Anda di halaman 1dari 15

“Case Method Pemeriksaan Pajak”

Mata Kuliah Perpajakan 1

Kode Mata Kuliah EKU216A

Kelas A2

Pertemuan 7

Kelompok 4 :

1. Luh Sintya Resini (12)


2. Ni Luh Ayu Anggreni (14)
3. Ni Putu Pratiwi Ika Dharma Lestari (15)
4. Ni Putu Diah Pranaya Kusuma Putri (27)
5. Agung Mirah Prayoga (30)
6. I Gusti Ayu Sintya Dewi (31)

Prodi Sarjana Akuntansi 2022


DAFTAR ISI

Daftar Isi .......................................................................................................................................... i

Peta Konsep ..................................................................................................................................... ii

Pembahasan

7.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Pemeriksaan ........................................................ 1

A. Pengertian Pemeriksaan Pajak .................................................................. 1

B. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak .......................................................... 1

7.2 Pedoman Pemeriksaan, Norma Pemeriksaan, dan

Pelaksanaan Pemeriksaan ...................................................................................... 2

A. Pedoman Pemeriksan ................................................................................ 2

B. Norma Pemeriksaan .................................................................................. 3

C. Pelaksanaan Pemeriksaan ......................................................................... 4

7.3 Pengertian Tindak Pidana Pajak ............................................................................ 5

7.4 Penuntutan Tindak Pidana Pajak ........................................................................... 6

Kesimpulan ...................................................................................................................................... 9

Daftar Pustaka .................................................................................................................................. 11

Lampiran .......................................................................................................................................... 12

i
PETA KONSEP

Pengertian dan Ruang Lingkup Pemeriksaan


adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan
lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan ini meliputi
Pemeriksaan Satu Jenis Pajak (single tax) dan Pemeriksaan
Seluruh Jenis Pajak (all taxes).

Pedoman Pemeriksaan,
Norma Pemeriksaan, dan
Pelaksanaan Pemeriksaan
Penuntutan Tindak Pedoman pemeriksaan
Pidana Pajak pajak adalah dasar atau
Dalam penuntutan andasan yang digunakan
tindak pidana Case dalam pemeriksaan pajak.
perpajakan, itu Method Norma pemeriksaan adalah
terdapat 2 tahap yang aturan yang digunakan
dapat dilakukan yaitu
Pemeriksaa dalam pemeriksaan pajak.
prosedur n Pajak Ketika pemeriksaan akan
pengungkapan dan dilakukan, namun ternyata
penetapan sanksi. Wajib Pajak atau kuasanya
tidak juga ada di tempat,
maka pemeriksaan tetap
dilaksanakan

Pengertian Tindak Pidana Pajak


suatu peristiwa atau tindakan melanggar hukum
atau undang-undang pajak yang dilakukan oleh
seseorang yang tindakannya tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dan oleh undang-undang
pajak telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan
pidana yang dapat dihukum.

ii
PEMBAHASAN
7.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Pemeriksaan

A. Pengertian Pemeriksaan Pajak

Menurut UU No. 16 Tahun 2000 (UU KUP), yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah
serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Landasan atau dasar hukum
pemeriksaan pajak diatur dalam ketentuan Pasal 29 sampai Pasal 31 UU KUP. Keputusan Menteri
Keuangan yang menjadi dasar hukum adalah Keputusan Menteri Keuangan No.
545/KMK.04/2000. Tujuan pemeriksaan pajak disebutkan dalam ketentuan Pasal 29 UU KUP jo.
Keputusan Menteri Keuangan, yaitu untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib pajak dan
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

B. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Ruang lingkup pemeriksaan pajak merupakan cakupan jenis pajak yang diperiksa dan periode
pencatatan atau pembukuan yang menjadi objek untuk dilakukan pemeriksaan. Ruang lingkup
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan ini meliputi:

1. Pemeriksaan Satu Jenis Pajak (single tax). Pemeriksaan ini meliputi satu jenis pajak atau
beberapa jenis pajak selain PPh Tahunan Badan atau OP untuk satu atau beberapa Masa
Pajak, satu Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, baik tahun-tahun lalu maupun tahun
berjalan.
2. Pemeriksaan Seluruh Jenis Pajak (all taxes). Pemeriksaan ini mencakup jenis pajak yang
meliputi seluruh jenis pajak untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, baik tahun-tahun
lalu maupun tahun berjalan.

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan
2 (dua) jenis pemeriksaan yaitu:

1. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan dilakukan atas suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak untuk tahun
berjalan dan/atau tahun sebelumnya. Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara pemeriksaan
lengkap atau sederhana.

1
2. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan kantor dilakukan atas suatu jenis pajak tertentu, baik untuk tahun berjalan
dan/atau tahun-tahun sebelumnya. Pemeriksaan kantor dilakukan di kantor Direktorat Jenderal
Pajak. Pemeriksaan ini hanya dapat dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana.

Terdapat 2 (dua) kriteria yang menjadi alasan dilakukannya pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yaitu:

1. Pemeriksaan Rutin merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang
diwajibkan oleh Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) atau yang dapat
dilakukan oleh Dirjen Pajak (berdasarkan skala prioritas)
2. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan pajak yang dapat dilakukan berdasarkan keterangan lain
berupa data konkret (audit based on data) atau Analisis risiko (risk based audit).

7.2 Pedoman Pemeriksaan, Norma Pemeriksaan, dan Pelaksanaan


Pemeriksaan

A. Pedoman Pemeriksaan
Pedoman pemeriksaan pajak meliputi 3 hal, yaitu:
1. Pedoman Umum Pemeriksaan Pajak
Pedoman umum mengatur hal yang berkaitan dengan masalah sumber daya manusia atau
kemampuan pemeriksa pajak, yakni sebagai berikut.
a. sudah mendapat pendidikan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai
pemeriksa pajak;
b. jujur, bertanggungjawab, penuh pengabdian, bersikap terbuka, sopan, dan objektif;
c. menggunakan keahlian secara cermat dan seksama, serta memberikan gambaran yang
sesuai dengan keadaan sebenarnya tentang Wajib Pajak.
d. menuangkan hasil pemeriksaan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) sebagai bahan
untuk menyusun Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP).
2. Pedoman Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan
tujuan pemeriksaan dan mendapat pengawasan yang seksama;
b. luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh, harus dikembangkan
melalui pencocokan data, pengamatan, tanya jawab, dan tindakan lain yang berkenaan
dengan pemeriksaan;
c. pendapat dan kesimpulan pemeriksa pajak harus didasarkan pada temuan yang kuat dan
berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2
3. Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak
a. Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang
lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, kesimpulan pemeriksa pajak yang didukung
temuan yang kuat tentang ada atau tidaknya penyimpangan terhadap peraturan
perundang-undangan perpajakan, yang memuat pola pengungkapan informasi lain yang
terkait.
b. LPP yang berkaitan dengan pengungkapan penyimpangan Surat Pemberitahuan harus
memperhatikan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP), antara lain meliputi berbagai faktor
perbandingan, nilai absolut dari penyimpangan, sifat dari penyimpangan, petunjuk atau
temuan adanya penyimpangan, pengaruh penyimpangan, dan hubungan adanya
permasalahan lainnya.
c. LPP harus didukung oleh daftar yang lengkap dan rinci sesuai dengan tujuan
pemeriksaan.

B. Norma Pemeriksaan

1. Norma Pemeriksaan Pemeriksa Pajak dalam Rangka


Pemeriksaan Lapangan
 Pemeriksa Pajak wajib untuk : 2. Norma Pemeriksaan Pemeriksa Pajak dalam Rangka
a. memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa dan dilengkapi Surat Pemeriksaan Kantor
Perintah Pemeriksaan
 Pemeriksa pajak memakai surat penggilan yang ditandatangani
b. memberitahukan secara tertulis terkait pelaksanaan
oleh kepala kantor yang bersangkutan dalam memanggil Wajib
pemeriksaan kepada wajib pajak
Pajak untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
c. memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah
ditunjuk dalam rangka pemeriksaan.
Pemeriksaan kepada Wajib Pajak
 Pemeriksa Pajak wajib mengembalikan buku, catatan, dan
d. mengembalikan buku, catatan, dan dokumen pendukung
dokumen pendukung lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak
lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 14 hari
paling lama 7 hari

5. Pemeriksa pajak

 Pemeriksa Pajak wajib untuk:


a. menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib Pajak
b. membuat Laporan Pemeriksaan Pajak
c. memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak secara tertulis
d. memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan terkait
pemeriksaan yang dilakukan
 Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang
diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka pemeriksaan.

3
3. Norma Pemeriksaan Pemeriksa Pajak dalam Rangka 4. Norma Pemeriksaan Berkaitan dengan Wajib Pajak
Pemeriksaan Kantor  Wajib Pajak berhak untuk :
a. meminta kepada pemeriksa pajak untuk memperlihatkan
a. Pemeriksa pajak memakai surat penggilan yang
surat perintah pemeriksaan dan tanda pengenal pemeriksa
ditandatangani oleh kepala kantor yang bersangkutan
dalam hal pemeriksaan lapangan,
dalam memanggil Wajib Pajak untuk datang ke kantor
b. meminta kepada pemeriksa pajak untuk memberikan
Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk dalam rangka
penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan,
pemeriksaan.
c. meminta kepada pemeriksa pajak rincian yang berkenaan
b. Pemeriksa wajib pajak menjelaskan maksud dan tujuan
dengan hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan
pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa.
dengan surat pemberitahuan.
c. Pemeriksaan dilaksanakan pada saat jam kerja.
 Wajib Pajak wajib untuk :
d. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Kertas Kerja
a. memenuhi panggilan untuk menghadiri pemeriksaan
Pemeriksaan.
sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam hal
e. Laporan Pemeriksaan Pajak disusun berdasarkan Kertas
pemeriksaan kantor,
Kerja Pemeriksaan.
b. memenuhi permintaan peminjaman buku, catatan, atau
f. Hasil pemeriksaan Lapangan seluruhnya disetujui Wajib
dokumen yang diperlukan untuk kelancaran pemeriksaan,
Pajak atau kuasanya, dibuatkan surat perrnyataan tentang
c. menandatangani surat pernyataan persetujuan jika seluruh
persetujuan tersebut dan ditandatangani oleh Wajib Pajak
hasil pemeriksaan disetujuinya,
yang bersangkutan atau kuasanya.
d. menandatangani Berita Acara Hasil Pemeriksaan jika
g. Terhadap temuan sebagai hasil pemeriksaan lengkap yang
hasil pemeriksaan tersebut tidak atau tidak seluruhnya
tidak atau tidak seluruhnya disetujui oleh Wajib pajak
disetujui,
dilakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan
e. melaksakan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 29
dibuatkan Berita Acara hasil Pemeriksaan.
UU No. 6 Tahun 1983 tentang KUP sebagaimana telah
h. Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak diterbitkan surat
diubah dengan UU No. 16 Tahun 2000
ketetapan pajak dan surat tagihan pajak, kecuali
pemeriksaan dilanjutkan dengan tindakan penyidikan.

C. Pelaksanaan Pemeriksaan

Dalam pelaksaan pemeriksaan lapangan, sering kali Wajib Pajak atau kuasanya tidak berada
di tempat. Namun demikian, pemeriksaan tetap dapat dilaksanakan sepanjang ada pihak yang dapat

4
dan memiliki kewenangan untuk bertindak selaku yang mewakili wajib pajak. Ketika pemeriksaan
akan dilakukan, namun ternyata Wajib Pajak atau kuasanya tidak juga ada di tempat, maka
pemeriksaan tetap dilaksanakan dengan alur sebagai berikut.

1. Meminta pegawai Wajib Pajak yang bersangkutan untuk mewakili Wajib Pajak guna
membantu kelancaran pemeriksaan.
2. Jika pegawai Wajib Pajak menolak, maka pegawai tersebut harus menandatangani Surat
Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan.
3. Kemudian, pemeriksa membuat Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran
Pemeriksaan yang ditandatangani oleh pemeriksa.

Wajib Pajak atau kuasanya yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal
29 Ayat (3) KUP (kewajiban memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan) harus
menandatangani Surat Pernyataan Penolakan Pemeriksaan. Jika Wajib Pajak atau kuasanya menolak,
maka pemeriksa akan membuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan yang ditandatangani oleh
pemeriksa.

Setelah pemeriksa melakukan pemeriksaan, pemeriksa menyampaikan secara tertulis kepada


Wajib Pajak tentang hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib Pajak. Wajib Pajak menyampaikan
tanggapan secara tertulis, lalu pemeriksa mengundang Wajib Pajak untuk menghadiri Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan. Proses penyelesaian mulai dari pemberitahuan hasil pemeriksaan sampai
dengan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dilakukan dalam waktu paling lama 3 minggu. Terkait
proses pemeriksaan kantor, Keputusan Menteri Keuangan tidak menjelaskannya secara rinci.
Keputusan tersebut menyebutkan bahwa hasil pemeriksaan kantor disampaikan kepada Wajib Pajak.
Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa dalam pemeriksaan kantor tidak memerlukan adanya
proses tanggapan dari Wajib Pajak serta Proses Pembahasan Akhir Pemeriksaan.

7.3 Pengertian Tindak Pidana Pajak

Dalam konteks hukum pajak, pengertian tindak pidana pajak mempunyai arti suatu peristiwa
atau tindakan melanggar hukum atau undang-undang pajak yang dilakukan oleh seseorang yang
tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan oleh undang-undang pajak telah dinyatakan
sebagai suatu perbuatan pidana yang dapat dihukum. Apabila ketentuan yang dilanggar berhubungan
dengan undang-undang perpajakan, dapat disebut dengan tindak pidana pajak dan pelakunya dapat
dikenakan hukuman pidana.

Dalam undang-undang perpajakan, diatur adanya 2 macam sanksi yang dapat diterapkan
kepada wajib pajak apabila wajib pajak melanggar undang-undang perpajakan yaitu sanksi
administrasi dan sanksi pidana. Pemberian sanksi pidana, merupakan senjata terakhir yang akan

5
diterapkan apabila sanksi administrasi dirasa belum cukup untuk mencapai tujuan penegakan hukum
dan rasa keadilan dalam masyarakat.

Pada prinsipnya dapat dikualifikasikan dalam dua jenis tindak pidana, yaitu tindak pidana
pelanggaran dan tindak pidana kejahatan Dalam ajaran hukum pidana, pelanggaran sering disebut
sebagai kejahatan yang ringan. Dalam Pasal 38 UU KUP hukuman untuk tindak pidana pelanggaran
perpajakan adalah pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling tinggi 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar Bahkan, dalam penjelasan Pasal 38
disebutkan bahwa pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak,
sepanjang menyangkut tindakan administrasi perpajakan dikenakan sanksi administrasi.

Selanjutnya untuk tindak pidana yang dikualifikasikan sebagai tindak pidana kejahatan,
ancaman pidananya lebih berat dari tindak pidana pelanggaran, yaitu pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 6 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kah jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar Bahkan, apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana perpajakan
sebelum lewat 1 (satu) tahun sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang
dijatuhkan, ancaman pidananya ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana tersebut.

Sekarang bagaimana hukum pidana menjelaskan soal kesengajaan ini? Dalam hukum pidana,
dikenal dua teori dari pengertian kesengajaan (dolus atau opzet), yaitu teori kehendak dan teori
membayangkan Menurut teori kehendak, kesengajaan adalah kehendak membuat suatu tindakan dan
kehendak menimbulkan suatu akibat dari tindakan itu.Sementara itu, teori membayangkan
menjelaskan bahwa manusia tidak mungkin dapat menghendaki suatu akibat, manusia hanya dapat
mengingini, mengharapkan atau membayangkan kemungkinan adanya suatu akibat.

Tindak pidana perpajakan selain bisa dilakukan oleh pelakunya langsung (dader), juga bisa
dilakukan oleh pihak lain yang tidak secara langsung melakukan tindak pidana. Mereka yang terlibat
bisa digolongkan dalam empat golongan Golongan pertama adalah mereka yang menyuruh
melakukan (doenpleger), kedus, yang turut serta melakukan (mededader), ketiga, mereka yang
menganjurkan (titlekker), dan keempat, mereka yang membantu melakukan (medeplichtigheid) tindak
pidana di bidang perpajakan Terhadap mereka-mereka juga ditegaskan dalam Pasal 43 UU KUP bisa
dikenakan sanksi pidana sesuai Pasal 39, dan Pasal 39A UU KUP.

7.4 Penuntutan Tindak Pidana Pajak

Tindak Pidana di Bidang Perpajakan atau Tindak Pidana Perpajakan adalah informasi yang
tidak benar mengenai laporan yang terkait dengan pemungutan pajak dengan menyampaikan surat
pemberitahuan (SPT), tetapi yang isinya tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan

6
yang tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian negara dan kejahatan lain yang diatur dalam
undang-undang perpajakan.

 Prosedur Pengungkapan
1. Pemeriksaan Pajak

Untuk mengetahui telah terjadinya suatu tindak pidana perpajakan, perlu dilakukan
pemeriksaan pajak, yaitu untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data atau keterangan lainnya
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan pajak dilakukan
oleh PNS di lingkungan Ditjen Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak yang diberi
tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan di bidang perpajakan.
Tujuan pemeriksaan adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam
rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada wajib pajak.

2. Pemeriksaan Bukti Permulaan

Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau
benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu
tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara. Pemeriksaan bukti permulaan dapat dilaksanakan berdasarkan
hasil analisis data, informasi, laporan, pengaduan, laporan kegiatan intelijen, pengembangan
pemeriksaan bukti permulaan, atau pengembangan penyidikan, yang dapat dilaksanakan baik
untuk seluruh jenis pajak maupun satu jenis pajak.

3. Penyidikan Pajak

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
penyidik pajak untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya. Penyidikan pajak
hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Ditjen Pajak
yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik pajak. Penyidikan pajak dilaksanakan
berdasarkan surat perintah penyidikan yang ditandatangani oleh Dirjen Pajak atau Kepala Kanwil
Ditjen Pajak. Tetapi jika diperlukan,polisi dapat mendampingi atau membantu penyidik pajak,
terutama dalam masalah pemberkasan.

 Sanksi

7
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan Wajib Pajak (WP), sepanjang
menyangkut pelanggaran ketentuan administrasi perpajakan dikenakan sanksi administrasi,
sedangkan yang menyangkut tindak pidana perpajakan dikenakan sanksi pidana.

1. Setiap orang yang karena kealpaannya:


- tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); atau
- menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara.
2. Setiap orang yang dengan sengaja:
- Tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan tanpa hak Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP); atau
- Tidak menyampaikan SPT; atau
- Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; atau
- Menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau
- Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar; atau
- Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak
meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya; atau
- Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara

Dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan denda paling tinggi empat kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Sanksi tindak pidana di bidang perpajakan
tersebut menjadi pidana penjara paling singkat enam bulan atau paling lama enam tahun dan denda
paling sedikit dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak empat
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

3. Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat satu
tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan, dikenakan pidana
dua kali lipat dari ancaman pidana yang diatur sebagaimana butir 3.

4. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan
atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP, atau menyampaikan SPT atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap dalam rangka mengajukan permohonan
restitusi atau melakukan kompensasi pajak, dipidana dengan pidana penjara paling lama dua
tahun dan denda paling tinggi empat kali jumlah restitusi yang dimohon dan atau kompensasi
yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

8
KESIMPULAN

Menurut UU No. 16 Tahun 2000 (UU KUP), yang dimaksud dengan pemeriksaan adalah
serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Landasan atau dasar hukum
pemeriksaan pajak diatur dalam ketentuan Pasal 29 sampai Pasal 31 UU KUP.

Ruang lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan ini
meliputi Pemeriksaan Satu Jenis Pajak (single tax) dan Pemeriksaan Seluruh Jenis Pajak (all
taxes). Pedoman pemeriksaan pajak meliputi 3 hal, yaitu Pedoman Umum Pemeriksaan Pajak,
Pedoman Pelaksanaan, dan Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak. Norma pemeriksaan dapat
terbagi dalam 5 jenis, yaitu Norma Pemeriksaan Pemeriksa Pajak dalam Rangka Pemeriksaan
Lapangan, Norma Pemeriksaan Pemeriksa Pajak dalam Rangka Pemeriksaan Kantor, Norma
Pemeriksaan Pemeriksa Pajak dalam Rangka Pemeriksaan Kantor, Norma Pemeriksaan Berkaitan
dengan Wajib Pajak, dan Pemeriksa Pajak. Ketika pemeriksaan akan dilakukan, namun ternyata
Wajib Pajak atau kuasanya tidak juga ada di tempat, maka pemeriksaan tetap dilaksanakan
dengan alur sebagai berikut.

1. Meminta pegawai Wajib Pajak yang bersangkutan untuk mewakili Wajib Pajak guna
membantu kelancaran pemeriksaan.
2. Jika pegawai Wajib Pajak menolak, maka pegawai tersebut harus menandatangani Surat
Pernyataan Penolakan Membantu Kelancaran Pemeriksaan.
3. Kemudian, pemeriksa membuat Berita Acara Penolakan Membantu Kelancaran
Pemeriksaan yang ditandatangani oleh pemeriksa.

Setelah pemeriksa melakukan pemeriksaan, pemeriksa menyampaikan secara tertulis kepada


Wajib Pajak tentang hasil pemeriksaan untuk ditanggapi Wajib Pajak. Wajib Pajak
menyampaikan tanggapan secara tertulis, lalu pemeriksa mengundang Wajib Pajak untuk
menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Proses penyelesaian mulai dari pemberitahuan
hasil pemeriksaan sampai dengan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dilakukan dalam waktu
paling lama 3 minggu.

Dalam konteks hukum pajak, pengertian tindak pidana pajak mempunyai arti suatu peristiwa
atau tindakan melanggar hukum atau undang-undang pajak yang dilakukan oleh seseorang yang

9
tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan oleh undang-undang pajak telah
dinyatakan sebagai suatu perbuatan pidana yang dapat dihukum.

Dalam penuntutan tindak pidana perpajakan, itu terdapat 2 tahap yang dapat dilakukan yaitu
prosedur pengungkapan dan penetapan sanksi. Dalam prosedur pengungkapan dapat dilakukan
dengan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan penyidikan pajak. Sedangkan,
dalam penetapan sanksi dapat diartikan sebagai pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang
dilakukan Wajib Pajak (WP), sepanjang menyangkut pelanggaran ketentuan administrasi
perpajakan dikenakan sanksi administrasi, sedangkan yang menyangkut tindak pidana perpajakan
dikenakan sanksi pidana.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton. 2013. Hukum Pajak: Teori, Analisis, dan
Perkembangannya Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat

Ortax.org. 2021 .Kenali Ruang Lingkup, Jenis, dan Kriteria Pemeriksaan Pengujian
Kepatuhan Pajak. Diakses pada tanggal 19 maret 2022 melalui https://ortax.org/kenali-ruang-
lingkup-jenis-dan-kriteria-pemeriksaan-pengujian-kepatuhan-pajak

Dpr.go.id. UU No 28 Tahun 2007. Diakses pada tanggal 20 Maret 2022 melalui


https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2007_28.pdf

11
LAMPIRAN

Keputusan Menteri Keuangan No 545/KMK.04/2000

Pasal 38, Pasal 39A, Pasal 41A, Pasal 43A

https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2007_28.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai