Anda di halaman 1dari 18

Quality Cost and Productivity Measurement and Control,

Environmental Cost Management


AKUNTANSI MANAJEMEN
KELAS B3
Dosen Pengampu: Made Yenni Latrini, S.E., M.Si.

Oleh:
Kelompok 03

Ni Putu Diah Pranaya Kusuma Putri (2107531201)


I Gusti Ayu Aristya Widya Putri (2107531211)
I Gusti Ayu Sintya Dewi (2107531213)
Ni Putu Diva Intan Lestari (2107531224)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023
PEMBAHASAN

A. Kualitas dan Biaya Kualitas


1. Kualitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996), kualitas adalah ukuran baik
buruknya sesuatu. Kualitas dapat pula didefinisikan sebagai tingkat keunggulan.
Jadi kualitas adalah ukuran relatif kebaikan (Supriyono, 1994 : 377-378). Menurut
Tjiptono dan Diana (2003:3), terdapat beberapa kesamaan elemen-elemen dari
sekian banyak definisi kualitas yang ada, sebagai berikut:
a) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
c) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap
merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa
yang akan datang).

Berdasarkan ketiga elemen di atas, kualitas adalah usaha yang dilakukan oleh
manusia (perusahaan) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan yang
selalu berubah dan dinamis, melalui produk, jasa, proses, dan lingkungan yang
dihasilkan.

2. Biaya Kualitas
Untuk melakukan segala aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan oleh perusahaan
sehubungan dengan pengembangan kualitas suatu barang yang dihasilkan,
perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya untuk melakukan aktivitas-aktivitas
kualitasnya, yang disebut biaya kualitas. Menurut Mulyadi (1993:73), biaya
kualitas adalah biaya-biaya yang terjadi karena adanya atau kemungkinan adanya
kualitas produk yang rendah. Jadi, biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan
dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan produk cacat.
Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2004:443) mengatakan bahwa biaya
kualitas adalah biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang
buruk kualitasnya. Dari definisi-definisi biaya kualitas yang dikemukakan diatas,
terdapat beberapa persamaan yaitu:
a) Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi karena adanya atau kemungkinan
adanya kualitas produk yang rendah di dalam suatu perusahaan.
b) Biaya kualitas berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian,
perbaikan, dan pencegahan produk cacat.

