Oleh :
Kelompok 7
Salah satu Strategi yang dipergunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengeliminasi
COPQ (Cost of Poor Quality) adalah dengan menerapkan Metodologi Six Sigma. Dengan Six
Sigma Manajemen Perusahaan dapat mengidentifikasikan penyebab – penyebab terjadinya
kegagalan dan melakukan perbaikan – perbaikan untuk meningkatkan Kualitas secara
keseluruhan.
Keterangan:
k = Konstanta proporsional yang tergantung pada struktur biaya gagal eksternal
organisasi
y = Karakteristik nilai kualitas aktual
T = Karakteristik nilai kualitas sasaran
L = Kerugian Kualitas
Untuk menerapkan fungsi taguchi, k harus diestimasi. Nilai untuk k dihitung
dengan membagi estimasi biaya pada satu batas spesifik dengan deviasi kuadrat batas
tersebut dari nilai sasaran.
Keterangan:
c = kerugian pada batas spesifikasi atas atau bawah
d = jarak antara batas dengan nilai sasaran
Adapun kelebihan metode ini diantaranya:
1) Memudahkan perusahaan untuk melakuakan analisis terhadap produk yang
dihasilkan, karena produk tersebut dapat dideteksi tingkat penyimpangannya.
2) Memotivasi perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk, karena metode
ini selalu berpandangan bahwa produk yang dihasilkan harus mencapai target,
jika tidak akan selalu memunculkan kerugian.
3) Perusahaan dapat mengidentifikasi dan melakukan estimasi terhadap besarnya
biaya kualiatas tersembunyi.
Adapun kelemahan metode ini diantaranya:
1) Apabila metode ini tidak diterapkan dengan teknik – teknik yang
dikembangkan oleh Deming, Juran dan Crosby, maka tidak akan memberikan
hasil yang optimal.
2) Metode ini hanya cocok untuk diterapkan perusahaan industri manufaktur
yang menghasilkan barang dengan tingkat ketelitian tinggi.
3) Implementasi dari metode ini membutuhkan perhitungan statistik yang sedikit
rumit, sehingga diperlukan sumber daya dengan keahlian khusus untuk
menerapkannya.
NB :
Penjualan Aktual $ 22.200.000
Dari Laporan Biaya Kualitas Ladd Lighting Corporation tahun 2008 tersebut dihasilkan total
biaya kualitas sebesar 15% dari penjualan aktual. Mengacu pada prinsip yang berlaku umum,
biaya kualitas sebaiknya kurang dari 2,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ladd
Lighting Corporation memiliki kesempatan yang baik untuk meningkatkan laba dengan
mengurangi biaya kualitas. Apabila melakukan pengurangan biaya kualitas tanpa upaya
peningkatan kualitas merupakan strategi yang dapat mengakibatkan kerugian atau bencana.
Pandangan tambahan mengenai distribusi relatif biaya kualitas dapat diperoleh dengan
membuat bagan lingkaran di mana bagan tersebut akan berisi persentase pada Laporan Biaya
Kualitas yang telah dilaporkan. Berikut contohnya.
10.2.2 Fungsi Biaya Kualitas
Para manajer tentu memiliki tanggung jawab dalam menilai tingkat kualitas optimal
dan menetapkan jumlah relatif yang seharusnya dikeluarkan untuk setiap kategori. Ada dua
pandangan mengenai biaya kualitas optimal, yaitu pandangan tradisional yang mengacu pada
pencapaian tingkat kualitas yang dapat diterima dan pandangan kontemporer yang dikenal
dengan pengendalian kualitas total.
A. Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima
Pandangan kualitas dapat diterima mengasumsikan bahwa terdapat
perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya
pengendalian meningkat, maka biaya kegagalan seharusnya menurun. Selama
penurunan biaya kegagalan lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian,
perusahaan sebaiknya untuk terus meningkatkan usahanya agar mencegah atau
mendeteksi unit – unit yang tidak sesuai. Nantinya, akan dicapai suatu titik di mana
kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar
daripada penurunan biaya kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari total
biaya kualitas. Hal ini merupakan perbandingan optimal antara biaya pengendalian
dan biaya kegagalan, serta mendefinisikan apa yang dikenal sebagai tingkat kualitas
yang dapat diterima (acceptable quality level – AQL). Berikut disajikan contoh grafik
biaya kualitas AQL.
