CPOB PELAKSANAAN QUALITY MANAGEMENT SYSTEM DI INDUSTRI I. PENDAHULUAN Ketatnya persaingan di jaman globalisasi menyebabkan suatu perusahaan sal ing berlomba untuk mendapatkan konsumen sebanyak mungkin dengan berbagai m acam sumber daya yang dimiliki, pada sisi lain tidak dapat dipungkiri bahwa konsum en semakin selektif dalam memilih sebuah produk barang/jasa yang diminati. Tidak hanya cukup dengan memberikan kualitas pelayanan terbaik dalam mencapai apa y ang disebut dengan customer satisfaction akan tetapi kualitas barang/jasa yang dita warkan juga harus mampu memberikan jaminan mutu, sehingga mau tidak mau agar mampu memenuhi tuntukan konsumen tersebut penerapan Sistem Manajemen Kua litas rupa-rupanya tidak dapat dihindari lagi. Sebelum sampai pada Sistem Manajemen Kualitas, kita harus mengetahui art i dari kualitas. Menurut beberapa ahli, definisi kualitas adalah: 1.Philip B. Crosby Kualitas adalah kesesuaian terhadap persyaratan (conformance to requireme nt of spesification), seperti jam yang tahan air atau sepatu yang tahan lama. Pendek atan Crosby adalah proses top-down. 2. W. Edwards Deming Kualitas adalah pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus- menerus. Pendekatan Deming adalah bottom-up. 3. Joseph M. Juran Kualitas adalah kesesuaian dengan penggunaan (fitness for use), seperti sep atu yang dirancang untuk olahraga. Pendekatan Juran adalah orientasi pada pemen uhan harapan pelanggan. 4. Westinghouse Kualitas adalah performa kerja yang dapat memenuhi keinginan customer sec ara cepat dan tepat. 5. ISO 9000:2000 Kualitas adalah derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk y ang mencukupi persyaratan atau keinginan. Secara konvensional Kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung suatu produk, seperti: penampilan, keandala n, kemudahan penggunaan, estetika, dan sebagainya. Definisi strategik menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebu tuhan pelanggan. (Newslow, 2001) Setelah kita mengetahui arti dari dkualitas,kita mesti mengerti definisi Sistem Manajemen Kualitas dan tahapan-tahapannya yaitu: Menurut Dillon (2001), Sistem manajemen kualitas (QMS) merupakan sekum pulan prosedur terdokumentasi dan praktek- praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang dan atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyarat an tertentu. Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh pel anggan dan organisasi.Sistem manajemen kualitas mendefinisikan bagaimana orga nisasi menerapkan praktek- praktek manajemen kualitas secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelangga n dan pasar. Terdapat beberapa karakteristik umum dari sistem manajemen kualitas, antara lain sebagai berikut (Dillon, 2001) Gambar 1. Konsep sistem mutu. Sistem manajemen kualitas mencakup suatu lingkup yang luas dari aktivitas- aktivitas dalam organisasi modern. Kualitas dapat didefinisikan melalui lima pendeka tan utama, antara lain sebagai berikut: transcendent quality yaitu suatu kondisi ideal menuju keunggulan; product based quality yaitu suatu atribut produk yang memenuh i kualitas; user based quality yaitu kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan pr oduk; manufacturing based quality yaitu kesesuaian terhadap persyaratan- persyaratan standar; value based quality yaitu derajat keunggulan pada tingkat harg a yang kompetitif. Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem manajemen kualitas berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga bers ifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang bersifat reaktif. Patut diakui pula ba hwa banyak sistem manajemen kualitas tidak akan efektif sepenuhnya pada penceg ahan semata, sehingga sistem manajemen kualitas juga harus berlandaskan pada ti ndakan korektif terhadap masalah- masalah yang ditemukan. Dalam kaitan dengan hal ini, sistem manajemen kualitas merupakan suatu closed loop system yang mencakup deteksi, umpan balik, dan kor elasi. Proporsi terbesar harus diarahkan pada pencegahan kesalahan sejak tahap a wal. Sistem manajemen kualitas mencakup elemen- elemen: tujuan (objectives), pelanggan (customer), hasil-hasil (outputs), proses- proses (processes), masukan- masukan (inputs), pemasok (suppliers), dan pengukuran untuk umpan balik dan ump an maju (measurement for feedback and feedforward). Tahapan Penerapan Sistem manajemen Kualitas Terdapat beberapa tahapan dal am menerapkan suatu sistem manajemen kualitas, antara lain sebagai berikut (Tenn er, et. al. 1992) : 1.Memutuskan untuk mengadopsi suatu standar sistem manajemen mutu yang akan diterapkan. 2.Menetapkan suatu komitmen pada tingkat pemimpin senior dari organisasi 3.Menetapkan suatu kelompok kerja atau komite pengaruh yang terdiri dari manajer- manajer senior. 4.Menugaskan wakil manajemen (management representative). 5.Menetapkan tujuan-tujuan kualitas dan implementasi system 6.Meninjau ulang sistem manajemen kualitas yang sekarang. 7.Mendefinisikan struktur organisasi dan tanggung jawab. 8. Menciptakan kesadaran kualitas (quality awareness) pada semua tingkat dalam or ganisasi. 9. Mengembangkan peninjauan ulang dari sistem manajemen kualitas dalam manual kualitas (buku panduan). 10. Menyepakati bahwa fungsi-fungsi dan aktivitas dikendalikan oleh prosedur- prosedur. 11. Mendokumentasikan aktivitas terperinci dalam prosedur operasional atau prosed ur terperinci. 12. Memperkenalkan dokumentasi. 13.Menetapkan partisipasi karyawan dan pelatihan dalam sistem. 14. Meninjau ulang dan melakukan audit sistem manajemen kualitas. Menurut Alli (2004), Manajemen kualitas adalah sebuah sistem manajemen strategis terpadu yang melibatkan semua staf dan menggunakan metode- metode kualitatif dan kuantitatif untuk terus meningkatkan proses- proses di dalam organisasi demi memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan- harapan pelanggan. Secara konseptual, manajemen kualitas dapat diterapkan baik pada barang m aupun jasa, karena yang ditekankan dalam penerapan manajemen kualitas adalah p eningkatan sistem kualitas. Yang perlu diperhatikan dalam pengembangan manajem en kualitas adalah pengembangan sistem kualitas yang terdiri dari: perencanaan sist em kualitas, pengendalian sistem kualitas, dan peningkatan sistem kualitas. Pada dasarnya proses industri harus dipandang sebagai suatu peningkatan te rus- menerus (continuous industrial process improvement), yang dimulai dari sederet sikl us sejak adanya ide- ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sam pai distribusi kepada konsumen. Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan- balik yang dikumpulkan dari pengguna produk (pelanggan) itu dapat dikembangkan i de- ide kreatif untuk menciptakan produk baru atau memperbaiki produk lama beserta pr oses produksi yang ada saat ini. Lima hal yang harus menjadi perhatian pada pengembangan Sistim Manajem en Kualitas diantaranya Fokus pelanggan, Keterlibatan Total, Tolok Ukur, Dukungan Sistematis dan Peningkatan yang terus menerus. Peningkatan kualitas produksi dan jasa dapat dilakukan dengan berbagai alat bantu. 7 Tools merupakan alat bantu dalam pengolahan data untuk peningkatan kual itas, dan 7 New Tools merupakan alat bantu dalam memetakan masalah secara ters truktur, guna membantu kelancaran komunikasi pada tim kerja, dan untuk pengambil an keputusan. Seven tools terdiri dari diagram Pareto, Histogram, Fishbone, Scatter , Control Chart, Check Sheet, and Grafik. Sementara Seven New Tools Affinity diagr am, Relation diagram, Matrix diagram, Tree diagram, Arrow diagram, and Process D ecision Program Chart. Penjelasan 7 tools dalam manajemen kualitas : 1. Diagram pareto Gambaran pemisah unsur penyebab yang paling dominan dari unsur- unsur penyebab lainnya dari suatu masalah. 2. Histogram Gambar bentuk distribusi (cacah) karakteristik mutu yang dihasilkan oleh data yang dikumpulkan melalui check sheet. 3. Check sheet Lembar periksa untuk memudahkan dan menyederhanakan pencatatan data. 4. Fish bone Disebut juga diagram sebab akibat. Digunakan untuk mencari semua unsur p enyebab yang diduga menimbulkan masalah tersebut. 5. Scattered diagram/Diagram tebar. Untuk menentukan korelasi antara penyebab yang diduga dengan akibat yan g timbul dari suatu masalah. 6. Stratifikasi Gambaran pengelompokan sekumpulan data atas dasar karakteristik yang sa ma. 7. Grafik dan peta kendali (Control Chart) Untuk menetapkan batas- batas pengambilan keputusan dalam pengendalian mutu statistic Menurut sistem manajemen kualitas MBPE (Malcolm Baldridge Performance Excelle nce) diperkenalkan dan diterapkan sebagai guideline bagi perusahaan untuk menjad i perusahaan yang unggul atau excellence dalam era persaingan global ini. Sistem in i pertama sekali diciptakan oleh US Congress pada tahun 1987 dibawah Public Law 100- 107, sebagai penghormatan kepada Malcolm Baldridge, Commerce Department Sec retary, yang meninggal dunia pada tahun 1987. Penghargaan MBNQA (Malcolm Baldridge National Quality Award) diberikan setiap tahun kepada berbagai organisasi dan perusahaan yang diserahkan langsung oleh Presiden Amerika Serikat. Saat ini MBNQA berada dibawah tanggungjawab th e National Institute of Standards and Technology (NIST), Departemen Perdagangan AS. Ada 7 kriteria yang dinilai dan dijadikan acuan dalam mengelola kinerja perus ahaan, yaitu: kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus pasar dan pelanggan, inf ormasi dan analisis, fokus sumber daya manusia, manajemen proses, dan hasil- hasil bisnis. Menurut Knight (2000), ke- tujuh kriteria MBPE tersebut sesungguhnya dibangun berlandaskan 11 nilai inti dan konsep : a. Visionary Leadership Nilai ini terkait dengan bagaimana para pemimpin senior membimbing perush ana dalam menetapkan dan menyebarluaskna nilai- nilai korporat,menentukan arah perusahaan,ekspektasi kinerja,berfokus pada pelang gan dan stakeholder yang lain, menciptakan iklim inovasi , pemberdayaan dan pemb elajaran. Juga bagaimana perushaaan menerapkan Good Corporate Governance (G CG) dan social responsibility, dengan indikator misalnya akuntabilitas fiskal ( internal dan eksternal), ethical behavior ,tingkat kepercayaan stakeholder pada pengolahaa n perusahaan , dan dukungan terhadap komunitas kunci. b. Customer-Driven Excellence Nilai dan kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh banyak faktor mulai dari peng alaman pembelian,kepemilikan, dan pelayanan yang diterima.Kualitas dan kinerja pe rushanan karenanya akan dinilai oleh pelanggan.Oleh karena itu kita harus bertangg ung jawab agar features serta karakteristik produk dan pelayanan dapat memberikan konstribusi terhadap pelanggan (customer value). Karena it bagaimana fokus kita p ada pasar kita pada pasar dan pelanggan serta pengetahuan tentang pasardan pela nggan perlu terus ditingkatkan. Ini akan menunjukan bagaimana kita memahami sua ra pasar dan pelanggan, bagaimana kita memahami suara pasar dan pelanggan,me nangani keluhan ,serta mengembangkan kesempatan- kesempatan baru.Hal ini semua perlu secara terus menerus kita tingkatkan. c. Organizational dan personal learning Pembelajaran organisasi mencakup peningkatan terus menerus dari pendeka tan- pendekatan yang ada dan adatapsi terhadap perubahan,memimpin ke arah sasaran baru dan pendekatan-pendekatan baru.Pembelajaran adalah satu- satunya jalan bagi kita untuk terus meningkatkan kompetensi. Ini akan sangat bergu na untuk meningkatkan nilai pada pelanggan ,menurunkan keslahan,cacat. Dan pem borosan serta dapat mencuatkan kesempatan bisinis baru Program pembelajaran ini perlu dilekatkan kuat terhadap cara perusahaan beropera si.Ini artinya: 1.pembelajaran harus jadi bagian pekerjaan sehari-sehari 2.harus dipraktekan oleh semua orang dan seluruh unit kerja 3.pembelajaran dilakukan langsung pada sumber atau akar penyebab maslaah 4.pembelajaran berfokus pada penyebarluasan atau sahring pengetahuan di seluruh organisasi 5.pembelajaran didorong untuk dapat mempengaruhi perubahan secara signifikan a gar bekerja menjadi lebih baik. Sumber pembelajaran dapat berupa ide- ide kreatif dari karyawan ,riset dan pengembangan , masukan- masukan pelanggan dan mpenyeberluaskan praktek- praktek kerja terbaik , dan benchmarking. d. Valuing Emplioyees dan Partners. Keberhasilan perusahaan juga akan sangat bergantung pada peningkatan pe ngetahuan ,keterampilan , kreativitas , dan motivasi karyawan dan para mitra kerja. e. Agility Kesuksesan dalam meraih kemenangan dalam pasar yang hiperkompetitif ini memang memerlukan ketangkasan , yaitu sebuah kapasitas yang mampu berubah c epat dan fleksibilitas . Hal ini jelas membutuhkan struktur organisasi yang lebih sede rhana dan debirikratisasi dalam proses pengambilan keputusan , disamping juga aka n amat membutuhkan karyawan yang kompeten yang memiliki keterampilan multifun gsi yang diperoleh melalui pelatihan lintas-fungsi dan terbedayakan. Beberapa nilaiyang harus terus kita perbaiki,antara lain kurangnya pengharga an kita terhadap nilai dan terhadap waktu. Ini berakibat pada cara kerja kita yang kur ang profesional seperti:lambat,reaktif,tidak peduli pada efisiensi,masa bodoh,tidak m au tahu, dan semua terserah nasib. f. Focus on the Future. Ini berarti membutuhkan pemahaman tentang faktor- faktor jangka pendek dan jangka panjang yang mempengaruhi bisnis dan pasar. Visi perusahaan jelas membutuhkan orientasi yang sangat kuat pada masa depan dan k einginan memberikan komitmen jangka panjang kepada pihak- pihak kunci yang berkepentingan (stakeholder). g. Managing for Innovation. Perusahaan mesti dikelola dan diarahkan sedemikian rupa sehingga inovasi menjadi bagian dari kultur kerja dan terintegrasi kedalam pekerjaan sehari-hari. Inovasi dapat diartikan disini sebagai perubahan- perubahan bermakna untuk meningkatkan produk, pelayanan, dan proses- proses dari organisasi serta menciptakan nilai-nilai baru untuk stakeholder. Inovasi- inovasi ini akan memimpin organisasi menuju dimensi baru performance kita, dan be rkaitan dengan seluruh aspek penting dari organisasi secara keseluruhan. h. Management by Fact. Sukses tidaknya perusahaan perlu diukur dan dianalisa hasilnya, yang akan member ikan data dan informasi penting tentang proses-proses kunci, output, dan hasil- hasil bisnis. Pengukuran kinerja ini akan mencakup pelanggan, produk, dan kinerja p elayanan; pembanding- pembanding operasional, pasar dan kinerja kompetitif; serta pemasok, karyawan, bia ya dan finansial. i. Public Responsibility and Citizenship. Para pemimpin organisasi harus menekankan tanggungjawab mereka kepada publik dan perlu mempraktekkan perilaku sebagai warga negara yang baik. Perencanaan efektif harus mampu mencegah penyebab terjadinya masalah, dan membuat inform asi menjadi selalu tersedia dan mendukung serta mempertahankan kesadaran, kese lamatan dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. j. Focus on Result and Creating Value Pengukuran kinerja perusahaan perlu memfokuskan pada hasil- hasil kunci untuk menciptakan dan menyeimbangkan nilai bagi para stakeholder pelanggan, karryawan, pemasok dan mitra,pemegang saham, dan masyarakat. k. System Perspective. Kriteria MBPE memberikan suatu perspektif sistem untuk pengelolaan perusahaan menuju keunggulan kinerja (performance excellence). Perspektif sistem berarti meng elola perusahaan secara keseluruhan, juga komponen- komponennya, menuju keunggulan dan kesuksesan. Berdasarkan peninjauan secara seksama terhadap 20 perusahaan yang memiliki sk or tertinggi untuk kriteria MBPE ini, diperoleh kesimpulan bahwa ada 6 faktor kunci y ang sangat besar kontribusinya pada peningkatan performa atau keunggulan kinerja perusahaan, yaitu: fokus pelanggan, kepemimpinan manajemen senior, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan, kultur perusahaan yang terbuka, pembuatan keputus an berdasarkan fakta, dan kemitraan dengan pemasok. Menurut definisi pada ISO 9000:2000 (QMS- Fundamentals and Vocabulary), adalah Quality control is part of quality management focused on fulfilling quality requirements dan Quality assurance is part of quality ma nagement focused on providing confidence that quality requirements will be fulfilled. Jadi kalau coba diterjemahkan, secara singkat QC terfokus pada pemenuhan persya ratan mutu (produk/service) sedangkan QA terfokus pada pemberian jaminan/keyaki nan bahwa persyaratan mutu akan dapat dipenuhi. Atau dengan kata lain, QA memb uat sistem pemastian mutu sedangkan QC memastikan output dari sistem itu mema ng benar-benar memenuhi persyaratan mutu. Kalau dari definisi ini, kegiatan-kegiatan inspeksi dan uji (in-coming, in- process, outgoing) akan masuk kategori QC, sedangkan hal- hal seperti perencanaan mutu, sertifikasi ISO, audit sistem manajemen, dsb tentu m asuk kategori QA. Beberapa perusahaan, saat ini tidak lagi membedakan antara QA dan QC di dalam operasional quality management- nya. Cukup disebut departemen Quality, di dalamnya ada kegiatan merancang jamin an bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi dan sekaligus bagaimana memenuhi per syaratan mutu tersebut. QA (Quality Assurance), to lead and operated by assure of an organization successf ully, it is necessary to direct and control it in a systematic and transparent manner. M aksudnya adalah meyakinkan/menjamin secara kualitas dengan suatu sistematis ker ja dan keterbukaan untuk keberhasilan suatu pekerjaan secara keseluruhan organis asi di setiap lini dengan melalui sistem control. QC (Quality Control), to take control o f quality by procedural and applicable reference that implemented direct to process s ystem in good and full fill of minimum requirement as finally results. Maksudnya adal ah pengendalian mutu dengan prosedur kerja berdasarkan referensi yang dapat dite rapkan dan diimplementasikan langsung di proses pekerjaan tersebut untuk memen uhi persyaratan minimum sebagai hasil akhir pekerjaan. Hubungan pendeknya adalah bahwa QA yang meyakinkan / menjamin QC yaitu: QC adalah sistem kendali yang terintregrasi didalam proses, dia berfungsi mencega h terjadinya defect/ non corformity output, salah satu cara yang sudah kita kenal ant ara lain right from begining atau benar sejak awal. metode ini terbukti mampu menge liminir non corformity (ketidaksesuaian) pada output dengan pencegahan. QA lebih ti nggi letaknya dalam struktur organisasi, dia memberi terhadap arahan yang keputus an akhirnya adalah layak atau tidaknya produk dikeluarkan. Proses ini tentunya meli batkan proses- proses lainnya seperti produksi, inventory, maintenance. QA lebih menjaga corporat e image dengan mencegah defect ke konsumen. parameternya hanyalah hitam- putih dengan nilai yang telah dirumuskan dalam fungsi yang kita sebut kualitas. QM Satu set prinsip- prinsip, pedoman,dan metode dimana Manajer mengoperasikan suatu bisnis atau le mbaga, untuk menjadi etis,efisien, memenuhi peraturan, dan memberikan produk ya ng berkualitas. II. PEMBAHASAN Misalkan aja kita mengambil contoh QSM pada Industri farmasi. Industri farmasi bert ujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy) , keamanan (safety) dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pe ngobatan. Salah satu kriteria penting dari produk industri farmasi ialah diterimanya kr iteria persyaratan kualitas obat. Karena menyangkut soal nyawa manusia maka indu stri farmasi dan produk industri farmasi diatur secara ketat, baik oleh industri farmasi itu sendiri maupun oleh pemerintah (dalam hal ini Badan POM sebagai regulator ind ustri farmasi di Indonesia). Sebagaimana industri dan produk industri farmasi di nega ra- negara lain, industri farmasi farmasi di Indonesia diberlakukan persyaratan yang diat ur dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Dalam pedoman pelaksanaan CPOB disebutkan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi mutu produk antara lain : (1) kualitas dari bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan. (2) proses pembuatan dan pengawasan mutu. (3) bangunan dan peralatan. (4) personalia yang terlibat dalam pembuatan obat. Dengan semakin meningkatnya tuntutan terhadap jaminan khasiat, keamanan dan k ualitas produk, maka konsep pengawasan mutu yang saat ini masih banyak diguna kan di industri farmasi, menjadi sangat tidak memadai lagi. Konsep pengawasan mut u (quality control concept) didasarkan pada konsep defect detection, artinya bagai mana suatu sistem pengawasan tersebut dapat mendeteksi terjadinya suatu kesalah an/penyimpangan yang telah terjadi. Dengan kata lain, sistem ini hanya bisa mendet eksi kesalahan yang sudah terjadi. Tentu saja, di tengah arus globalisasi saat ini, k onsep yang demikian sudah sangat tidak memadai lagi, apalagi untuk bisa memberi kan jaminan terhadap khasiat, keamanan dan mutu suatu produk. Jaminan terhadap khasiat, keamanan dan mutu produk industri farmasi tersebut hanya bisa dilakukan j ika terdapat sistem yang secara proaktif mencegah sebelum terjadinya kesalahan dan/atau penyimpangan dalam proses pembuatan obat tersebut. Konsep ini disebut dengan Konsep Penjaminan Mutu (Quality Assurance). Secara sederhana, Konsep Penjaminan Mutu dapat diilustrasikan sebagai berikut: ada sebuah industri farmasi memiliki 5 buah mesin tablet dengan kapasitas masing- masing 1.000.000 tablet perhari. Jadi industri farmasi tersebut dalam sehari mempro duksi 5 juta tablet, dalam seminggu dihasilkan 25 juta tablet (5 x 5 juta), sebulan = 1 00 juta tablet, setahun 12 x 100 juta = 1,2 milyar tablet. Pertanyaannya adalah apak ah ke-1,2 milyar tablet tersebut SEMUA- nya dapat dijamin kualitasnya? Berapa persenkah dari 1,2 milyar tablet tadi yang bol eh tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan? Tentu saja jawabannya adalah 0% (NOL PERSEN) alias tidak boleh ada SATU tablet- pun yang tidak memenuhi syarat. Konsep ini yang disebut dengan Zero Defect Conc ept. Nah, konsep ini tidak mungkin berjalan kalau masih menggunakan konsep Pengaw asan Mutu karena konsep ini hanya mencari kesalahan. Penjaminan hanya bisa di laksanakan jika ada sistem yang mengatur seluruh komponen (unsur) dalam industri farmasi tadi agar tujuan mutu dapat tercapai. Sistem inilah yang sering disebut deng an Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System). Quality Management System (QMS) adalah sistem yang mengatur atau mengelola SELURUH komponen atau sumber daya yang ada di dalam industri farmasi agar tuj uan mutu, yaitu jaminan terhadap khasiat, keamanan dan kualitas produk dapat terc apai. Agar QMS ini dapat berjalan, maka harus ada departemen khusus yang men gawasi pelaksanaan QMS. Departemen ini bertindak sebagai polisi yang mandiri u ntuk memantau keseluruhan proses pembuatan obat mulai dari konsep desain di R& D hingga obat tersebut berada di tangan konsumen. QMS mencakup atau memiliki r uang lingkup, antara lain : (1) Sistem Mutu (Quality System), (2) Personalia, (3) Sanit asi dan Higiene, (4) Inspeksi Diri dan Audit Mutu, (5) Sistem Dokumentasi Perusaha an, (6) Program Kualifikasi dan Validasi, serta (7) Penanganan Keluhan Terhadap Pr oduk, Penarikan Kembali Produk serta Produk Kembalian. Sebagai penanggung jaw ab dan pengawas pelaksanaan QMS adalah Departemen QA. Contoh pelaksanaan QMS sehari- hari di industri farmasi diilustrasikan sebagai berikut, kita ambil contoh kasus Penga daan Bahan Baku : 1. Bahan baku digunakan untuk memproduksi obat jadi. Agar bisa dihasilkan obat jadi s esuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah kualitas dari bahan baku yang digunakan, harus sesuai deng an spesifikasi bahan bahan baku yang telah ditetapkan. Departemen yang ber- hak menentukan spesifikasi bahan baku yang digunakan adalah Departemen R&D, karena departemen inilah yang tahu secara persis spesifikasi bahan baku, misalnya kadar airnya, ukuran partikelnya, atau sifat-sifat amorfnya, dan lain- lain. Tugas Departemen QA adalah menyetujui spesifikasi yang telah dibuat oleh De partemen R&D tersebut, agar spesifikasi yang dibuat oleh Departemen R&D tidak m enyimpang dari peraturan perundang- undangan, seperti Farmakope, aturan CPOB dan sebagainya. Selain itu, departeme n QA juga harus memastikan bahwa seluruh bahan baku yang digunakan oleh indus tri farmasi tersebut harus sesuai dengan spesifikasi yang telah dibuat, dengan cara membuat aturan atau Sistem Pelulusan Bahan Awal. Jadi, hanya bahan awal/baku y ang sesuai dengan spesifikasi yang boleh diterima dan digunakan untuk proses prod uksi oleh industri farmasi tersebut. 2. Pembelian bahan baku. dilakukan oleh Departemen Pembelian (Purcashing). Prosed ur/tata cara pembelian dibuat oleh departemen yang bersangkutan, yaitu Departeme n Purcashing. Tugas Departemen QA adalah (1). Menyetujui prosedur pembelian ter sebut (Protap harus disetujui oleh Departemen QA) (2). Memastikan bahwa Departe men Purcashing hanya membeli bahan baku/awal sesuai dengan spesifikasi yang tel ah ditentukan dan membeli bahan baku/awal tersebut dari suplier yang telah disetuju i oleh Departemen QA (approved supplier). (3) Untuk memastikan Depatemen Purca shing melakukan hal tersebut, maka Departemen QA melakukan audit internal (insp eksi diri) dan audit external. Audit internal dilakukan untuk mengetahui apakah Depa rtemen Purcashing telah melakukan sistem/aturan yang telah dibuat, sedangkan aud it eksternal dibuat untuk mengetahui kondisi supplier yang memasok bahan awal/bak u. 3. Setelah bahan awal/baku datang, yang menerima bahan tersebut adalah Departeme n/bagian Gudang. Prosedur atau tata cara penanganan bahan di gudang, yang palin g tahu tentunya adalah departemen/bagian yang bersangsangkutan. Sehingga yang membuat Protap tentang penanganan bahan di gudang adalah departemen/bagian g udang. Tugas QA adalah (1) menyetujui protap tersebut, (2) memastikan apakah pro tap tersebut dijalankan, dengan cara melakukan audit internal. 4. Yang berkewajiban untuk melakukan pemeriksaaan bahan awal/baku tersebut adalah Departemen QC, karena departemen inilah yang memiliki laboratorium pengujian. Untuk dapat melakukan pengujian, maka Departemen QC membuat Prosedur Tetap Cara Pengujian Bahan. Tugas Departemen QA adalah (1). Menyetujui Protap penguj ian tersebut, (2). Memastikan bahwa protap pengujian tersebut akan senantiasa men ghasilkan hasil pengujian yang konsisten. Untuk menguji cara pengujian tersebut De partemen QA melakukan Validasi Metode Analisa. 5. Demikian seterusnya. Jadi Departemen QA membuat suatu sistem/aturan yang meng atur tentang sistem/aturan di seluruh departemen/bagian yang ada dalam industri far masi tersebut. III. KESIMPULAN Demikian sekilas gambaran pelaksanaan Quality Management System di industri far masi. Jadi, dengan bahasa yang sederhana Quality Management System (QMS) ad alah aturan yang mengatur aturan. Aturan dibuat untuk dilaksanakan, bukan untuk di langgar. Agar aturan tersebut tidak dilanggar, maka harus ada tim pengawas yang m engawasi pelaksanaan aturan tersebut. Agar dapat mengawasi pelaksanaan aturan t ersebut, maka si pengawas yaitu Departemen QA harus diberi kewenangnan oleh Di reksi perusahaan, yang harus termaktub dalam Kebijakan Mutu perusahaan dan har us ditanda tangani oleh pimpinan tertinggi perusahaan sebagai bukti komitmen peru sahaan tersebut atas jaminan khasiat, keamanan dan kualitas produk yang dihasilka nnya. DAFTAR PUSTAKA 1. Alli, I. 2004. Food Quality Assurance: Principle and Practices.CRC Press, New York. 2. Dillon, M and Griffith, C. 2001. Auditing in the Food Industry. CRC Press. England 3. Knight, J.B. and Kotschevar, L.H. 2000. Quantity food Production and Planning. John Willey and Sons. 4. Newslow, D. L. 2001. The ISO 9000 Quality System: Application in Food and Technol ogy. Wiley Interscience, NewYork. 5. Tenner, A.R. and I.J. Detoro. 1992. Total Quality Management. Addison- Wesley Publishing Company Diposkan oleh abdullah azzam di 12.25 Prinsip Dasar Manajemen Mutu SMM, khususnya ISO 9001:2008, merupakan sistem manajemen dengan pendekatan kepada pelanggan. Pelanggan pada SMM adalah pelanggan internal, pelanggan eksternal, pihak yang berkepetingan (interested partied). Menurut ISO, SMM diartikan sebagai sistem penetapan kebijakan, sasaran, dan pencapaian sasaran secara langsung dan terkendali dalam sebuah organisasi yang berpengaruh terhadap mutu. Menurut standar tersebut, inti dari sistem manajemen mutu meliputi: 1. Adanya kebijakan mutu, perencanaan mutu, sasaran mutu, prosedur kerja, instruksi kerja, dan rekaman mutu. 2. Adanya jaminan bahwa standar manajemen mutu dilaksanakan, dipantau, dievaluasi, dan diperbaiki. 3. Adanya jaminan bahwa terjadi peningkatan kualitas yang berkesinambungan baik dalam proses pelayanan dan proses produksi, maupun terhadap standar manajemen mutu itu sendiri. Sementara itu, standar manajemen mutu yang baik didasarkan pada penerapan delapan prinsip manajemen mutu yang merupakan dasar penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, yaitu: 1. Fokus pada pelanggan (customer focus) Organisasi bergantung pada pelanggannya dan oleh sebab itu hendaknya memahami kebutuhan saat ini dan masa yang akan datang dari pelangganya, dan selalu berusaha untuk dapat melampaui harapan pelanggan. Pegawai instansi pemerintah juga harus memahami kebutuhan pelanggan pada saat ini dan masa datang, sehingga mampu memuaskan ekspektasi pelanggan. Hal ini bermanfaat agar terdapat peningkatan kepuasan pelanggan, respon yang cepat terhadap perubahan, dan meningkatkan efektivitas. 2. Kepemimpinan (leadership) Pemimpin menetapkan kesatuan tujuan dan arah organisasi. Mereka hendaknya menciptakan dan memelihara lingkungan internal tempat orang dapat melibatkan dirinya secara penuh dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan kata lain, kepemimpinan yang mampu mengarahkan organisasi dalam kesatuan gerak untuk mencapai tujuan organisasi sangat dibutuhkan agar pegawai terinternalisasi tujuan organisasi, mengurangi miskomunikasi, sehingga tindakan yang dilakukan searah dengan tujuan organisasi. 3. Pelibatan orang (involvement of people). Orang pada semua tingkatan adalah inti sebuah organisasi dan pelibatan penuh mereka memungkinkan kemampuannya dipakai untuk kemanfaatan organisasi. Pelibatan seluruh pegawai pada semua tingkatan memungkinkan seluruh potensinya untuk dimanfaatkan bagi keuntungan organisasi. Hal ini berguna agar pegawai termotivasi dalam inovasi dan kreativitas organisasi, sehingga berkontribusi bagi perbaikan yang berkelanjutan. 4. Pendekatan proses (process approach) Hasil yang dikehendaki tercapai lebih efisien bila kegiatan dan sumber daya terkait dikelola sebagai suatu proses. Penilaian atas prinsip ini akan meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya finansial, dan lebih fokus kepada prioritas yang memberikan nilai tambah. 5. Pendekatan sistem pada manajemen (system approach to management) Mengetahui, memahami, dan mengelola permasalahan atau proses yang saling terkait sebagai sistem sehingga memberikan sumbangan pada efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuannya. Hal ini bermanfaat bagi penyelarasan proses yang memberikan hasil terbaik dan menjamin konsistensi. 6. Perbaikan berkelanjutan (continual improvement) Perbaikan berkelanjutan terhadap organisasi secara menyeluruh hendaknya dijadikan tujuan tetap dari organisasi. Hal ini terutama bermanfaat bagi peningkatan kinerja seiring peningkatan kapasitas organisasi, dan memberikan fleksibilitas dalam merespon peluang dengan cepat. 7. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta (factual approach to decision making) Keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi. Pendekatan ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, efektivitas keputusan, dan pertanggungjawaban/evaluasi. 8. Hubungan pemasok yang saling menguntungkan (mutually beneficial supplier relationships) Sebuah organisasi dan pemasoknya saling bergantung dan suatu hubungan yang saling menguntungkan untuk meningkatkan kemampuan keduanya dalam menciptakan nilai. Jika hubungan antarorganisasi saling menguntungkan, maka akan tercipta sinergi untuk meningkatkan manfaat yang lebih optimal. Hal ini berguna dalam meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan, dan meningkatkan fleksibilitas dalam merespon setiap perubahan.