B. Jenis – Jenis Biaya Kualitas


1. Biaya Pencegahan (Prevention Costs)
Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi dalam upaya mencegah adanya
produk dengan kualitas buruk. Ketika biaya pencegahan meningkat, maka
diharapkan biaya kegagalan akan menurun. Contoh dari biaya pencegahan ini,
yaitu biaya pelatihan khusus, biaya penelitian kapabiitas proses, biaya vendor, dan
biaya perencanaan kualitas.
Contoh penerapan Biaya Pencegahan :
a) Perencanaan kualitas: biaya-biaya yang berkaitan dengan aktivitas
perencanaan yang berkualitas secara keseluruhan, termasuk penyiapan
prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mengkomunikasikan rencana
kualitas ke seluruh pihak yang berkepentingan.
b) Tinjauan-tinjauan produk baru: biaya-biaya yang berkaitan dengan
rekayasa keandalan dan aktivitas lain yang terkait dengan kualitas yang
berhubungan dengan pemberitahuan desain baru.
c) Pengendalian proses: biaya-biaya inspeksi dan pengujian dalam proses
untuk menentukan status dari proses, bukan status dari produk.
d) Audit kualitas: biaya-biaya yang berkaitan dengan relevansi atas
pelaksanaan aktivitas dalam rencana kualitas secara keseluruhan.
e) Evaluasi kualitas pemasok: biaya-biaya yang berkaitan dengan evaluasi
terhadap pemasok sebelum pemilihan pemasok, audit terhadap akivitas-
aktivitas selama kontrak dan usaha-usaha yang berkaitan dengan pemasok.
6. Pelatihan: biaya-biaya yang berkaitan dengan penyiapan dan
pelaksanaan program-program latihan yang berkaitan dengan kualitas.
2. Biaya Penilaian (Appraisal Costs)
Biaya yang terjadi untuk menentukan apakah suatu produk memenuhi
karakteristik yang ditetapkan atau sesuai dengan permintaan konsumen atau tidak.
Biaya penilaian akan dikeluarkan jika terjadi kecacatan suatu produk. Contoh
penerapan dari biaya penilaian :
a) Inspeksi dan pengujian kedatangan material: biaya yang berkaitan dengan
penentuan kualitas dari material yang dibeli, apakah melalui inspeksi pada
saat penerimaan, melalui inspeksi pada pemasok, atau melalui inspeksi
yang dilakukan oleh pihak ketiga.
b) Inspeksi dan pengujian produk dalam proses: biaya yang berkaitan dengan
evaluasi produk dalam proses terhadap persyaratan kualitas yang
ditetapkan.
c) Inspeksi dan pengujian produk akhir: biaya yang berkaitan dengan
evaluasi produk akhir terhadap persyaratan kualitas yang ditetapkan.
d) Audit kualitas produk: biaya untuk melakukan pada produk dalam proses
atau produk akhir.
e) Pemeliharaan akurasi peralatan pengujian: biaya dalam melakukan
kaliberasi (penyesuaian) untuk mempertahankan akurasi instrumem
pengukuran dan peralatan.
f) Evaluasi stok: biaya yang berkaitan dengan pengujian produk dalam
penyimpanan untuk menilai kualitas.
3. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Costs)
Biaya atau kerugian yang terjadi karena produk tidak memenuhi spesifikasi yang
telah ditetapkan dan produk belum sampai ke konsumen. Biaya ini berkaitan
dengan penemuan kualitas produk yang buruk sebelum produk itu mencapai
lokasi pelanggan. Ketidaksesuaian produk ini di deteksi aktivitas penilaian.
Contoh dari biaya kegagalan internal, yaitu biaya sisa produksi (scrap) dan
pengerjaan ulang (rework), biaya perubahan desain, biaya kelebihan persediaan,
dan biaya pembelian bahan. Contoh penerapan biaya kegagalan internal :
a) Scrap: biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material, dan biasanya
overhead pada produk cacat yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki
kembali. Terdapat banyak variasi nama dari jenis ini yaitu, scrap, cacat,
usang, dll.
b) Pekerjaan ulang (rework): biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki
kesalahan (mengerjakan ulang) produk agar memenuhi spesifikasi produk
yang ditentukan.
c) Analisis kegagalan: biaya yang dikeluarkan untuk menganalisis kegagalan
produk guna menentukan penyebab-penyebab kegagalan itu.
d) Inspeksi ulang dan pengujian ulang: biaya yang dikeluarkan untuk inspeksi
ulang dan pengujian ulang produk yang telah mengalami pengerjaan ulang
atau perbaikan kembali.
e) Downgrading: selisih diantara harga jual normal dan harga yang dikurangi
karena alasan kualitas.
f) Avoidable process losses: biaya-biaya kehilangan yang terjadi, meskipun
produk itu tidak cacat. Sebagai contoh: kelebihan bobot produk yang
diserahkan ke pelanggan karena variabilitas dalam peralatan
pengukran,dan lain-lain.
4. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Costs)
Biaya yang terjadi karena adanya produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang
telah ditetapkan dan produk itu sudah sampai ke konsumen. Biaya ini
berhubungan dengan masalah kualitas yang terjadi di tempat atau lokasi
pelanggan. Biaya kegagalan eksternal memiliki dampak yang sangat merusak
karena dapat menyebabkan kesulitan mendapatkan loyalitas pelanggan kembali.
Contoh dari biaya kegagalan eksternal, yaitu biaya jaminan, biaya pengembalian
produk, biaya penanganan keluhan, dan biaya ganti rugi. Biaya kegagalan
eksternal, contohnya :
a) Jaminan (warranty): biaya yang dikeluarkan untuk penggantian atau
perbaikan kembali produk yang masih dalam masa jaminan.
b) Penyelesaian keluhan: biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyelidikan
dan penyelesaian keluhan yang berkaitan dengan produk cacat.
c) Produk dikembalikan: biaya-biaya yang berkaitan dengan penerimaan dan
penempatan produk cacat yang dikembalikan oleh pelanggan.
d) Allowances: biaya-biaya yang berkaitan dengan konsesi pada pelanggan
karena produk yang dibawah standar kualitas yang sedang diterima oleh
pelanggan atau yang tidak memenuhi spesifikasi dalam penggunaan.

C. Laporan Biaya Kualitas


1. Mengukur Biaya Kualitas
Biaya kualitas bisa juga diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati atau
tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality costs) adalah
biaya-biaya yang tersedia untuk dapat diperoleh dari catatan akuntansi
perusahaan. Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden costs) adalah biaya
kesempatan atau oportunitas yang terjadi karena kualitas yang buruk (biaya
oportunitas biasanya tidak disajikan dalam catatan akuntansi). Sebagai contoh,
perhatikanlah kembali contoh-contoh biaya kualitas yang telah diuraikan di atas.
Dengan pengecualian pada biaya kehilangan penjualan, biaya ketidakpuasan
pelanggan, dan biaya kehilangan pangsa pasar, semua biaya kualitas dapat diamati
dan seharusnya tersedia dalam catatan akuntansi. Perhatikan juga bahwa biaya-
biaya yang tersembunyi bisa menjadi signifikan sehingga seharusnya diestimasi.
Meskipun mengestimasi biaya kualitas yang tersembunyi sulit dilakukan, ada tiga
metode yang disarankan untuk tujuan tersebut: metode pengali (multiplier
method), metode penelitian pasar (market research method), dan fungsi kerugian
kualitas Taguchi (Taguchi quality loss function).
a) Metode Pengali (multiplier method)
Metode pengali mengasumsikan total biaya kegagalan adalah hasil
pengalian dari biaya-biaya kegagalan yang terukur.
Total biaya kegagalan eksternal = k (Biaya kegagalan eksternal yang
terukur)
Di mana k adalah efek pengali. Nilai k diperoleh berdasarkan pengalaman.
Sebagai contoh, Westinghouse Electric melaporkan nilai k antara 3 dan 4.
Dengan demikian, jika biaya kegagalan eksternal yang terukur adalah $2
juta, maka biaya kegagalan eksternal aktual adalah antara $6 juta sampai
$8 juta. Dengan memasukkan biaya kualitas yang tersembunyi dalam
menilai jumlah biaya kegagalan eksternal, manajemen dapat menentukan
tingkat pengeluaran sumber daya untuk kegiatan pencegahan dan
penilaian secara lebih akurat. Dengan kata lain, dengan meningkatnya
biaya kegagalan, manajemen diharapkan akan meningkatkan investasinya
dalam biaya pengendalian.
b) Metode Penelitian Pasar
Metode penelitian pasar formal digunakan untuk menilai dampak kualitas
yang buruk terhadap penjualan dan pangsa pasar. Survei pelanggan dan
wawancara dengan anggota tim penjualan perusahaan dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik terhadap besarnya biaya tersembunyi
perusahaan. Hasil penelitian pasar dapat digunakan untuk
memproyeksikan hilangnya laba di masa depan akibat kualitas yang buruk.
c) Fungsi Kerugian Kualitas Taguchi
Definisi tanpa cacat tradisional mengasumsikan biaya kualitas yang
tersembunyi hanya terjadi atas unit-unit yang menyimpan dari batas
spesifikasi atas dan bawah. Fungsi kerugian Taguchi mengasumsikan
setiap penyimpangan dari nilai target suatu karakteristik kualitas dapat
menimbulkan biaya kualitas yang tersembunyi. Selanjutnya, biaya kualitas
yang tersembunyi meningkat secara kuadrat saat nilai aktual menyimpang
daari nilai target. Fungsi kerugian kualitas Taguchi yang diilustrasikan
pada Tampilan 1-1, dapat dijelaskan dalam persamaan berikut.
L(y) = k (y-T)² (15.1)
di mana:
k= konstanta porporsionalitas yang besarnya bergantung pada
struktur biaya kegagalan eksternal perusahaan,
y= nilai aktual dari karakteristik kualitas,

T= nilai target dari karakteristik kualitas,


L= kerugian kualitas.

