa suatu yang bervariasi tersebut di
katakan konstan? hal ini didasarkan karena hasil yang bervariasi tersebut kapanpun terjadi selalu
berada dalam daerah terletak diantara sepasang garis batas (Heizer J, 2009).
Dalam proses produksi tidak akan bisa di hasilkan produk- produk yang benar- benar sama.
Akan selalu terjadi variasi karakteristik kualitas antara satu produk dengan produk yang lain. Jika
variasi yang terjadi sangat kecil, maka produk tersebut dapat di katakan mempunyai karakteristik
yang sama. Ada tiga kategori variasi produk yang di kenal, yaitu (Gaspersz.V, 2013) :
1. Variasi dalam Produk Variasi ini terjadi apabila suatu karakteristik kualitas tertentu dalam suatu
produk terjadi tidak homogen, misalnya karakteristik lebar suatu produk berbeda antara ujung
kanan dan ujung kiri.
2. Variasi antar Produk Variasi ini terjadi apabila suatu karakteristik kualitas tertentu pada suatu
produk tidak sama dengan produk lain dalam waktu produksi yang sama.
3. Variasi antar Waktu Variasi ini terjadi antara produk- produk yang di produksi dalam periode
waktu yang berbeda, misalnya dalam satu hari (shift 1, shift 2, shift 3).
Ada empat faktor penyebab terjadinya variasi yaitu :
1. Proses Variasi yang di sebabkan oleh faktor proses seperti getaran perangkat, getaran mesin,
penempatan alat- alat mesin dan fluktuasi tegangan listrik.
2. Material Variasi yang di sebabkan oleh material seperti komposisi bahan baku utama, kandungan
unsur- unsur tertentu dalam material komposisi bahan.
3. Operator Variasi yang di sebabkan oleh faktor operator seperti metode pelaksanaan operasi
kurang, rendahnya tingkat ketrampilan, kelelahan dan sebagainya.
4. Lingkungan Variasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan berupa temperatur ruangan,
penerangan, radiasi dan kelembaban.

Konsep Pengendalian Kualitas Secara Statistik


Alasan digunakannya teknik statistik dalam pengendalian kualitas pada proses produksi adalah
(Heizer J, 2009) :
1. Untuk menciptakan keharmonisan kerja antara kualitas produk yang dikehendaki oleh bagian
pengendalian dan pengembangan dengan kualitas produk yang diinginkan oleh bagian produksi.
2. Untuk menciptakan pengendalian mutu yang kontinu terhadap proses produksi yang berlangsung
sehingga di perlukan inspeksi secara ketat dan teliti, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Proses produksi di anggap normal (stabil) apabila proses tersebut hanya mengalami sedikit
gangguan/ hambatan, sehingga dengan adanya gangguan cukup berarti, maka secara langsung atau
tidak langsung akan mempengaruhi kualitas produk.

Bagan Kendali (Peta Kontrol)


Mutu terukur suatu produk yang di hasilkan selalu beragam sebagai akibat faktor acak beberapa
sistem. Keragaman dalam pola yang stabil tidak dapat di hindari, sedangkan keseragaman yang terjadi
di luar pola yang stabil dapat di tentukan dan di koreksi. Pengembangan teknik bagan kendali di
harapkan mampu untuk (Heizer J, 2009) :
1. Memisahkan sebab- sebab dari keragaman mutu.
2. Mengurangi bagian yang rusak/ pekerjaan ulang (rework)
3. Memberi informasi kapan suatu mutu proses di biarkan begitu saja.

Jenis- jenis Bagan Kendali Dan Penggunaannya


1. Bagan Kendali Variabel Bagan kendali mutu untuk karakteristik yang terukur, bila suatu catatan
di buat berdasarkan karakteristik mutu yang di ukur secara sebenarnya/ dinyatakan dalam
numerik atau satuan seperti : diameter, panjang, berat, volume dan sebagainya.
2. Bagan Kendali Atribut Bagan kendali untuk karakteristik mutu yang dinyatakan dengan suatu
kondisi tertentu seperti : cacat atau tidak cacat, sukses atau gagal, sesuai atau tidak sesuai. Bagan
kendali atribut ini di bagi atas dua yaitu : a.
a. Bagan kendali untuk bagian yang di tolak (fraction rejected). Contoh bagan kendali p dan
np.
b. Bagan kendali untuk banyaknya ketidaksesuaian perunit. Contoh bagan kendali c dan u.

Anda mungkin juga menyukai