(karakteristik langsung dari suatu produk) maupun secara strategik (segala sesuatu yang mampu
memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan) yang dispesifikasikan atau diterapkan. Kualitas
produk dalam ranah modern sangat bergantung terhadap kebijakan perusahaan (manajemen) dalam
melakukan pengelolaan produknya, mulai dari awal tujuan penciptaan produk, pembuatan,
pengemasan, hingga penyalurannya kepada pelanggan.
Setiap perusahaa akan tergantung dengan namana pelanggan, karena itu manajemen perusahaan
haruslah paham akan kebutuhan pelanggan sekarang serta yang akan datang. Dan juga harus giat
memnuhi kebutuhan serta berusaha melebihi ekspetasi konsumen.
2.Kepemimpinan (Leadership)
Seorang pemimpin organisasi haruslah dapat menetapkan tujuan bersama serta arah perusahaa.
Mereka juga harus dapat meciptakan serta memelihara internal perusahaan agar karyawan menjadi
terlibat akan pencapaian tujuan perusahaan.
Semua karayawan yang ada merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan serat
keterlibatan yang maksimal akan memberikan manfaat yang banyak bagi perusahaan.
Pengidentifikasian, pemahaman serta pengelolaan dari proses yang mana saling berkaitan sebagai
suatu sistem, akan memberikan kontribusi pada semua efektifitas serta efisiensi perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan yang ada.
Peningkatan yang terus menerus dalam kinerja perusahaan dalam semua bidang haruslah menjadi
sebuah tujuan tetap bagi perusahaan. Dalam hal ini didefinisikan sebagai proses yang berfokus akan
upaya peningkatan efektif serta efisiensi perusahaan untuk memenuhi tujuan.
Peningkatan yang terus menerus ini akan membutuhkan langkah yang konsolodasi konsumen serta
akan menjamin akan suatu evolusi dinamik dari sebuah sistem manajemen mutu.
Keputusan yang efektif ini merupakan keputusan yang berlandaskan pada analisis data yang ada serta
informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah yang ada, sehingga semua masalah kualitas
dapat terselesaikan secara efisien serta efisien.
Kita ketahui bahwa perusahaan dengan pemasok ini adalah saling tergantung. Bila mana suatu
hubungan itu saling menguntungkan akan memberikan peningkatan kemampuan bersama dalam
menciptakan nilai tambah yang ada
Berdasarkan kedua tabel diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pandangan
tradisional kualitas ditempatkan sebagai pandangan nomor dua, yang dipentingkan adalah profit
oriented, dimana pada saat barang telah memenuhi standar kualitas minimum yang telah ditentukan
oleh internal perusahaan, maka barang sudah dianggap berkualitas. Standar kualitas sendiri dicapai
berdasarkan tolak ukur internal perusahan tanpa memperhatikan kepuasan yang dirasakan oleh
pelanggan. Dikatakan juga bahwa pada pandangan tradisional, kualitas dicapai melalui inspeksi secara
intensif terhadap produk. Sedangkan pada pandangan kualitas secara modern, kualitas ditentukan
melalui desain produk dan dicapai melalui teknik pengendalian yang efektif, serta memberikan
kepuasan selama masa pakai produk kepada pelanggan. Pelanggan lah yang menentukan tolak ukur
kepuasan tersebut. Perusahaan berusaha sebaik mungkin untuk membuat barang yang dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan dan melampaui batas kepuasan yang dimiliki oleh pelanggan. Pada
pandangan modern sangat ditekankan bahwa kualitas merupakan kunci dari produktivitas perusahaan,
dimana hubungannya saling bersesuaian, lain halnya pada pandangan tradisional yang memandangnya
sebagai sasaran yang bertentangan dari perusahaan.
Biaya mutu dapat dibagi menjadi empat kelompok:
Biaya mutu adalah Merupakan segala biaya yang di keluarkan untuk memenuhi tingkat mutu yang
di inginkan dan yang di akibatkan karna tidak tercapainya tingkat mutu yaang di inginkan
2. Biaya penilaian ( Appraisal Cost ) yaitu : biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menentukan
apakah produk & jasa sesuai ( derajat konformansi ) dengan persyaratan kualitas ( spesifikasi yang
ditetapkan ).