Tampilan 1-1 Fungsi Kerugian Kualitas Taguchi

Tampilan 1-1 memperlihatkan biaya kualitas adalah nol pad nilai target
dan meningkat secara simetris dengan tingkat yang semakin bertambah
ketika nilai aktual menyimpang dari nilai target. Anggaplah, misalnya, k =
$400 dan diameter T = 10 inci. Tampilan 1-2 mengilustrasikan perhitungan
rugi kualitas untuk empat unit. Perhatikan bahwa biaya meningkat empat
kali lipat ketika terjadi deviasi dua kali lipat (dari unit 2 ke unit 3).
Perhatikan juga bahwa deviasi kuadrat rata-rata dan kerugian rata-rata
dapat dihitung. Nilai rata-rata tersebut dapat digunakan untuk menghitung
total biaya kualitas tersembunyi yang diharapkan dari suatu produk.
Apabila total unit yang dihasilkan adalah 2.000 dan deviasi kuadrat rata-
rata adalah 0,025, maka biaya per unit yang diharapkan adalah $10 (0,025
x $400) dan total kerugian yang diperkirakan untuk 2.000 unit adalah
$20.000 ($10 x 2.000).
Untuk menggunakan fungsi kerugian Taguchi, nilai k harus diestimasi.
Nilai k dihitung dengan membagi estimasi biaya pada salah satu batas
spesifikasi tertentu dengan deviasi kuadrat dari batas nilai target.
k = c/d²
di mana:

c = kerugian pada batas spesifikasi atas atau bawah

d = jarak batas dri nilai target.


Hal ini berarti kita masih harus mengestimasi kerugian akibat deviasi dari nilai target. Salah
satu dari dua metode pertama, metode pengali atau metode penelitian pasar, dapat digunakan
untuk membantu estimasi ini (penilaian pada satu titik waktu diperlukan). Jika k diketahui,
maka biaya kualitas tersembunyi bisa diestimasi untuk setiap tingkat penyimpangan dari nilai
target.

Unit Diameter y-T (y - T)2 k(t - T)2


Aktual (y)
1 9,9 -0,10 0,010 $4,00
2 10,1 0,10 0,010 4,00
3 10,2 0,20 0,040 16,00
4 9,8 -0,20 0,040 16,00
Total 0,100 $40,00
Rata-rata 0,025 $10,00

Tampilan 1-2 Ilustrasi Perhitungan Kerugian Kualitas


2. Laporan Biaya Kualitas
Sebuah sistem pelaporan biaya kualitas memiliki arti penting bagi perusahaan
yang menaruh perhatian serius terhadap perbaikan dan pengendalian biaya
kualitas. Langkah pertama dan paling sederhana dalam menciptakan sistem
semacam itu adalah menilai biaya kualitas aktual saat ini. Pencatatan biaya
kualitas aktual secara terperinci berdasarkan kategorinya dapat memberikan dua
masukan pandangan penting. Pertama, catatan tersebut mengungkapkan besarnya
biaya kualitas dalan setiap kategori yang memungkinkn para manajer menilai
dampak keuangannya. Kedua, catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya
kualitas menurut kategori yang memungkinkan para manajer menilai kepentingan
relatif dan setiap kategori.
Pentingnya biaya kualitas terhadap segi keungan perusahaan dapat dinilai
lebih mudah dengan menampilkan biaya-biaya sebagai persentase dari penjualan
aktual. Tampilan 1-3, sebagai contoh, melaporkan biaya kualitas Ladd Lighting
Corporation yang mencangkup hampir 15 persen dari penjualan untuk tahun fiskal
2008. Mengacu pada prinsip yang berlaku umum, biaya kualitas sebaiknya kurang
dari 2,5 persen. Ladd Lighting Corporation memiliki kesempatan yang baik untuk
meningkatkan laba dengan mengurangi biaya kualitas. Akn tetapi, pengurangan
biaya ini seharusnya melalui perbaaikan kualitas. Pengurangan biaya kualitas
tanpa upaya peningkatan kualitas merupakan strategi yang dapat mengakibatkan
bencana.

Ladd Lighting Corporation


Laporan Biaya Kualitas
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Maret 2008

Biaya Kualitas Persentase


(%) dari
Penjualan
Biaya pencegahan:
Pelatihan kualitas $350.000
Rekayasa keandalan 800.000 $1.150.000 5,18%
Biaya penilaian:
Pemeriksaaan bahan $200.000
baku
Penerimaan produk 100.000
Penerimaan proses 380.000 680.000 3,06
Biaya kegagalan
internal:
Sisa bahan $500.000
Pengerjaaan ulang 350.000 850.000 3,82
Biaya kegagalan
eksternal:
Keluhan pelanggan $250.000
Garansi 250.000
Perbaikan 150.000 650.000 2,93
Total biaya kualitas $3.330.000 14,90%
Penjualan aktual $22.200.000.
“$3.333.000/$22.2000.000 = 15%; perbedaan disebabkan oleh pembulatan.

Tampilan 1-3 Laporan Biaya Kualitas


Pandangan tambahan mengenai distribusi relatif biaya kualitas dapat diperoleh
dengan membuat bagan lingkaran. Tampilan 1-4 mengilustrasikan bagan tersebut
dengan menggunakan biaya kualitas yang dilaporkan pada Tampilan 1-3. Para manjer
tentu memiliki tanggung jawab dalam menilai tingkat kualitas optimal dn menetapkan
jumlah relatif yang seharusnya dikeluarkan untuk setiap kategori. Ada dua pandangan
mengenai biaya kualitas optimal, yaitu pandangan tradisional yang mengcu pada
pencapaian tingkat kualitas yang dapat diterima dan pandangan kontmporer yang
dikenal sebagai pengendalian kualitas total. Setiap pandangan menawarkan kepada
para manajer masukan pandangan tentang bagaimana biaya kualitas sebaiknya
dikelola.

D. Konsep Produktivitas
Pengertian produktivitas sangat berbeda dengan produksi. Tetapi produksi merupakan
salah satu komponen dari usaha produktivitas, selain kualitas dan hasil keluarannya.
Produksi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil keluaran dan
umumnya dinyatakan dengan volume produksi, sedangkan produktivitas berhubungan
dengan efisiensi penggunaan sumber daya (masukan dalam menghasilkan tingkat
perbandingan antara keluaran dan masukan).Peningkatan produktivitas dan efisiensi
merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga
merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivitas
jangka panjang. Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan
output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua sumber daya tersebut
meningkat. Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran
kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sering dihadapkan pada
berbagai kesulitan.
Secara umum konsep produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran
(output) dan masukan (input) persatuan waktu. Produktivitas dapat dikatakan
meningkat apabila (J.Ravianto, 1985:19):
a. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) tetap
b. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) naik
c. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) tetap, Output (O) naik
d. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) naik, Output (O) naik tetapi jumlah
kenaikan Output lebih besar daripada kenaikan Input.
e. Produktivitas (P) naik apabila Input (I) turun, Output (O) turun tetapi jumlah
penurunan Input lebih kecil daripada turunnya Output.

Konsep tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas disemua


sektor kegiatan. Menurut Putti (1989:345) peningkatan produktivitas dapat dicapai
dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan
sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-
besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan
pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total.

E. Menghitung dampak perubahan produktivitas pada laba


Pengukuran produktivitas (productivity measurement) adalah penilain kuantitatif
atas perubahan produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai apakah
efesiensi produktif telah meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas dapat
berupa actual atau perspektif. Pengukuran produktivitas aktual memungkinkan
manajer untuk menilai, memantau, dan mengendalikan perubahan.
Menilai efek-efek perubahan produktivitas pada laba saat ini merupakan salah
satu cara untuk menilai perubahan produktivitas. Perubahan laba dari periode dasar ke
peride saat ini. Sebagian perubahan laba itu diatributkan ke perubahan produktivitas
disebut pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan-laba. Menilai efek-efek
perubahan produktivitas terhadap laba periode saat ini akan membantu para manajer
memhami kepentingan ekonomis dari perubahan produktivitas. Keterkaitan perubahan
produktivitas dengan laba dijelaskan oleh peraturan berikut :
Untuk periode saat ini (periode lancar), hitung biaya input yang akan digunakan
jika perubahan produktivitas tidak ada dan bandingkan biaya ini dengan biaya input
yang actual digunakan. Perbedaan dalam biaya ini merupakan jumlah di mana laba
berubah karena perubahan produktivitas.
Untuk menerapkan peraturan keterkaitan ini, input yang akan digunakan pada
periode lancer jika perubahan produktivitas tidak ada harus dihitung. Untuk itu, PQ
adalah kuantitas input dari produktivitas-netral. Untuk menentukan kuantitas input
partikular dari produktivitas-netral, bagilah output periode-lancardengan rasio
produktivitas input periode-dasar:
PQ = Output Lancar : Rasio produktivitas periode-dasar
Untuk mengilustrasikan aplikasi peraturan keterkaitan-laba, mari kembali ke
contoh Kankul dengan pertukaran input. Untuk datanya, kita harus menambahkan
beberapa informasi biaya. Perluasan data Kankul diberikan di bawah ini:
1997 1998
Jumlah mesin yang diproduksi 120.000 150.000
Jam tenaga kerja yang digunakan 40.000 37.500
Penggunaan bahan baku (dalam pon) 1.200.000 1.700.000
Harga jual per unit (mesin) $50 $48
Upah per jam tenaga kerja $11 $12
Biaya per pon bahan baku $ 2 $ 3

Output lancer (1998) adalah 150.000 mesin. Dari peraga 22-4 kita tahu bahwa
rasio produktivitas periode-dasar adalah 3 dan 0,10 untuk tenaga kerja dan bahan
baku, berturut-berturut. Dengan menggunakan informasi ini, kuantitas produktivitas
netral untuk setiap input dihitung sebagai berikut:
PQ (tenaga kerja) = 150.000 : 3 = 50.000 jam
PQ (bahan baku) = 150.000 : 0,10 = 1.500.000 pon
Untuk contoh, PQ adalah input tenaga kerja dan bahan baku yang akan digunakan
pada 1998, jika tidak ada perubahan produktivitas. Berapa jumlah biaya untuk
kuantitas produktivitas-netral pada 1998 ini dihitung dengan mengalikan tiap
kuantitas input individual (PQ) dengan harga saat ini (P) dan menambahkannya:
Biaya tenaga kerja: PQ x P = 50.000 x $12 = $
600.000
Biaya bahan baku: PQ x P = 1.500.000 x $3 =
4.500.000
Total biaya PQ $
5.100.000

Biaya input aktual diperoleh dengan mengalikan kuantitas aktual (AQ) dengan
harga input saat ini (P) untuk setiap input dan ditambahkan:
Biaya tenaga kerja: AQ x P = 37.500 x $12 = $
600.000
Biaya bahan baku: AQ x P = 1.700.000 x $3 =
5.100.000
Total biaya saat ini
$5.550.000

Akhirnya, efek produktivitas terhadap laba dihitung dengan mengurangkan total


biaya lancer dari total biaya PQ.
Efek keterkaitan-laba = Total biaya PQ – Total biaya saat ini
= $5.100.000 - $5.550.000
= $450.000 laba menurun

Peraga 22-5
Pengukuran Produktivitas Keterkaitan-Laba
(1) (2) (3) (4) (2) – (4)
Input PQ* PQ x P AQ AQ x P (PQ x P) – (AQ x P)
Tenaga 50.000 $ 600.000 37.500 $ 450.000 $ 150.000
kerja
Bahan baku 1.500.000 4.500.000 1.700.000 5.100.000 (600.000)
$5.100.000 $5.550.000 ($450.000)
*Tenaga kerja: 150.000/3; Bahan baku: 150.000/0,10

