Anda di halaman 1dari 46

DESKRIPSI MATERI

PERTEMUAN 5:GUGUS KENDALI MUTU DAN 7 TOOLS


(lanjutan)
Mata Kuliah TQM
Dosen Pengampu: Sri Utaminingsih, S.H.,M.MPd.,M.H

PENGANTAR:

Pengendalian kualitas adalah suatu sistem yang terdiri dari pengujian,

analisis, dan tindakan- tindakan yang harus di ambil dengan menggunakan

kombinasi seluruh peralatan dan teknik- teknik yang berguna untuk

mengendalikan kualitas suatu produk dengan ongkos minimal sesuai dengan

keinginan konsumen. Kualitas produk yang akan di kendalikan dapat diartikan

sebagai kesesuaian atau kepuasan konsumen atas suatu produk. Kepuasan

tersebut mencakup kualitas produk (Quality of product), biaya (Quality of cost),

penyampaian (Quality of delivery), keselamatan (Quality of safety), dan moral

(Quality of morale).

TUJUAN PERKULIAHAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
• Menjelaskan tentang Gugus Kendali Mutu Mutu.
• Menguraikan Prosses aplikasi 7 Tools.

DESKRIPSI MATERI: GUGUS KENDALI MUTU MUTU DAN 7 TOOLS (aplikasi)

Pengendalian Kualitas secara Umum


Pada dasarnya kegiatan pengendalian kualitas mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas, karena semua aspek yang mempengaruhi kualitas harus di perhatikan.
Secara garis besar, pengendalian kualitas dapat di bedakan menjadi tiga tingkatan
yaitu :
1. Pengendalian kualitas pra proses.
2. Pengendalian selama proses.
3. Pengendalian kualitas terhadap produk yang di hasilkan.
Dengan demikian, kita akan dapat mengurangi penyimpangan- penyimpangan
produk yang cacat atau produk di luar spesifikasi yang mungkin terjadi.

10.1.2 Pengertian Kualitas


Secara umum kualitas dapat diartikan sebagai suatu kumpulan dari

sejumlah karakteristik yang terukur dan menunjukan derajat kebaikan suatu

produk. Kualitas di artikan sebagai faktor- faktor yang terdapat dalam suatu

produk yang menyebabkan produk tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa

produk tersebut di hasilkan atau di butuhkan.

10.1.3 Arti Pengendalian Kualitas


Pengendalian kualitas adalah suatu sistem yang terdiri dari pengujian,
analisis, dan tindakan- tindakan yang harus di ambil dengan menggunakan
kombinasi seluruh peralatan dan teknik- teknik yang berguna untuk

mengendalikan kualitas suatu produk dengan ongkos minimal sesuai dengan

keinginan konsumen. Kualitas produk yang akan di kendalikan dapat diartikan

sebagai kesesuaian atau kepuasan konsumen atas suatu produk. Kepuasan

tersebut mencakup kualitas produk (Quality of product), biaya (Quality of cost),

penyampaian (Quality of delivery), keselamatan (Quality of safety), dan moral

(Quality of morale).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas

merupakan suatu kegiatan yang sangat erat hubunganya dengan proses

2
produksi, yaitu dengan melakukan pemeriksaan atas karakteristik kualitas yang di

miliki oleh produk untuk selanjutnya di lakukan penilaian atas kemampuan

proses produksi yang dikaitkan dengan standar spesifikasi produk. Selanjutnya

akan di peroleh sebab- sebab terjadinya penyimpangan- penyimpangan sebagai

dasar untuk mengambil tindakan perbaikan dan pencegahan.

10.1.4. Tujuan Pengendalian Kualitas


Tujuan pengendalian kualitas adalah :

1. Pencapaian kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien


2. Perbaikan hubungan manusia
3. Peningkatan moral karyawan
4. Pengembangan kemampuan tenaga kerja
Dengan mengarah kepada pencapaian tujuan di atas, berarti akan terjadi

peningkatan produktivitas dan profitabilitas usaha. Selain dari itu, pengendalian

kualitas juga meliputi banyak aspek yang mengarah kepada peningkatan kualitas

produk akhir, pengendalian pada proses produksi yang berlangsung sehingga

dapat di lakukan tindakan- tindakan apabila terjadi perubahan yang di

harapkan.

Tindakan pemeriksaan dan analisisnya adalah membandingkan standar

kualitas dengan hasil proses dan berusaha menemukan sebab- sebab

penyimpangan suatu mutu produk yang di hasilkan. Selanjutnya akan

menjadi pedoman dalam melakukan tindakan perbaikan. Standar mutu

3
produk sub sistem pengendalian karena akan mengacu kepada selera

konsumen yang merupakan variabel bebas.

10.1.5. Elemen- Elemen Pengendalian Kualitas


Kegiatan pengendalian kualitas diarahkan pada perolehan produk yang sesuai

dengan standar kualitas yang diinginkan dengan melibatkan elemen- elemen

pengendalian kualitas yang terdiri dari :

1. Objek Pengendalian
Pemeriksaan atas mutu produk yang dilakukan dalam pelaksanaan produksi

pada industri manufaktur umumnya dapat di bagi kedalam tiga tingkatan :

a. Pemeriksaan atas kualitas bahan baku.


b. Pemeriksaan atas kualitas produk dalam proses.
c. Pemeriksaan atas kualitas produk jadi.
Pada tahap pertama, pemeriksaan atas kualitas bahan baku yang datang ke

pabrik untuk menentukan apakah bahan baku yang di peroleh dari pemasok

memenuhi persyaratan/ standar yang di inginkan. Pemeriksaan bahan baku

juga di lakukan pada saat bahan baku memasukii proses produksi. Pemeriksaan

ini di lakukan dengan maksud untuk menjamin mutu produk yang akan

dihasilkan tidak menyimpang dari standar produksi.

Tahap selanjutnya, pemeriksaan di lakukan proses produksi berlangsung.

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memelihara suatu produk dengan

cara memperbaiki proses atau mesin apabila terjadi penyimpangan dari

semula. Pada tahap terakhir di lakukan pemeriksaan terhadap produk jadi

4
dengan tujuan adalah menghindarkan lolosnya produk yang gagal (tidak

memenuhi spesifikasi) ketangan konsumen.

2. Manusia/ Pekerja
Manusia adalah salah satu faktor yang penting dalam melaksanakan

pemeriksaan, baik pada tahap pemeriksaan bahan baku, produk dalam proses,

maupun produk jadi. Pemeriksaan yang di lakukan dapat terdiri dari beberapa

jenis pemeriksaan misalnya terhadap dimensi, pemeriksaan terhadap sifat

tampak, dan lain sebagainya. Masing- masing pemeriksaan ini membutuhkan

pemeriksaan yang dapat melakukan dengan baik.

3. Peralatan

Pemeriksaan mutu, baik pada bahan baku, produk dalam proses, maupun

produk jadi, pada pelaksanaan dapat di bedakan sebagai berikut :

a. Pemeriksaan visual yaitu pemeriksaan yang di lakukan dengan


penglihatan mata.
b. Pemeriksaan yang di lakukan dengan bantuan alat ukur atau
instrumentasilain

4. Tenaga Kerja

Di tinjau dari segi tempat pelaksanaan pengendalian kualitas dapat di bedakan

sebagai berikut :

c. Inspeksi di tempat kerja.


c. Inspeksi di laboratorium.

Inspeksi di tempat kerja yaitu dengan melakukan pengamatan/ pemeriksaan

pada waktu- waktu tertentu yang ditetapkan baik terhadap produk/ barang

5
maupun terhadap peralatan produksi. Sedangkan inspeksi di laboratorium

adalah dengan melakukan pemeriksaan terhadap sampel produk/ bahan

dengan menggunakan berbagai metode oleh beberapa tenaga kerja/ analisis

yang terpusat pada laboratorium.

Pemeriksaan yang dilakukan laboratorium memberikan kelebihan- kelebihan

sebagai berikut :

a.Mudah mengawasi pemeriksaan dalam pelaksanaan pekerjaan.


b. Kondisi lingkungan laboratorium memungkinkan untuk di pergunakan
peralatan yang khusus untuk pemeriksaan atau pengujian.
c. Pembagian pemeriksaan yang lebih khusus.
Sedangkan kelemahan- kelemahanya adalah sebagai berikut :

1. Waktu disebabkan oleh timbunan item yang menunggu untuk di periksa.


2. Memerlukan waktu untuk pengambilan sampel produk dari tempat produksi
ke laboratorium, begitu sebaliknya.
3. Bila sampel dari sebuah lot yang di periksa ternyata cacat, maka tindakan
koreksi terhadap proses produksi akan terlambat.
4. Terjadi penundaan
5. Teknik/ Metode

Dalam melaksanakan pengendalian mutu, dibutuhkan teknik yang dapat

digunakan sebagai berikut :

d. Mengukur bahan baku.


e.Mengambil keputusan dalam menentukan bahan baku atau produk yang di
periksa.
f. Mengawasi pelaksanaan suatu proses.
g.Mengambil keputusan dalam menentukan jumlah sampel pemeriksaan.

6
Teknik pengendalian mutu yang sering di pergunakan adalah metode

statistikdengan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Pengambilan sampel secara teratur.


2. pemeriksaan karakteristik yang telah ditentukan apakah sesuai dengan
standar yang telah di tetapkan.
3. Menganalisis tabel pengontrol untuk bahan analisis hasil pemeriksaan
sebagai standar yang telah di tetapkan.
4. Penggunaan tabel pengontrol untuk bahan analisis hasil pemeriksaan
sebagai dasar dalam pengambil keputusan, apakah harus dilakukan
penyesuaian proses atau tidak.

10.1.6. Komunikasi Informasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi tertentu dari

suatu sumber informasi kesuatu tujuan. Dalam pelaksanaanya, komunikasi

berlangsung secara formal maupun non formal. Segala sesuatu yang di peroleh

dari hasil pengujian kualitas, yang perlu segera di informasikan kepada bagian

yang memerlukan secara jelas dan segera

10.2. Pengertian Variasi Dalam Proses Produksi.

Adanya sesuatu yang tetap (konstan) pada dasarnya tidak ada, juga dalam

suatu sistem yang dinamakan sistem- sebab- konstan (A constant- causes-

sistem). Sesuatu yang di hasilkan oleh sistem- sebab- konstan menunjukan sifat

yang di sebut stabil. Kenapa suatu yang bervariasi tersebut di katakan konstan ?

hal ini didasarkan karena hasil yang bervariasi tersebut kapanpun terjadi selalu

berada dalam daerah terletak diantara sepasang garis batas.