Contoh biaya penilaian adalah :
a. Inspeksi dan pengujian kedatangan material : biayabiaya yang berkaitan dengan penentuan
kualitas dari material yang dibeli, apakah melalui inspeksi pada saat penerimaan, dilakukan oleh
pemasok, atau inspeksi yang dilakukan oleh pihak ketiga. Contohnya : biaya pengujian bahan baku,
biaya inspeksi pembungkusan, verifikasi pemasok, pengujian dilapangan, biaya penilaian pemasok
b. Inspeksi dan pengujian produk dalam proses: biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi
tentang kesesuaian produk dalam proses terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi) yang ditetapkan.
c. Inspeksi dan pengujian produk akhir: biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi tentang
kesesuaian produk akhir terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi) yang ditetapkan.
d. Audit kualitas produk: biaya-biaya untuk melakukan audit kualitas pada produk dalam proses atau
produk akhir. Contohnya biaya aktivitas pengawasan. Product Acceptance adalahpengambilan
sampel dari satu batch produk jadi untuk menentukan apakah produk dalam batch tersebut memenuhi
mutu yang telah ditetapkan. Process Acceptance adalah pengambilan sampel dari proses produksi
yang sedang berjalan untuk melihat apakah proses produksi berjalan dalam kendali dan tidak
menghasilkan produk cacat..
e. Pemeliharaan akurasi ( ketepatan, ketelitian ) peralatan pengujian : biaya-biaya dalam
melakukan penyesuaian untuk mempertahankan akurasi pengukuran dan peralatan.
f. Evaluasi stok : biaya-biaya yang berkaitan dengan pengujian produk dalam penyimpanan untuk
menilai degradasi ( penurunan tingkat ) kualitas.
3. Biaya kegagalan intern (internal failure costs) yaitu : biaya-biaya yang berhubungan dengan
kesalahan atau terjadinya ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi mutu yang telah ditetapkan
namun sudah dapat ditemukan (dideteksi ) sebelum produk sampai ke konsumen.
Contohnya :
a. Scrap : biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material dan overhead pada produk cacat yang
secara ekonomis tidak dapat diperbaiki kembali.
b. Pekerjaan ulang (rework): biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kesalahan (mengerjakan
ulang) produk guna menentukan penyebab-penyebab kegagalan .
c. Analisis kegagalan (Failure Analysis): biaya yang dikeluarkan untuk inspeksi ulang dan
pengujian ulang produk yang telah mengalami pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.
d. Inspeksi ulang dan pengujian ulang (reinspection and retesting) : biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk inspeksi ulang dan pengujian ulang produk yang telah mengalami pengerjaan ulang atau
perbaikan kembali.
e. Down grading : selisih antara harga jual normal dan harga yang dikurangi karena alasan kualits.
f. Avoidable Process Losses : biaya-biaya kehilangan yang terjadi, meskipun produk itu tidak cacat.
4. Biaya kegagalan eksternal (eksternal failure costs) yaitu : biaya-biaya yang berhubungan
dengan kesalahan atau terjadinya ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi mutu yang telah
ditetapkan namun sudah dapat ditemukan (dideteksi ) setelah produk sampai ke konsumen.
Contohnya :
a. Jaminan (Warranty): Biaya yang dikeluarkan untuk penggantian atau perbaikan kembali produk
yang masih berada dalam masa jaminan.
b. Penyelesaian keluhan (complaint adjustment) : biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyelidikan
dan penyelesaian keluhan yang berkaitan dengan produk cacat.
c. Produk dikembalikan (Returned Product) : biaya-biaya yang berkaitan dengan penerimaan dan
penempatan produk cacat yang dikembalikan oleh pelanggan.
d. Allowances : biaya-biaya yang berkaitan dengan konsesi pada pelanggan karena produk yang
berada dibawah standar kualitas yang sedang diterima oleh pelanggan atau yang tidak memenuhi
spesifikasi dalam penggunaan.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari penggunaan standar kualitas tersebut diantaranya
adalah:
1. Citra positif dari masyarakat dan mengurangi eksploitasi pada pertanggung jawaban.
2. Pendekatan sistimatis yang bagus pada pencegahan terhadap polusimelalui minimisasi dampak
ekologi pada produk dan aktifitas.
3. Memenuhi ketentuan yang berlaku dan kesempatan memeperoleh keunggulan bersaing.
4. Mengurangi kebutuhan audit yang bermacam-macam