Sumber : https://slideplayer.info/slide/11864343/
Pada grafik di atas, terdapat asumsi bahwa ada dua fungsi biaya, yaitu biaya
pengendalian dan biaya kegagalan di mana mengasumsikan persentase unit cacat
meningkat ketika biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan – kegiatan pencegahan dan
penilaian menurun. Pada sisi lain, biaya kegagalan meningkat ketika jumlah unit cacat
meningkat. Dari fungsi total biaya kualitas, diketahui bahwa total biaya kualitas
menurun ketika kualitas ditingkatkan hingga titik tertentu. Setelah itu, tidak ada
peningkatan lebih lanjut yang mungkin dilakukan. Tingkat optimal unit cacat telah
diidentifikasi dan perusahaan berupaya mencapainya. Tingkat yang mengizinkan
adanya unit cacat ini disebut tingkat kualitas yang dapat diterima (AQL).
B. Pandangan Cacat-Nol
Pada pertengahan 1980-an, model cacat nol lebih disempurnakan dengan
model kualitas kokoh (robust quality model) yang menentang definisi unit cacat.
Menurut pandangan kokoh ini, kerugian terjadi karena diproduksinya suatu produk
yang menyimpang dari nilai target, semakin jauh penyimpangannya, akan semakin
besar pula nilai kerugiannya. Selain itu, kerugian juga tetap terjadi meskipun deviasi
masih dalam batas toleransi spesifikasi. Dengan kata lain, penyimpangan dari
spesifikasi ideal adalah merugikan dan batas toleransi spesifikasi tidak dapat
menawarkan apa pun, bahkan dapat menipu. Model cacat nol menekankan pada biaya
kualitas dan potensi penghematan dari upaya yang lebih besar untuk meningkatkan
kualitas. Jadi, model kualitas kokoh memperketat definisi dari unit cacat,
menyempurnakan pandangan kita terhadap biaya kualitas, dan mengintensifkan upaya
perbaikan kualitas. Berikut akan disajikan grafik biaya kualitas kontemporer.
Sumber : https://slideplayer.info/slide/11864343/
Grafik di
atas menggambarkan perubahan dalam hubungan biaya kualitas. Meskipun tampilan
tersebut menunjukkan fungsi total biaya kualitas konsisten dengan hubungan biaya
kualitas yang diuraikan, ada beberapa perbedaan utama, yaitu biaya pengendalian
tidak meningkat tanpa batas ketika mendekati kondisi tanpa cacat, yang kedua adalah
biaya pengendalian dapat naik kemudian turun mendekati kondisi tanpa cacat, dan
yang ketiga biaya kegagalan dapat ditekan menjadi nol.
Biaya sebagai
Tahun Biaya Kualitas Penjualan Aktual Persentase (%) dari
Penjualan
2004 $ 440.000 $ 2.200.000 20,0%
2005 $ 423.000 $ 2.350.000 18,0%
2006 $ 412.500 $ 2.750.000 15,0%
2007 $ 392.000 $ 2.800.000 14,0%
2008 $ 280.000 $ 2.800.000 10,0%
Misalkan, tahun 2004 sebagai tahun dasar atau 0, lalu tahun 2005 sebagai tahun 1, dan
seterusnya, grafik tren akan dicantumkan di bawah ini. Periode per tahun dinyatakan oleh
sumbu horizontal dan persentase dari penjualan dinyatakan oleh sumbu vertikal.
Sumber : https://slidetodoc.com/management-accounting-
akuntansi-manajemen-quality-costs-biaya-kualitas/
Grafik tersebut menunjukkan adanya tren yang tetap menurun pada biaya kualitas
yang dinyatakan sebagai persentase dari penjualan. Grafik ini juga menunjukkan bahwa
perbaikan masih sangat memungkinkan untuk dilakukan dalam jangka panjang. Selain
melakukan analisis tren menggunakan persentase dari penjualan, dapat pula membuat tren
untuk setiap kategori kualitas yaitu sebagai berikut.
Kegagalan Kegagalan
Tahun Pencegahan Penilaian
Internal Eksternal
2004 2,0% 2,0% 6,0% 10,0%
2005 3,0% 2,4% 4,0% 8,6%
2006 3,0% 3,0% 3,0% 6,0%
2007 4,0% 3,0% 2,5% 4,5%
2008 4,1% 2,4% 2,0% 1,5%
Sumber : https://slideplayer.info/slide/17776137/
Dapat dilihat bahwa perusahaan berhasil mengurangi biaya kegagalan eksternal dan internal.
Uang digunakan untuk biaya pencegahan lebih banyak (jumlahnya meningkat dua kali lipat).
Biaya penilaian meningkat, kemudian menurun.
2007 2008
Jumlah mesin yang diproduksi 120.000 150.000
Jam tenaga kerja yang
digunakan 40.000 37.500
Bahan yang digunakan (pon) 1.200.000 1.700.000
Harga jual per unit (mesin) $50 $48
Upah tenaga kerja per jam $11 $12
Biaya bahan per pon $2 $3
Output periode berjalan (tahun 2008) adalah 150.000 mesin. Dari tampilan tabel rasio
produktivitas parsial, dapat diketahui bahwa rasio produktivitas periode dasar untuk tenaga
kerja dan bahan masing – masing adalah 3 dan 0,100. Dengan menggunakan informasi
tersebut, jumlah setiap input untuk keadaan tanpa perubahan produktivitas dapat dihitung
sebagai berikut.
PQ (tenaga kerja) = 150.000/3 = 50.000 jam
PQ (bahan baku) = 150.000/0,100 = 1.500.000 pon
Untuk contoh kita, PQ memperlihatkan jumlah input tenaga kerja dan bahan yang seharusnya
digunakan pada tahun 2008, dengan asumsi bahwa tidak ada perubahan pruduktivitas. Jumlah
biaya yang seharusnya dikeluarkan, dihitung dengan mengalikan jumlah masing – masing
input (PQ) dengan harga priode berjalan (P) dan menjumlahkannya.
Biaya tenaga kerja (50.000 x $12) $ 600.000
Biaya bahan baku (1.500.000 x $3) 4.500.000
Total biaya PQ $5.100.000
Biaya input aktual diperoleh dengan mengalikan jumlah input aktual (AQ) dengan harga
berjalan setiap input (P) dan menjumlahkannya.
Biaya tenaga kerja (37.500 x $12) $ 450.000
Biaya bahan baku (1.700.000 x $3) 100.000
Total biaya periode berjalan $5.550.000
Maka, pengaruh produktivitas terhadap laba dihitung dengan mengurangkan total biaya
berjalan dari total biaya PQ.
Pengaruh terkait dengan laba = Total biaya PQ – Total biaya periode berjalan
= $5.100.000 - $5.550.000
= $450.000 penurunan laba
Perhitungan pengaruh terkait dengan laba diikhtisarkan pada tampilan tabel berikut ini.
(1) (2) (3) (4) (2) - (4)
Input PQ PQ x P AQ AQ x P (PQ x P) - (AQ x
P)
Tenaga kerja 50.000 $600.000 37.500 $450.000 $150.000
Bahan baku 1.500.000 4.500.000 1.700.000 5.100.000 (600.000)
Total $5.100.000 $5.550.000 $(450.000)
Tenaga kerja: 150.000/3; bahan baku; 150.000/0,10
Tampilan tabel tersebut mengungkapkan bahwa pengaruh bersih perubahan proses tidak
menguntungkan. Laba turun sebesar $450.000 karena perubahan produktivitas. Pengaruh
produktivitas yang terkait dengan laba dapat dihitung untuk satu jenis input. Peningkatan
produktivitas tenaga kerja menghasilkan kenaikan laba sebesar $150.000. Namun, penurunan
produktivitas bahan mengakibatkan penurunan laba sebesar $600.000. Sebagian besar
penurunan laba ini disebabkan oleh meningkatnya pemakaian bahan.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial, Edisi 8 Buku 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Hariri. 2017. Biaya Kualitas dan Produktifitas: Pengukuran, Pelaporan dan Pengendalian di
http://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/AKMEN/HRR/Pert%2
07%20Akmen.pdf (diakses pada 13 April 2021).
Sugeng, Mas. 2014. Modul Akuntansi Manajemen : Bab 7 Biaya Kualitas dan Produktivitas
di http://kepinginlagi.blogspot.com/2014/09/modul-akuntansi-manajemen-bab-7-
biaya.html (diakses pada 13 April 2021).