7
Dalam proses produksi tidak akan bisa di hasilkan produk- produk yang

benar- benar sama. Akan selalu terjadi variasi karakteristik kualitas antara

satu produk dengan produk yang lain. Jika variasi yang terjadi sangat kecil,

maka produk tersebut dapat di katakan mempunyai karakteristik yang sama.

Ada tiga kategori variasi produk yang di kenal, yaitu :

1. Variasi dalam Produk

Variasi ini terjadi apabila suatu karakteristik kualitas tertentu dalam suatu

produk terjadi tidak homogen, misalnya karakteristik lebar suatu

produkberbeda antara ujung kanan dan ujung kiri.

2. Variasi antar Produk

Variasi ini terjadi apabila suatu karakteristik kualitas tertentu pada suatu

produk tidak sama dengan produk lain dalam waktu produksi yang sama.

3. Variasi antar Waktu

Variasi ini terjadi antara produk- produk yang di produksi dalam periode

waktu yang berbeda, misalnya dalam satu hari (shift 1, shift 2, shift 3).

Ada empat faktor penyebab terjadinya variasi yaitu :

1. Proses

Variasi yang di sebabkan oleh faktor proses seperti getaran perangkat,

getaranmesin, penempatan alat- alat mesin dan fluktuasi tegangan listrik.

2. Material

8
Variasi yang di sebabkan oleh material seperti komposisi bahan baku utama,

kandungan unsur- unsur tertentu dalam material komposisi bahan.

3. Operator

Variasi yang di sebabkan oleh faktor operator seperti metode pelaksanaan

operasi kurang, rendahnya tingkat ketrampilan, kelelahan dan sebagainya.

5. Lingkungan

Variasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan berupa temperatur ruangan,

penerangan, radiasi dan kelembaban.

10.1 Konsep Statistik


Kata statistic berasal dari kata statas yang berasal dari bahasa latin yang
mempunyai persamaan arti dengan kata stats yang berasal dari bahasa Inggris atau kata
staat dari bahasa Belanda. Pada mulanya kata “statistic” diartika sebagai kumpulan
bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang
tidak berwujud angka (data penting dan kegunaannya yang besar bagi suatu Negara).
Namun, pada perkembangan selajutnya hanya dibatasi pada kumpulan bahan
keterangan yang berwujud angka saja.Dalam kamus bahasa Inggris terdapat kata
statistics artinya “ilmu statistik”, sedangkan kata statistik diartikan sebagai ukuran yang
diperoleh atau yang berasal dari sampel.
Dari segi tertimologi Statistik kadang diberi pengertian sebagai “data statistik”
yaitu kumpulan bahan keterangan yang berupa angka atu bilangan dengan istilah lain,
statistik adalah deretan atau kumpulan angka yang menunjukkan keterangan mengenai
cabang kegiatan hidup tertentu.
Misalnya : statistik penduduk, statistik pertanian dan statistik pendidikan.
Dengan demikian istilah statistik dengan pengertia sebagai data kuantitatif
adalah data angka yang dapat memberikan gambaran mengenai keadaan peristiwa atau
gejala tertentu.

9
10.1.2 Penggolongan Statistik
a. Statistik deskriptif
Adalah statistik yang tikat pekerjaannya mencakup cara-cara menghimpun,
menyusun atau mengatur, mengolah, menyajikan dan menganalisis data angka agar
dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu gejala atau
peristiwa tertentu.
b. Statistik Inferensial
Adalah statistik yang menyediakan aturan atau cara yang dapat dipergunakan
sebagai alat dalam rangka mencoba menarik kesimpulan yang bersifat umum dari
sekumpulan data yang telah disusun dan diolah.

10.1.3 Fungsi dan Kegunaan Statistik


Fungsi statistik adalah sebagai alat bantu untuk mengolah, menganalisis dan
menyimpulakan hasil yang telah dicapai dalam kegiatan penilaian tersebut. Statistik
sebagai ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu statistik
deskriptif dan inferensial. Berdasarkan penggolongan statistik tersebut, maka fungsi
statistik adalah :
a. Fungsi statistik deskriptif adalah untuk dapat memahami, medeskripsikan,
menerangkan data atau peristiwa yang dikumpulkan dalam suatu penelitian dan
tidak sampai pada generalisasi atau pengambilan kesimpulan mengenai keseluruhan
populasi yang diselidiki.
b. Fungsi statistik inferensial adalah untuk meramalkan dan mengontrol. Statistik
inferensial ini mempelajari tata cara penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan
atau populasi berdasarkan data atau gejala dan peristiwa yang ada dalam suatu
penelitian.

Kegunaan Statistik
1) Memperoleh gambaran baik gambaran secara khusus maupun gambaran secara
umum tentang suatu gejala, keadaan atau peristiwa.
2) Mengikuti perkembangan atau pasang surut mengenai gejala, keadaan atau peristiwa
tersebut dari waktu ke waktu.

10
3) Melakukan pengujian, apakah gejala yang satu berbeda dengan gejala yang lain
ataukah tidak, jika terdapat perbedaan itu merupakan perbedaan yang berarti atau
perbedaan itu terjadi hanya secara kebetulan saja.
4) Mengetahui apakah yang satu ada hubungannya dengan gejala lain.
5) Menyusun laporan yang berupa data kuantitatif dengan teratur, ringkas dan jelas.
6) Menarik kesimpulan secara logis, mengambil keputusan secara tepat mantap.

10.1.4 Data Statistik dan Penggolongannya


Data statistik adalah data yang berwujud angka atau bilangan tapi tidak semua
angka data statistik karena untuk dapat disebut data-data statistik angka itu harus
memenuhi persyaratan tertentu yaitu bahwa angka tadi haruslah menunjukkan suatu
ciri dari suatu penelitian yang bersifat agregatif serta mencerminkan suatu kegiatan
dalam bilangan atau lapangan tertentu.
Ditijuan dari segi sifat angkanya, data statistic dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu data kontiniyu yaitu data statistic yang angka-angkanya merupakan
deretan angka yang sambung menyambung dan data diskrit yaitu statistic yang tidak
mungkin berbentuk pecahan.
Ø Penggolongan data statistic berdasarkan cara menyusun angkanya :
a. Data nominal adalah data statistic yang menyusun angkanya didasarkan atas
penggolongan atau klasifikasi tertentu. Data nominal juga sering disebut data
hitungan, dikatakan demikian karena data itu diperoleh dengan cara menghitung.
b. Data ordinal juga sering disebut data urutan yaitu data statistic yang cara menyusun
angkanya didasarkan atas urutan kedudukan atau ranking.
c. Data interval adalah data statistic dimana terdapat jarak yang sama diantara hal-hal
yang sedang diselediki atau dipersoalkan.
Ø Penggolongan data statistic berdasarkan bentuk angkanya
a. Data tunggal adalah data statistic yang masing-masing angkanya merupakan satu unit
(satu kesatuan) dengan kata lain data tunggal ialah data statistic yang angka-
angkanya tidak dikelompok-kelokpokkan.
b. Data kelompok adalah data statistic yang tiap-tiap unitnya terdiri dari sekelompok
angka.
Ø Penggolongan data statistic berdasarkan sumbernya

11
a. Data primer adalah data statistic yang diperoleh atau bersumber dari tangan
pertama.
b. Data skunder adalah data statistic yang diperoleh atau bersumber dari tangan kedua.
Ø Penggolongan berdasarkan waktu pengumpulannya.
a. Data seketika adalah data statistic yang mencerminkan keadaan pada satu waktu
b. Data urutan waktu adalah data statistic yang mencerminkan keadaan atau
perkembangan mengenai sesuatu hal dari satu waktu ke waktu yang lain secara
berurutan. Data ini juga dikenal dengan istilah historical data.

10.1.4 Sifat Data Statistik


a. Data statistic memiliki nilai relatif atau nilai semu. Nilai relatif dari suatu
angka atau bilangan adalah nilai yang ditunjukkan oleh angka atau bilangan
itu sendiri.
b. Data statistic memiliki nilai nyata dari suatu angka atau nilai sebenarnya. Nilai
nyata dari suatu angka adalah daerah tertentu dalam suatu deretan angka yang
diwakili oleh nilai relatif.
c. Data statistik memiliki batas bawah relatif, batas atas relatif, batas bawah
nyata dan batas atas nyata.
d. Data statistic yang berbentuk data kelompok memiliki nilai tengah. Yang
dimaksud dengan nilai tengah adalah bilangan yang terletak di tengah-tengah
deretan bilangan tersebut.
e. Data statistic sebagai data angka dalam proses penghitungannya tidak
menggunakan sistem pecahan melainkan menggunakan sistem desimal.
f. Data statistik sebagai data angka. Dalam proses penghitunganya tidak
menggunakan sistem pembulatan angka tertentu. Dalam hubungan ini perlu
dikemukakan bahwa walaupun dalam pembulatan angka yang terletak
dibelakang tanda decimal tidak selalu sama, namun pada dasarnya pembulatan
tersebut dilakukan sampai dengan tiga buah angka dibelakang angka decimal
dengan catatan :
g. Jika setelah tiga angka di belakang tanda desimal terdapat bilangan yang
besarnya 50 atau kurang dari 50 maka dianggap 0.
h. Jika setelah angka di belakang tanda desimal terdapat bilangan yang besarnya
51 atau lebih, maka bilangan 51 atau bilangannya lebih besar dari 51 itu

12
dianggap sama dengan satu dan bilangan 1 ditambahkan pada bilangan nomor
3 yang terletak di belakang tanda desimal.

10.1.5 Konsep Peluang


Probabilitas atau Peluang adalah suatu ukuran tentang kemungkinan suatu
peristiwa (event) akan terjadi di masa mendatang. Probabilitas dapat juga diartikan
sebagai harga angka yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa
terjadi, di antara keseluruhan peristiwa yang mungkin terjadi. Probabilitas dilambangkan
dengan P. Contoh 1: Sebuah mata uang logam mempunyai sisi dua (H & T) kalau mata
uang tersebut dilambungkan satu kali, peluang untuk keluar sisi H adalah ½.
Contoh 2: Sebuah dadu untuk keluar mata ‘lima’ saat pelemparan dadu tersebut satu
kali adalah 1/6 (karena banyaknya permukaan dadu adalah 6).