Rangkuman dalam peragaan diatas (22-5) mengungkapkan bahwa efek bersih


dari perubahan proses adalah unfavorable. Laba menurun sampai $450.000 karena
perubahan produktivitas. Perhatikan juga bahwa efek produktivitas keterkaitan laba
dapat dibebankan ke input individual. Kenaikan produktivitas tenaga kerja
menghasilkan kenaikan laba senilai $150.000; namun demikian, penurunan
produktivitas bahan baku menghasilkan penurunan laba senilai $600.000. kebanyakan
penurunan laba datang dari kenaikan pemakaian bahan baku tertuma bahan baku
buangan dan sisa, dan unit-unit cacat yang lebih besar dengan proses yang baru. Jadi,
pengukuran keterkaitan-laba memberikan efek pengukuran parsial sama halnya
dengan efek pengukuran total. Pengukuran total produktivitas keterkaitan-laba adalah
jumlah pengukuran parsial individu. Hal ini membuat pengukuran keterkaitan-laba
menjadi pengukuran yang ideal dalam menilai pertukaran. Gambaran tentang efek
perubahan produktivitas menjadi lebih jelas. Kecuali jika bahan baku buangan dan
sisa di bawah control yang lebih baik, perusahaan harus kembali ke proses perakitan
sebelumnya. Tentu saja, adalah mungkin bahwa efek pembelajaran dari proses baru
tidak sepenuhnya ditangkap dan perbaikan selanjutnya dalam produktivitas tenaga
kerja dapat diamati. Ketika tenaga kerja menjadi lebih alih, adalah mungkin bahwa
penggunaan bahan baku mengalami penurunan.
F. Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan pada dasarnya berhubungan dengan biaya produk, proses,
sistem atau fasilitas penting untuk pengambilan keputusan manajemen yang lebih
baik. Tujuan perolehan biaya adalah bagaimana cara mengurangi biaya-biaya
lingkungan, meningkatkan pendapatan dan memperbaiki kinerja lingkungan dengan
memberi perhatian pada situasi sekarang, masa yang akan datang dan biaya-biaya
manajemen yang potensial (Arfan Ikhsan, 2008). Arfan Ihksan (2009) menyatakan
biaya lingkungan adalah dampak, baik moneter atau non-moneter yang terjadi oleh
hasil aktivitas perusahaan yang berpengaruh pada kualitas lingkungan. Definisi-
definisi tambahan antara lain meliputi:
1. Biaya lingkungan meliputi biaya-biaya dari langkah yang diambil, atau yang harus
diambil untuk mengatur dampak-dampak lingkungan terhadap aktivitas
perusahaan dalam cara pertanggungjawaban lingkungan, seperti halnya biaya lain
yang dikemudikan dengan tujuan-tujuan lingkungan dan keinginan perusahaan.
2. Biaya-biaya lingkungan meliputi biaya internal dan eksternal dan berhubungan
terhadap seluruh biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan kerusakan
lingkungan dan perlindungan.
3. Biaya-biaya lingkungan adalah pemakaian sumber daya disebabkan atau dipandu
dengan usaha-usaha (aktivitas) untuk:
a) mencegah atau mengurangi bahan sisa dan polusi,
b) mematuhi regulasi lingkungan dan kebijakan perusahaan,
c) kegagalan memenuhi regulasi dan kebijakan lingkungan.
G. Jenis-jenis biaya lingkungan
Menurut Hansen (2007), sebelum informasi biaya lingkungan dapat disediakan
bagi manajemen, biaya-biaya lingkungan harus didefinisikan. Ada banyak
kemungkinan, akan tetapi pendekatan yang menarik adalah dengan mengadopsi
definisi yang konsisten dengan model kualitas lingkungan total. Dalam model kualitas
lingkungan total, keadaan yang ideal adalah tidak ada kerusakan lingkungan (sama
dengan keadaan cacat nol pada manajemen kualitas total). Kerusakan didefinisikan
sebagai degradasi langsung dan lingkungan, seperti emisi residu benda padat, cair,
atau gas ke dalam lingkungan (misalnya pencemaran air dan polusi udara), atau
degradasi tidak langsung seperti penggunaan bahan baku dan energi yang tidak perlu.
Menurut Arfan (2008) kualitas biaya merupakan suatu teknik standar industri untuk
mengevaluasi kecenderungan dalam biaya penuh dalam menjamin masing-masing
akhir produk dan menyesuaikan jasa lebih dari yang dikehendaki pelanggan.
Hansen (2007) menyatakan biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena
mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Tujuan utama dari
pelaporan biaya kualitas adalah untuk memperbaiki dan mempermudah perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial. Arfan (2008) menyatakan
keutamaan penggunaan laporan biaya kualitas berdasarkan perencanaan adalah
penyediaan perencanaan manajemen dengan suatu alat untuk mengevaluasi
kecenderungan perencanaan biaya terhadap kualitas. Dengan menelaah analisis biaya
berdasarkan kualitas setiap waktu, tim perencanaan dapat mengidentifikasi daerah-
daerah yang memungkinkan untuk diubah atau diperbaiki, serta 20 implementasi
tindakan yang benar tertuju pada peningkatan biaya terhadap kualitas. Kategori biaya
kualitas dibagi dalam faktor-faktor sebagai berikut:
1. Biaya pencegahan Biaya pencegahan merupakan investasi yang dibuat dalam
usaha untuk menjamin konfirmasi yang dibutuhkan. Misalnya, kegiatan-kegiatan
yang termasuk ke dalam orientasi anggota tim, pelatihan dan pengembangan
standard perencanaan serta prosedur.
2. Biaya penilaian Biaya penilaian merupakan biaya yang terjadi untuk
mengidentifikasi kesalahan setelah kejadian. Misalnya, kegiatan-kegatan seperti
pengujian.
3. Biaya kesalahan internal Biaya kesalahan internal merupakan biaya
memperkerjakan kembali dan biaya perbaikan sebelum diserahkan kepada
pelanggan. Misalnya adalah memperbaiki kesalahan yang dideteksi sepanjang
pengujian internal.
4. Biaya kesalahan eksternal Biaya kesalahan eksternal merupakan biaya yang
memperkerjakan kembali dan biaya perbaikan setelah diserahkan kepada
pelanggan. Satu contoh akan memperkerjakan dan memperaiki hasil dari
pengujian yang diterima. Contoh lainnya biaya aktual yang terjadi sepanjang
jaminan dukungan.
H. Laporan biaya lingkungan
Menurut Hansen (2007), ekoefisiensi menyarankan sebuah kemungkinan
modifikasi untuk pelaporan biaya lingkungan. Secara khusus, selain melaporkan biaya
lingkungan, mengapa tidak melaporkan keuntungan lingkungan? Dalam suatu periode
tertentu, ada tiga jenis keuntungan: pemasukan, penghematan saat ini, dan
penghindaran biaya. Pemasukan mengacu pada pendapatan yang mengalir ke dalam
organisasi karena adanya tindakan lingkungan seperti mendaur ulang kertas,
menemukan aplikasi baru untuk limbah yang tidak berbahaya, dan meningkatkan
penjualan karena penguatan citra lingkungan. Penghindaran biaya mengacu pada
penghematan berjalan yang dihasilkan di tahun-tahun sebelumnya. Penghematan saat
ini mengacu pada pengurangan biaya lingkungan yang dicapai tahun ini. Dengan
membandingkan keuntungan yang didapat dengan biaya tahun ini.dengan
membandingkan keuntungan yang didapat dengan biaya lingkungan yang terjadi
dalam periode tertentu, dapat disusun suatu laporan keuangan lingkungan. Manajer
dapat menggunakan laporan tersebut untuk menilai kemajuan (keuntungan yang
dihasilkan) dan potensi kemajuan (biaya lingkungan). Laporan keuangan lingkungan
dapat juga menjadi bagian dari laporan kemajuan lingkungan yang disediakan bagi
pihak pemegang saham setiap tahunnya. Berikut ini adalah contoh laporan keuangan
lingkungan.

PT Thamus
Laporan Keuangan Lingkungan
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009
Keuntungan Lingkungan
Pengurangan biaya,
pencemaran $ 3.000.000
Pengurangan biaya, pembuangan
limbah yang berbahaya 4.000.000
Pemasukan daur ulang 2.000.000
Penghematan biaya konservasi
energi 1.000.000
Pengurangan biaya
pengemasan 1.500.000
Total keuntungan
lingkungan $ 11.500.000

Biaya Lingkungan
Biaya pencegahan $ 2.800.000
Biaya deteksi 3.200.000
Biaya kegagalan internal 6.000.000
Biaya kegagalan eksternal 18.000.000
Total biaya
lingkungan $ 30.000.000
DAFTAR PUSTAKA

Rehmadhani, R. (2020). Manajemen Produktivitas dan Efisiensi.


https://www.academia.edu/12172133/Manajemen_Produktivitas_dan_Efisiensi, 2-49.
UAJ, J. (2020). BAB II BIAYA KUALITAS.
https://e-journal.uajy.ac.id/1562/3/2EA16250.pdf, 12-36.
UAJ, J. (2020). BAB II BIAYA LINGKUNGAN : PENGUKURAN DAN
PELAPORANNYA. https://e-journal.uajy.ac.id/3087/3/2EA16039.pdf, 11-27.
UAJ, J. (2020). BAB II LANDASAN TEORI.
https://e-journal.uajy.ac.id/3551/3/2EA16466.pdf, 15-32.

Anda mungkin juga menyukai