Anda di halaman 1dari 43

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN

Quality cost, and productivity: measurement,


reporting and control

Dosen :
Dr.Baihaqi, SE.,M.Si.,Ak., CA.

Oleh:
SARI APRIANI PANJAITAN
C2C019010

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BENGKULU
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat waktu.
Makalah ini disusun secara pribadi untuk memenuhi salah satu tugas dari
mata kuliah Akuntansi Manajemen Lanjutan. Makalah ini diharapkan dapat
mempertajam wawasan serta kajian mengenai Akuntansi Manajemen Lanjutan
secara khusus mengenai biaya kualitas, dan produktivitas: pengukuran, pelaporan,
dan kontrol.
Ahirnya, penulis selaku penyusun makalah berharap agar makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Tiada gading yang tak retak,
penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan di
dalamnya, meskipun telah diusahakan semaksimal mungkin. Untuk itu, seluruh
saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini sangat
diharapkan.

Bengkulu, 11 April 2020

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini menuntut setiap
perusahaanuntuk dapat ikut serta dalam persaingan.Salah satu usaha yang
dilakukanperusahaan agar dapat bersaing adalah meningkatkan kualitas hasil
produksinya.Dengan hasil produksi yang berkualitas, maka diharapkan para
pelanggan/konsumenakan tertarik dan membeli hasil produksi yang ditawarkan oleh
perusahaan.
Untuk mencapai produk yang berkualitas, perusahaan harus selalu
melakukanpengawasan dan peningkatan terhadap kualitas produknya, sehingga akan
diperoleh hasil akhir yang optimal. Kualitas yang meningkat akan mengurangi terjadinya
produkrusak sehingga mengakibatkan biaya- biaya yang terus menurun dan pada
akhirnyameningkatkan laba. Biaya yang dikeluarkan dalam kaitannya dengan
usahapeningkatan kualitas produk disebut biaya kualitas.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dan jenis-jenis biaya kualitas?
2. Bagaimana menyusun laporan biaya kualitas dan membedakan antara pandangan
konvensional tentang tingkat kualitas yang dapat diterima dan pandangan yang
didasarkan pada pengendalian kualitas?
3. Mengapa informasi biaya kualitas dibutuhkan dan bagaimana informasi tersebut
digunakan?
4. Bagaimana menghitung dampak perubahan produktivitas atas laba?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembahasan materi Biaya Kualitas dan Produktivitas: Pengukuran, Pelaporan dan
Pengendalian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan jenis-jenis biaya kualitas.
2. Menyusun laporan biaya kualitas dan membedakan antara pandangan konvensional

1
tentang tingkat kualitas yang dapat diterima dan pandangan yang didasarkan pada
pengendalian kualitas.
3. Menjelaskan mengapa informasi biaya kualitas dibutuhkan dan menunjukkan
bagaimana informasi tersebut digunakan.
4. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan produktivitas dan menghitung dampak
perubahan produktivitas atas laba.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengukuran Biaya Kualitas
1. Definisi Kualitas
Kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan. Mendefinisikan kualitas sebagai
kebaikan merupakan makna sangat umum yang tidak memiliki makna operasional.
Secara operasional, produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan. Dengan kata lain, kualitas adalah kepuasan pelanggan.
Produk atau jasa yang berkualitas memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
dalam 8 dimensi:
a. Kinerja (performance), mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi
sebuah produk. Dimensi kinerja untuk jasa dapat di definisikan lebih jauh sebagai
atribut daya tanggap, kepastian dan empati.
b. Estetika (aesthetics), berhubungan dengan penampilan wujud produk serta
penampilan fasilitas, peralatan, pegawai, dan materi komunikasi yang berkaitan
dengan jasa.
c. Kemudahan Perawatan dan Perbaikan (serviceability), berkaitan dengan tingkat
kemudahan merawat dan memperbaiki produk.
d. Fitur (features), karakteristik produk yang berbeda dari produk-produk sejenis
yang fungsinya sama.
e. Keandalan (reliability), probabilitas produk dan jasa menjalankan fungsi seperti
yang dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu.
f. Tahan Lama (durability), jangka waktu produk dapat berfungsi.
g. Kualitas Kesesuaian (quality of conformance), ukuran mengenai apakah sebuah
produk telah memenuhi spesifikasinya atau tidak.
h. Kecocokan Penggunaan (fitness for use), kecocokan dari sebuah produk
menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang diiklankan. Jika sebuah produk
mengandung cacat desain yang parah, maka produk tersebut dianggap gagal
meskipun tingkat kesesuaiannya sesuai dengan spesifikasinya.
Perbaikan kualitas berarti perbaikan pada satu atau lebih dari dimensi tersebut di
atas sambil tetap mempertahankan kinerja dimensi lainnya. Meskipun kedelapan
dimensi tersebut penting dan mampu mempengaruhi kepuasan pelanggan, tetapi
atribut kualitas yang dapat diukur cenderung lebih mendapat perhatian. Terutama

3
tingkat kesesuaian merupakan dimensi yang mendapat perhatian paling besar.
Kesesuaian adalah dasar mendefinisikan apa yang disebut produk yang tidak sesuai
(nonconformance) atau produk cacat (defective).
2. Definisi Biaya Kualitas
Biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat
produk yang kualitasnya buruk. Biaya kualitas dibagi menjadi 4 kategori antara lain:
a. Biaya Pencegahan (prevention costs), terjadi untuk mencegah kualitas yang buruk
pada produk atau jasa yang dihasilkan. Contohnya, biaya rekayasa kualitas,
program pelatiha kualitas, perencanaan kualitas, pelaporan kualitas, dan
sebaginya.
b. Biaya Penilaian (appraisal costs), terjadi untuk menentukan apakah produk dan
jasa telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan.contoh biaya ini
adalah pemeriksaan kemasan, pengawasan kegiatan penilaian, penerimaan
produk, penerimaan proses, dam peralatan pengukuran.
c. Biaya Kegagalan Internal ,terjadi karena produk atau jasa yang dihasilkan tidak
sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini di
deteksi sebelum dikirim ke pihak luar. Contoh biaya ini adalah sisa bahan,
pengerjaan ulang, penghentian mesin, pemeriksaan ulang, pengujian ulang dan
sebagianya.
d. Biaya Kegagalan Eksternal, terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan
gagal memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan setelah
produk disampaikan kepada pelanggan. Dari semua biaya kualitas, kategori ini
dapat menjadi yang paling merugikan. Contohnya biaya penarikan produk dari
pasar sehingga perusahaan dapat mengalami kerugian hingga ratusan juta dolar.

3. Mengukur Biaya Kualitas


Biaya kualitas bisa juga diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati dan
tersembunyi.Biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality cost) adalah biaya
– biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari catatan akuuntansi perusahaan. Biaya
kualitas yang tersembunyi ( hidden cost) adalah biaya kesempatanatau oportunitis
yang tersedia karena kalitas yang buruk (biaya oportunitas biasanya tidak disediakan
dalam catatan akuntansi). Biaya – biaya kualitas yang tersembunyi bisa sangat
signifikan sehingga seharusnya di estimasi. Meskipun mengestimasi biaya kualitas
yang tersembnyi sangat sulit akan tetap dapat dihitung dengan beberapa metode :

4
metode pengal (multiplier method), metode penelitian pasar (market research method)

Metode Pengali (multiplier method)


Metode ini mengasumsikan total biaya kegagalan adalah hasil pengalian dari biaya-
biaya kegagalan yang terukur.
Total Biaya Kegagalan = k (Biaya kegagalan eksternal yang terukur)

Dimana k adalah efek pengali. Nilai k diperoleh berdasarkan pengalaman.Sebagai


contoh, Westinghouse electric melaporkan nilai k antara 3 dan 4. Dengan demikian,
jika biaya kegagalan eksternal yang terukur adalah $2 juta dolar, maka biaya
kegagalan eksternal actual adalah $6 juta sampai $8 juta. Dengan meningkatnya biaya
kegagalan, manajemen diharapkan akan meningkatkan investasinya dalam biaya
pengendalian
Metode Penelitian Pasar
Metode ini digunakan untuk menilai dampak kualitas yang buruk terhadap penjualan
dan pangsa pasar. Servey pelanggan dan wawancara dengan anggota tim penjualan
perusahaan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap besarnya biay
tersembunyi perusahaan.hasil penelitian pasar dapat digunakan untuk memproyeksi
hilangnya laba di masa depan akibat kualitas yang buruk.
Fungsi Kerugian Kualitas Taguchi
Fungsi kerugian Taguchi mengasumsikan setiap penyimpangan dari nilai target suatu
karakteristik kualitas dapat menimbulkan biaya kualitas yang tersembunyi. Fungsi
kerugian Taguchi dapat dijelaskan dalam persamaan berikut:
L(y) = k(y-T)²

dimana:

k = konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur biaya


kegagalan eksternal perusahaan
y = nilai katual dari karakteristik kualitas T = nilai target dari karakteristik kualitas L
= kerugian kualitas
Gambar 1.memperlihatkan biaya kualitas adalah nol pada nilai target dan meningkat
secara simetris dengan tingkat yang semakin bertambah ketika nilai aktual
menyimpang dari nilai target. Misalkan k = $400 dan diameter T = 10 inci. Tampilan

5
15-2 mengilustrasikan perhitungan rugi kualitas untuk empat unit.Perhatikan bahwa
biaya meningkat empat kali lipat ketika terjadi deviasi dua kali lipat (dari 2 unit ke 3
unit).Perhatikan juga deviasi kuadrat rata – rata dan kerugian rata – rata dapat
dihitung. Nilai rata – rata tersebut dapat digunakan untk menghitung total biaya
kualitas tersembunyi yang diharapkan dari suatu produk. Apabila total unit yang
dihasilkan adalah 2.000 dan deviasi kuadrat rata – rata adalah 0,025, maka biaya per
unit yang diharapkan adalah
$10 (0,025 x $400) dan total kerugian yang diperkirakan untuk 2.000 unit adalah ($10
x 2.000).

Gambar 1. Fungsi Kerugian Kualitas Taguci


Untuk menggunakan fungsi kerugian Taguchi, nilai k harus diestimasi.Nilai k
dihitung dengan membagi estimasi biaya pada salah satu batas spesifikasi tertentu
dengan deviasi kuadrat dari batas nilai target.
k = c / d2

dimana:
c = kerugian pada batas spesifikasi atas atau bawah
d = jarak batas dari nilai target Hal ini berarti kita masih harus mengestimasi kerugian
akibat deviasi dari nilai target.
Salah satu dari dua metode pertama, metode pengali atau metode penelitian pasar,

6
dapat digunakan untuk membantu estimasi ini (penilaian pada satu titik waktu
diperlukan). Jika k diketahui, maka biaya kualitas tersembunyi bisa diestimasi untuk
setiap tingkat penyimpangan dari nilai target.

B. Pelaporan Informasi Biaya Kualitas


Sebuah sistem pelaporan biaya kualitas memiliki arti penting bagi perusahaan yang
menaruh perhatian serius terhadap perbaikan dan pengendalian biaya kualitas.Langkah
perhatian serius dan paling sederhana dalam menciptakan system semacam itu adalah
menilai biaya kualitas actual saat ini. Pencatatan biaya kualitas actual secara terperinci
berdasarkan kategorinya dapat memberikan dua masukan pandangan penting. Pertama,
catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya kualitas dalam setiap kategori yang
memugkinkan para manajer menilai dampak keuangannya.Kedua, catatan tersebut
menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori yang memungkinkan para
manajer menilai kepentingan relative dari setiap kategori.

1. Laporan Biaya Kualitas


Pentingnya biaya kualitass terhadap segi keuangan perusahaan dapat dinilai lebih
mudah dengan menampilkan biaya- biaya kualitas sebagai persentase dari penjualan
actual.Sebagai contoh pada tampilan 15-3, Ladd Lighting Corporation yang mencakup
hampir 15 persen dari penjualan untuk tahun fiskal 2008. Mengacu pada prinsip yang
berlaku umum, biaya kualitas sebaiknya kurang dari 2,5%,sehingga Ladd Lighting
Corporation mempunyai kesempatan untuk meningkatkan laba dengan mengurangi
biaya kualitas. Akan tetapi pengurangan biaya ini seharusnya melalui perbaikan
kualitas. Pengurangan biaya kualitas tanpa upaya peningkatan kualitas merupakan
strategi yang dapat mengakibatkan bencana.
Pandangan tambahan mengenai distribusi relative biaya kualitass dapat diperoleh
dengan membuat bagan lingkaran.Gambar
2 mengilustrasikan bagan tersebut dengan menggunakan biaya kualitas yang
dilaporkan pada Gambar 3.Ada dua pandangan mengenai biaya kualitas optimal, yaitu
pandangan tradisional yang mengacu pada pencapaian tingkat kualitas yang dapat
diterima dan pandangan kontemporer yang dikenal sebagai pengendalian kualitas
total.Setiap pandangan menawarkan kepada para manajer masukan pandangan tentang
bagaimana biaya kualitas sebaiknya dikelola.
Ladd Lighting Corporation

7
Laporan Biaya Kualitas Untuk Tahun yang Berakhir 31 Maret 2008

Biaya Kualitas Persentase( %) dari


penjualan
Biaya pencegahan : $350.000
Pelatihan Kualitas 800.000 $1.150.000 5,18%
Rekayasa keandalan
Biaya penilaian :
Pemeriksaan bahan $200.000
baku
Penerimaan produk 100.000
Penerimaan proses 380.000 680.000 3,06
Biaya kegagalan
internal :
Sisa bahan $500.000
Pengerjaan ulang 350.000 850.000 3,82
Biaya kegagalan
eksternal :
Keluhan pelanggan $250.000
Garansi 250.000
Perbaikan 150.000 650.000
Total Biaya Kualitas $3.330.000 14.99%
Penjualan actual $22.200.000
$3.333.000/$22.200.000=15%

2. Fungsi Biaya Kualitas: Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima

8
Pandangan
kualitas dapat diterima
mengamsumsikan
terdapat perbandingan
terbalik antara biaya
pengendalian dan
biaya kegagalan.
Ketika biaya
pengendalian
meningkat, biaya
kegagalan seharusnya
menurun. Selama penurunan biaya kegagalan lebih besar daripada kenaikan biaya
pengendalian, perusahaan harus terus meningkatkan usahanya untuk mencegah atau
mendeteksi unit-unit yang tidak sesuai. Pada akhirnya, akan dicapai suatu titik dimana
kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut menimbulkan biayayang lebih besar
daripada penurunan biaya kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari total
biaya kualitas. Hal ini merupakan perbandingan optimal antara biaya pengendalian
dan biaya kegagalan, serta mendefinisikan apa yang dikenal sebagai tingkat kualitas
yang dapat diterima (acceptable quality level – AQL).

3. Fungsi Biaya Kualitas: Pandangan Cacat-Nol

Sudut pandang AQL didasarkan pada definisi produk cacat tradisional. Dalam
pengertian klasik, sebuah produk dikatakan cacat apabila kualitasnya berada di luar
batas toleransi suatu karakteristik kualitas. Menurut pandangan ini, biaya kegagalan
timbuh hanya jika produk tidak sesuai dengan spesifikasi dan terdapat perbandingan
terbalik optimal antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian. Pandangan AQL
mendukung diproduksinya sejumlah barang cacat tertentu. Model ini digunakan
dalam dunia pengendalian kualitas hingga akhir 1970-an ketika model AQL ditantang
oleh model cacat nol (zero-defects model). Intinya, model cacat nol menyatakan
keunggulan biaya akan diperoleh dengan mengurangi unit cacat hingga nol. Pada
pertengahan 1980-an, model cacat nol lebih disempurnakan dengan model kualitas
kokoh (robust quality model). Menurut pandangan kokoh ini, kerugian terjadi karena
diproduksinya produk yang menyimpang dari nilai target; semakin jauh

9
penyimpangannya, semakin besar pula nilai kerugiannya. Selain itu, kerugian juga
tetap terjadi meskipun dari spesifikasi ideal adalah merugikan dan batas toleransi
spesifikasi tidak menawarkan manfaat apapun, bahkan dapat menipu. Model cacat nol
menekankan pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari upaya yang lebih
besar untuk meningkatkan kualitas (ingat factor pengali pada Westinghouse Electric).
Jadi, model kualitas kokoh mempererat definisi dari unit cacat, menyempurnakan
pandangan kita terhadap biaya kualitas, dan mengintensifkan upaya perbaikan
kualitas.
Sifat Dinamis Biaya Kualitas, penemuan bahwa terdapat pertukaran antara
berbagai kategori biaya kualitas bisa dikelola secara berbeda dari implikasi hubungan
yang digambarkan pada Gambar 5 sama dengan penemuan bahwa pertukaran biaya
persediaan dapat dikelola dengan cara yang berbeda dari model persediaan tradisional
(EOQ). Intinya, ketika perusahaan menambah biaya pencegahan dan penilaian serta
menurunkan biaya kegagalan, mereka selanjutnya dapat mengurangi biaya
pencegahan dan penilaiannya. Sesuatu yang pada awalnya tampak berbanding terbalik
berubah menjadi pengurangan biaya permanen di semua kategori biaya kualitas.
Strategi untuk menekankan biaya kualitas cukup sederhana: (1) lakukan
serangan langsung terhadap biaya
kegagalan untuk memaksanya menuju titik nol, (2) lakukan investasi pada
kegiatan pencegahan yang “tepat” untuk menghasilkan perbaikan, (3) kurangi biaya
penilaian sesuai dengan hasil yang dicapai, dan (4) lakukan evaluasi secara
berkelanjutan dan arahkan kembali upaya pencegahan untuk mendapatkan perbaikan
lebih lanjut. Strategi ini didasarkan pada premis berikut.
a. Setiap kegagalan selalu ada akar penyebabnya.
b. Penyebab dapat dicegah.

10
c. Pencegahan selalu lebih murah

4. Manajemen Berbasis Kegiatan dan Biaya Kualitas Optimal

Manajemen berbasis kegiatan (activity-based management- ABM)


mengklasifikasikan berbagai kegiatan sebagai bernilai tambah dan tak bernilai
tambah, serta hanya mempertahankan kegiatan-kegiatan yang memberikan nilai
tambah. Prinsip ini dapat diaplikasikan pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan kualitas. Kegiatan-kegiatan kegagalan, penilaian, dan biaya-biaya terkait tidak
menghasilkan nilai tambah dan harus dihilangkan. Kegiatan pencegahan yang
dilakukan secara efisien dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan bernilai tambah dan
perlu dipertahankan.
Setelah berbagai kegiatan untuk setiap kategori diidentifikasi, pendorong
timbulnya penggunaan sumber daya (resource drivers) dapat digunakan untuk
memperbaiki pembagian biaya pada setiap kegiatan. Pendorong (biaya) akar juga
dapat diidentifikasi, khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang gagal, dan berguna
untuk membantu para manajer memahami hal- hal yang menyebabkan biaya kegiatan.
Selanjutnya, informasi ini dapat digunakan untuk memilih cara mengurangi biaya
kualitas sampai ke tingkat tertentu sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6.
Hasilnya, manajemen berbasis kegiatan (ABM) mendukung pandangan cacat nol
robust mengenai biaya kualitas.
Tidak ada perbandingan terbalik optimal antara biaya pengendalian dan biaya
kegagalan; biaya kegagalan adalah biaya yang tidak menghasilkan nilai tambah
sehingga harus dikurangi sampai nol. Kegiatan pengendalian lainnya menghasilkan
nilai tambah, tetapi mungkin dijalankan dengan tidak efisien. Biaya yang disebabkan
oleh kegiatan yang tidak efisien adalah tak bernilai tambah. Jadi, biaya untuk
kategori-kategori tersebut juga dapat dikurangi ke tingkat yang lebih rendah.

5. Analisis Tren
Laporan biaya kualitas menunjukkan jumlah dan distribusi biaya kualitas di
antara keempat kategori sehingga menunjukkan peluang untuk perbaikan kualitas.
Setelah ukuran-ukuran peningkatan kualitas ditentukan, hal penting yang harus
dilakukan perusahaan adalah menentukan apakah biaya kualitas telah berkurang
sebagaimana yang direncanakan. Laporan biaya kualitas tidak akan memperlihatkan

11
apakah perbaikan telah terjadi atau tidak. Akan berguna bagi perusahaan untuk
mendapatkan gambaran mengenai bagaimana keberhasilan program perbaikan
kualitas sejak diterapkan. Apakah tren multiperiode – perubahan keseluruhan dalam
biaya kualitas – bergerak kearah yang tepat ? Apakah peningkatan kualitas yang
dihasilkan dari waktu ke waktu cukup signifikan? Jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan dapat diketahui dengan menggunakan bagan atau grafik tren yang
menggambarkan perubahan biaya kualitas dari waktu ke waktu. Grafik demikian
disebut laporan tren kualitas multiperiode (multiple-period quality trend report).
Dengan menggambarkan biaya kualitas sebagai persentase dari penjualan,
keseluruhan tren program kualitas dapat dinilai. Tahun pertama yang digambarkan
adalah tahun sebelum implementasi program perbaikan kualitas. Anggaplah
perusahaan telah mengalami hal-hal berikut
Persentase(%)

Tahun Biaya Kualitas Penjualan Aktual Penjualan


2004 $440,000 $2,200,000 20,0 %

2005 423,000 2,350,000 18,0 %

2006 412,500 2,750,000 15,0 %

2007 392,000 2,800,000 14,0 %

2008 280,000 2,800,000 10,0 %

Misalkan, tahun 2004 sebagai tahun 0, tahun 2005 sebagai tahun 1, dan seterusnya,
rafik trennya diperlihatkan pada Tampilan 15-7. Periode per tahun dinyatakan oleh
sumbu horizontal dan persentase dari penjualan dinyatakan oleh sumbu vertical.
Pencapaian biaya kualitas 3 persen, yaitu persentase target, dinyatakan dengan
garis horizontal pada grafik.