Rumus :

P (E) = X/N

P: Probabilitas

E: Event (Kejadian)

X: Jumlah kejadian yang diinginkan (peristiwa)

N: Keseluruhan kejadian yang mungkin terjadi

Probabilitas yang rendah menunjukkan kecilnya kemungkinan suatu peristiwa


akan terjadi. Suatu probabilitas dinyatakan antara 0 sampai 1 atau dalam presentase.
Probabilitas 0 menunjukkan peristiwa yang tidak mungkin terjadi, sedangkan
probabilitas 1 menunjukkan peristiwa yang pasti terjadi.

Ada tiga hal penting dalam probabilitas, yaitu:


1. Percobaan adalah pengamatan terhadap beberapa aktivitas atau proses yang
memungkinkan timbulnya paling sedikit 2 peristiwa tanpa memperhatikan peristiwa
mana yang akan terjadi.

13
2. Hasil adalah suatu hasil dari sebuah percobaan.
3. Peristiwa adalah kumpulan dari satu atau lebih hasil yang terjadi pada sebuah
percobaan atau kegiatan.

10.1.6 Manfaat Probabilitas dalam Peneitian


Manfaat probabilitas dalam kehidupan sehari-hari adalah membantu kita dalam
mengambil suatu keputusan, serta meramalkan kejadian yang mungkin terjadi. Jika kita
tinjau pada saat kita melakukan penelitian, probabilitas memiliki beberapa fungsi antara
lain:
§ Membantu peneliti dalam pengambilan keputusan yang lebih tepat.
§ Dengan teori probabilitas kita dapat menarik kesimpulan secara tepat atas hipotesis
yang terkait tentang karakteristik populasi.
§ Mengukur derajat ketidakpastian dari analisis sampel hasil penelitian dari suatu
populasi.

10.1.7 Pendekatan Probabilitas


Ada 3 (tiga) pendekatan konsep untuk mendefinisikan probabilitas dan
menentukan nilai-nilai probabilitas, yaitu :
(1). Pendekatan Klasik,
(2). Pendekatan Frekuensi Relatif,
(3). Pendekatan Subyektif.

1. Pendekatan Klasik
Pendekatan klasik didasarkan pada sebuah peristiwa mempunyai kesempatan
untuk terjadi sama besar (equally likely). Probabilitas suatu peristiwa kemudian
dinyatakan sebagai suatu rasio antara jumlah kemungkinan hasil dengan total
kemungkinan hasil (rasio peristiwa terhadap hasil).
Probabilitas suatu peristiwa = Jumlah kemungkinan hasil / Jumlah total kemungkinan
hasil
Jika ada a kemungkinan yang dapat terjadi pada kejadian A dan ada b kemungkinan yang
dapat terjadi pada kejadian A, serta masing-masing kejadian mempunyai kesempatan
yang sama dan saling asing, maka probabilitas/peluang bahwa akan terjadi a adalah:

P (A) = a/a+b ; dan peluang bahwa akan terjadi b adalah: P (A) = b/a+b

14
Contoh:

Pelamar pekerjaan terdiri dari 10 orang pria (A) dan 15 orang wanita (B). Jika
yang diterima hanya 1, berapa peluang bahwa ia merupakan wanita?

Jawab:

P (A) = 15/10+15 = 3/5

2. Pedekatan Relatif
Besarnya probabilitas suatu peristiwa tidak dianggap sama, tetapi tergantung pada
berapa banyak suatu peristiwa terjadi dari keseluruhan percobaan atau kegiatan
yang dilakukan. probabilitas dapat dinyatakan sebagai berikut :

Probabilitas kejadian relatif = Jumlah peristiwa yang terjadi / Jumlah total


percobaan atau kegiatan

Jika pada data sebanyak N terdapat a kejadian yang bersifat A, maka


probabilitas/peluang akan terjadi A untuk N data adalah: P (A) = a/N

Contoh:

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 5 orang karyawan akan terserang flu pada
musim dingin. Apabila lokakarya diadakan di Puncak, berapa probabilitas terjadi
1 orang sakit flu dari 400 orang karyawan yang ikut serta?

Jawab:

P (A) = 5/400 = P (A) = 1/80

3. Pendekatan Subjektif
Besarnya suatu probabilitas didasarkan pada penilaian pribadi dan dinyatakan dalam
derajat kepercayaan. Penilaian subjektif diberikan terlalu sedikit atau tidak ada informasi
yang diperoleh dan berdasarkan keyakinan.

15
10.1.7 Konsep Dasar dan Hukum Probabilitas
Dalam mempelajari hukum dasar probabilitas berturut-turut akan dibahas
hukum penjumlahan dan hukum perkalian.
1. Hukum Penjumlahan
Hukum penjumlahan menghendaki peristiwa saling lepas (mutually exclusive)
dan peristiwa/kejadian bersama (non mutually exclusive).
Saling meniadakan (mutually exclusive)
Apabila suatu peristiwa terjadi, maka peristiwa lain tidak dapat terjadi pada saat
bersamaan.
Rumus penjumlahan untuk kejadian-kejadian yang saling meniadakan:

P (A U B) = P (A atau B)= P (A) + P (B)

Contoh:
Probabilitas untuk keluar mata 2 atau mata 5 pada pelemparan satu kali sebuah dadu
adalah:

P(2 U 5) = P (2) + P (5) = 1/6 + 1/6 = 2/6

Kejadian Bersama (Non Mutually Exclusive)


Peristiwa Non Mutually Exclusive (Joint) dua peristiwa atau lebih dapat terjadi
bersama-sama (tetapi tidak selalu bersama).

Rumus penjumlahan untuk kejadian-kejadian yang tidak saling meniadakan:


Dua Kejadian

P (A U B) =P(A) + P (B) – P(A ∩ B)

Tiga Kejadian

16
P(A U B U C) = P(A) + P(B) + P(C) – P(A ∩ B) – P(A ∩ C) – P(B ∩ C) + P(A ∩ B ∩ C

Peristiwa terjadinya A dan B merupakan gabungan antara peristiwa A dan


peristiwa B. Akan tetapi karena ada elemen yang sama dalam peristiwa A dan B,
Gabungan peristiwa A dan B perlu dikurangi peristiwa di mana A dan B memiliki elemen
yang sama. Dengan demikian, probabilitas pada keadaan di mana terdapat elemen yang
sama antara peristiwa A dan B maka probabilitas A atau B adalah probabilitas
A ditambah probabilitas B dan dikurangi probabilitas elemen yang sama dalam peristiwa
A dan B.

Peristiwa Pelengkap (Complementary Event)


Apabila peristiwa A dan B saling melengkapi, sehingga jika peristiwa A tidak
terjadi, maka peristiwa B pasti terjadi. Peristiwa A dan B dikatakan sebagai peristiwa
komplemen.

Rumus untuk kejadian-kejadian yang saling melengkapi :

P(A)+P(B) = 1 atau P(A) = 1 – P(B)

2. Hukum Perkalian
Hukum perkalian menghendaki setiap peristiwa adalah independen, yaitu suatu
peristiwa terjadi tanpa harus menghalangi peristiwa lain terjadi. Peristiwa A dan B
independen, apabila peristiwa A terjadi tidak menghalangi terjadinya peristiwa B.
P(A ∩ B) = P (A dan B) = P(A) x P(B)
Contoh soal 1:
Sebuah dadu dilambungkan dua kali, peluang keluarnya mata 5 untuk kedua kalinya
adalah:

P (5 ∩ 5) = 1/6 x 1/6 = 1/36

Contoh soal 2:

17
Sebuah dadu dan koin dilambungkan bersama-sama, peluang keluarnya hasil lambungan
berupa sisi H pada koin dan sisi 3 pada dadu adalah:

P (H) = ½, P (3) = 1/6

P (H ∩ 3) = ½ x 1/6 = 1/12

Peristiwa Bersyarat (Tidak Bebas) / (Conditional Probability)


Probabilitas bersyarat adalah probabilitas suatu peristiwa akan terjadi dengan ketentuan
peristiwa yang lain telah terjadi. Peristiwa B terjadi dengan syarat peristiwa A telah
terjadi.

P(A dan B) = P(A x P(B|A) atau P(B dan A) = P(B) x P(A|B)

Contoh :
Dua kartu ditarik dari satu set kartu bridge, peluang untuk yang tertarik keduanya kartu
as adalah sebagai berikut: Peluang as I adalah 4/52 -> P (as I) = 4/52
Peluang as II dengan syarat as I sudah tertarik adalah 3/51
P (as II │as I) = 3/51
P (as I ∩ as II) = P (as I) x P (as II│ as I) = 4/52 x 3/51 = 12/2652 =1/221

10.1.8 Diagram Pohon Probabilitas


Diagram pohon merupakan suatu diagram yang menyerupai pohon dimulai dari
batang kemudian menuju ranting dan daun. diagram pohon dimaksudkan untuk
membantu menggambarkan probabilitas atau probabilitas bersyarat dan probabilitas
bersama. diagram pohon sangat berguna untuk menganalisis keputusan-keputusan
bisnis dimana terdapat tahapan-tahapan pekerjaan.

Contoh:

18
Ruang Sampel dan Titik Sampel
Ruang sampel adalah himpunan dari semua hasil yang mungkin pada suatu
percobaan/kejadian. Ruang Sampel suatu percobaan dapat dinyatakan dalam bentuk
diagram pohon atau tabel.
Titik Sampel adalah anggota-anggota dari ruang sampel atau kemungkinan-
kemungkinan yang muncul.
Contoh:
Pada percobaan melempar dua buah mata uang logam (koin) homogen yang berisi
angka (A) dan gambar (G) sebanyak satu kali. Tentukan ruang sampel percobaan
tersebut.
a. Dengan Diagram Pohon

Kejadian yang mungkin:


AA : Muncul sisi angka pada kedua koin
AG : Muncul sisi angka pada koin 1 dan sisi gambar pada koin 2
b. Dengan Tabel

19
Ruang sampel = {(A,A), (A,G), (G,A), (G,G)}
Banyak titik sampel ada 4 yaitu (A,A), (A,G), (G,A), dan (G,G)

2.1.9 Konsep Pengendalian Kualitas Secara Statistik

Alasan digunakannya teknik statistik dalam pengendalian kualitas pada

proses produksi adalah :

1. Untuk menciptakan keharmonisan kerja antara kualitas produk yang


dikehendaki oleh bagian pengendalian dan pengembangan dengan kualitas
produk yang diinginkan oleh bagian produksi.
2. Untuk menciptakan pengendalian mutu yang kontinu terhadap proses
produksi yang berlangsung sehingga di perlukan inspeksi secara ketat dan
teliti, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Proses produksi di anggap normal (stabil) apabila proses tersebut hanya

mengalami sedikit gangguan/ hambatan, sehingga dengan adanya gangguan

cukup berarti, maka secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi

kualitas produk.

10.2. Bagan Kendali (Peta Kontrol)

Mutu terukur suatu produk yang di hasilkan selalu beragam sebagai

akibat faktor acak beberapa sistem. Keragaman dalam pola yang stabil tidak

20
dapat di hindari, sedangkan keseragaman yang terjadi di luar pola yang stabil

dapat di tentukan dan di koreksi. Pengembangan teknik bagan kendali di

harapkan mampu untuk :

1. Memisahkan sebab- sebab dari keragaman mutu.


2. Mengurangi bagian yang rusak/ pekerjaan ulang (rework)
3. Memberi informasi kapan suatu mutu proses di biarkan begitu saja.

10.2.1 Jenis- jenis Bagan Kendali Dan Penggunaannya

1. Bagan Kendali Variabel


Bagan kendali mutu untuk karakteristik yang terukur, bila suatu catatan di buat

berdasarkan karakteristik mutu yang di ukur secara sebenarnya/ dinyatakan

dalam numerik atau satuan seperti : diameter, panjang, berat, volume dan

sebagainya.

2. Bagan Kendali Atribut


Bagan kendali untuk karakteristik mutu yang dinyatakan dengan suatu kondisi

tertentu seperti : cacat atau tidak cacat, sukses atau gagal, sesuai atau tidak

sesuai. Bagan kendali atribut ini di bagi atas dua yaitu :

a.Bagan kendali untuk bagian yang di tolak (fraction rejected). Contoh bagan
kendali p dan np.
b. Bagan kendali untuk banyaknya ketidaksesuaian perunit. Contoh
bagan kendali c dan u.

10.2.2 Manfaat Peta Kontrol X dan R

21
Peta kontrol X adalah grafik yang menggambarkan nilai- nilai suatu

kelompok data (sampel) relatif terhadap batas kendali atas dan bawah.

Bagan kendali ini dapat memberikan tiga macam informasi antara lain :

1. Keragaman dasar dari karakteristik mutu.


2. Konsistensi penampilan produk
3. Tingkat rata- rata dari karakteristik mutu.
Fungsi dari peta X ialah untuk mengetahui apakah proses produksi dalam

keadaan terkendali atau tidak. Peta R adalah suatu grafik yang

menggambarkan letak nilai- nilai jangkauan (range) anggota kelompok data

(sampel) relatif terhadap batas kendalinya.

Kegunaan peta kontrol X dan R adalah untuk membantu menentukan

apakah nilai- nilai data dari proses produksi dalam keadaan normal atau

tidak. Sehingga berdasarkan informasi dari peta kontrol tersebut dapat

diambil kesimpulan dan tindakan- tindakan yang seharusnya dilakukan.

Maksud dari “penggunaan peta kontrol X dan R dalam industri manufaktur”•

adalah : (Grant, hal 115)

1. Untuk menganalisa suatu proses dengan suatu pendekatan terhadap satu


atau lebih tujuan berikut:
a. Untuk menjamin informasi yang akan digunakan dalam pembuatan atau
pengembangan spesifikasi atau dalam menentukan apakah suatu proses yang
dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi.


Penggunaan Peta Kontrol X dan R dalam Industri Manufaktur (Grant, Hal 115)

22
b. Untuk menjamin informasi yang akan digunakan dalam membuat atau
menggubah prosedur produksi, seperti penghapusan sebab- sebab
keseragaman terusut atau perubahan dalam metode- metode produksi yang
diperlukan apabila peta kontrol tersebut menunjukan bahwa spesifikasi tidak
memenuhi melalui metode yang digunakan saat ini.
2. Untuk menjamin informasi yang akan digunakan dalam membuat atau
mengubah prosedur pemeriksaan atau prosedur proses penerimaan.
3. Untuk menyediakan suatu dasar bagi pengambilan keputusan selama
produksi berjalan. Kapan mencari sebab- sebab dan mengambil tindakan
untuk mengkoreksinya dan kapan membiarkan proses begitu saja. Hal ini
hampir selalu menjadi salah satu dari maksud penggunaan peta kontrol
variabel.
4. Untuk menyediakan suatu dasar bagi pengambilan keputusan mengenai
penerimaan atau penolakan produk yang di buat atau yang di beli.
5. Membuat karyawan memahami penggunaan peta kontrol walaupun hal
tersebut hanya akan merupakan suatu tujuan dari penggunaan teknik- teknik
pengendalian kualitas statistik.

10.2.3 Langkah- Langkah Pembuatan Peta Kontrol X dan R


Pada peta kontrol X dan R terdapat batas maksimum dan batas minimum,

di mana nilai X dan R seharusnya jatuh. Batas- batas tersebut dinamakan

batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Garis yang membagi

daerah BKA dan BKB di sebut garis tengah (GT). Untuk lebih jelasnya langkah-

langkah pembuatan peta kontrol X dan R adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data
Pengumpulan data bisaanya dilakukan lebih dari seratus sampel. Kesemuanya

harus diambil dari proses yang sama dan data diambil berurut.

23
2. Mengolompokan data ke dalam sub group
Data di kelompokan dalam satu kelompok data berdasarkan waktu (jam atau

hari) atau lot lainya. Pengelompokan diatas memberikan kemungkinan bahwa

anggota kelompok data berasal dari kondisi teknis yang sama. Jumlah sampel

dalam setiap kelompok data ditentukan oleh ukuran kelompok data dinyatakan

dengan notasi N.

3. Mencatat data ke dalam lembar data


Lembar data dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dilakukan

perhitungan X dan R untuk setiap kelompok data.

4. Menghitung nilai rata- rata


Nilai rata- rata dihitung dengan ketentuan sampai satu desimal lebih banyak

dari nilai datanya. Rumus yang digunakan setiap kelompok data yaitu :

− X 1 + X 2 +. ..+ X n ∑ Xi
X = = ………………….(2- 1)
n n

n = Ukuran kelompok data

5. Menghitung jangkauan (R)


Rumus yang digunakan untuk setiap kelompok data yaitu :

R = X terbesar − X terkecil ………………………………(2- 2)

=
6. Menghitung rata- rata keseluruhan ( X )
Rata- rata merupakan jumlah total rata- rata setiap kelompik data yang dibagi

dengan jumlah kelompok data. Nilai rata- rata total di hitung sampai ketelitian

dua desimal lebih banyak dari nilai datanya.

24
− − − −
=
X =
X 1 + X 2 +. ..+ X n
=
∑ X
……………..(2- 3)
N N

N = Jumlah kelompok data

7. Menghitung nilai rata- rata


Seluruh nilai R dalan setiap kelompok data dijumlahkan, kemudian dibagi

dengan kelompok data.

− R1 + R2 +.. .+ Rn
=
∑ Ri
R = ………………………..(2- 4)
N N

8. Menentukan garis batas pengendalian


BKA − = −
X = X + A2 * R

GT − =
X = X ……………………………………(2- 5)

BKB − = −
X = X - A2 * R

Batas kontrol peta R


BKA R = D 4 *
R


GT R = …………………………………………(2- 6)
R


BKB R = D 3 *
R

Harga koefisien A2 , D 4 dan D 3 dapat di lihat pada tabel lampiran 1. Koefisien A2


merupakan faktor pendekatan harga 3-sigma dari peta X. Untuk menentukan batas

kontrol 3-sigma peta X berdasarkan harga R. (Grant, hal 81). Koefisien D 3 dan D 4
merupakan faktor pendekatan harga 3-sigma dari rata- rata R. Koefisien ini digunakan
untuk menentukan batas kontrol bawah dan atas 3-sigma peta R berdasarkan harga
R.(Grant, hal 81). Penggunaan batas- batas kontrol sebesar 3-sigma adalah terbaik

25
untuk memberikan kesempatan agar variasi yang di sebabkan oleh faktor kebetulan
(change causes) tidak keluar dari batas kontrol dan hanya faktor- faktor eratik
(assignable causes) saja yang mengakibatkan variasi kualitas keluar dari kontrol. Dasar
penggunaan batas kontrol sebesar 3-sigma seperti yang di kemukakan sebelumnya
didasarkan atas teorema batas pusat yang menyatakan bahwa untuk setiap populasi
yang berdistribusi apapun, apabila dilakukan pengambilan sampel, maka distribusi dari
rata- rata sampelnya (Xi) akan terbentuk distribusi normal. Jika luas daerah distribusi
tersebut dibatasi oleh dua buah garis yang masing- masing berjarak 3-sigma dihitung
=
dari garis tengah ( X ),maka akan memberikan luas sebesar 0,9973, luas tersebut

merupakan peluang jatuhnya nilai dari rata- rata sampel X diluar batas kontrol 3-

sigma hanya sebesar 1- 0,9973 = 0,0027 (0,27%) dengan syarat proses tidak berubah.
Sehingga bila titik- titik pada peta kontrol keluar dari batas- batas kontrolnya, maka
ada sebab- sebab eratik (assinable causes) yang mempengaruhi proses. Dasar
pemikiran yang diuraikan di atas merupakan alasan mengapa batas kontrol 3-sigma
dipilih untuk digunakan pada peta kontrol. Kemudahan untuk melakukan perhitungan

dan penggunaan tabel koefisien A2 , D 4 dan D3 yang telah tersedia juga


merupakan alasan mengapa batas kontrol 3-sigma dipilih untuk digunakan pada peta
kontrol. Dalam maksud- maksud tertentu, misalnya untuk melakukan pengendalian
proses yang lebih ketat lagi, maka pemakaian batas kontrol dua sigma atau yang lainya
dapat diterapkan.
9. Mengambar peta kontrol
Menyiapkan kertas grafik atau kertas peta kontrol, lalu garis batas kontrol
digambarkan serta dilengkapi dengan nilai angka- angkanya. Garis tengahnya dibuat
tabel dan garis batas lainya dibuat garis terputus- putus.
10. Memplot titik- titik dari nilai X dan R untuk setiap kelompok data dalam satu
garis vertikal yang sama.
Untuk titik- titik X digunakan tanda dot (.) dan untuk titik- titik R digunakan
tanda yang sama.

10.3 Keadan Tidak Terkendali Pada Peta X dan R


Jika titik- titik berada di luar batas kendali, dapat dikatakan suatu proses berada di
luar kendali. Pada proses produksi, ada kemungkinan terjadi perubahan- perubahan

26
pada parameter prosesnya. Perubahan tersebut dapat mengakibatkan perubahan
terhadap hasil produksi. Secara umum perubahan proses dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu :
1. Perubahan hanya pada rata- rata.
2. Perubahan hanya pada sebaran (dispersi).
3. Perubahan pada rata- rata maupun sebaran.
Untuk mendeteksi pergeseran- pergeseran pada sebuah parameter populasi
dalam penerapan peta kontrol yang umum dipakai pada industri, rencana yang paling
praktis adalah dengan menggunakan beberapa aturan sederhana yang tergantung hanya
pada rentetan ekstrim sebagai berikut : (Grant, hal 187).
1. Bilamana dalam 7 titik berurutan pada bagan kendali, semuanya berada pada sisi yang
sama dari garis pusat.
2. Bilamana dalam 11 titik berurutan pada bagan kendali, sedikitnya 10 titik berada pada
sisi yang sama dari garis pusat.
3. Bilamana dalam 14 titik berurutan pada bagan kendali, sedikitnya 14 titik berada pada
sisi yang sama dari garis pusat.
4. Bilamana dalam 14 titik berurutan pada bagan kendali, sedikitnya 14 titik berada pada
sisi yang sama dari garis pusat.
5. Bilamana dalam 20 titik berurutan pada bagan kendali, sedikitnya 16 titik berada pada
sisi yang sama dari garis pusat.
Probabilitas jatuhnya nilai X atas atau dibawah garis pusat masing- masing
adalah ½. Probabilitas jatuhnya 7 titik secara berurutan diatas garis pusat adalah (1/2)7 =
1/128. Jadi dengan demikian, probabilitas jatuhnya titik secara berurutan diatas atau
dibawah garis pusat adalah 1/128 + 1/128 = 1/64.

10.3.1 Analisis Batas Kontrol Dibandingkan Dengan Batas Spesifikasi Yang Harus
Dipenuhi
Jika suatu proses yang dikendalikan harus memenuhi dua batas spesifikasi pada nila
inilai individu, U dan L, sesuai situasi yang mungkin dapat dikelompokan dalam tiga kelas
umum sebagai berikut :

1. Bentangan dari proses ( 6σ ' ) adalah lebih kecil dari perbedaan antara batas- batas
spesifikasi (U-L).

27
2. Bentangan dari proses ( 6σ ' ) kira- kira sama dengan perbedaan antara batas- batas
spesifikasi (U-L).

3. Bentangan dari proses ( 6σ ' ) agak lebih besar dari perbedaan antara batas- batas
spesifikasi (U-L).

Untuk situasi pertama, secara umum kondisi- kondisi A, B dan C menggambarkan


situasi pembuatan yang ideal. Untuk proses dalam posisi D, beberapa produk akan
dihasilkan diatas batas spesifikasi atas, dalam posisi E beberapa produk akan dihasilkan
dibawah batas spesifikasi bawah.

Jenis situasi, hanya jika proses dipusatkan secara tepat antara batas- batas spesifikasi,
seperti dalam posisi A, secara praktis semua produk akan sesuai dengan spesifikasi. Jika
distribusi bergeser menjauhi pusat yang tepat ditengah ini, seperti pada posisi B dan C,
jelas kelihatan beberapa produk akan berada diluar batas spesifikasi.
Jenis ketiga, digambarkan batas- batas spesifikasi begitu ketatnya sehingga
untuk proses dalam kendali dan terpusat secara sempurna seperti dalam posisi A,
beberapa produk yang tidak sesuai tetap akan muncul. Hal ini memerlukan peninjauan
terhadap toleransi.

10.3.2 Penggunaan Peta Kontrol p


Salah satu keterbatasan dari peta X dan R adalah hanya untuk karakteristik mutu
terukur yang dinyatakan dengan angka. Sedangkan banyak karakteristik mutu yang
hanya dapat diamati sebagai karakteristik atribut, yaitu dengan menggolongkan setiap
produk yang diperiksa kedalam salah satu dari dua kelas yang sesuai atau tidak sesuai
dengan spesifikasi.
Peta kontrol yang paling banyak digunakan untuk bagian yang ditolak karena
tidak memenuhi spesifikasi atau bagian yang cacat dalam industri manufaktur yaitu peta
kontrol p dan np. Selain dapat diterapkan untuk karakteristik mutu yang ditolak
walaupun sudah diukur sebagai karakteristik variabel. Sebuah peta p tunggal dapat
diterapkan pada satu atau lebih karakteristik mutu.

28
Beberapa “penggunaan peta kontrol p”♣, dapat diuraikan sebagai berikut (Grant, hal
248) :
1. Untuk memenuhi proporsi rata- rata barang yang tidak memenuhi atau komponen
yang diserahkan untuk pemeriksaan selama satu periode.
2. Untuk meminta perhatian manajemen bagi setiap perubahan dalam rata- rata tingkat
mutu.
3. Untuk menemukan titik- titik tinggi yang berada diluar kendali yang memerlukan
tindakan untuk mengidentifikasi dan mengkoreksi penyebab nutu yang buruk.
4. Untuk menemukan titik- titik rendah diluar kendali yang menunjukan standar
pemeriksaan yang longgar atau sebab- sebab peningkatan mutu yang tidak menentu
yang dapat dikonversikan menjadi sebab- sebab peningkatan mutu yang konsisten.
5. Untuk menunjukan tempat- tempat penggunaan peta X dan R untuk mendiagnosis
persoalan mutu.
6. Untuk mengusahakan suatu dasar penilaian apakah lot- lot yang berurutan mungkin
dipertimbangkan sebagai penggambaran dari suatu proses. Penilaian ini dapat dengan
tepat mempengaruhi keketatan kriteria penerimaan.

Bagian yang ditolak dapat didefinisikan sebagai rasio dari banyaknya barang
yang tidak sesuai yang ditemukan dalam pemeriksaan atau sederetan pemeriksaan
terhadap total barang yang benar- benar diperiksa.Bagian yang di tolak hampir selalu
dinyatakan dengan pecahan. Persen yang di tolak (100p) merupakan harga yang
diperoleh dari 100 harga yang di tolak.Untuk perhitungan batas kontrol, lebih sering
digunakan bagian yang di tolak.Namun untuk keperluan pembuatan peta kontrol dan
keperluan praktis lainya, lebih umum digunakan persentase ditolak. Persentase tolak
dapat berupa persentase rusak atau persentase cacat. Penggunaan peta p dapat
diterapkan berdasarkan pemeriksaan 100% dan secara lot per lot.
Dapat terjadi bahwa kualitas suatu produk tidak memenuhi apa yang diinginkan.
Tetapi umumnya produk tersebut dinyatakan sebagai produk non forming atau produk
defektif. Kedua jenis produk tersebut didefinisikan sebagai berikut (oleh Fiegenbaum) :
a. Produk non conforming
Adalah suatu produk yang memilih paling sedikit satu karakteristik kualitas yang
menyebabkan produk bersangkutan tidak memenuhi spesifikasi yang diinginkan.


penggunaan peta kontrol p (Grant, Hal 248)

29
b. Produk defektif
Adalah suatu produk yang memiliki paling sedikit satu karakteristik kualitas yang
menyebabkan produk tersebut tidak optimal atau tidak layak di jual dan digunakan oleh
konsumen atau terdapat kombinasi beberapa ketidaksempurnaan.
Dari definisi diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa perkataan defec
dimaksudkan untuk mengevaluasi produk dilihat dari segi penggunaanya pada
konsumen, sedangkan perkataan non conformance dimaksudkan untuk mengevaluasi
produk dari segi kesesuaianya terhadap spesifikasi.

10.3.3 Langkah- Langkah Pembuatan Peta Kontrol p


Beberapa langkah pembuatan peta kontrol p yang umumnya dilakukan sebagai
berikut :
1. Menentukan pemilihan sub group (kelompok data)
Pada proses produksi yang bersifat kontinu, pemilihan sub group umumnya
didasarkan atas pengelompokan produk- produk sesuai dengan urutan produksi.
Dengan demikian kriteria waktu (jam, hari, minggu atau bulan) dapat digunakan
sebagai dasar pembentukan sub group. Untuk proses produksi yang bersifat tidak
kontinu, pembentukan sub group juga bisa didasarkan urutan jadwal produksi.Cara
lain untuk membentuk sub group juga bisa didasarkan atas pengambilan sampel lot-
lot dari produk yang keluar dari proses yang sama secara berurutan, dan pengambilan
sampel juga didasarkan atas lot- lot yang terbentuk secara berurutan. Maka
pembentukan peta p akan memberikan gambaran tentang kualitas proses produksi
dari waktu ke waktu dimana produk dalam lot tersebut.
2. Mencari dan mengumpulkan data
Data- data yang diambil harus diusahakan berasal dari proses yang sama. Penggunaan
kertas atau yang dirancang dengan baik akan mempermudah proses pengumpulan
data. Pencatatan data dilakukan untuk setiap sub group yang dinyatakan sebagai
jumlah yang diperiksa dan sekaligus jumlah yang ditolak dalam sub group tersebut.
3. Menghitung harga fraksi tolak (p)
Menghitung fraksi tolak (p) pada setiap sub group dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
X
p=
n …………………………………………………(2- 7)

30
Di mana :
X = Jumlah produk yang ditolak dalam kelompok data atau sub group.
N =Ukuran sub group (kelompok data)
4. Menentukan rata- rata fraksi tolak
Untuk menentukan rata- rata fraksi tolak dapat di hitung dengan rumus sebagai
berikut :

− ∑X
P = ……………………………………………….(2- 8)
∑n
Dimana :
X = Total jumlah produk ditolak dalam ukuran sub group.
N = Total jumlah ukuran sub group.
5. Menentukan batas kontrol sub group individual
Dalam menentukan batas- batas kontrol sub group individual pada peta p, digunakan
batas kontrol sebesar 3-sigma. Namun untuk kasus- kasus tertentu bisa juga
digunakan batas kontrol 2- sigma atau lainya, standar kontrol p yaitu :


− −
σp = P ∗ (1− P ) ………………………………………(2- 9)
n
Dengan demikian batas- batas kontrol untuk p yaitu :


− −
UCL p = − P∗( 1− P )
P+ 3
n

CL p = ………………………………………………...(2- 10)
P


− −
LCL p = − P∗ ( 1− P )
P− 3
n
6. Memplot titik- titik p dan batas- batas kontrol
Harga- harga p yang diperoleh dari perhitungan, di plot pada kertas grafik yang telah
disiapkan bersama batas- batas kontrolnya. Antara titik- titik yang berurutan diberi
garis penghubung agar memudahkan dalam menginterprentasikan kecendrungan-
kecendrungan yang terjadi. Contoh gambar sebagai berikut :

31
Gambar 2.1. kecukupan Data

7. Memilih standar fraksi tolak (po).


Harga po perlu ditentukan untuk keperluan praktis yaitu : untuk memberikan batas-
batas kontrol setiap kelompok data. Instrumentasi terhadap peta p perlu diperhatikan
benar guna menetapkan dan memperbaiki harga po. Meskipun kualitas standar, tetapi
selalu ada kemungkinan bahwa harga- harga p dari kelompok data keluar dari batas
kontrol. Hal ini dapat disebabkan oleh :
a. Adanya variasi yang disebabkan oleh assignable causes.
b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kualitas proses dengan asumsi
harga po.
8. Analisis keterkendalian proses
Perubahan yang bersifat eratik dalam tingkat kualitas tetap masih mungkin terjadi
pada suatu standar po. Perubahan yang bersifat eratik ini ditujukan oleh adanya titik-
titik yang keluar dari batas kontrol, hal ini menunjukan adanya assignable causes
(sebab- sebab yang tidak terhindarkan) pada variasi. Dalam selang waktu tertentu ada
kemungkinan pada peta p terjadi pergeseran harga rata- rata fraksi tolak ketingkat
yang lebih baik atau buruk di bandingkan dengan nilai standar. Pergeseran seperti ini
harus cepat dikoreksi sehingga proses dapat dikembalikan dalam keadaan terkendali.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat contoh soal peta p pada tabel 7.1. (Grant, hal 244).

32
10.3.4. Penggunaan Peta Kontrol np
Pemilihan diantara teknik- teknik peta kontrol untuk data atribut sebagian
didasarkan pada kemudahan dalam mentafsirkan bahan tersebut dan sebagian lagi
didasarkan pada pemilihan distribusi probabilitas yang paling cocok dengan keadaan.
Dalam contoh soal tabel 7.1 (Grant, hal 244) peta kontrol p adalah tepat karena jumlah
butir yang diperiksa beragam setiap harinya dan statistik yang menarik perhatian adalah
bagian (atau persen) yang di tolak. Akan tetapi, jika ukuran sub group konstan, peta
kontrol untuk jumlah aktual yang ditolak dapat digunakan. Peta kontrol seperti ini
disebut peta kontrol np atau pn. Bagian yang di tolak p diperoleh dengan membagi
jumlah aktual yang ditolak dengan ukuran sub group. Jumlah aktual yang ditolak
karenanya dapat digambarkan oleh np, jumlah yang dibagi dengan n menghasilkan p.

10.3.5 Langkah- Langkah Pembuatan Peta Kontrol np


Beberapa langkah pembuatan peta kontrol np yang umum dilakukan hampir
sama dengan peta kontrol p yang membedakanya hanya pada istilah namanya saja yang
tadinya peta p disini menjadi peta np perbedaan yang lainya terjadi pada perhitungan
untuk mencari harga fraksi tolak (p), untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan pemilihan sub group (kelompok data)
(keteranganya bisa dilihat pada peta p diatas).
2. Mencari dan mengumpulkan data
(keteranganya bisa dilihat pada peta p diatas).
3. Menghitung harga fraksi tolak (p)
Menghitung fraksi tolak (p) pada setiap sub group dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
np
p=
n …………………………………………………(2- 11)

Di mana :
np = Jumlah produk yang ditolak dalam kelompok data atau sub group.
N = Ukuran sub group (kelompok data)
4. Menentukan rata- rata fraksi tolak
Untuk menentukan rata- rata fraksi tolak dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

33
− ∑ np
P = ……………………………………………….(2- 12)
∑n
Dimana :
∑ np = Total jumlah produk ditolak dalam ukuran sub group.
∑n = Ukuran sub group (kelompok data).
5. Menentukan batas kontrol sub group individual
Dalam menentukan batas- batas kontrol sub group individual pada peta np, digunakan
batas kontrol sebesar 3-sigma. Namun untuk kasus- kasus tertentu bisa juga
digunakan batas kontrol 2- sigma atau lainya, standar kontrol np yaitu :

σ np =
√− −
( )
3 n p 1− p …………………………………(2- 13)
Dengan demikian batas- batas kontrol untuk p yaitu :



UCLnp = − −
n p + 3 n p 1− p ( )

CLnp =
n p ………………………………………………...(2- 14)

LCL np = −


n p - 3 n p 1− p ( )
6. Memplot titik- titik np dan batas- batas kontrol
(keteranganya bisa dilihat pada peta p diatas).
7. Memilih standar fraksi tolak (po)
(keteranganya bisa dilihat pada peta p diatas).
8. Analisis keterkendalian proses
(keteranganya bisa dilihat pada peta p diatas).

10.4 Analisis Kemampuan Proses


Dalam banyak kasus di dunia industri, analisis kemampuan muncul sebagai
akibat dari pemakaian awal bagan kendali data atribut. Bila data atribut dikumpulkan
dan dikategorikan menurut tipe ketidaksesuaianya, data yang tersedia untuk dibuatkan
frekuensinya dalam berbagai tipe. Data atribut dapat diamati langsung bagi keperluan
banyak persoalan.
Dasar masalah statistik dalam proses pengendalian mutu adalah membuat suatu
keadaan berada dalam batas kendali selama proses pembuatan, yaitu mengurangi atau

34
penghapusan sebab- sebab suatu keadaan yang diluar batas kontrol kendali dan
kemudian mempertahankan keadaan tersebut selamanya. Tidak kalah pentingnya
adalah masalah penyesuaian proses ketitik dimana semua keluaran atau output produk
memenuhi spesifikasi, masalah berikutnya adalah batas- batas kemampuan analisis.
Tindakan- tindakan yang menghasilkan perubahan atau penyesuaian dalam
proses, menunjukan penghapusan sebab- sebab umum. Seringkali merupakan hasil dari
bentuk telaah kemampuan, perbandingan batas- batas toleransi alami dengan batas
spesifikasi dan rentangan batas toleransi alami dengan rentangan spesifikasi dapat
mengarah kebentuk- bentuk tindakan adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada tindakan
Jika batas- batas toleransi alami terjadi dalam batas- batas spesifikasi, biasanya tidak
diperlukan tindakan apa- apa.
2. Tindakan untuk menyesuaikan pemusatan
Bila rentangan toleransi alami kira- kira sama seperti rentangan spesifikasi
penyesuaian yang relatif sederhana terhadap pemusatan proses sungguh diperlukan
untuk membawa proses kedalam batas spesifikasi.
3. Tindakan untuk mengurangi keragaman
Merupakan tindakan yang paling rumit dan biasanya terdapat pada kasus- kasus
dimana beberapa aliran produk bergabung menjadi satu aliran produk.
4. Tindakan- tindakan untuk mengubah spesifikasi
Hal ini merupakan keputusan rancangan, tetapi yang seharusnya tidak diabaikan oleh
pengendali mutu.
5. Penghentian kerugian
Bila semuanya gagal maka proses harus dihentikan, karena pihak manajemen akan
rugi besar bila proses terus dilakukan.

Dua alat penting dari tipe analisis kemampuan ini adalah diagram pareto dan
diagram sebab- akibat (tulang ikan). Kedua alat analisis tersebut termasuk dalam
prosedur- prosedur yang digunakan untuk mengembangkanya, seringkali
digunakan untuk mengidentifikasi masalah- masalah yang harus di isolasi dan
dikendalikan secara terpisah, baik dengan bagan kendali atau peubah.

10.4.1 Diagram Pareto

35
Terdapat banyak aspek dalam kegiatan proses produksi yang harus

diperbaiki, diantaranya produk cacat, alokasi waktu, penghematan biaya dan

lain- lain. Dalam kenyataanya, setiap permasalahan yang ada terbagi kedalam

masalah- masalah yang lebih kecil dan spesifikasi sehingga untuk memecahkan

tidak semudah yang diperkirakan sebelumnya. Diperlukan metode khusus untuk

mengidentifikasi sekaligus memecahkan permasalahan tersebut. Salah satu

metode yang digunakan memecahkan permasalahan tingkat kecacatan yang ada

adalah dengan analisis pareto.

Analisis pareto digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi tipe- tipe


ketidaksesuaian. Dapat dikatakan bahwa diagram pareto atau analisis pareto merupakan
tingkat pertama dalam melakukan tindakan- tindakan perbaikan. Analisis yang di
lakukan dicerminkan pada suatu diagram batang (balok) yang dilengkapi dengan
frekuensi kecacatan dan persentase frekuensi dibagian sisi- sisi diagram. Setiap balok
menggambarkan suatu item cacat dan sumbu vertikal menunjukan besarnya cacat
dalam persentase dan besarnya frekuensi kecacatan. Sedangkan sumbu horizontal
menunjukan item cacat dimulai dengan item cacat utama disebelah kiri kecacatan, yang
kurang utama disebelah kanan dan diatur sesuai dengan tingkat kecacatanya.
Manfaat yang dapat diambil dari keterlibatan diagram pareto dalam kegiatan
pengendalian kualitas adalah sebagai berikut :
1. Diagram pareto merupakan langkah pertama dalam membuat perbaikan.
2. Dapat diterapkan untuk perbaikan semua aspek
3. Diagram pareto menunjukan usaha yang dilakukan untuk perbaikan yang
membuahkan hasil.
Untuk membuat diagram pareto diperlukan langkah- langkah atau prosedur-

prosedur yang ditetapkan sebagai berikut :

1. Identifikasi tipe- tipe yang tidak sesuai.


2. Tentukan frekuensi untuk berbagai kategori
3. Daftar ketidaksesuaian menurut frekuensi secara menurun

36
4. Hitunglah persentase frekuensi untuk setiap frekuensi kumulatifnya
5. Buatlah skala untuk diagram pareto, skala pada sisi kiri diagram menunjukan
frekuensi kejadian yang sebenarnya adalah sampel, sedangkan skala disisi kanan
berlaku untuk persentase frekuensi kumulatif.
6. Tebarkan balok frekuensi pareto ini dan persentase frekuensi kumulatifnya.

Jika diagram pareto tersebut dibuat dengan mengikuti langkah- langkah yang

ditunjukan, maka diagram tersebut akan mengalihkan perhatian kepada

ketidaksesuaian yang paling tinggi frekuensinya, meskipun tidak harus yang

paling penting.Bila daftar tersebut berisi beberapa yang dapat dipandang sangat

serius dan yang lainya hanya dipandang biasa- biasa saja. Suatu skema

pembobotan harus digunakan untuk memodifikasi hitungan dan pengurutan

frekuensi ini mengikuti langkah 2 dan langkah 3.

10.4.2 Diagram Sebab Akibat (Tulang Ikan)


Diagram ini merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mencari

unsur penyebab yang diduga dapat menimbulkan masalah tersebut.

Diagram ini sering juga disebut dengan diagram sebab akibat (Causes Effect

Diagram). Bagian kanan dari diagram menggambarkan akibat atau permasalahan,

sedangkan cabang- cabang tulang ikanya menggambarkan penyebab- penyebabnya.

Pada umumnya bagian akibat pada diagram ini berkaitan dengan masalah kualitas.

Sedangkan unsur- unsur penyebab biasanya terdiri dari faktor- faktor manusia, material,

mesin metode dan lingkungan.

Pandangan orang terhadap cacat dan kerusakan berbeda- beda. Hal itu terdapat
diantara produsen dan konsumen, dan juga diantara orang- orang dalam perusahaan
yang sama.

37
Kecendrungan manusia ini sering nampak jika kelima indera dilakukan
pemeriksaan. Beberapa orang akan menganggap goresan pada permukaan cacat sebagai
cacat, tetapi orang lain akan menganggap hal itu tidak akan mengganggu jalanya sebuah
mobil, tidak dapat dianggap sebagai cacat. Perbedaan pendapat sering tidak dapat
diselesaikan. Batas cacat dalam masalah- masalah itu sulit untuk dituliskan. Pemecahan
paling baik bagi produsen dan konsumen ini adalah dengan menetapkan batas- batas
toleransi sebagai pedoman. Di bawah ini adalah contoh gambar diagram sebab- akibat.
Peralatan METODA MATERIAL
Komposisi proporsi campuran
semen, air dan pasir sering di
Alat cetak Sistem kerja
lupakan
kotor kurang
terkoordinir Pengukuran kadar Komposisi dalam
campuran bahan mencampurkan zat
Alat cetak tidak baku salah pewarna (perev) tidak
tersusun rapih di perhatikan

Karakteristik
Cacat Produk
Bising Kelelahan Retak
Berdebu dan
kotor Kurangnya
pelatihan Sering melupakan
prosedur operasi
Tidak teliti
standar
pada saat
penyaringan
pasir

LINGKUNGAN MANUSIA

Gambar 2.2. contoh diagram sebab- akibat

10.4.3 Klasifikasi Karakteristik Kualitas Dan Kecacatan


Klasifikasi karakteristik kualitas dan kecacatan berdasarkan tingkat
keseriusannya yang digunakan untuk mempermudah dalam proses analisis
proses produk. Definisi klasifikasi karakteristik kualitas berdasarkan tingkat
keseriusannya adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik kritis
Merupakan karakteristik yang mengancam umur pakai atau sifat produk yang
mengakibatkan produk menjadi tidak berfungsi jika berada diluar batas yang
dianjurkan.
2. Karakteristik mayor
Merupakan karakteristik yang menyebabkan produk gagal memenuhi spesifikasi
3. Karakteristik minor
Merupakan karakteristik yang menyebabkan produk tidak sampai memenuhi
spesifikasi
4. Karakteristik insidental

38
Merupakan karakteristik yang tidak akan mengakibatkan pengaruh yang tidak
memuaskan pada mutu pembeli.

Klasifikasi jenis cacat akan memudahkan dalam pengurutan prioritas cacat


yang perlu diperbaiki dan dikendalikan.

10.4.4 Kaizen Melalui Pengendalian Mutu Terpadu♠


Tidak jarang perusahaan memegang teguh prinsip perkiraan atau dugaan dalam
mengendalikan kegiatan produksi yang berlangsung di perusahaan. Disatu sisi hal
tersebut merupakan salah satu penyebab timbulnya ketidak terkendalinya pada proses
yang berlangsung.Akan lebih baik jika pengendalian terhadap suatu proses ataupun
produk dilakukan secara statistik, sehingga tindakan perbaikan yang akan dilakukan
pihak peusahaan dapat dilakukan berdasarkan fakta atau kenyataan yang ada di
perusahaan. Tindak lanjut perusahaan berdasarkan proses perhitungan secara statistik
dalam rangka pengendalian waktu dikategorikan kedalam tindakan perbaikan
berkelanjutan atau (Countinous Improvement).
Dalam adanya tindakan perbaikan berkelanjutan yang diambil perusahaan
dalam rangka penyempurnaan dari segi produk ataupun proses merupakan salah satu
refleksi dari prinsip kaizen. Kaizen berarti penyempurnaan selain itu juga berarti
penyempurnaan berkesinambungan dalam kehidupan pribadi, keluarga, lingkungan,
sosial, dan tempat kerja. Jika ditempat kerja, kaizen berarti penyempurnaan
berkesinambungan termasuk setiap orang baik manajer ataupun karyawan harus
bersama- sama menerapkan sistem kerja yang baik.

Penyempurnaan sebagai bagian dari strategi kaizen yang sukses melebihi definisi kata
tersebut dalam kamus. Penyempurnaan merupakan cara berpikir yang berkaitan erat
dengan standar pemeliharaan dan penyempurnaan. Dalam arti luas, penyempurnaan
dapat diartikan sebagai kaizen dan pembaharuan, dimana strategi kaizen memelihara
dan menyempurnakan standar kerja melalui penyempurnaan bertahap dan inovasi
menghasilkan penyempurnaan radikal sebagai hasil investasi besar- besaran dalam
teknologi atau peralatan.


Ky’zen, Masaaki Imai, Seri Manajemen Operasi No.6, Penerbit PPM, 2001.

39
Strategi kaizen yang berhasil dengan jelas mencerminkan tanggung jawab
memelihara standar untuk karyawan dengan manajemen memegang peranan dalam
penyempurnaan standar. Pandangan Jepang terhadap manajemen dapat di singkat
menjadi satu pedoman yaitu pemeliharaan dan penyempurnaan standar.

10.5 Budaya Kerja 5- S Kaizen


Industri Jepang tidak dimulai dengan mantap, hal ini dikarenakan memiliki
banyak kegagalan kooperatif seperti tidak adanya minyak yang memancar dari tanah.
Demikian pula dengan pertambangan yang menghasilkan biji besi atau tambang batu
bara yang dinilai tidak banyak menghasilkan dan cendrung tidak ekonomis. Disisi lain
industri Jepang pada saat ini sudah merupakan suatu ancaman bagi berbagai negara di
dunia. Hal ini dikarenakan kinerja rakyat Jepang yang bekerja sungguh- sungguh dan
berdisiplin tinggi dengan bekerja secara professional.
Salah satu prinsif yang dipegang oleh rakyat Jepang dalam bekerja adalah
budaya 5- S Kaizen yang mengarahkan mereka ke gerbang industri yang maju secara
pesat. Dimana pada dasarnya budaya 5- S Kaizen telah lama dan tidak ada istilah yang di
dalamnya. Kita hanya belum menyadari betul keberadaannya sampai saat ini sedangkan
di satu sisi kita mengetahui bahwa di sekeliling kita masih banyak hal- hal yang perlu
untuk di sempurnakan.
Istilah 5- S merupakan kependekan dari SEIRI (Membuang), SEITON (Penyimpanan),
SEISO (Pembersihan), SEIKETSU (Pemantapan) dan SHITSUKE (Pembiasaan). Untuk lebih
jelasnya berikut ini penjelasan dari budaya 5- S Kaizen :♦
1. Seiri (membuang)
Seiri adalah kegiatan memilah mana yang kita perlukan yang sering kita perlukan dan
yang sebenarnya tidak kita perlukan. Ribuan tahun yang lalu manusia adalah kaum
pemburu yang hidup untuk memenuhi kebutuhan fisiknya dengan tingkat teknologi
yang masih primitif maka kapak, panah, batu runcing dan sebagainya tidak dapat
diperoleh dengan mudah, dengan dibuat dan dinamakan waktu dan tenaga. Karena
itu, musim berburu telah lewat mereka harus menyimpan benda- benda ini untuk
berjaga- jaga bila ada hewan yang dapat ditemukan atau musuh yang datang
menyerang. Budaya menyimpan ini diwariskan hingga generasi sekarang. Kita
cendrung berat membuang yang pernah kita pakai dengan alasan “bagaimana kalau


Sikap Kerja 5 S , Takashi Osada, seri Manajemen Operasi No. 5, Cetakan Kelima, Penerbit PPM, 2004.

40
nanti diperlukan?”, walaupun benda- benda terbut adalah benda- benda atau
peralatan yang dapat dengan mudah kita dapatkan. Yang jelas kegiatan menyimpan
berarti invertir cost dan space cost. Tapi masih banyak kerugian- kerugian lain yang
muncul akibat dari menumpuk barang- barang yang sebenarnya tidak kita perlukan.
a. Ketika kita mencari suatu barang yang diperlukan secepatnya tumpukan barang
yang tidak berguna inilah yang selalu ditemukan waktu mencari menjadi lama
berada itu akhirnya ditemukan, sedangkan situasi sudah terlambat untuk ditangani.
b. Seorang pekerja jatuh tersandung karena tumpukan dokumen lama di
kantornya.Dokumen- dokumen itu sebenarnya sudah tidak diperlukan kembali.
c. Perasaan jenuh dan sumpek karena ruangan yang terlalu padat.
Kalau di kaji lebih mendalam kegiatan menumpuk barang- barang ini sebenarnya
memerlukan biaya yang mahal karena itu kita harus bijak memilih benda- benda apa
yang betul- betul perlu kita simpan dan mana yang tidak dengan kegiatan
pemilahan. Salah satu tools pemilahan ini adalah stratifikasi yang membedakan
barang- barang simpanan di tempat kerja. Berikut ini adalah gambar proses
pemilahan :

Pembersihan besar- Manajemen


besaran stratifikasi

Membuang segala
sesuatu yang tidak
perlu

Menangani barang
cacat, produk yang Menangani penyebab
rusak

Gambar 2.3. peroses pemilahan

2. Seiton (penataan)
Setelah ruang kita bebas dari ruangan yang tidak perlu, langkah berikutnya tentu saja
memutuskan apa yang harus dilakukan dengan barang- barang yang masih
tersisa.Sebagian orang merasa bahwa penataan sesuatu hal yang mudah dan memang
seharusnya demikian tapi sejauh mana penataan yang baik telah kita jalankan masih
merupakan pertanyaan. Suatu penataan yang baik adalah penataan yang mengacu

41
kepada efisiensi, kualitas dan keselamatan. Meskipun seiton lebih dari sekedar
“Melabeli”, ilustrasi diatas mungkin dapat lebih jelas tentang hal ini.
3. Seiso (pembersihan)
Dengan membersihkan kita sekaligus memeriksa. Setiap ritual sehari- hari manusia
selalu diawali dengan kegiatan bersih- bersih. Sebelum beraktivitas kita terlebih
dahulu mandi dan kegiatan membersihkan dipercaya sebagai membawa semangat
dan gairah baru bagi manusia, tetapi lebih dari itu membersihkan berarti kita
menyentuh benda- benda di sekeliling kita dengan lebih teliti. Retak- retak kecil di
bagian kaca mobil yang selama ini tertutup debu tebal mungkin tidak pernah terlihat
sebelum kita memeriksa ketika kita membersihkanya. Kegiatan membersihkan harus
mempunyai arti sekedar menghapus debu dan membuang sampah hasil usaha sendiri
ini akan berusaha dipertahankan oleh pekerja. Tempat pekerja akan berubah menjadi
lebih menyenangkan dan itu adalah hasil kerja sendiri. Kebanggan akan tempat
kerjanya tumbuh. Berikut ini adalah langkah- langkah mepromosikan peraturan dan
mempromosikan tempat kerja yang baik dan bersih.

Analisis kenyataan

M enetukan tempat yang tepat

M enetukan bagaimana seharusnya


menyim pan barang

Ajarkan setiap orang mentaati


aturan penyimpanan

Gambar 2.4. mempromosikan peraturan

42
Pembagian daerah dan
Mengidentifikasi masalah penunjukan tanggung
jawab (individu/ kolektif)

Mem bersihkan sesuai


Kerusakan yang
dengan pendataan dan
disebabkan oleh kotoran-
daerah lantai. Penghisap
kotoran dan bahan lainya
debu, alat, kotak, dsb.

Kaizen (dengan
Masalah yang diakibatkan mengutamakan m esin)
oleh pem bersihan yang tempat yang sulit untuk
tidak tuntas dibersihkan, metode
pembersihan, dan alat
pembersih

Mentaati peraturan dan


melaksanakan budaya 5- S
secara intensif

Gambar 2.5. mempromosikan tempat kerja yang baik dan bersih


4. Seiketsu (pemantapan)
Setelah kita memilah mana yang perlu dan mana yang tidak perlu, penataan dan
penyimpananya baik- baik dan secara teratur membersihkanya kita harus
membakukanya. Membakukan berarti berusaha menciptakan suatu mekanisme
dimana ketidakberesan- ketidakberesan baru yang akan mengancam kondisi 3- S
sebelumnya dapat teridentifikasi dengan segera. Di pabrik- pabrik setiap stasiun kerja
di beri garis pembatas sehingga pekerja tahu mana area kerjanya, mana area kerja
untuk menaruh bahan- bahan kerja (plat besi, dsb) mana jalur lalu lintas forklift dan
alat transportasi lain.Begitu ada tumpukan plat besi yang menyentuh atau melewati
garis pembatas area kerja operator segera melihat abnormalitas ini dan dengan cepat
membereskan keadaan sebelum ada forklift yang menabrak tumpukan plat tersebut.
Garis- garis pembatas tersebut termasuk alat manajemen visual.
5. Shitsuke (pembiasaan)
Semua kegiatan 4- S diatas tidak mungkin bertahan lama bahkan mungkin tidak
terlaksana tanpa membuat semua orang melakukanya berulang- ulang secara benar
dan taat aturan. Pembersihan besar- besaran (Seiso) tidak akan memberikan hasil
apapun biar satu jam kemudian kita membuang puntung rokok di lantai dan halaman.
Barang- barang yang sudah diatur sedemikian sistematis dan rapi (pada tahap seiton)
akan segera berantakan, berserakan dimana- mana bila kita malas mengembalikan
dan menyusunya kembali sesuai prinsip “put- in- back- rules”. Banyak sekali teknik-
teknik yang digunakan untuk menegakkan disiplin, mulai dari cara pemberian insentif
hingga hukuman berupa pemotongan upah tapi teladan dari atasan sering kali terbukti

43
sebagai cara yang paling efektif dan membudayakan disiplin diberbagai tempat. Bila
seiketsu (pemantapan) adalah alat untuk mempertahankan 3- S pertama maka
shitsuke memastikan bahwa setiap orang memakai alat tersebut dengan benar.

Aktivitas 5- S adalah tindakan yang dimbil orang dan sesuatu yang dilakukan

orang dimana hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan. Tetapi karena

sulit untuk mengatakan 5- S Kaizen dalam angka- angka dan bukti empiris

membuat beberapa orang menjadi ragu. Walaupun demikian 5- S merupakan

dasar dari segala sesuatu yang dikerjakan dan hasilnya pasti akan terlihat.

10.5.1 Implikasi Pengendalian Mutu Dalam Kaizen

Perbedaan tentang mutu segera melibatkan permasalahan tentang

bagaimana mendefinisikan mutu, bagaimana dengan kinerja, dan bagaimana

menghubungkan dengan laba. Terdapat banyak sekali batasan tentang mutu

tetapi tidak satupun yang dapat menjelaskan dengan tepat apa sebenarnya

mutu itu. Hal ini berlaku juga pada arah produktivitas itu sendiri berbeda

untuk setiap orang. Pengertian produktivitas sangat berbeda sehingga

manajemen dan karyawan sering berbeda pendapat mengenai hal itu.

Titik awal penyempurnaan ialah dengan menyadari hal diatas, asalkan dari
kesadaran akan ada masalah. Bila tidak menyadari adanya masalah tentunya tidak akan
menydari adanya kebutuhan akan penyempurnaan. Perasaan putus atas apa yang telah
tercapai merupakan musuh besar bagi kaizen. Atas dasar hal tersebut maka kaizen lebih
mengutamakan kesadaran akan adanya masalah dan memberikan cara untuk
mengidentifikasi masalah. Kaizen juga merupakan proses untuk mencegah masalah-
masalah.

44
Istilah seperti Kendali Mutu (KM), Pengendalian Mutu Statistik (PMS), Gugus
Kendali Mutu (GKM) dan Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) berhubungan erat dengan
kaizen. Gugus Kendali Mutu (GKM) didefinisikan sebagai kelompok kecil yang secara
sukarela melaksanakan kegiatan pengendalian kualitas di tempat kerja. Kelompok kecil
tersebut melaksanakan tugasnya secara berkesinambungan. Sebagai bagian dari
program pengendalian kualitas pengembangan diri, pendidikan bersama, Pengendalian
arus, dan penyempurnaan di seluruh tempat kerja. Gugus Kendali Mutu (GKM)
dipusatkan pada bidang biaya, keamanan, produktivitas, dan bahwa kegiatan kadang-
kadang hanya berhubungan secara tidak langsung dengan penyempurnaan mutu
produk. Sebagian besar Gugus Kendali Mutu (GKM) ditujukan pada pelaksanaan
penyempurnaan di tempat kerja.

10.5.2 Kaizen Dan Pengendalian Mutu Terpadu


Pengendalian mutu terpadu (PMT) mengalami perubahan dan

penyempurnaan berkesinambungan, dan tidak pernah sama dari hari ke hari.

Misalnya yang disebut tujuh alat statistik yang sangat dibutuhkan dan dipakai

secara luas oleh Gugus Kendali Mutu (GKM) insinyur dan manajemen, beberapa

waktu kemudian “Tujuh Asli” telah ditambahkan dengan “Tujuh Baru”. Yang

dipakai untuk memecahkan masalah yang lebih rumit seperti pengembangan

produk baru, penyempurnaan fasilitas, penyempurnaan mutu dan pengurangan

biaya.

Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) di Jepang adalah gerakan yang di pusatkan pada
penyempurnaan kegiatan manajer di semua tingkatan, gerakan ini khusus menangani
hal- hal sebagai berikut :
1. Pemastian mutu
2. Pengurangan biaya
3. Memenuhi jatah produksi
4. Memenuhi jadwal pengiriman
5. Keamanan

45
6. Pengembangan produk baru
7. Peningkatan produktivitas
8. Manajemen pemasok

Akhir- akhir ini Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) telah memasuki bidang pemasaran,
penjualan, maupun jasa. Selain itu Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) menangani
urusan manajemen seperti pengembangan organisasi, manajemen fungsional silang,
penyebaran kebijakan dan penyebaran

46

Anda mungkin juga menyukai