sumber: https://www.flickr.com/photos/19337506@N05/333251
2572
Proses Pengolahan Teh
Teh diperoleh dari pengolahan daun (pucuk daun dan
daun-daun muda) dari tanaman (Camelia sinensis L.).
Tanaman ini berasal dari daerah pegunungan di Himalaya.
Karenanya di daerah tropik tanaman teh dapat tumbuh
subur di daerah pegunungan, di dataran-dataran tinggi
dengan suhu sekitar 14-25oC. Di Indonesia tanaman teh
tumbuh baik di daerah-daerah dengan ketinggian 250m-
1.200m. Panen teh terjadi ketika daun-daun dan tunas-
tunas muda yang di daerah tropika dipetik secara rutin
seminggu sekali tergantung pada musim. Daun hijau yang
dipetik diangkut ke suatu pabrik untuk diolah menjadi bubuk
teh jadi yang berbentuk teh hijau yang diminum di negara-
negara Barat atau teh hitam. Teh hijau juga diproses lagi
menjadi teh berbau wangi (Spillane, 1992).
1. Pemetikan
Petikan adalah panen yang dilakukan dengan memetik
daun-daun yang cocok untuk pengolahan. Tujuannya,
untuk mendapatkan produksi daun muda yang mempunyai
kualitas maupun kuantitas sebaik-baiknya serta memenuhi
syarat-syarat untuk pengolahan. Pemetikan ada dua bagian
yaitu: petikan jendangan/ukur dan petikan produksi. Petikan
ukur adalah pemetikan yang pertama dilakukan pada
pucuk-pucuk yang tumbuh di areal pangkasan yang
bertujuan untuk membentuk bidang petikan. Petikan
produksi adalah mengambil semua pucuk-pucuk yang
matang petik dengan penggunaan alat (gunting) untuk
memperoleh produksi daun yang memenuhi syarat-syarat
mutu pengolahan (Soeharjo, 1996).
3. Penggilingan
Penggilingan untuk mengajukan dan mempercepat
oksidasi, daun boleh dimemarkan dengan memberinya
sedikit tumbukan pada keranjang atau dengan
digelindingkan dengan roda berat.Ini juga menghasilkan
sedikit jus, yang membantu oksidasi dan memperbaiki cita
rasa teh (Danang, 2011).
Tujuan utama penggilingan dalam pengolahan teh hitam
adalah :
4. Fermentasi
Ketika proses penggilingan telah sempurna, daun teh
ditempatkan dalam bak-bak atau diletakkan diatas meja,
sehingga enzim-enzim yang ada di dalam daun teh
bersentuhan dengan udara dan mulai teroksidasi. Hal inilah
yang mengahsilkan bau, warna dan mutu dari teh. Pada
proses ini daun teh berubah warna hijau, menjadi coklat
muda, lalu coklat tua dan perubahan warna daun ini terjadi
pada temperatur 26 derajat. Tahap ini merupakan tahap
kritis dalam menentukan rasa teh, jika oksidasi dibiarkan
terlalu lama, rasa akan berubah menjadi seperti busuk.
Proses oksidasi memakan waktu kurang lebih satu
setengah sampai 2 jam (Foodinfo, 2009).
5. Pengeringan
Pengeringan akan menghentikan proses oksidasi pada saat
jumlah zat-zat bernilai yang terkumpul mencapai kadar
yang tepat. Suhu 45-58oC yang dipakai pada pengeringan
akan mengurangi kandungan air teh menjadi 2-3%
membuat tahan disimpan. Beberapa perubahan kimia lain
selain aktivitas enzim adalah pembentuk rasa, warna, dan
bau spesifik (karena pembentukan karamel dari
karbohidrat), walaupun minyak essensial yang sudah
terbentuk 75-80% akan hilang (Alf, 2004).
Suhu pengeringan berpengaruh secara signifikan terhadap
rendemen ekstrak daun kering. Semakin tinggi suhu
pengeringan, semakin tinggi rendemen ekstrak. Semakin
tinggi panas yang digunakan dalam pengeringan, semakin
tinggi kerusakan protein, karbohidrat termasuk serat
selulosa penyusun dinding sel seperti terdapat dalam daun
teh (Alf, 2004).