12
Tampilan 15-7 Grafik Tren Multiperiode: Total Biaya Kualitas

Grafik menunjukkan terdapat tren yang tetap menurun pada biaya kualitas yang
dinyatakan sebagai persentase dari penjualan. Grafik tersebut juga menunjukkan
bahwa perbaikan masih sangat mungkin untuk dilakukan dalam jangka
panjang.Pengetahuan tambahan bias diperoleh dengan membuat tren untuk setiap
kategori kualitas.Anggaplah setiap kategori dinyatakan sebagai persentase dari
penjualan untuk periode waktu yang sama.
Kegagalan Kegagalan

Tahun Pencegahan Penilaian Internal Eksternal


2004 2,0 % 2,0% 6,0 % 10,0 %

2005 3,0 2,4 4,0 8,6

2006 3,0 3,0 3,0 6,0

2007 4,0 3,0 2,5 4,5

2008 4,1 2,4 2,0 1,5

Grafik yang menunjukkan tren untuk setiap kategori diperlihatkan pada


Tampilan 15-8.Kita dapat melihat bahwa perusahaan berhasil mengurangi biaya
kegagalan eksternal dan internal. Uang yang digunakan untk pencegahan lebih banyak
(jumlahnya meningkat dua kali lipat). Biaya penilaian meningkat, kemudian

13
menurun.Perhatikan juga bahwa distribusi distribusi relative dari biaya telah berubah.
Pada tahun 2004, biaya kegagalan adalah 80 persen dari total biaya kualitas
(0,16/0,20). Pada tahun 2008, biaya tersebut turun menjadi 35persen dari biaya total
(0,035/0,10). Potensi untuk mengurangi biaya kualitas juga memengaruhi cara
pengambilan keputusan. Manfaat informasi biaya kualitas dalam pengambilan
keputusan dan perencanaan tidak boleh dipandang remeh.

Tampilan 15-8 Grafik Tren Multiperiode: Kategori Biaya Kualitas Secara Individual

C. Penggunaan Informasi Biaya Kualitas


Tujuan utama dari pelaporan biaya kualitas adalah untuk memperbaiki dan mem
permudah perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial. Sebagai
contoh, dalam memutuskan pengimplementasian program seleks pemasok guna
memperbaiki kualitas bahanbaku, seorang manajer memerlukan penilaian terhadap biaya
kualitas saat ini menurut bagian dan kategori, penilaian biaya tambahan yang dibutuhkan
berkaitan dengan program tersebut, dan penilaian terhadap proyeksi penghematan
menurut jenis dan kategori. Selain itu, perlu juga dibuat proyeksi mengenai kapan biaya
dan penghematan tersebut akan terjadi. Setelah dampak-dampak tunai ini diproyeksikan,
maka analisis penganggaran modal dapat dilakukan untuk menilai manfaat program
yangdiusulkan. Jika hasilnya menguntungkan dan program mulai dijalankan, maka
menjadi penting untuk me-mantau program dengan menggunakan pelaporan kinerja
standar.

14
Penggunaan informasi biaya kualitas untuk keputusan-keputusan implementasi
program kualitas dan untuk mengevaluasi efektifitas program tersebut, setelah
diimplementasikan, hanya merupakan salah satu potensi penggunaan dari sistem biaya
kualitas.Penggunaan-penggunaan penting lainnya juga dapat diidentifikasi. Skenario
berikut mengilustrasikan penggunaan informasi biaya kualitas dalam keputusan
penetapan harga strategis dan analisis profitabilitas atas desain produk baru.

D. Produktivitas: Pengukuran dan Pengendalian


Produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara efisien, dan secara
spesifik mengacu pada hubungan antara output dan input yang digunakan untuk
memproduksi output. Biasanya, kombinasi atau bauran dari input yang berbeda-beda
dapat digunakan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu. Efisiensi produktif
total adalah suatu titik di mana dua kondisi terpenuhi: (1) pada setiap bauran input untuk
memproduksi output tertentu, tidak satu input pun yang digunakan lebih dari yang
diperlukan untuk menghasilkan output, dan (2) atas bauran-bauran yang memenuhi
kondisi pertama, dipilih bauran dengan biaya terendah. Kondisi pertama digerakkan oleh
hubungan teknis dan, karena itu, disebut sebagai efisiensi teknis (technical efficiency).
Dengan melihat berbagai kegiatan sebagai input, maka kondisi pertama mensyaratkan
penghapusan seluruh kegiatan tak bernilai tambah dan pelaksanaan kegiatan bernilai
tambah dengan kuantitas minimal yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah output.
Kondisi kedua digerakkan oleh hubungan relatif dari harga input dan, karena itu disebut
efisiensi trade off input (input trade off efficiency). Harga input menentukan proporsi
relative masing-masing input yang harus digunakan. Penyimpangan dari proporsi tetap
tersebut menciptakan trade-off input yang tidak efisien.
Program peningkatan produktivitas berupaya untuk mencapai efisiensi produktif total.
Peningkatan produktivitas teknis dapat dicapai dengan menggunakan lebih sedikit input
untuk menghasilkan output yang sama, atau memproduksi output lebih banyak dengan
jumlah input yang sama, atau memproduksi output lebih banyak dengan input relative
lebih sedikit. Sebagai contoh, pada tahun 1992, Lantech, produsen mesin pengepakan,
mempoduksi delapan mesin pengepakan dalam sehari dengan 50 pekerja rata-rata 0,16
mesin per pekerja. Pada tahun 1998, output meningkat menjidi 14 mesin per hari dengan
menggunakan 20 pekerja rata- rata 0,7 mesin per pekerja. Menurut standar produktivitas
pada tahun 1992, diperlukan sekitar 87,5 pekerja untuk memproduksi 14 mesin. Jadi,
output meningkat, dan lebih sedikit pekerja yang diperlukan.

15
1. Pengukuran Produktivitas Parsial
Pengukuran Produktivitas adalah penilaian kuantitatif atas perubahan
produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah menilai apakah efisiensi produktif telah
meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas untuk satu input pada suatu
waktu disebut pengukuran produktivitas parsial.

Definisi Pengukuran Produktivitas Parsial


Definisi Pengukuran produktivitas parsial merupakan produktivitas dari satu input
tunggal biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input.
Rasio Produktivitas = Output/Input
Karena hanya produktivitas dari satu input yang sedang diukur, ukuran itu disebut
pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur dalam kuantitas fisik,
maka kita memperoleh ukuran produktivitas operasional. Jika output dan input
dinyatakan dalam dolar, maka kita memperoleh ukuran produktivitas keuangan.
Sebagai contoh, tahun 2005 Kankul company memproduksi 120.000 AC window
kecil dan menggunakan 40.000 jam tenaga kerja. Rasio produktivitas tenaga kerja
adalah 3 lampu hias/jam (120.000/40.000).ini adalah ukuran operasional karena unit-
unit dinyatakan dalam bentuk fisik. Jika harga jual untuk setiap lampu hias adalah $50
dan biaya tenaga kerja adalah $12 per jam, maka output dan input dapat dinyatakan
dalam dolar. Rasio produktivitas tenaga kerja yang dinyatakan dalam keuangan
adalah $12,50 dari pendapatan per dolar biaya tenaga kerja ($6.000.000/$480.000).

Ukuran-ukuran Parsial dan Pengukuran Perubahan Efisiensi Produktif


Untuk mengukur perubahan dalam produktivitas, ukuran aktivitas yang actual
berjalan dibandingkan dengan ukuran produktivitas periode sebelumnya. Periode
sebelumnya disebut periode dasar dan menjadi acuan bagi pengukuran perubahan
efisiensi produktif. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui atau menilai apakah
efisiensi produktif telah meningkat atau menurun. Sebagai ilustrasi, anggap tahun
2005 adalah sebagai periode dasar dan standar produktivitas tenaga kerja yaitu 3
mesin per jam. Setelah itu, anggaplah pada akhir tahun 2005, Kankul memutuskan
untuk mencoba prosedur baru untuk memproduksi dan merakit mesin dengan harapan
prosedur baru itu akan menggunakan tenaga kerja lebih sedikit. pada tahun 2006,
terdapat 150.000 mesin yang diproduksi dengan menggunakan 37.500 jam tenaga

16
kerja. Rasio produktivitas tenaga kerja untuk tahun 2006 adalah 4 mesin per jam
(150.000/37.500). perubahan dalam produktivitas adalah kenaikan 1 unit per jam (dari
3 unit pada tahun 2005 menjadi 4 unit pada tahun 2006). Perubahan yang terjadi
merupakan peningkatan yang signifikan dalam produktivitas tenaga kerja dan menjadi
bukti keefektifan prosedur tersebut.

Keunggulan Ukuran Parsial


Penggunaan ukuran parsial memiliki keunggulan yaitu mudah diintepretasikan
oleh semua pihak di dalam perusahaan sehingga ukuran tersebut mudah digunakan
untuk menilai kinerja produktivitas dari karyawan operasional.

Kelemahan Ukuran Parsial


Ukuran parsial yang digunakan secara terpisah dapat menyesatkan. Pertama,
kemungkinan terjadi trade-off menyebabkan perlu adanya ukuran produktivitas total
untuk menilai kelebihan berbagai keputusan produktivitas. Kedua, karena ada
kemungkinan trade-off, ukuran produktivitas total harus mempertimbangkan
konsekuensi keuangan agregat sehingga harus dalam bentuk sebuah ukuran keuangan.

2. Pengukuran Produktivitas Total


Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut Pengukuran Produktivitas
Total. Dalam praktiknya, mengatur pengaruh dari seluruh input mungkin tidak
diperlukan. Perusahaan hanya mengukur produktivitas dari faktor-faktor yang
dianggap sebagai indikator relevan bagi keberhasilan dan kinerja perusahaan. Jadi,
pengukuran produktivitas total dapat didefinisikan sebagai pemfokusan perhatian
pada beberapa input yang menunjukkan keberhasilan perusahaan secara total.
Terdapat 2 pendekatan dalam pengukuran ini:

Pengukuran Profil Produktivitas


Pengukuran profil menyediakan serangkaian atau sebuah vector ukuran
operasional parsial yang berbeda dan terpisah. Profil dapat dibandingkan dari waktu
ke waktu untuk memberikan informasi mengenai perubahan produktivitas. Untuk
mengilustrasikan pendekatan ini, lihat kembali contoh Kankul company. Tampilan
dtersebut menyajikan profil rasio produktivitas untuk setiap tahun. Profil tahun 2005
adalah (3, 0,100) dan profil tahun 2006 adalah (4, 0,105). Dengan membandingkan

17
kedua tahun tersebut, dapat dilihat bahwa produktivitas tenaga kerja dan bahan
meningkat (dari 3 menjadi 4 untuk tenaga kerja dan dari 0,100 menjadi 0,105 untuk
bahan). Perbandingan profil ini menyediakan cukup banyak informasi sehingga
manajer dapat menyimpulkan proses perakitan baru secara nyata telah memperbaiki
produktivitas secara keseluruhan.
Rasio Produktivitas Parsial
Profil 2005a Profil 2006b
Rasio produktivitas tenaga kerja 3,000 4,000

Rasio produktivitas bahan baku 0,100 0,105

a. Tenaga kerja: 120.000/40.000; bahan baku: 120.000/1.200.000


b. Tenaga kerja: 150.000/37.500; bahan baku: 150.000/1.428.571
Analisis profil dapat menyediakan pengetahuan tentang perubahan produktivitas
yang bermanfaat bagi manajer. Namun, pada beberapa kasus analisis profil tidak
mampu memberikan indikasi yang jelas mengenai apakah perubahan produktivitas
membawa hasil yang baik atau buruk. Untuk mengilustrasikannya, ubah kembali data
Kankul untuk memungkinkan terjadinya trade- off di antara dua input. Anggap seluruh
data sama kecuali untuk bahan pada tahun 2006 adalah 1.700.000 pon.
2005 2006
Jumlah mesin yang diproduksi 120.000 150.000

Jam tenaga kerja yang digunakan 40.000 37.500

Bahan yang digunakan (dalam satuan pon) 1.200.000 1.428.571


Dapat dilihat, profil produktivitas pada tahun 2005 masih tetap (3, 0,100), tetapi untuk
tahun 2006 berubah menjadi (4,
0,088). Produktivitas tenaga kerja meningkat dari 3 menjadi 4 namun produktivitas
bahan menurun dari 0,100 menjadi 0,088. Proses baru telah menciptakan trade-off
dalam produktivitas dari kedua ukuran namun analisis profil tidak mampu
mengungkapkan apakah trade-off tersebut baik atau buruk.

Pengukuran Produktivitas berkaitan dengan laba


Pengukuran jumlah perubahan laba yang diakibatkan oleh perubahan
produktivitas disebut pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba. Dengan

18
menilai pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba periode berjalan, manajer
akan terbantu dalam mengetahui manfaat ekonomis dari perubahan produktivitas.
Aturan keterkaitan dengan Laba (Profit-Linkage Rule): untik periode berjalan,
hitunglah biaya input yang seharusnya digunakan dalam keadaan tanpa adanya
perubahan produktivitas dan bandingkan biaya tersebut dengan biaya input actual
yang digunakan. Selisih biayanya adalah sejumlah perubahan laba yang disebabkan
oleh perubahan produktivitas.
Untuk mengaplikasikan aturan ini, input yang seharusnya digunakan selama
periode berjalan dalam keadaan tanpa perubahan produktivitas harus dihitung terlebih
dahulu. Misalkan, PQ adalah jumlah input tanpa perubahan produktivitas. Untuk
mengetahui PQ pada suatu input tertentu, bagilah output periode berjalan dengan rasio
produktivitas input periode dasar.

PQ = Output periode berjalan / Rasio produktivitas periode dasar

Untuk mengilustrasikannya digunakan contoh Kankul dengan trade-off input dan juga
diperlukan tambahan informasi yaitu sebagai berikut:
2005 2006
Jumlah mesin yang diproduksi 120.000

Jam tenaga kerja yang digunakan 40.000

Bahan yang digunakan (dalam satuan 1.200.000


pon) 1.700.000
Harga jual per unit (mesin) $50

Upah tenaga kerja per jam $11

Biaya bahan per pon $2

Output periode berjalan (tahun 2006) adalah 150.000 mesin.Rasio produktivitas


periode dasar untuk tenaga kerja dan bahan pada tampilan diatas adalah 3 dan 0,100.
Dengan menggunakan informasi tersebut, jumlah setiap input untuk keadaan tanpa
perubahan produktivitas dapat dihitung sebagai berikut.
PQ (tenaga kerja) = 150.000/3 = 50.000 jam PQ (bahan baku) =
150.000/0,100 = 1.500.000 pon

19
PQ memperlihatkan jumlah input tenaga kerja dan bahan yang seharusnya
digunakan pada tahun 2006 dengan asumsi tidak ada perubahan produktivitas.
Jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan, dihitung dengan mengalikan jumlah setiap
input (PQ) dengan harga periode berjalan (P) dan menjumlahkannya.

Biaya tenaga kerja (50.000 x $12) $ 600.000


Biaya bahan baku (1.500.000 x $3) 4.500.000

Total biaya PQ $ 5.100.000

Biaya input actual diperoleh dengan mengalikan jumlah input actual (AQ) dengan
harga berjalan setiap input (P) dan menjumlahkannya.

Biaya tenaga kerja (37.500 x $12) $ 450.000


Biaya bahan baku (1.700.000 x $3) 5.100.000

Total biaya periode berjalan $ 5.550.000


Akhirnya, pengaruh produktivitas terhadap laba dihitung dengan mengurangkan
total biaya berjalan dengan total biaya PQ.
Pengaruh terkait dengan laba = Total biaya PQ – Total biaya periode berjalan
= $5.100.000 - $5.550.000

= $450.000 penurunan laba

Laba turun sebesar $450.000 karena perubahan produktivitas. Perhatikan juga


bahwa setiap pengaruh produktivitas yang terkait dengan laba dapat dihitung untuk
satu jenis input. Peningkatan produktivitas tenaga kerja menghasilkan kenaikan laba
sebesar $ 150.000, namun penurunan produktivitas bahan mengakibatkan penurunan
laba sebesar $600.000. Sebagian besar penurunan laba ini disebabkan oleh
meningkatnya pemakaian bahan–ternyata limbah, sisa bahan baku, dan unit cacat jauh
lebih banyak pada proses yang baru.

((2) (3) (4) (2) – (4)


1
)
Inptu (AQxP) PQ* PQ x P AQ AQ x P (PQxP) -

20
Tenaga kerja 150.000 50.000 $600.000 37.000 $450.000
Bahan baku (600.000) 1.500.000 4.500.000 1.700.000 5.100.000
Total (450.000) $ 5.100.000 $5.550.000

“Tenaga kerja : 150.000/3; bahan baku : 150.000/0,10 Tampilan. 15-13 Ukuran


Produktifitas Terkait dengan Laba

3. Komponen Pemulihan Harga


Selisih antara perubahan laba total dan perubahan produktivitas terkait dengan
laba disebut komponen pemulihan harga (price-recovery component). Komponen ini
adalah perubahan pendapatan dikurangi perubahan biaya input dengan asumsi tidak
ada perubahan produktivitas. Oleh karena itu, komponen pemulihan harga mengukur
kemampuan perubahan pendapatan untuk menutupi perubahan biaya input dengan
asumsi tidak ada perubahan produktivitas. Untuk menghitung komponen pemulihan
harga, pertama kita perlu menghitung perubahan laba setiap periode.
2006 2005 Selisih
Pendapatanᵃ $ 7.200.000 $ 6.000.000 $ 1.200.000
Biaya Inputᵇ 5.550.000 2.840.000 2.710.000
Laba $ 1.650.000 $ 3.160.000 $ (1.510.000)
a $48x150.000; $50x 120.000
b ($12 x 37.500) + ($3 x 1.700.000); ($11 x 40.000) + ($2 x 1.200.000)

Pemulihan harga = Perubahan laba – Perubahan produktivitas terkait dengan laba


= ($ 1.510.000) – ($ 450.000)
= ($ 1.060.000)

Kenaikan pendapatan tidak akan cukup untuk menutupi kenaikan biaya input.
Penurunan produktivitas hanya akan memperburuk masalah pemulihan harga.
Meskipun demikian, kenaikan produktivitas dapat digunakan untuk mengimbangi
kerugian pemulihan harga.

4. Kualitas dan Produktivitas


Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya.
Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sedangkan pengurangan jumlah

21
input yang digunakan meningkatkan produktivitas. Sebuah perusahaana mungkin saja
memproduksi barang dengan sedikit atau tanpa cacat, tetapi masih menjalankan
proses yang tidak efisien. Sebagai contoh, ada barang yang melewati dua proses yang
masing- masing membutuhkan waktu lima menit (anggaplah barang tersebut
diproduksi tanpa cacat). Jadi, untuk memproduksi satu unit dibutuhkan waktu 10
menit untuk melalui kedua proses tersebut. saat ini, jumlah yang diproduksi dalam
tiap batch produksi adalah 1.200 unit. Proses 1 memproduksi 1.200 unit.
Selanjutnya, batch produksi tersebut dipindahkan ke lokasi lain untuk menjalani
proses kedua. Jadi, untuk setiap proses dibutuhkan waktu 6.000 menit (5 menit x
1.200 unit) atau 100 jam. Total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan 1.200
unit adalah 200 jam (100 jam untuk setiap proses) ditambah waktu pengirimandari
proses 1 ke proses 2, anggaplah 15 menit. Berarti, waktu produksinya 200 jam 15
menit. Dengan mendesain ulang proses manufaktur, efisiensi dapat diperbaiki.
Misalkan lokasi proses 2 berada cukup dekat dengan lokasi proses 1 sehingga
segera setelah satu unit diselesaikan pada proses 1, unit tersebut langsung
dimasukkan ke proses 2. Dengan cara ini, proses 1 dan 2 dapat berjalan secara
bersamaan. Sehingga proses 2 tidak lagi perlu menunggu sampai selesainya
produksi 1.200 unit ditambah dengan waktu pengiriman sebelum ia mulai dapat
beroperasi. Sekaramg, total waktu untuk memproduksi 1.200 unit menjadi 6.000
menit ditambah waktu menunggu pengiriman unit pertama (5 menit). Jadi, waktu
produksi 1.200 unit telah berkurang dari 200 jam 15 menit menjadi 100 jam 5 menit.
Hasilnya adalah lebih banyak output yang dapat di produksi dengan lebih sedikit input
(dalam hal ini, waktu).

5. Insentif Pembagian Keuntungan


Insentif pembagian keuntungan adalah pemberian insentif uang tunai bagi seluruh
tenaga kerja perusahaan yang menjadi kunci pencapaian kualitas dan produktivitas.
Sebagai contoh, suatu perusahaan memiliki target untuk, mengurangi jumlah unit
cacat hingga 10 persen selama kuartal berikutnya pada pabrik tertentu. Jika tujuan
tersebut tercapai, perusahaan memperkirakan akan terjadi penghematan sebesar $
1.000.000 (dengan menghindari hal-hal seperti pengerjaan ulang dan perbaikan di
masa garansi). Pembagian keuntungan memberikan insentif dengan menawarkan
bonus kepada pegawai sesuai dengan persentase penghematan biaya, misalnya 20
persen yaitu sebesar $ 200.000.

22
BAB III
PENUTUP

23
A. Kesimpulan
Biaya kualitas merupakan biaya yang bisa lebih besar dari estimasi karena kurang
pengetahuannya seorang menejer dalam menganalisis biaya kualitas.Dengan
mempelajari dan mengaplikasikan system informasi biaya kualitas, diharapkan seorang
manager nantinya mampu mengestimasi biaya kualits dengan baik. Dalam suatu
perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi akan lebih efisien biaya jika seorang
manager / akuntannya sudah mampu menelunsuri biaya kualitas yang tersembunyi
maupun yang tidak tersembunyi.
Informasi biaya kualitas dapat berguna untuk seorang manajer dalam pengambilan
keputusan, mengevaluasi kinerja program peningkatan kualitas secara menyeluruh dan
membantu perbaikan berbagai keputusan manajerial.Karena begitu pentingnya biaya
kualitas wajib bagi sebuah perusahaan untuk menelunsuri biaya kualitasnya.
Selain daripada pentingnya biaya kualitas persahaan juga harus memperhatikan
hubungan output maupun input dalam sebuah kegiatan produktivitas. Karena akan
mempengaruhi harga, laba usaha, dan insentif bagi karyawan. Agar mencapai ketiga
tersebut perusahaan harus memenuhi hubungan efisiensi trade-off input. Apbila tercapai
efisiensi trade-off input maka akan tercapau pula Efisiensi produktif total.
Dengan adanya kombinasi antara biaya kualitas dan produktifitas maka perusahaan
akan mampu mengalokasikan biaya-biaya secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

24
Hansen, Don R dan Mowen, Marryanne M.; 2016; Managerial Accounting, Akuntansi
Manajerial, Buku 2, Edisi 8; Jakarta; Penerbit: Salemba Empat.

KASUS

25
BIAYA KUALITAS PADA PT. INDUSTRI SANDANG NUSANTARA UNIT PATAL
TOHPATI
Perusahaan PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Tohpati merupakan sebuah
perusahaan yang memproduksi kapas menjadi benang. Banyaknya perusahaan tekstil di
Indonesia yang mencari benang sebagai bahan dasar kain, membuat PT. Industri Sandang
Nusantara Unit Patal Tohpati berusaha meningkatkan kualitas produknya supaya dapat
berebut pasar dengan perusahaan industri lainya. Pada perusahaan PT. Industri Sandang
Nusantara harus memperhatikan biaya kualitas yang dikeluarkan.

Berikut biaya kualitas yang dikeluarkan pada PT. Industri Sandang Nusantara pada tahun
2013
Item Jumlah (Rp)
Biaya Pencegahan
Biaya Pelatihan kualitas 3.245.000,00
Biaya Perawatan Mesin 5.532.250,00
Total Biaya Pencegahan 8.777.250,00
Biaya penilaian
Biaya Pemeriksaan bahan 2.122.000,00
Biaya Penilaian produk 6.431.500,00
Biaya Penilaian proses 4.518.800,00
Total Biaya Penilaian 13.072.300,00
Biaya produk gagal internal
Biaya Sisa bahan 11.450.400,00
Biaya Pengerjaan ulang 24.938.200,00
Total Biaya Kegagalan Internal 36.388.600,00
Biaya produk gagal eksternal
Biaya Keluhan pelanggan 3.872.000,00
Biaya Jaminan 2.405.000,00
Total Biaya Kegagalan eksternal 6.277.000,00
Total Biaya Kualitas 64.515.150,00

Analisis
Setelah seluruh biaya kualitas diidentifikasi, diukur, dan digolongkan adalah dilakukannya
analisis atas biaya kualitas yang sudah tergolongkan dan terukur.
Kadangkala manajer mengabaikan pentingnya kegiatan pengendalian kualitas. Oleh karena
itu, pengidentifikasian, penggolongan, pengukuran, dan analisis biaya kualitas berperan untuk
memberikan kesadaran kepada manajer dan pimpinan perusahaan mengenai pentingnya
kegiatan pengendalian kualitas.
Analisis biaya kualitas yang lakukan adalah analisis besarnya proporsi masing-masing

26
golongan biaya kualitas tersebut dibandingkan dengan biaya kualitas secara keseluruhan.
Informasi mengenai biaya kualitas yang terjadi di perusahaan harus segera diketahui oleh
manajer dan pimpinan perusahaan agar dapat segera dilakukan tindakan perbaikan terhadap
biaya-biaya kualitas, terutama golongan biaya yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
biaya kualitas secara keseluruhan.
Adapun perbandingkan besar masing-masing biaya kualitas terhadap total biaya kualitas
adalah sebagai berikut :
Item Jumlah (Rp) Persentase (%)
Biaya Pencegahan
Biaya Pelatihan kualitas 3.245.000,00 5,03
Biaya Perawatan Mesin 5.532.250,00 8,58
Total Biaya Pencegahan 8.777.250,00 13,60
Biaya penilaian
Biaya Pemeriksaan bahan 2.122.000,00 3,29
Biaya Penilaian produk 6.431.500,00 9,97
Biaya Penilaian proses 4.518.800,00 7,00
Total Biaya Penilaian 13.072.300,00 20,26
Biaya produk gagal internal
Biaya Sisa bahan 11.450.400,00 17,75
Biaya Pengerjaan ulang 24.938.200,00 38,65
Total Biaya Kegagalan
Internal 36.388.600,00 56,40
Biaya produk gagal
eksternal
Biaya Keluhan pelanggan 3.872.000,00 6,00
Biaya Jaminan 2.405.000,00 3,73
Total Biaya Kegagalan
eksternal 6.277.000,00 9,73
Total Biaya Kualitas 64.515.150,00 100

Setelah proporsi masing-masing golongan biaya kualitas telah diketahui, maka persentase
tersebut dapat dibandingkan berdasarkan peringkatnya, dari golongan biaya kualitas yang
terbesar sampai terkecil seperti pada tabel berikut:

Jumlah Persentase
Item
(Rp) (%)
Total Biaya Kegagalan Internal 36.388.600,00 56,40
Total Biaya Penilaian 13.072.300,00 20,26
Total Biaya Pencegahan 8.777.250,00 13,60
Total Biaya Kegagalan eksternal 6.277.000,00 9,73
Total Biaya Kualitas 64.515.150,00 100

27
PT. Industri Sandang Nusantara memfokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat
pencegahan, rekomendasi yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar dapat mengurangi
biaya kualitas yang dikeluarkan.

28
ANALISIS
Analisis Jurnal Peningkatan Nilai Perusahaan Melalui Perbaikan Produktivitas
Dan Kualitas Pada Sektor Jasa Sebuah Analisis Konseptual
Oleh
Christina Whidya Utami
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen,
Universitas Katolik Widya Mandala,
Surabaya

A. Produktivitas Jasa
Produktivitas merupakan konsep yang berbeda dengan efektivitas.
Perbedaan efektivitas dan produktivitas yaitu, efektivitas seringkali untuk
menunjukkankemampuan organisasi untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan
produktivitas lebih berfokus pada hubungan antara output dan input. Peningkatan
produktivitas tidak berarti sekaligusmeningkatkan efektivitas organisasi.
Untuk mengimplementasikan hal tersebut pada perusahaan jasa adalah hal yang sulit.
Produktivitas perusahaan jasa didefinisikan sebagai kemampuan dari organisasijasa
menggunakan input untuk menawarkan jasa dengan kualitas sesuai denganharapan
dari konsumen. Rumusan produktivitasjasa dapat dituliskan sebagai berikut:
Produktivitas jasa = Kuantitas dan kualitas output
Kuantitas dan kualitas input

B. Dimensi Kuantitas Input dan Output Jasa


Tentang dimensi kuantitas produktivitas jasa dapat diamati bahwa faktor input
jasa relatif sama dengan industri manufaktur yaitu, bahan baku, tenaga kerja dan
modal. Dalam industri jasa, tenaga kerja memegang peranan yang sangat dominan.
Di sisi lain output jasa adalah volume atau jumlah dari jasa yang ditawarkan. Apabila
output jasa hanya terdiri dari satu atau sejumlah komponen yang dapat distandarkan
makavolume jasa dapat dengan mudah ditentukan (Quinn and Paquette, 1990).
Sebaliknya, jikaoutput jasa sangat khas maka sukar untuk menentukan volume jasa
tersebut. Hubunganantara input dan output dalam aliran volume jasa sering dilihat
sebagai masalah kurangstorability of service (Blois, 1985).
Contoh dimensi kuantitas input dan kuantitas output dapat diperjelas pada Tabel 1 di
bawah ini:

29
Tabel 1. Dimensi Kuantitas dari Produktivitas Jasa
Kuantitas Output Jasa Input Tenaga Kerja Input Modal
Kuantitas Output Jasa Input Tenaga Kerja Input Modal
Volume layanan Jumlah Tenaga Kerja Teknologi
Market share Penarikan Tenaga Kerja Informasi
(pangsa pasar) Rotasi Karyawan Elektronika
Segmentasi Pelanggan Diskripsi Kerja Saluran
Rekayasa proses layanan Mesin swalayan
Error avoidance Jaringan kerja
(penghindaran kesalahan) Fasilitas hubungan
Lembur kerja

C. Dimensi Kualitas Input dan Output jasa


Dalam industri jasa sulit sekali menentukan kualitasjasa. Penilaian kualitas jasa
sebelum atau setelah melakukan pembelian lebih sulitdibandingkan dengan
melakukan penilaian terhadap kualitas suatu barang karena jasacenderung lebih sulit
menampilkan kualitas pencarian / search quality yaitu karakteristikyang dapat lebih
mudah diakses nilainya sebelum pembelianKualitas pengalaman (experience quality)
adalah suatu karakteristik yang hanya dinilai, jika konsumen telah menggunakannya.
Sedangkan kualitas kepercayaan (believe quality) adalah suatu karakteristikdimana
konsumen sulit untuk menilai bahkan setelah pembelian dilakukan karena
Peningkatan Nilai Perusahaan Melalui Perbaikan Produktivitas dan Kualitas pada
Sektor Jasa, konsumen tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup.
Output dalam dimensi kualitas adalah apa yang pelanggan bayar, yang merupakan
sesuatu yang tidak berujud dan mungkin sangat sukar untuk dinyatakan dalam
kuantitas(Adam et.al.1995). Untuk itu dimensi kualitas jasa lebih mengarah pada
bagaimana persepsi konsumen terhadap jasa setelah mereka melakukan pembelian
jasa tersebut.
Tabel 2. Dimensi Kualitas Dari Produktivitas Jasa
Kualitas Output Jasa Input Tidak Berwujud Input Berwujud
· Customer satisfaction · Labor satisfaction · Branch office
· Customer encounter and · Expertise location
service · Performance criteria · Branch office
· Standardized service · Recruitment and retaining interiors

30
· Access time personnel
· Customer co-production · Personnel development
· Correct insurance programs
registers · Teamwork
· Corporate image · Organizational structure
· Corporate culture
· IT backups, breakdowns,
and system errors

Berkaitan dengan proses tangibilising, banyak jasa yang sangat tergantung pada
information technology, dimana konsumen tidak lagi harus berhubungan dengan
manusia tapi dengan menggunakan mesin. Norman (1991) melihat bahwa ada lima
alasan penggunaan information technology tersebut:
1. Menurunkan biaya melalui proses substitusi karyawan jasa dengan IT
(Information
2. Technology)
3. Lebih mudah menstandarkan kualitas jasa.
4. Meningkatkan ketersediaan jasa tersebut. misalnya: melalui ATM maka layanan
teller
5. bisa dilakukan dalam 24 jam.
6. Melibatkan konsumen lebih dalam pada sistem pelayanan jasa tersebut.
7. Mengefektifkan hubungan personal dan perilaku konsumen.
Dengan demikian isi dari produktivitas Jasa dapat diperjelas dengan Gambar 1 di
bawah ini:

D.

31
Mengukur Produktivitas Jasa
Beberapa masalah dalam pengukuran produktivitasjasa adalah:
1. Bagaimana mengukur kuantitas dari input dan output
2. Bagaimana kualitas dari input dan output diukur
3. Bagaimana hubungan antara faktor input dan output yang berbeda
dapatdioperasionalkan.
Untuk melengkapi penilaian produktivitas jasa ini seringkali dilakukan juga evaluasi
terhadap kualitas jasa. Kualitas jasa adalah suatu pengukuran terhadapbagaimana jasa
tersebut disampaikan kepada konsumen sesuai dengan ekspektasikonsumen (Lewis
dan Booms, 1983). Berdasarkan Parasuraman (1985) maka dapatdievaluasi bahwa
konsumen menilai kualitas jasa melalui lima komponen sebagai berikut:
1. Keandalan: kemampuan menyelenggarakan jasa yang dapat diandalkan, akurasi
dankonsisten. Keterandalan memberikan pelayanan yang tepat pada saat pertama
kali.
2. Cepat tanggap: kemampuan untuk memberi pelayanan yang segera.
3. Kepastian: pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan untuk menjaga
kepercayaan.
4. Empaty: memperhatikan konsumen secara individual.
5. Berwujud: bukti fisik dari jasa. Bagian yang nyata dari jasa meliputi fasilitas fisik,
peralatan yang digunakan untuk menghasilkan jasa maupun penampilan dari
karyawan jasa tersebut.

32
55
Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program studi Akuntansi, 5 (2) November 2019.
ISSN 2443-3071 (Print) ISSN 2503-0337 (Online). DOI: 10.31289/jab.v5i2.2577

JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS


Jurnal Program Studi Akuntansi
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jurnalakundanbisnis

BIAYA KUALITAS, PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS PRODUK :


SEBUAH KAJIAN LITERATUR

Linda Lores a*, Retnawati Siregar a


a Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Medan Area

Diterima Mei 2019; Disetujui Juni 2019; Dipublikasikan November 2019

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji tentang jenis biaya kualitas dan hubungannya dengan
produktivitas dan kualitas produk pada perusahaan. Penelitian ini merupakan kajian literatur. Kualitas
dapat dikatakan dengan defenisi kepuasan pelanggan sedangkan produktivitas merupakan
perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input yang digunakan untuk menghasilkan output.
Studi ini menunjukkan bahwa biaya kualitas berhubungan langsung dan berdampak pada
Produktivitas, dan kualitas produk. Jenis Biaya kualitas yang sangat terkait dengan produktivitas dan
kualitas produk adalah biaya yang muncul dengan kegiatan pengendalian diantaranya biaya
pencegahan dan penilaian. Biaya kualitas dapat menghasilkan kualitas produk yang tinggi di mulai dari
naiknya produktivitas sampai dengan produk akan dihasilkan serta tercipta kepuasan pelanggan. Biaya
Kegagalan berbanding terbalik dengan biaya pencegahan dan penilaian terhadap kualitas dan
produktivitas. Perusahaan dapat melakukan dengan mengurangi biaya kualitas dan meningkatkan
kualitas bagi pelanggan mereka dengan metode yang paling umum diterapkan dengan model
pencegahan-penilaian-kegagalan (P-A-F) klasik atau dengan konsep lain dan memanfaatkan teknologi
informasi.

Kata Kunci : Biaya Kualitas, Produktivitas, Kualitas Produk.

Abstract
This study aims to examine the types of quality costs and their relationship with product productivity and
quality in the companies. This research is a conceptual literature. Quality defines as customer satisfaction
while productivity is the ratio between the outputs produced. This study shows the quality costs are
directly related and have an impact on productivity, and product quality. Types of quality costs that are
closely related to productivity and product quality are costs that arise with control activities including
prevention and valuation costs. Cost of quality can produce high quality products ranging from increased
productivity to the product will be produced and customer satisfaction is created. The cost of failure is
inversely proportional to the cost of prevention and evaluation of quality and productivity. Companies can
do this by reducing quality costs and improving quality for their customers with the most commonly
applied methods with a classic prevention-assessment-failure (P-A-F) model or with other concepts and
utilizing information technology.
Keyword: Quality Cost, Productivity, Product Quality

How To Cite: Lores, Linda & Siregar, Retnawati (2019) Biaya Kualitas, Produktivitas dan Kualitas Produk. Jurnal
Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 5 (2): 94- 101
* email: linda_lores@ymail.com

PENDAHULUAN
Kualitas telah menjadi konsep yang sangat luas. Konsep tidak lagi hanya mengacu pada
kualitas produk yang tinggi; itu juga mencakup kualitas dalam hal penyampaian

94
Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 5 (2) November 2019

layanan, ketepatan waktu, layanan purna jual dan proses produksi itu sendiri, dan ini
membutuhkan fokus pada perbaikan berkelanjutan (Tolentino A.L, 2004 ( 13-14 may))
(Acharya, U.H., & Ray, S., 2000) Produk dan layanan berkualitas dapat disampaikan terbaik
ketika semua sistem organisasi yang efisien, efektif dan terfokus pada target yang sama
(Beechner, A.B & Koch, J.E, 1997). Deming juga menyatakan bahwasanya 'konsumen adalah
bagian yang terpenting dalam lini produksi, dan itu harus menjadi tujuan kualitas untuk
memenuhi kebutuhan konsumen sekarang dan masa depan' (Taylor, BW III & Russell R.S,
2000). Selama bertahun-tahun, kualitas dan produktivitas telah dilihat sebagai dua indeks
penting dari kinerja perusahaan, terutama di industri manufaktur. Namun, mereka selalu
diperiksa secara terpisah.
Alasan utama bahwa kualitas dan produktivitas tidak diperiksa secara bersamaan adalah
bahwa tujuan manajemen mutu dan manajemen produktivitas secara tradisional dipandang
sebagai kontradiktif (Deming,W.E, 1989) (Belcher, J.G, 1987) Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa kualitas dan produktivitas harus memiliki hubungan yang positif.
Kualitas dapat dikatakan kepuasan pelanggan sedangkan produktivitas merupakan
perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input yang digunakan untuk menghasilkan
output. Dan tidak akan lengkap jika tidak memperhitungkan elemen kualitas akun, seperti
produk yang ditolak atau berkualitas buruk. Karena peningkatan produktivitas tidak hanya
berarti produksi produk atau jasa yang efisien, tetapi juga produk dan jasa yang diperlukan,
diminta, dan dibeli oleh pelanggan dan masyarakat luas secara berbeda. Orientasi pelanggan
sekarang menjadi pertimbangan utama dan kualitas unggul adalah indikator utama kinerja
produktivitas yang baik.
Produktivitas menjadi identik dengan kualitas, para perusahaan akan berpikir bahwa
mereka telah membuat produk berkualitas yang baik akan tetapi setelah beberapa waktu
terungkap bahwa mereka mengadopsi kualitas sebagai alat manajemen yang meningkatkan
kualitas dan produktivitas sekaligus mengurangi biaya dengan menghindari pemborosan.
Biaya kualitas atau kualitas biaya dalam arti yang lebih luas adalah biaya yang dikeluarkan
oleh suatu organisasi mencapai dan mempertahankan kualitas yang baik serta mengelola
kualitas yang buruk di sepanjang garisnya operasi dengan tujuan untuk mencapai tingkat
kepuasan pelanggan tertinggi. Biaya analisis kualitas memicu perubahan dan memberikan
bukti mengapa perubahan harus dilakukan. Kebutuhan untuk meningkatkan posisi keuangan
suatu organisasi secara langsung berkorelasi dengan proses pembuatan kualitasperbaikan.
Biaya kualitas yang buruk akan cenderung nol, jika setiap aktivitas dilakukan dengan baik di
waktu yang akan datang.
Metode untuk meningkatkan kualitas (tradisional atau modifikasi) dan implikasinya pada
tingkat kualitas yang buruk dan produk berkualitas baik dapat menentukan hubungan
produktivitas dengan kualitas, apakah peningkatan kualitas meningkatkan atau menurunkan
produktivitas (van der Wiele, Willimas, & Dale, 2000). Bayangkan Anda seorang eksekutif di
perusahaan bedak tabur baby, dan Anda mulai menerima laporan tentang produk Anda yang
memiliki bau yang tidak sedap. Pada saat keluhan meningkat, Anda mendengar bahwa
beberapa orang juga mengalami mual, muntah, dan sakit perut. Setelah penyelidikan penuh,
mereka menentukan bahwa bau tersebut telah dikaitkan dengan keberadaan jumlah jejak 2,4,6-
tribromoanisole (TBA), produk sampingan dari bahan kimia yang digunakan untuk merawat
palet kayu yang mengangkut dan menyimpan kemasan. Maka akan terjadi penarikan penuh
Tylenol, lebih dari $ 650 juta dalam pendapatan yang hilang, penurunan 29% dalam penjualan,
penutupan pabrik, pemecatan karyawan, hilangnya pangsa pasar kepada pesaing, dan hit tak
ternilai untuk citra merek. Singkatnya, ini adalah biaya kualitas yang buruk.
Lores, Linda & Siregar, Retnawati (2019) Biaya Kualitas, Produktivitas dan Kualitas Produk...

Istilah "biaya kualitas" memiliki arti berbeda untuk kasus yang berbeda. Beberapa kasus
menganggap biaya dengan kualitas buruk sebagai tindakan menemukan dan memperbaiki
pekerjaan yang salah. Yang lain memikirkan biaya untuk mencapai kualitas yang baik. Kedua
definisi ini akurat. Penting untuk memahami bahwa biaya kualitas dihasilkan tidak hanya dari
memproduksi dan memperbaiki cacat tetapi juga memastikan bahwa produk yang baik dibuat
sejak awal. (Giakatis et al,2001). menyatakan bahwa biaya kualitas berkisar antara 5 hingga
30% dari penjualan. Kent (2005) menyatakan bahwa biaya kualitas total adalah 5-15% dari
omset. Tingginya proporsi biaya kualitas dalam struktur biaya perusahaan keseluruhan
memastikan bahwa quantifikasi biaya kualitas tidak dapat diabaikan dan membutuhkan
pendekatan interdisipliner. Total biaya keselamatan dan kompensasi tenaga kerja keselamatan
secara umum, terlepas dari sifat dan kualitas keselamatan manusia- sistem manajemen, dapat
mempengaruhi produktivitas, kualitas dan kuantitas produksi ( (Gholamabbas Shirali, Reza
Savari, Kambiz Ahmadiangali, and Vahid Salehi, 2017). Makalah ini melihat lebih dalam pada
banyak biaya yang terkait dengan kualitas, produktivitas dan menyoroti berbagai metode dan
praktik terbaik untuk memastikan kualitas yang baik.

Produktivitas
Pengukuran produktivitas dengan membagi output dengan input tidak lengkap jika tidak
memperhitungkan elemen kualitas akun, seperti produk yang ditolak atau berkualitas buruk.
Karena peningkatan produktivitas tidak hanya berarti produksi produk atau jasa yang efisien,
tetapi juga produk dan jasa yang diperlukan, diminta, dan dibeli oleh pelanggan dan
masyarakat luas secara berbeda. Orientasi pelanggan sekarang menjadi pertimbangan utama
dan kualitas unggul adalah indikator utama kinerja produktivitas yang baik. Produktivitas
menjadi identik dengan kualitas produk . Pada saat yang sama, kualitas juga menjadi konsep
yang jauh lebih luas.

Biaya Kualitas
Biaya kualitas sebagai biaya yang terkait dengan pencegahan, identifikasi dan
peningkatan produk berkualitas rendah bersamaan dengan biaya peluang yang timbul dari
hilangnya waktu produksi dan penjualan sebagai akibat dari kualitas rendah. Biaya kualitas
adalah biaya yang dikeluarkan atau kemungkinan terjadi karena kualitas yang buruk. Biaya
kualitas terkait dengan pembuatan, identifikasi, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Yang
merupakan total biaya kualitas termasuk biaya kualitas yang dikeluarkan untuk meningkatkan
kesadaran akan kebutuhan menghindari kesalahan sehingga tidak ada pemborosan atau biaya
yang dikeluarkan karena kesalahan produk perlu diperbaiki. Untuk lebih jelas, dapat dilihat
pada Tabel 1 dibawah mengenai Kategori Utama Biaya Kualitas (Quality Cost) beserta contoh
biaya-biaya yang akan timbul dari Biaya Kualitas tersebut.

Tabel 1 Kategori dan Contoh Biaya kualitas


Kategori Contoh biaya yang perlu dikeluarkan
1. Biaya Pelatihan (Training Cost)
Biaya Pencegahan 2. Proses Capability Studies (Penelitian Kapabilitas Proses)
(Preventive Cost) 3. Vendor Survey
4. Quality Planning and Design
1. Segala Jenis Pengujian (testing) dan Inspeksi
Biaya Penilaian 2. Pembelian Peralatan Pengujian dan Inspeksi
(Appraisal Cost) 3. Peninjauan Kualitas dan Audit (Quality Audit and
Review)
Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 5 (2) November 2019

4. Biaya Laboratorium
1. Biaya Scrap dan pengerjaan ulang (Rework)
Biaya Kegagalan 2. Biaya Perubahan Desain (Design Change)
(Failure Cost) Internal 3. Biaya Kelebihan Persedian (Excess Inventory Cost)
4. Biaya Pembelian Bahan
1. Biaya Purna Jual / Jaminan (Warranty)
Biaya Kegagalan 2. Biaya Pengembalian Produk (Return and Recall)
(Failure Cost) Eksternal 3. Biaya Penangan Keluhan Pelanggan
4. Biaya Ganti Rugi

Kualitas Produk
Menurut Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO), kualitas produk
didefinisikan sebagai kemampuan untuk memuaskan pelanggan dan pasar ( (Lakhal L, Pasin
F., 2008), yaitu sering dipisahkan menjadi delapan dimensi, terdiri dari kinerja, fitur,
keandalan, kesesuaian, daya tahan, kemudahan servis, estetika, dan kualitas yang dirasakan.
Perusahaan dengan kualitas produk yang lebih tinggi lebih mungkin untuk menangkap nilai
pelanggan yang superior, sehingga meningkatkan daya saing mereka sendiri (Kafetzopoulos
DP, Psomas EL, Gotzamani KD, 2015) (Prakash A, Jha SK, Prasad KD, Singh AK, 2017)
Secara umum, kualitas produk terdiri dari kualitas nyata (kinerja, daya tahan, ukuran, dll.) dan
kualitas tidak berwujud (estetika, kemudahan servis, persepsi kualitas). Beberapa metrik
digunakan dalam mengukur kualitas nyata, seperti item yang rusak (Chuang C-J, Ho C-H,
Ouyang L-Y, Wu C-W, 2013). Kualitas tidak berwujud terutama mengacu pada reputasi
perusahaan dan kualitas pelayanan, seperti kemudahan servis pelayanan dan persepsi kualitas
(Ojasalo J, 2006).
Hasil penelitian tentang biaya kualitas, kualitas produk dan produktivitas menghasilkan
produk yang berkualitas. beberapa hasil riview jurnal sebagai berikut: (Hadi Wahyono, Arnis
Budi Susanto, 2017) yang menunjukkan hasil penelitiannya bahwa ada pengaruh kualitas
yang signifikan biaya (biaya pencegahan), biaya penilaian dan biaya kegagalan internal) secara
bersamaan pada tingkat kerusakan produk dan biaya pencegahan dan biaya penilaian sebagian
berpengaruh negatif signifikan pada tingkat kerusakan produk.dan sebagai variabel yang
paling berpengaruh adalah biaya pencegahan. (ALI, KHAIRUL W A R MOHD,RUSHAMI
ZIEN YUSOFF,zakaria Abas, 2001) menujkukkan hasil penelitian mereka bahwa ditemukan
secara signifikan terkait dengan produktivitas dalam manajemen pendapatan dan biaya.
Konstruksi untuk fokus karyawan memiliki hubungan positif dengan produktivitas dalam
pendapatan dan manajemen biaya sedangkan proses manajemen memiliki hubungan terbalik
yang signifikan dengan produktivitas dalam manajemen pendapatan dan biaya.
(Dubravka Pekanov StarĀeviþ , 2015) dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa
perusahaan yang mengukur biaya kualitas mencapai kualitas produk yang lebih tinggi kinerja
dan keandalan. Selain itu,ini menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan berbeda tergantung
pada apakah mereka mengukur kualitasnya biaya atau tidak. Reorganisasi dan kuantifikasi
biaya kualitas dapat dibenarkan dengan kemungkinan keuntungan finansial bagi perusahaan.
Karena itu, perusahaan harus didorong untuk mengekstraksi biaya kualitas dari total biaya
overhead di untuk meningkatkan kualitas dan akibatnya mencapai hasil keuangan yang lebih
baik. (Rina Tresnawati,Evi Octavia, Shinta Dewi Herawati, 2017) menemukan bahwa biaya
efisiensi dan kualitas secara signifikan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang
bersangkutan dengan mengubah biaya pemeliharaan dan perbaikan yang dihasilkan dari
kegagalan internal dan eksternal.
Lores, Linda & Siregar, Retnawati (2019) Biaya Kualitas, Produktivitas dan Kualitas Produk...

(Sailaja A, P C Basak and K G Viswanadhan, 2015) yang menganalisis spesifikasi


produk pelanggan dapat dipenuhi dengan mengikuti langkah-langkah kontrol kualitas dalam
proses produksi dan dapat dipastikan dengan biaya yang efektif hanya jika kualitas dari setiap
dan setiap proses dalam organisasi didefinisikan dengan baik dan dipastikan tanpa
penyimpangan. (Gholamabbas Shirali, Reza Savari,, Kambiz Ahmadiangali, and Vahid Salehi,
2017) menemukan bahwa Total biaya keselamatan dan kompensasi tenaga kerja keselamatan
pada umumnya, terlepas dari sifat dan kualitas sistem manajemen keselamatan, dapat
berdampak pada produktivitas, kualitas dan kuantitas produksi di samping faktor-faktor
produksi lainnya. Tentunya jika program keselamatan ditargetkan dan dikodifikasi, efek
investasi akan berlipat ganda.
(Fayza M. Obied-Allah, 2016) penelitiannya menemukan bahwa proporsi bagi hasil yang
dialokasikan untuk pemasok meningkat karena biaya daur ulang pemasok meningkat, dan
Proporsi pembagian pendapatan yang dialokasikan untuk produsen meningkat sejalan dengan
meningkatnya biaya pencegahan dan penilaian. (Basim Al- Najjar, 1996) bahwa Teknologi
Informasi, sistem-TI mengidentifikasi dan menghilangkan penyimpangan kualitas dan
penyebab kegagalan pada tahap awal, dan penggunaan yang luas dari umpan balik data adalah
alat yang disarankan untuk mencapai peningkatan berkelanjutan dan untuk memastikan
produk-produk berkualitas tinggi.
(Arthur M. Schneiderman, 1986) juga menemukan bahwa biaya kegagalan menurun
sementara penilaian ditambah biaya pencegahan meningkat. Pengorbanan nyata ini
menunjukkan bahwa ada tingkat kualitas optimal dan bahwa upaya untuk lebih meningkatkan
kualitas di atas tingkat ini akan meningkatkan total biaya dan menurunkan kinerja keuangan.
(Andrea Schiffauerova , Vince Thomson, 2006) menunjukkan bukti bahwa perusahaan yang
mengadopsi konsep CoQ berhasil mengurangi biaya kualitas dan meningkatkan kualitas bagi
pelanggan mereka. Survei menunjukkan bahwa metode yang paling umum diterapkan adalah
model pencegahan- penilaian-kegagalan (P-A-F) klasik; Namun, model biaya kualitas lainnya
digunakan dengan sukses juga
(Vincent K. Omachonu, Sakesun Suthummanon, Norman G. Einspruch, 2004)
memperlihatkan hasil penelitian mereka bahwa ada hubungan terbalik antara biaya penilaian
ditambah biaya pencegahan dan biaya kegagalan, hubungan antara biaya penilaian ditambah
biaya pencegahan dan kualitas adalah positif. Akhirnya, biaya kegagalan berkorelasi negatif
dengan kualitas. Hasilnya menunjukkan bahwa ketika biaya penilaian ditambah biaya
pencegahan meningkat, kualitas meningkat dan biaya kegagalan menurun, dan (Yu Lin, Biwei
Liang, Xuechang Zhu,, 2018) dalam penelitiannya, menunjukkan bahwa kinerja persediaan
memiliki dampak positif pada produk kualitas saat menggunakan efisiensi persediaan,
produktivitas persediaan dan persediaan kecenderungan untuk mengukur kinerja persediaan.
Selanjutnya, pengaruh persediaan pada kualitas produk ditemukan sebagian dimediasi oleh
keuangan kinerja. Menemukan bahwasanya kinerja persediaan sebagai anteseden dari kualitas
produk. Manajer tanpa likuiditas yang cukup atau keunggulan biaya untuk mendapatkan
kinerja keuangan yang lebih baik dapat dicapai
PEMBAHASAN
Hubungan antara Biaya kualitas terhadap Produktivitas
Peningkatan produktivitas telah menjadi masalah besar bagi semua industri dan untuk
bangsa juga. Tetapi ada begitu banyak tantangan dalam mencapai produktivitas yang lebih
tinggi. Kelangkaan sumber daya secara serius mempengaruhi produktivitas
Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 5 (2) November 2019

yang lebih tinggi. Ini akan menjadi ancaman besar bagi negara-negara berkembang dan maju.
Masalahnya adalah konsumsi sumber daya alam yang tidak terkendali seperti pohon,
batubara, minyak bumi, bahan bakar fosil, dan lain-lain. Untuk dapat mencegah terjadinya
kualitas produk yang rendah akan dibutuhkan suatu biaya yang tidak sedikit jumlahnya.
Setiap jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya kualitas yang rendah, bukan
merupakan tindakan yang merugikan perusahaan melainkan akan dapat menimbulkan
keuntungan-keuntungan dalam jangka panjang karena dengan kualitas yang baik. Sehingga
produk perusahaan akan semakin dipercaya oleh para konsumennya biaya tersebut dikenal
dengan biaya kualitas. Biaya kualitas muncul karena adanya kualitas buruk dan karena adanya
tujuan produksi yang berkualitas sebelum sampai ketangaan Konsumen atau pelanggan.
Produktivitas merupakan perbandingan input terhadap output dalam menghasilkan produk.
Biaya kualitas dapat dibebankan pada saat produk dalam proses produksi dalam kegiatan
pengendalian dengan mendeteksi kualitas yang buruk kualitas yang buruk mungkin terjadi
dengan biaya yang disebut dengan biaya pencegahan dan penilaian. Menurut (Golamambas
et.all 2017) Total biaya keselamatan dan kompensasi tenaga kerja keselamatan pada
umumnya, terlepas dari sifat dan kualitas sistem manajemen keselamatan, dapat berdampak
pada produktivitas, kualitas dan kuantitas produksi . Menurut (Sailaja et all 2015) Spesifikasi
produk pelanggan dapat dipenuhi dengan mengikuti langkah-langkah kontrol kualitas dalam
proses produksi dan dapat dipastikan dengan biaya yang efektif hanya jika kualitas dari setiap
dan setiap proses dalam organisasi didefinisikan dengan baik dan dipastikan tanpa
penyimpangan. Menurut Ali Khairull 2001 , menyatakan hasil penelitiannya ditemukan secara
signifikan terkait dengan produktivitas dalam manajemen pendapatan dan biaya. Konstruksi
untuk fokus karyawan memiliki hubungan positif dengan produktivitas dalam pendapatan dan
manajemen biayaJadi dapat dikatakan biaya kualitas berhubungan langsung dan berdampak
pada hasil produksi. Artinya hasil produk tergantung pada proses produksi dalam hal
produktivitasnya yang menimbulkan biaya.
Hubungan Biaya Kualitas dengan Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan kemampuan perusahaan untuk memuaskan pelanggan dan
pasar. Biaya kualitas yang lebih sering muncul atau ditekankan pada saat barang produk belum
sampai ke konsumen atau dipasarkan. Jadi biaya yang dibebankan pada proses penilaian dan
proses pencegahan lebih berdampak pada kualitas produk.Menurut Vincet K et.all 2004 , hasil
penelitiannya menyatakan adanya hubungan terbalik antara biaya penilaian ditambah biaya
pencegahan dan biaya kegagalan, hubungan antara biaya penilaian ditambah biaya pencegahan
dan kualitas produk adalah positif. Akhirnya, biaya kegagalan berkorelasi negatif dengan
kualitas. Hasilnya menunjukkan bahwa ketika biaya penilaian ditambah biaya pencegahan
meningkat, kualitas meningkat dan biaya kegagalan menurun. Karena biaya penilaian
dibebankan untuk menentukan apakah produk atau jasa yang dihasilkan telah sesuai dengan
persyaratan atau kebutuhan pelanggan, dapat dicontohkan seperti biaya pemeriksaan, dan
pengujian bahan baku, pemeriksaan kemasan , pengawasan kegiatan penilaian, penerimaan
produk, penerimaan proses dan peralatan. Menurut Bassim et.all 1996, menyatakan hasil
temuannya bahwasanya Teknologi Informasi, sistem-TI. Mengidentifikasi dan
'menghilangkan' penyimpangan kualitas dan penyebab kegagalan pada tahap awal, dan
penggunaan yang luas dari umpan balik data adalah alat yang disarankan untuk mencapai
peningkatan berkelanjutan dan untuk memastikan produk- produk berkualitas tinggi. Jadi
teknologi informasi merupakan salah satu alat yang
Lores, Linda & Siregar, Retnawati (2019) Biaya Kualitas, Produktivitas dan Kualitas Produk...

digunakan untuk pengendalian produk yang dihasilkan yang dapat dimasukan bebannya ke
dalam biaya pengendalian produk. Dikatakan bahwasanya biaya kualitas berhubungan dan
berdampak langsung dengan kualitas produk terutama di jenis biaya kualitas pencegahan dan
pengendalian. Sedangkan biaya kegagalan sangat berdampak terutama pendapatan perusahaan
karena kehilangan pelanggan akibat produk rusak atau cacat terutama biaya kegagalan
eksternal. Sedangkan biaya kegagalan internal dilakukan pada saat produk belum sampai ke
pelanggan tetapi sudah di produksi dan biaya ini muncul pada saat proses penilaian produk
dilakukan. Menurut Arthur M 1986, menemukan bahwa : biaya kegagalan menurun sementara
penilaian ditambah biaya pencegahan meningkat. Pengorbanan nyata ini menunjukkan bahwa
ada tingkat kualitas optimal dan bahwa upaya untuk lebih meningkatkan kualitas di atas
tingkat ini akan meningkatkan total biaya dan menurunkan kinerja keuangan. Menurut Rina
et.all 2017 menyatakan biaya efisiensi dan kualitas secara signifikan mempengaruhi
profitabilitas perusahaan yang bersangkutan dengan mengubah biaya pemeliharaan dan
perbaikan yang dihasilkan dari kegagalan internal dan eksternal. Menurut (dubravka 2015),
menyatakan perusahaan yang mengukur biaya kualitas mencapai kualitas produk yang lebih
tinggi kinerja dan keandalan. Artinya kuantifikasi biaya kualitas dapat dibenarkan dengan
kemungkinan keuntungan finansial bagi perusahaan. Karena itu, perusahaan harus didorong
untuk mengekstraksi biaya kualitas dari total biaya overhead di untuk meningkatkan kualitas
dan akibatnya mencapai hasil keuangan yang lebih baik .

SIMPULAN
Biaya Kualitas berhubungan langsung dan berdampak pada Produktivitas, dan kualitas
produk. Jenis Biaya kualitas yang sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas produk
adalah biaya yang muncul dengan kegiatan Pengendalian diantaranya biaya pencegahan dan
Penilaian.Biaya kualitas dapat menghasilkan kualitas produk yang tinggi yang di mulai dari
produktivitas sampai produk dihasilkan dan tercipta kepuasan pelanggan sesuai dengan
pengertian kualitas itu sendiri.Biaya Kegagalan berbanding terbalik dengan biaya pencegahan
dan penilaian terhadap kualitas dan produktivitas.Perusahaan dapat melakukan dengan
mengurangi biaya kualitas dan meningkatkan kualitas bagi pelanggan mereka dengan metode
yang paling umum diterapkan dengan model pencegahan-penilaian-kegagalan (P-A-F) klasik;
contohnya mengadopsi konsep CoQ berhasil mengurangi biaya kualitas dan meningkatkan
kualitas bagi pelanggan mereka atau dengan konsep lain dan memanfaatkan teknologi
informasi. Saran dalam review ini adalah penelitian biaya kualitas terhadap kualitas produk
dan produktivitas dapat diteliti kembali dengan menambah supply chain sebagai variabel
pemoderasi.
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, U.H., & Ray, S. (2000). ISO 9000 certification in Indian industries: A survey. Journal of Total Quality
Management , 11(3), 261–266.
ALI, KHAIRUL W A R MOHD,RUSHAMI ZIEN YUSOFF,zakaria Abas. (2001). The Relationship Between
Quality Management Practices and Productivity in Revenue and Cost Management :A Study of Local
Authorities in Peninsular Malaysia. Malaysian Management Journal 5 , 35-47.
Andrea Schiffauerova , Vince Thomson. (2006). A Review of Research on Cost of Quality Models and Best
Practices. International Journal of Quality & Reliability Management , 1-23.
Arthur M. Schneiderman. (1986). Optiuim Quality Cost Zero defects: Are they contradictory Concepts?
Quality Progress , C1-C4.
Basim Al-Najjar. (1996). Total Quality Maintanence An approach for continuous reduction in costs of quality
products. Journal of Quality in Maintenance Engineering, , Vol. 2,Issue: 3, pp 4-20.
Beechner, A.B & Koch, J.E. (1997). Integritating ISO 0001 and ISO14001. Quality Progress , 33-36.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis: Jurnal Program Studi Akuntansi, 5 (2) November 2019

Belcher, J.G. (1987). Productivity plus +: how today's best run companies are gaining the competitive edge.
Houston, TX Gulf Publishing Co .
Chuang C-J, Ho C-H, Ouyang L-Y, Wu C-W. (2013). An Integrated Inventory Model with Order-Size- Dependent
Trade Credit and Quality Improvement. Procedia Computer Science , 65-72.
Deming,W.E. (1989). out of the crisis. Massachusetts Institute of technology, center forAdvenced Engineering
study , 248.
Dubravka Pekanov StarĀeviþ . (2015). QUANTIFICATION OF QUALITY COSTS:IMPACT ON THE
QUALITY
OF PRODUCTS. EKONOMSKI PREGLED, , 233-249.
Fayza M. Obied-Allah. (2016). Quality Cost and Its Relationship to Revenue Sharing in Supply Chain.
Accounting and Finance Research , 173-189.
Gholamabbas Shirali, Reza Savari, Kambiz Ahmadiangali, and Vahid Salehi. (2017). The Effect of Safety Costs
on Productivity and Quality: A Case Study of Five Steel Companies in Ahvaz. Jundishapur J Health Sci ,
1-6.
Gholamabbas Shirali, Reza Savari,, Kambiz Ahmadiangali, and Vahid Salehi. (2017). The Effect of Safety Costs
on Productivity and Quality: A Case Study of Five Steel Companies in Ahvaz. Jundishapur J Health Sci .
Hadi Wahyono, Arnis Budi Susanto. (2017). The Analysis Of Quality Cost On Level Of Product Damage.
INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH , 118-121.
Kafetzopoulos DP, Psomas EL, Gotzamani KD. (2015). The impact of quality management systems on the
performance of manufacturing firms. Journal of Multinational Financial Management vol 18 No.2 , 79-
93.
Lakhal L, Pasin F. (2008). The direct and indirect impact of product quality on financial performance: A causal
model. Total Quality Management & Business Excellence , 87-99.
Ojasalo J. (2006). Quality for the individual and for the company in the business to business market.
International Journal of Quality & Reliability Management , 62-78.
Prakash A, Jha SK, Prasad KD, Singh AK. (2017). Productivity, quality and business performance: an empirical
study. International Journal of Productivity and Performance Management , 78-91.
Rina Tresnawati,Evi Octavia, Shinta Dewi Herawati. (2017). The Effect of Efficiency and Quality Cost on
Probability. Review of Integrative Business and Economics Research , 296-304.
Sailaja A, P C Basak and K G Viswanadhan. (2015). HIDDEN COSTS OF QUALITY: MEASURUMENT&
ANALIYSIS. International Journal of Managing Value and Supply Chains , 13-25.
Taylor, BW III & Russell R.S. (2000). Operatiotions management multimedia version. upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall.
Tolentino A.L. (2004 ( 13-14 may)). New concepts of productivity and its improvement. presented at european
Productivity Networ kSeminar (hal. 1-7). Europa: Budapest.
Vincent K. Omachonu, Sakesun Suthummanon, Norman G. Einspruch. (2004). The relationship between quality
and quality cost for a manufacturing company",. International Journal of Quality & Reliability
Management , 277-290.
Yu Lin, Biwei Liang, Xuechang Zhu,. (2018). The effect of inventory performance on product quality: The
mediating effect of financial performance. International Journal of Quality & Reliability Management .

Anda mungkin juga menyukai