Anda di halaman 1dari 65

Usefulness of Accounting Information to Investors and Creditors Pada bab sebelumnya telah dibahas

bahwa tujuan menyediakan informasi akuntansi adalah untuk berguna dalam pengambilan keputusan.
Dari definisi tersebut berarti proses akuntansi harus memperhatikan pihak yang melakukan
pengambilan keputusan yaitu user. Ada berbagai macam pengelompokan user akuntansi, namun SFAC
menyepakati bahwa user yang paling utama ialah investor dan kreditor. Keputusan yang diambil oleh
investor adalah keputusan mengenai saham, apabila kita sebagai pemegang saham, keputusan yang
diambil seperti haruskah saham yang dimiliki kita jual, apabila tidak sampai berapa lama kita akan
menyimpan saham ini. Sedangkan keputusan kreditor terkait dengan pinjaman dan obligasi. Earnings,
Dividends, and Stock Price Untuk mengambil keputusan mengenai saham, seseorang perlu memiliki
beberapa pengetahuan. Pengetahuan yang dibutuhkan antara lain tujuan melakukan investasi,
pengetahuan mengenai earnings, return, kondisi capital market, dividen dan masih banyak lain. Contoh,
misalnya hari ini PT A ingin menjual saham di bursa, IPO, harga saham yang ditawarkan 2000 per lembar,
kemudian kita sebagai investor membeli tanpa ada pertimbangan. Hal itu dinamakan naïve investor,
investor yang tidak punya pengetahuan yang cukup. Laporan keuangan harus untuk orang yang
memahami bagaimana mempelajari laporan keuangan itu. Investor yang tidak berpengetahuan
mengenai hipotesis itu disebut naïve investor hypothesis. Pada dunia investasi ada juga yang disebut
sebagai investing advice yang memberikan nasihat kepada investor mengenai jual beli saham. Investing
advice ini pada umumnya merupakan broker saham yang salah satunya berfungsi untuk memberikan
informasi kepada investor agar investor tidak salah mengambil keputusan. Investor juga harus
memperhatikan return ketika membeli saham. Sederhananya ketika return tidak cukup maka investor
tidak harus melakukan pembelian, dimana return tersebut ialah dividen. Perusahaan akan membagi
dividen dalam kondisi apabila perusahaan mendapatkan laba yang merupakan informasi akuntansi.
Berarti dividen tergantung pada informasi akuntansi. Dividen menjadi dasar untuk memutuskan harga
sahamnya terlalu tinggi atau tidak. Jadi kalau begitu ada hubungan antara dividen, informasi akuntansi,
dan harga saham. Investor bisa menentukan harga saham apabila investor mengetahui dividennya.
Investor bisa mengetahui dividen apabila ia mengetahui berapa laba
Chapter 8 - Usefulness of Accounting Information to
Investors and Creditors
Menjelang ujian akhir semester lebih kurang 10 hari lagi, mulai hari ini seperti saat menjelang
ujian sisipan, bakalan posting tentang materi kuliah teori akuntansi. Dimulai dari chapter 8 yang
saya dapatkan materinya pada tanggal 27 Oktober 2015 dari Pak Zaki :D

Sebelum ujian sisipan, di chapter 6 sebelumnya kita uda belajar tentang Search for Objectives,
sudah sepakat dinyatakan bahwa ASOBAT, APB Statement No 4, Trueblood Committee report,
SATTA, dilanjutkan chapter 7 SFAC, kita sepakat tujuan menyediakan informasi akuntansi
adalah untuk berguna dalam pengambilan keputusan (usefulness dalam decision making). Disitu,
ASOBAT juga menyatakan perubahan approach. Kalo dulunya akuntansi dari definisi dan lain-
lain itu adalah proses pencatatan, pengelompokan, dan seterusnya sampai menjadi laporan
keuangan itu adalah dilihat dari penyiapannya/preparernya/penyaji informasi. ASOBAT dan
lain-lain mengubah orientasinya kepada user, jadi tidak lagi yang dlihat adalah proses
menyiapkan tapi yang dilihat adalah kegunaannya bagi usernya. Kegunaan untuk apa? Nomor
satu untuk pengambilan keputusan, walaupun ada tambahannya juga untuk pertanggungjawaban.

Kita juga sudah membahas bahwa usernya itu banyak, di chapter sebelumnya kita sepakat bahwa
usernya banyak tetapi user itu bisa dikelompok-kelompokkan. Dan kita sepakat juga di SFAC
bahwa yang paling utama itu ada 2, yaitu investor dan kreditor. Jadi kalau dilihat dari judul
chapter ini, usefulness of accounting information to investors and creditors, berarti untuk users,
cuma usersnya diwakili oleh yang paling utama. Usefulnessnya untuk apa? Untuk decision
making.

Kalo chapter 6, chapter 7, itu akuntansi yang menyatakan bahwa kita menyediakan informasi
supaya berguna bagi user untuk pengambilan keputusan. Sekarang chapter 8 ini mau
membuktikan, betul berguna ga tuh yang disampaikan oleh akuntansi tadi? providing informasi
untuk pengambilan keputusan, betul-betul digunakan gak dalam pengambilan keputusan. Ini
yang mau kita lihat sekarang. Oleh siapa? Oleh user yang 2, investor dan kreditor.

Investor itu keputusannya selalu terkait dengan saham, makanya chapter ini mulai dari bagian
depannya panjang lebar itu terkait dengan pasar modal. Sampai tentang risk and return,
portofolio, dan sebagainya itu capital market yang dibahas, ada efisiensi pasar dan seterusnya. Di
bagian akhir juga dibahas sedikit tentang kegunaan informasi bagi kreditor. Kreditor itu
informasinya apa? Memberi pinjaman. Pinjamannya itu ada dua macamnya. Kalo bank itu ada
kredit, tapi kalo di pasar modal berarti obligasi.

Chapter ini mau membuktikan statementnya profesi yang ada di chapter 6 dan chapter 7 bahwa
akuntansi menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh user. Ini
yang harus dibuktikan sekarang. Bagaimana membuktikannya?

 Keputusan oleh investor terkait dengan saham


 Keputusan oleh kreditor terkait dengan obligasi

Kalau kita sebagai investor, keputusan kita terkait dengan mau jual atau mau beli saham. Kalau
kita punya saham, ga mau dijual, mau dimiliki berapa lama. Kan orang finance bilang buy, hold,
sell. Apakah individual saham satu-satu atau mau portofolio juga silahkan. Tapi selalu beli,
miliki, menahan, atau jual.
Obligasi juga begitu. Keputusannya terkait dengan mau memberi pinjaman atau gak. Kalau kita
memberi pinjaman melalui organisasi, berarti kita memutuskan mau beli obligasi atau tidak.
Kalau kita tidak mau memberi pinjaman, kita tarik uangnya minta dilunasi, kalau dalam bentuk
obligasi bisa kita jual obligasinya. Berarti keputusannya tetap sama, yaitu buy, hold, sell.
Yang banyak yang saham, yang sedikit yang obligasi.

Komposisi uang yang beredar di pasar modal itu lebih banyak di saham atau lebih banyak di
obligasi? Lebih banyak di saham. Sebanding dengan jumlah uang yang beredar di bursa,
sebanding dengan saham.
Jadi permasalahannya disini juga banyak. Masalahnya apa? Membuktikan apakah informasi
akuntansi betul-betul digunakan. Kalau tidak digunakan artinya informasinya tidak ada gunanya,
kalau digunakan berarti informasinya ada gunanya. Yang disebut information content, kalau
digunakan berarti informasi itu punya kandungan, informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan. Kalau tidak digunakan berarti informasinya tidak punya kandungan yang berguna
untuk pengambilan keputusan.

Jadi itulah ide besar dalam chapter ini.


Di buku teori akuntansi yang lain itu dibilang begini, kalau saya tukang masak (cook-nya), terus
saya buat pudding, bagaimana saya mengatakan bahwa pudding buatan saya ini enak. Bagaimana
kamu membuktikan bahwa pudding buatan saya itu enak atau tidak, harus dicicipi. Pepatahnya
orang yang berbahasa Inggris itu mengatakan “the proof of the pudding is in the eating”. Jadi
membuktikan puddingnya itu enak atau gak dengan cara memakannya.
Chapter ini membuktikan omongan berguna itu dengan melihat reaksi-reaksi di pasar modal. Itu
yang mau dilihat. Lalu ada hubungan apa gak antara informasi akuntansi dengan pasar modal?
dicoba dijelaskan di awal ada laba, ada dividen, ada harga saham.
Mari kita lihat..

Earnings, Dividends, and Stock Price


Contoh, misalnya hari ini PT A mau jual saham di bursa, IPO, harga sahamnya 2000 per lembar,
mau beli ga? Saya langsung beli pak. Kalau itu berarti namanya naïve investor, investor yang
tidak punya pengetahuan yang cukup. Pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk mengatakan ok
saya mau beli atau oh gak saya ga mau. Kita mau investasi itu tujuannya apa sih? Mencari laba
(return). Sebenarnya itu earnings, tapi earnings kalau di capital market itu disebut return
(kembalian). Return yang kita terima asalnya darimana? Kalau kita beli saham, terus dapat
return, sumber returnnya dari dividen. Kita mendapat uang dari perusahaan namanya dividen.
Berarti ini return kita yang pertama. Return keduanya apa? Capital gain. Kalau kita jual
sahamnya, kalau harganya lebih tinggi dari 2000, kita dapat keuntungan. Berarti kita akan beli
dengan harga 2000 kalau laba yang kita dapatkan nanti lebih tinggi dari 2000. Itu keputusan
dasar investasi. Kalau labanya lebih rendah dari 2000 ngapain dibeli. Karena capital gain itu
didapatnya dari jual saham, sedangkan investor itu adalah orang yang memiliki saham, maka
capital gain itu kita abaikan kalau sudah dijual sahamnya berarti sudah tidak jadi investor lagi.

Jadi yang menjadi sumber return utamanya adalah dividen. Jadi kalau sahamnya saya beli 2000,
dividennya mau dapat berapa ya kira-kira? Dari perusahaan sejenis, pengalaman kemarin kira-
kira bisa dapat 100 dividennya. Tahun berapa, anggap saja biar mudah setiap tahun 100. Berarti
2000 akan balik (di payback) dalam periode berapa lama? 20 tahun. Itu yang namanya payback
period. Sekarang pertanyaannya, apa mau berinvestasi yang kembalinya 20 tahun? Tidak. Kita
harus punya batas. Kalau lebih dari batas ini kita ga mau investasi. Kalau dibawah batas ini kita
mau investasinya. Terserah batasnya berapa. Misalnya batasnya 7 tahun, berarti yang 20 tahun
ditolak. Saya ga mau beli saham yang 2000 ini. Benarkah seperti itu? Ada hal lain yang harus
dipikirkan. Present value. 100 hari ini sama 100 yang akan datang harus di present value-kan.
Paybacknya jadi lebih lama dari 20 tahun.

Laporan keuangan itu harus untuk orang yang memahami bagaimana mempelajari laporan
keuangan itu. Investor yang tidak berpengetahuan itu di hipotesis itu namanya naïve investor
hypothesis. Investor itu bisa dibohongi, tapi setelah diteliti ternyata ga bisa. Orang yang mau
membayar 2000 itu uang betul lho, orang kalau mengeluarkan uang betul itu walaupun tidak tau
dia akan tanya-tanya dulu, ada advisernya yang memberi advice (investing advice). Siapa?
Broker saham. Kalau mau beli saham kan lewat broker, kantor sekuritas, itu punya ahlinya disitu.
Kita akan diberi tahu, apalagi kalau kita minta, tolong nanti saya di email atau nanti saya telpon
atau saya datang ke kantor dan tolong dijelaskan ya. Berarti yang naïve tadi tidak terbukti.
Keputusannya tetap keputusan yang canggih.

Berarti artinya mau beli saham harus mikir return, kalau returnnya ga cukup ga jadi beli.
Returnnya apa tadi? Dividen. Sekarang perusahaan akan membagi dividen dalam kondisi kalau
perusahaan mendapatkan laba. Laba itu informasi akuntansi. Berarti dividen tergantung pada
informasi akuntansi. Dividen menjadi dasar untuk memutuskan harga sahamnya terlalu tinggi
atau tidak. Kalau saya tidak mau beli artinya apa? Harganya terlalu tinggi (over price). Kalau
harganya masuk hitungan saya, berarti paling tidak itu under price, kecil atau tidak yang penting
masih laba.

Jadi kalau begitu ada hubungan antara dividen, informasi akuntansi, dan harga saham. Saya bisa
menentukan harga saham kalau saya tau dividennya. Saya bisa tau dividen kalau saya tau laba
akuntansinya. Berarti kalau saya pakai persamaan sederhana begitu harga saham dipengaruhi
oleh dividen. Dividen dipengaruhi oleh earnings (laba).

Jadi, apakah dalam praktik itu, teori ini nanti bisa terjadi betul di perusahaan yaitu apakah laba
yang terjadi atau dihasilkan oleh perusahaan itu betul-betul mempengaruhi harga saham.
Inilah dasar untuk melakukan penelitian pasar modal. Jadi ada teori mengenai dividen, mengenai
laba, mengenai harga saham yang mengaitkan ketiganya itu akibatnya saya bisa melakukan
penelitian pasar modal yaitu mencari hubungan antara informasi akuntansi dalam bentuk laba
dengan harga saham.

Residual Income
Disini itu ada informasi laba akuntansi. Laba akuntansi itu apa? Revenue dikurangi expense.
Itulah laba akuntansi. Tapi ada para pengguna informasi di luar, misalnya begini, saya punya
uang 1 Milyar. Uang saya 1M kalau saya simpan di bank saya bisa dapat 100 juta per tahun.
Terus ada yang bilang, investasikan saya diperusahaan kami. Lalu saya tanya kira-kira
perusahaan itu bisa memberikan laba berapa. Dari pengalaman sebelumnya 15%. Berarti kalau
1M dimasukkan ke perusahaan itu, saya akan dapat laba 150 juta. Menurut akuntansi labanya
150 juta, tapi sebetulnya 150 juta itu hanya lebih 50juta dibanding kalau uangnya saya taruh di
bank. Berarti yang di bank itu 100 jutanya itu namanya cost of capital (biaya modalnya). Modal
itu ga gratis, alternative earningsnya itulah yang disebut cost of capital. Berapa cost of
capitalnya? 100. Kalau uangnya ditanamkan di perusahaan, yang saya dapatkan 150. Kalau cost
of capitalnya dikeluarkan berarti laba saya tinggal 50. Laba tinggal sama dengan laba residu.
Itulah yang disebut dengan residual income, yaitu laba setelah dikurangi dengan cost of capital.

Pilih mana, naruh uang di bank atau investasi di perusahaan tadi? Karena residual incomenya
positif, berarti saya pilih nanam modal di perusahaan tadi, saya dapat kelebihan sebesar 50 yaitu
residual income yang disebut juga economic profit. Dikembangkan rumusnya. Ngitungnya dari
laba yang ditengah-tengah itu namanya NOP (Net Operating Profit).

Cara ngitung NOP:


NOP = (Revenue – CGS) – Operating expense
NOP = Gross Profit – Operating expense

Tidak cuma NOP, tetapi ada after tax. Berarti kalau tariff pajaknya 28%, maka NOP ini
dikurangi 28% sebagai Tax. Berarti NOPAT (Net Operating Profit After Tax) nya tinggal 72%.

Karena Net income = NOP – extraordinary, Kalau di perusahaan itu tidak ada extraordinary,
maka Net Operating Profit (NOP) nya = Net Income. Jadi NOP itu dalam bahasa teori
akuntansinya disebut earnings. Net income dalam bahasa teori akuntansinya disebut
comprehensive income.

Di SFAC No.5 kita mengenal 2 konsep laba, yaitu earnings dan comprehensive income.

NOP (Net Operating Profit) = earnings


NI (Net Income) = comprehensive income => berasal dari NOP - extraordinary

Kalau extraordinarynya 0, maka:

NOP – tax = NIAT (Net Income After Tax)


NOPAT – Capital charge = economic profit
Capital charge itu apa? Cost of capital tadi. Kalau uangnya di bank dapat 100 itu capital charge,
dalam bahasa finance itu namanya cost of capital.
Kalau modalnya itu kompleks, ada utang, obligasi, ada preferred stock, ada common stock berarti
struktur modalnya kompleks, cost of capitalnya nyatatnya pakai WACC (Weighted Average
Cost of Capital). Jadi, NOPAT – Capital charge itu bisa berubah menjadi NOPAT – WACC.

Ini analisis tambahan di luar laporan keuangan. Laporan keuangan kita hanya menyediakan
neraca, laba rugi, cash flow, ekuitas, catatan atas laporan keuangan. Analisis tersebut dilakukan
berdasarkan informasi yang ada di laporan keuangan. Perusahaan tidak menyediakan informasi
EVA dan economic profit, yang membutuhkan bisa menghitungnya sendiri. Tujuannya
meningkatkan kegunaan informasi dalam pengambilan keputusan.

Sekarang pilih mana, nyimpan uang di bank atau investasi di perusahaan tadi? Kalau tidak ada
hitungan residual income, jawabnya hanya dari laba di dalam laporan laba rugi, tidak cocok
jadinya. Tidak ada alternatif yang tersedia. Setelah saya tahu residual incomenya, saya bisa tau
oo lebih baik investasi disini. Berarti informasinya lebih berguna dalam pengambilan keputusan.
Walaupun ada plusnya, walaupun ada minusnya, tapi ada gunanya.

Introduction to Capital Market Research in Accounting


Jadi penelitian pertama itu penelitian seminal, yaitu penelitian yang menonjol, yang besar, yang
awal memakai kata seminal. Berarti pertama dilakukan, bagus, yang kemungkinan di masa
depannya akan berkembang. Itu yang namanya seminal. Yang melakukan itu adalah dua orang
pertama yang namanya Ball and Brown, sehingga sangat terkenal penelitian pasar modal itu yang
merintis adalah Ball and Brown. Publikasinya tahun 1968. Apa yang diteliti? Apakah informasi
akuntansi direspon oleh pasar modal atau tidak. Kalau hari ini saya memberikan informasi, hari
ini harga saham bergerak berarti informasi saya dipakai oleh investor dalam keputusan terkait
dengan harga saham. Kalau gitu informasinya memiliki information content.

Penelitiannya memakai event study (studi peristiwa). Jadi kita lihat apakah hari ini diumumkan,
hari ini responnya terjadi. Kalau iya, berarti informasinya punya konten, kalau tidak berarti
informasinya tidak punya konten. Ball and Brown (1968) membuktikan bahwa informasi
akuntansi punya konten.

Lalu dikembangkan lagi, tidak hanya dilihat dari responnya, tapi dilihat dari sign (tandanya).
Kalau informasinya positif, responnya positif. Kalau informasi negatif, responnya negatif.
Berarti information content sesuai dengan tanda informasi.

Lalu dilihat dari besarannya (magnitudenya) gimana. Kalau labanya naik 10%, apakah
responnya berbeda dengan kalau labanya naik 30%? Kalau labanya turun 5% apakah berbeda
dengankalau labanya turun 10%. Dilihat besarannya. Ternyata penelitiannya juga membuktikan
pasar bereaksi juga terhadap magnitude. Jadi tidak cuma information content, tapi sign and
magnitude.

Terus orang berpikir, bagaimana mengembangkan bisnis pasar modal ini. Apakah respon pasar
untuk perusahaan yang berbeda itu juga berbeda? Misalnya, PT A labanya naik 10%, PT B
labanya naik 10%. Apakah pasar merespon 10% sama-sama atau beda? Diteliti, ternyata berbeda
responnya. Respon yang berbeda itu disebabkan oleh ERC (Earnings Response Coefficient).
Jadi tiap perusahaan itu bisa dihitung ERCnya. Misalnya PT A ERCnya 1, kalo dia
mengumumkan laba naik 10%, maka respon pasarnya 10 x 1 = 10%, sedangkan PT B ERC nya
0,9. Kalo dia mengumumkan labanya naik 10%, pasarnya akan bereaksi 10 x 0,9 = 9%. Sehingga
terjawablah pertanyaan mengapa ada respon yang berbeda-beda ke perusahaan yang berbeda
diakibatkan oleh ERC. Terus orang bertanya lagi, ERC itu dipengaruhi oleh apa? Apa faktor
penentu ERC? Itulah jadi perkembangan berikutnya . sudah ada penelitiannya.

Itu penelitian information content yang sebetulnya dasarnya adalah efficient market hypothesis
(EMH). Kenapa kita mencari hubungan information content yang kita kembangkan sampai
ketemu ERCnya itu karena kita percaya bahwa pasar modal itu efisien. Efisiensinya ada 3 level.

1. Weak, mengatakan bahwa harga saham di bursa tergantung dari harga historisnya
(historical price). Berarti harga-harga yang lalu mempengaruhi harga sekarang
2. Semi strong, mengatakan bahwa kalau ada informasi masuk ke bursa, maka informasi itu
akan secara instan dimasukkan ke dalam harga saham. Instant = tidak ada tenggang
waktu. Begitu ada informasi, langsung harga sahamnya berubah. Tidak ada jeda
waktunya. Kalau ada jeda waktu artinya tidak efisien. Karena yang dimaksud dengan
efisien semi kuat yaitu kalau informasi yang masau pasar secara instan direspon dalam
perhitungan penentuan harga saham
3. Strong, semua informasi baik yang tersedia untuk masyarakat publik maupun informasi
yang di perusahaan tidak disediakan untuk masyarakat luar namanya privat, jadi baik
informasi untuk publik maupun informasi untuk privat diperhitungkan dalam penentuan
harga saham.

Akuntansi pasar modal risetnya menggunakan asumsi pasar modalnya efisien semi kuat. Kita
tidak berasumsinya pasar modalnya efisien kuat. Karena kalo efisien kuat, kita ga tau ada respon
terhadap apa, karena ada informasi di dalam perusahaan yang orang tidak tahu. Tapi kalau yang
semi kuat, hanya informasi yang disediakan untuk publik yang masuk ke bursa itu yang direspon.

Jadi artinya, berdasarkan pasar modal efisien, kita akan setuju penghimpunan informasi yang
masuk ke pasar itu akan di respon secara instan ke dalam penentuan harga saham. Berarti kalau
begitu hasil penelitian harus menunjukkan ada information content, yaitu pasarnya bereaksi.
Kalau pasarnya tidak bereaksi berarti tidak ada information content. Penelitian sejak Ball and
Brown sampai hari ini menunjukkan ada information content. Berarti cocok dengan teori atau
hipotesis pasar efisien.

Anomali
Penelitian yang dicari saat ini adalah penelitian-penelitian yang anomaly, penelitian yang pada
saat seperti ini atau seperti itu ternyata tidak efisien. Karena yang mendukung efisien sudah
terlalu banyak. Penelitiannya sudah kuat. Beberapa contoh anomaly yaitu:
1. Ada jeda waktu dalam memproses data fundamental. Tadi dikatakan harus instan, kalau
tidak instan berarti tidak efisien, kalau tidak efisien berarti namanya anomaly. Penelitinya
Ou dan Penman berhasil membuktikan ada jeda waktu.
2. Ternyata laba dan return saham ternyata korelasinya rendah. Tadi dibilang ada
information content, ada ERC, sehingga kalo dicari hubungannya ada, tapi sekarang
dibuktikan kalau korelasinya rendah.
3. Ada post-earning-announcement drift, ada informasi yang diserap pasar harus secara
instan menentukan harga saham, tidak boleh ada sisa penentuan. Misalnya hari ini laba
diumumkan, pasar diam saja. Dua hari yang akan datang harga saham naik. Kalau begitu
pasar tidak efisien. Ada post-earning-announcement drift. Jadi sisa-sisa dari
pengumuman earnings itu tidak boleh.
4. Mispricing related to accruals

The Incomplete Revelation Hypothesis (Hipotesis


pengungkapan yang tidak lengkap)
Artinya, kalau bicara disclosure (pengungkapan), disclosure itu intinya adalah menyampaikan
informasi. Cara menyampaikan, bentuk penyampaiannya itu tidak penting, yang penting
informasinya tersampaikan. Tapi ternyata setelah diteliti, kalau laporan keuangan itu
informasinya ada di tubuh laporannya, itu respon pasar akan berbeda dengan kalau informasinya
ditaruh di lampiran. Berarti disclosure (pengungkapan)nya / to reveal nya tidak lengkap. Ini
dibuktikan oleh penelitian. Kalau begitu ini pasarnya tidak efisien. Kalau efisien itu yang penting
ada informasinya. Bukan cara mengungkapkannya yang dipertanyaan.

Yang kedua, adanya noise trader. Harga saham itu turun harusnya logikanya orang ga mau jual,
karena kalo dijual kan rugi. Seharusnya dia tunggu, kalau nanti naik baru dijual. Tapi ternyata
ada orang-orang yang pas harga turun itu butuh uang, misal bayar rumah sakit, bayar uang
sekolah, yang menyebabkan dia terpaksa untuk menjual sahamnya. Ini namanya pedagang yang
noisy (mengganggu). Harusnya trennya itu orang membeli, ini malah menjual, karena adanya
informasi yang tidak lengkap tadi.

Dalam filsafat ilmu, “teori itu tidak kita terima kebenarannya, teori itu tidak kita tolak
keberadaannya”.

Kalo orang filsafat itu, tidak menolak tidak berarti sama dengan menerima.
Jadi teori efficient market hypothesis itu tidak kita terima, tapi kita tidak bisa menolak teori itu.
Kecuali kalo kita bisa menemukan anomaly banyak. Kalau bisa menemukan anomalinya banyak
baru bisa bilang tidak efisien. Anomalinya belum cukup banyak untuk mengganti teori efisiensi
pasar tadi. Salah satu syarat pasar efisien itu pembeli dan penjualnya banyak. Kalau pembelinya
1, penjualnya 1, itu ga bakalan efisien.

Dari berbagai penelitian yang dilakukan, ada tokoh akuntansi yang menyampaikan sesuatu yang
tidak benar, pasar modal itu bisa dibodohi oleh akuntan, kita ganti aja metode akuntansi, supaya
labanya naik, sehingga ada reaksi pasar. Kan kalo harga naik, pasar juga akan bereaksi harga
pasarnya naik, berarti akuntan bisa mengatur pasar modal. Lalu diteliti, ternyata pasar modal itu
tidak bereaksi terhadap metode akuntansi, pasar modal itu hanya bereaksi terhadap dampak
metode akuntansi terhadap aliran kas. Kalau setelah ganti metode, cash flownya tidak
berpengaruh, berarti pasar tidak akan bereaksi. Ganti metode mungkin direaksi, mungkin juga
tidak, tergantung apakah penggantian tadi mempengaruhi cash flow atau tidak mempengaruhi
cash flow.

Summary of Capital Market Research


1. Laba akuntansi memiliki kandungan informasi dan mempengaruhi harga saham
2. Kebijakan akuntansi alternatif dengan konsekuensi cash flow yang tidak nyata secara
langsung atau tidak langsung bagi perusahaan tidak tampak mempengaruhi harga saham
3. Kebijakan akuntansi alternatif yang mempunyai konsekuensi cash flow langsung atau
tidak langsung bagi perusahaan atau pemiliknya, mempengaruhi harga saham
4. Ada bukti bahwa pasar modal tidak bereaksi secara penuh atau secara instan untuk
memastikan tipe data akuntansi dalam situasi tertentu
5. Terdapat dorongan untuk memilih kebijakan akuntansi tertentu memberikan konsekuensi
kas tidak langsung.
6. Ukuran risiko berdasar akuntansi berkorelasi dengan ukuran risiko pasar, mengusulkan
bahwa angka-angka akuntansi berguna untuk menilai risiko.

Accounting Data and Creditors


Ada 4 bidang penelitian yang terkait kegunaan informasi akuntansi bagi kreditor:

1. Kegunaan data akuntansi dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan yang


menunjukkan kegagalan pinjaman. Kalau perusahaannya bangkrut artinya pinjamannya
tidak bisa dibayar, kreditnya macet.
2. Hubungan data akuntansi dengan rating obligasi yang menunjukkan rating itu seperti atau
sama dengan risiko kegagalan.
3. Hubungan data akuntansi dengan taksiran premi risiko tingkat bunga atas hutang
4. Studi eksperimen peran data akuntansi dalam keputusan pemberian pinjaman,

Pertama, kebangkrutan.

Kalau kita mau beli obligasi, obligasi itu mesti jangka panjang paling tidak 5 tahun. Berarti kita
harus punya keyakinan bahwa uang kita dalam waktu 5 tahun itu pokoknya akan dibayar kembali
ke kita. Perusahaan tidak akan bangkrut dalam 5 tahun ini. Makanya dicoba diprediksi apakah
informasi akuntansi bisa membedakan perusahaan yang bangkrut dengan perusahaan yang tidak
akan  bangkrut dalam 5 tahun kedepan. Model Altman digunakan dalam memprediksi
kebangkrutan. Ternyata informasi akuntansi berguna untuk informasi bagi kreditor yaitu untuk
memilih membeli obligasi perusahaan yang tidak akan bangkrut, jangan membeli obligasi
perusahaan yang diprediksi akan bangkrut.

Kedua, kegunaan data akuntansi untuk bond rating.


Obligasi itu ada bond ratingnya, yang menerbitkan rating yaitu PEFINFO (PT Pemeringkat Efek
Indonesia). Rating ini menunjukkan risiko kegagalan. Semakin tinggi ratingnya, semakin rendah
kemungkinan gagal bayar obligasi itu. Berarti kalau mau beli obligasi tinggal lihat ratingnya.
Cari yang ratingnya minimum AA. Semakin tinggi rating obligasinya, semakin rendah bunganya.

Ketiga, kalau perusahaan itu jelek, risikonya tinggi, maka bunga yang dibayarkan oleh
perusahaan itu harusnya lebih tinggi daripada untuk perusahaan yang baik. selisihnya
namanya premi on interest atas risk premier. Jadi karena lebih beresiko, kamu membeli premi
atas risiko itu. Ini bisa juga diukur pakai informasi akuntansi kayak rating tadi. Rating itu bisa
diprediksi pakai informasi akuntansi. Banyak penelitian menggunakan informasi akuntansi untuk
memprediksi rating obligasi.

Contoh, PT A  menjual obligasi, tidak dirating oleh PEFINDO, trus bagaimana risikonya, tidak
tau. Prediksi ratingnya bisa dilakukan pakai informasi akuntansi. Berarti kita bisa menggunakan
informasi akuntansi untuk keputusan kreditor.

Keempat, studi eksperimen

Prosedur analisis peminjaman uang di bank. Analisis apakah diterima atau tidak permohonannya.
Analisis uang yang akan diberikan berapa. Analisis berapa bunganya. Analisis berapa
jaminannya. Ada studi eksperimen, pura-pura jadi loan officer. Kalau ada orang minta pinjaman
itu keputusannya kira-kira seperti apa sih.
Jadi ada 4 bidang yang keempat-empatnya menunjukkan bahwa informasi akuntansi ternyata
bisa digunakan untuk membangun kreditor mengambil keputusan
Adrian Sutjiadi; Kevin Moeritty; Monica Kurniawati;  Rosalina Nitiwaluyo; & Daniel
Sugama Stephanus

Program Studi Akuntansi – Fakultas Ekonomi Dan Bisnis – Universitas Ma Chung –


Kabupaten Malang – 2014

ABSTRAK

Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan mengandung suatu informasi yang
dibutuhkan bagi pihak-pihak lain baik pihak internal yaitu manajemen perusahaan dan karyawan,
serta bagi pihak-pihak eskternal yaitu investor, kreditor, dan pemerintah. Investor membutuhkan
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan perusahaan untuk menganalisis dan melihat
kondisi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan sehingga investor mengetahui keadaan
investasi yang ditanamkan pada perusahaan. Kreditur membutuhkan informasi laporan keuangan
perusahaan untuk dapat menganalisis kemampuan perusahaan dalam membayarkan utang-
utangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pemerintah sendiri juga membutuhkan
informasi atas laporan keuangan perusahaan untuk melihat seberapa besar pajak yang akan
dikenakan atas perusahaan.

Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan tentunya harus mengandung inforomasi
yang memiliki kualitas karakteristik yaitu dapat dipahami, relevan, materialitas, keandalan,
penyajian jujur, substansi mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan sehat, dan kelengkapan.
Selain itu, kualitas atas informasi akuntansi pada laporan keuangan juga harus memuat kualitas
primer dan kualitas sekunder. Kualitas primer mengandung relevan dan reliabilitas. Sedangkan,
kualitas sekunder berisi mengenai konsistensi dan komparabilitas. Relevan mengandung artian
bahwa setiap informasi harus relevan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.
Reliabilitas mengandung artian bahwa informasi akuntansi dianggap handal jika dapat
diverifikasi, disajikan secara tepat, serta bebas dari kesalahan dan bias. Konsistensi menjelaskan
mengenai kekonsistenan penerapan prinsip-prinsip yang diterapkan oleh perusahaan.
Komparabilitas menjelaskan bahwa laporan keuangan perusahaan harus dapat diperbandingkan
dengan laporan keuangan perusahaan lainnya yang serupa.

Investor memiliki berbaga macam tipe yaitu sophisticated reader dan naive investor.
Sophisticated reader menjelaskan bahwa semua investor merupakan pembaca yang canggih
sehingga investor dapat menganalisis laporan keuangan dengan baik. Naive investor menjelaskan
bahwa investor buta akan informasi sehingga tidak mengerti informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan. Sophisticated reader terkadang tidak lepas dari kesalahan membaca laporan
keuangan dan naive investor yang buta akan informasi atas laporan keuangan sehingga
dibutuhkan alat bantu keuangan. Alat bantu keuangan dapat berupa analisis rasio, analisis tren,
analisis Du Pont, metoda nilai tambah (EVA dan MVA), Z-score, Tobin’s q, dan capital asset
pricing model (CAPM). Analisis-analisis tersebut dapat membantu investor dan kreditur untuk
menganalisis informasi yang terkandung dalam laporan keuangan perusahaan.

Kata-kata kunci: informasi, kualitas informasi, alat bantu keuangan, analisis laporan keuangan.
 

1. PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Setiap perusahaan tentunya akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menjaga
keberlangsungan usahanya di dalam ketatnya persaingan pasar. Untuk dapat menjaga
keberlangsungan tersebut terdapat beberapa faktor penting yang digunakan sebagai pedoman
untuk dapat mengontrol keberlangsungan dari usaha tersebut. Salah satu faktor penting yang
dibutuhkan perusahaan untuk dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan adalah
sebuah sistem yang dapat mengontrol dengan tepat dan akurat yaitu akuntansi.

Akuntansi menjadi sebuah faktor penting bagi perusahaan karena dengan adanya akuntansi,
setiap divisi yang ada di perusahaan dapat terkontrol seperti seharusnya. Dengan adanya
akuntansi maka setiap data atau transaksi perusahaan dapat dicatat dan diolah dengan baik. Dari
data yang telah dicatat dan diolah tersebut maka dapat menghasilkan suatu informasi yang
berguna bagi pihak internal (manajemen perusahaan) dan pihak-pihak eksternal (investor dan
kreditor).

Akuntansi telah lama ada sejak abad ke-14, para pedagang dari genoa mulai mengadakan
pencatatan secara sederhana. Namun setelah terbitnya buku berjudul Summa de Arithmatica,
Geometrica, Proportionionalita dari Luca Paciolo, pada tahun 1949 pembukuan dimulai
dilakukan secara sistematis dengan menggunakan sistem perpasangan dan sistem pembukuan
inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya akuntansi. Pada waktu tersebut, terdapat dua macam
sistem akuntansi yaitu sistem kontinental dan sistem anglo saxon. Sistem Kontinental dianut oleh
Belanda, sedangkan sistem Anglo Saxon dianut oleh Amerika dan Inggris.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), akuntansi merupakan teori dan praktik
perakunan, termasuk tanggung jawab, prinsip, standar, kelaziman (kebiasaan), dan semua
kegiatannya atau seni pencatatan dan pengikhtisaran transaksi keuangan dan penafsiran akibat
suatu transaksi terhadap suatu kesatuan ekonomi. Pengertian akuntansi menurut American
Accounting Association (AAA), akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan
melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan
keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Sedangkan,
pengertian akuntansi menurut Horngren & Harrison (2007) menyatakan bahwa akuntansi adalah
sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memroses data menjadi laporan, dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa akuntansi adalah suatu sistem/ proses yang mengukur, mengidentifikasi, melaporkan
informasi atas aktivitas bisnis dan memrosesnya menjadi sebuah laporan yang berguna dalam
pengambilan keputusan.

Berdasarkan beberapa definisi pengertian akuntansi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
akuntansi adalah suatu sistem atau proses yang mengukur, mengidentifikasi, melaporkan
informasi atas aktivitas bisnis dan memrosesnya menjadi sebuah laporan yang akan membantu
manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain dalam pengambilan keputusan.
Kegunaan akuntansi sendiri juga diatur dalam kerangka konseptual untuk pelaporan keuangan.
Salah satu dari manfaat kerangka konseptual adalah dapat digunakan dalam pembuatan peraturan
dan konsep. Kerangka konseptual terdiri dari tiga level yaitu level pertama yang merupakan
tujuan dasar, level kedua yang berisi elemen dari laporan keuangan dan karakteristik dari
informasi akuntansi, dan level ketiga yang berisi prinsip pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan. Kegunaan akuntansi sendiri terdapat pada level pertama kerangka konseptual
yang menjelaskan bahwa informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan harus dapat
digunakan oleh semua pihak yang berkepentingan.

Sebelum tahun 70-an, akuntansi hanya sekadar laporan keuangan yang dianggap sebagai dua hal
yaitu stewardshipness (pertanggungjawaban) dan performance (penampilan kinerja). Keputusan
bisnis tentunya tidak akan pernah lepas dari akuntansi. Akuntansi yang berfungsi sebagai sistem
informasi yang akurat memunyai kepentingan dalam pengambilan keputusan bagi para kreditor
maupun investor. Informasi akuntansi yang ada dalam laporan keuangan membantu stakeholders
untuk dapat melihat kinerja perusahaan baik kinerja manajemen maupun kinerja keuangan
perusahaan. Angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan tidak hanya sekedar angka,
tetapi mengandung suatu makna yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Angka-angka
tersebut juga merupakan fakta atau bukti data yang benar-benar terjadi tanpa adanya sebuah
rekayasa. Manajemen suatu perusahaan tidak hanya menampilkan informasi apa adanya yang
terdapat dalam laporan keuangan melainkan manajemen harus memberikan informasi dari
laporan keuangan tersebut bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan agar mendapatkan
informasi. Informasi yang disajikan dalam sebuah laporan keuangan ini haruslah memunyai
manfaat bagi para pembaca yang pengguna utamanya adalah stakeholders (pemangku
kepentingan).

Dalam laporan keuangan harus berisi kandungan informasi yang berguna bagi stakeholders
dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan ini sangat penting bagi para pemangku
kepentingan, karena dari laporan keuangan yang ada dapat menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dalam suatu perusahaan. Dengan mengetahui keadaan yang sebenarnya dari
perusahaan maka para pemangku kepentingan tidak akan salah dalam pengambilan keputusan,
contohnya bagi investor, uang tidak hanya sekadar aman namun juga ada keputusan untuk
menarik dividen, waktu menambah uang karena prospek baik, yang harus muncul di laporan
keuangan. Semua memunyai kepentingan dalam pengambilan keputusan termasuk kreditor,
supplier, dan karyawan. Tentunya laporan keuangan yang disajikan harus jelas dan akurat.
Apabila laporan keuangan tidak jelas maka akan mempersulit stakeholders dalam pengambilan
keputusan sehingga informasi akuntansi harus akurat dan dengan subyektif mungkin karena dari
informasi akuntansi tersebut dapat membantu stakeholders dalam memutuskan pengambilan
keputusan yang tepat.

Semua stakeholders dalam entitas bisnis sangat tergantung pada informasi akuntansi yang
terkandung dalam laporan keuangan. Dengan adanya informasi akuntansi yang akurat,
diharapkan dapat menjadi sebuah pedoman atau tolak ukur yang digunakan dalam menilai
keadaan yang sedang terjadi di dalam sebuah perusahaan. Oleh karena itu, peran akuntansi
sangat diperlukan untuk memberikan informasi yang akurat dan sesuai dengan apa yang terjadi
sebenarnya, serta mengenai perilaku ekonomi yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas bisnis
perusahaan dalam lingkungannya.
 

2. LANDASAN TEORI

 Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah media utama untuk mengkomunikasikan informasi keuangan yang
dihasilkan oleh proses akuntansi, kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan
pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan terdiri atas  laporan posisi keuangan atau 
neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas, dan laporan ekuitas pemilik beserta catatan atas
laporan keuangan atau pengungkapan yang merupakan bagian integral dari setiap laporan
keuangan (Weygant, et al., 2010).

Laporan keuangan memiliki berbagai macam pengertian yang dapat diungkapkan oleh beberapa
ahli.

1. Menurut Brigham & Houston (2006)

Laporan keuangan adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang
saham dan laporan tersebut memuat laporan keuangan dasar dan analisis manajemen atas operasi
tahun lalu serta pendapat mengenai prospek-prospek perusahaan di masa mendatang.

1. Menurut IAI (2012)

Dalam Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh IAI (2012), laporan keuangan adalah
suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan atas suatu entitas. Laporan
keuangan memiliki tujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan  arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga dapat menunjukkan kinerja dari
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang telah dipercayakan kepada
mereka. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas dalam hal aset, liabilitas,
ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi
kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, dan arus kas entitas. Berdasarkan
pengertian di atas, laporan keuangan dapat diartikan sebagai suatu laporan yang diterbitkan oleh
perusahaan yang berisi mengenai informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan atas suatu
entitas.

Laporan keuangan dibuat oleh perusahaan dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan. Laporan keuangan juga disusun untuk memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai.

 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Fahmi (2011), tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi
keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan keuangan yang ditujukan kepada
pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan
selain pihak manajemen perusahaan. Menurut IAI (2012), tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Para pengguna laporan keuangan menggunakan laporan
keuangan untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang muncul dari
keputusan ekonomi yang diambil. Berdasarkan dari beberapa pengungkapan tujuan laporan
keuangan, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama  laporan keuangan adalah sebagai berikut.

1. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor, calon investor, kreditur, calon
kreditor dan pemakai lainnya, untuk melakukan pengambilan keputusan  yang rasional
atas investasi dan kredit yang dilakukan.
2. Menyediakan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pihak-pihak lain,
dalam memperkirakan jumlah, saat, dan ketakpastian dalam penerimaan kas di masa
depan dari dividen, bunga dan hasil dari penjualan, pelunasan dan jatuh tempo sekuritas
atau pinjaman.
3. Menyediakan informasi tentang sumber daya ekonomis suatu perusahaan, klaim terhadap
sumber daya tersebut, serta pengaruh dari transaksi dan peristiwa yang memengaruhi
perubahan terhadap sumber daya dan klaim pada sumber daya tersebut.

 Karakteristik Laporan Keuangan

Menurut IAI (2011), laporan yang berguna bagi pemakai informasi harus memiliki karakteristik
kualitatif. Karakteristik kualitas atas laporan keuangan perusahaan sebagai berikut..

1. Dapat dipahami

Suatu kualitas penting atas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan yaitu
informasi yang tercantum mudah dipahami oleh pengguna laporan keuangan. Pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta keinginan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

1. Relevan

Informasi di dalam laporan keuangan harus relevan agar laporan keuangan menjadi bermanfaat
bagi para pengguna. Informasi di dalam laporan keuangan dapat bersifat relevan jika dapat
memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa di
masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu.

1. Materialitas

Informasi dapat dipandang material jika kesalahan dalam mencatat informasi dapat memengaruhi
pengambilan keputusan ekonomi pemakai laporan keuangan. Materialitas bergantung pada
besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam
mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement).
1. Keandalan

Laporan keuangan dapat bermanfaat bagi para penggunanya jika informasi yang disajikan andal
(reliable). Informasi andal jika terbebas dari salah saji material, bebas dari pengertian yang
menyesatkan, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithful
representation).

1. Penyajian jujur

Informasi keuangan yang tercantum pada laporan keuangan terkadang tidak lepas dari penyajian
yang kurang jujur. Hal tersebut disebabkan karena adanya kesulitan yang melekat dalam
mengidentifikasikan transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun
atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa
tersebut.

1. Substansi mengungguli bentuk

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang
seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi
dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukum.

1. Netralitas

Informasi di dalam laporan keuangan harus ditujukan untuk kebutuhan pemakai secara umum,
tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Informasi tidak boleh disajikan
untuk kepentingan pihak-pihak tertentu, namun di sisi lain informasi tersebut akan merugikan
pihak lain yang memunyai kepentingan berlawanan.

1. Pertimbangan sehat

Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketakpastian suatu peristiwa dan keadaan
tertentu. Namun demikian, tidak diperkenankan melakukan penggunaan pertimbangan sehat
sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu tidak memiliki kualitas yang
andal.

1. Kelengkapan

Agar informasi keuangan dapat diandalkan oleh para pemakai laporan keuangan, informasi
dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.

 Jenis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari posisi keuangan dan
perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/ menggambarkan
jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Perhitungan
(laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban
yang terjadi selama perioda tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

Menurut IAI (2012), laporan keuangan terdiri dari enam komponen yaitu laporan posisi
keuangan pada akhir perioda, laporan laba rugi komprehensif selama perioda, laporan perubahan
ekuitas selama perioda, laporan arus kas selama perioda, catatan atas laporan keuangan (berisi
ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain), laporan posisi keuangan
pada awal perioda komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan
akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau
ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

1. Laporan laba rugi komprehensif

Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dari
pengeluaran perusahaan selama satu perioda akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau
satu tahun. Menurut Munawir (2010), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang sistematis
tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama perioda
tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap
perusahaan, namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut.

1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok
perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga
pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
2. Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari beban penjualan
dan beban umum/ administrasi (operating expenses).
3. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan,
yang diikuti dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non
operating/ financial income dan expenses).
4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extraordinary gain or loss)
sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
5. Laporan posisi keuangan

Laporan posisi keuangan merupakan sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada
suatu titik waktu tertentu. Menurut Harahap (2009), laporan ini menggambarkan posisi aset,
kewajiban dan ekuitas pada saat tertentu. Laporan posisi keuangan adalah laporan yang
menyajikan sumber-sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aset kewajiban-kewajibannya
atau utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau
ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Aset dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu aset lancar
adalah aset yang habis dalam satu kali perputaran dalam proses produksi dan proses berputarnya
adalah dalam waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Dalam perputarannya
dalam jangka waktu yang pendek, elemen-elemen dari aset lancar tidak sama cepatnya ataupun
tingkat perputarannya. Dengan kata lain, aset lancar merupakan aset yang dapat diuangkan dalam
waktu yang pendek. