Sebelum kualitas itu dapat diukur, perlu dipahami mengenai pengertian atau
definisi dari kualitas. Kualitas adalah derajat atau tingkat kesempurnaan. Oleh karena
itu, kualitas adalah ukuran relative kesempurnaan (a relative measure of goodness).
Dalam hal ini kualitas suatu produk dapat diartikan sebagai suatu produk yang sesuai
dengan harapan pelanggan. Pada umumnya dikenal ada dua tipe kualitas, yaitu
kualitas rancangan (quality of design) dan kualitas kesesuaian (quality of
conformance), yang dibahas sebagai berikut:
Dari dua tipe kualitas diatas, kualitas kesesuaian yang seharusnya lebih
diutamakan. Karena produk yang tidak memenuhi kualitas kesesuaianlah yang sering
kali menimbulkan masalah bagi perusahaan. Sehingga dalam bab ini, ketika
membicarakan masalah kualitas, hal ini berarti membahas mengenai kualitas
kesesuaian.
1. Biaya kualitas (cocts of quality) adalah biaya yang terjadi karena kualitas
produk yang dihasilkan rendah. Dengan demikian biaya kualitas berhubungan
dengan kreasi, identifikasi, reparasi, dan pencegahan terjadinya produk yang
tidak sempurna (cacat). Biaya kualitas dapat diklafikasikan ke dalam 4
klasifikai yaitu biaya pencengahan (prevention cots), biaya penilaian
(appraisal cots), biaya kegagalan internal (internal failure cots), dan biaya
kegagalan ekternal (external failure cots).
2. Biaya pencegahan (prevention cots) adalah biaya yang terjadi untuk
mencegah terjadinya cacat pada produk atau jasa yang dihasilkan. Jika biaya
pencengahan naik, diharapkan cots of failure turun. Dengan demikian, biaya
pencengahan dikeluarkan untuk menurunkan jumlah produk yang tidak
memenuhi syarat (nonconforming units).
3. Biaya penilaian (appraisal cots) adalah biaya yang terjadi untuk menentukan
apakah produk atau jasa memenuhi syarat (standar) yang telah ditetapkan.
Ada dua jenis standar yang ditetapkan dalam biaya penilaian ini, yaitu:
a. Product acceptance mencakup pengambilan sampel (sampling) dari
sekelompok produk jadi untuk menentukan apakah sampel tersebut telah
memenuhi standar kualitas tertentu. Jika ya, maka barang tersebut
diterima.
b. Process acceptance mencakup penentuan sampel barang ketika barang
tersebut masih dalam proses, untuk melihat apakah proses pembuatan
barang diawasi dan dapat menghasilkan barang yang tidak cacat
(sempurna). Jika tidak, maka seluruh proses produksi dihentikan, sampai
dengan dilakukannya tindakan koreksi.
Tujuan utama fungsi appraisal adalah untuk mencengah terjadinya
pengiriman produk yang tidak sempurna ke pelanggan.
4. Biaya kegagalan internal (internal failure cots) adalah biaya yang terjadi
karena dideteksinya produk atau jasa yang tidak sempurna sebelum produk
tersebut dikirimkan kepada pihak eksternal. Biaya ini timbul sebagai akibat
gagalnya deteksi yang dilakukan oleh aktivitas appraisal.
5. Biaya kegagalan eksternal (external failure cots) adalah biaya yang terjadi
karena produk atau jasa yang dihasilkan gagal memenuhi standar setelah
produk tersebut sampai ke tangan pembeli.
Tabel berikut ini menyajikan ringkasan dari berbagai jenis biaya kualitas dan
beberapa contohnya:
Sistem pelaporan biaya kualitas adalah esensial jika sebuah organisasi serius
dalam memperbaiki dan mengendalikan biaya kualitas. Tahap pertama dan paling
sederhana dalam pembuatan laporan ini adalah hanya mencatumkan biaya kualitas
yang terjadi untuk tahun berjalan. Jika informasi pada laporan tersebut dapat
diklasifikasikan ke dalam empat klasifikasi biaya kualitas, maka informasi tersebut
akan memberikan dua manfaat. Pertama, laporan tersebut memudahkan manajer
mengukur financial impact-nya. Kedua, laporan tersebut memungkinkan manajer
mengakses manfaat relative setiap katergori.
Signifikansi keuangan dari suatu biaya kualitas dapat lebih mudah diketahui dengan
menyajikan biaya-biaya ini sebagai persentase dari penjualan seusungguhnya (actual
sales). Di bawah ini adalah contih laporan biaya kualitas.
PT Merapi
(dalam ribuan)
Biaya penilaian
-Inepeksi bahan baku Rp. 20.000
-Penerimaan produk 10.000
-Penerimaan proses 38.000 68.000 2,43%
Pada contoh laporan biaya kualitas di atas, tampak bahwa besarnya biaya
kualitas hamper 12% dari penjualan. Dengan rule of thumb total biaya kualitas yang
tidak melebihi 2,5% dari penujalan, PT Merapi masih mempunyai banyak
kesempatan untuk menaikkan tingkat labanya dengan cara menurunkan biaya kualitas
tersebut. Namun demikian, perlu untuk diperhatikan bahwa penurunan biaya tersebut
harus melalui peningkatan kualitas. Penurunan biaya kualitas tanpa disertai
peningkatan kualitas dapat menjadi strategi yang berbahaya bagi perusahaan.
Pendapat umum menyatakan bahwa biaya optimal tercapai pada titik potong
antara failure cots (internal dan eksternal) dan control cots (prevention dan
appraisal). Jika control cots naik, maka failure cots harus turun. Sepanjang
penurunan failure cots lebih besar dibandingkan kenaikan control cots, perusahaan
sebaiknya melanjutkan upaya pencegahan atau pendeteksian nonconforming units.
Pada akhirnya, suatu titik tercapai pada saat setiap tambahan kenaikan upaya
pencegahan nonconforming units tersebut menyerap biaya yang lebih besar
disbandingkan dengan penurunan failure cots-nya. Tanpa perubahan teknologi, titik
ini menggambarkan tingkat minimum total biaya kualitas. Titik tersebut adalah titik
optimal antara control cots dan failure cots. Hubungan antara control cots dan failure
cots digambarkan dalam gambar berikut.
Pada gambar tersebut terlihat kedua fungsi biaya kualitas yaitu control cots
dan failure cots. Dalam gambar tersebut diasumsikan bahwa persentase produk cacat
(defective units) meningkat dengan menurunnya jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan prevention dan appraisal. Sebaliknya, failure cots meningkat dengan
meninggkatnya produk cacat. Dari fungsi total biaya kualitas tersebut, terlihat bahwa
total biaya kualitas turun seiring dengan meningkatnya kulitas sampai pada suatu titik
tertentu. Persentase defect optimal terjadi pada titik potong antara failure cots dan
control cots. Level ini disebut dengan acceptable quality level (AQL).
Zero-Defect
Pada rapat pimpinan, Tuan Kartika menyampaikan strategi yang mungkin bias
dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan harus mengadopsi pengendalian kualitas total
dan berusaha untuk menurunkan biaya produksi melalui penurunan biaya kualitas.
Jika biaya kualitas dapat diturunkan sehingga harga jual dapat turun sebesar 15%
maka Tuan Kartika yakin dapat meningkatkan pangsa pasar dan kemampulabaan low-
priced produk. Strategi ini dapat diaplikasikan untuk semua lini produk, tetapi untuk
saat ini strategi tersebut hanya difokuskan pada low-priced produk karena lini produk
tersebutlah yang terancam. Tuan Kartika kemudian memintan Tuan Joko-controller
perusahaan untuk menyiapkan data mengenai kualitas biaya produk low-priced. Data
yang diperoleh meliputi data laporan pendapatn tahun terakhir dan perkiraan biaya
kualitas untuk lini produk tersebut seperti tampak dalam laporan berikut.
Tuan Andri, manajer pemasaran, dan Tuan Bambang, design engineer, sedang
tidak berbahagia. Mereka yakin bahwa proposal produk baru mereka akan disetujui.
Pada kenyataanya proposal mereka ditolak dan mereka menerima laporan berikut dari
controller perusahaan.
Pelaporan biaya kualitas saja tidak cukup untuk menjamin bahwa biaya
tersebut dikendalikan. Pengendalian yang baik memerlukan standard dan sebuah
pengukuran terhadap realisasi, sehingga kinerja dapat ditaksir dan tindakan koreksi
dapat dilakukan jika diperlukan. Laporan kinerja biaya kualitas mempunyai dua
bagian yang esensial, yaitu: realisasi dan standar. Jika ada penyimpangan realisasi
terhadap standar, maka penyimpangan ini akan digunakan untuk mengevaluasi
kinerja manajerial dan memberikan sinyal tentang adanya masalah. Laporan kinerja
juga memberikan umpan balik sehingga manajer dapat menilai perilakunya dan
sebagai dasar untuk melakukan tindakan koreksi jika diperlukan.
Laporan kinerja kualitas harus mengukur kemajuan yang telah direalisasi oleh
program perbaikan kualitas organisasi. Ada empat jenis kemajuan yang dapat diukur
dan dilporkan, yaitu: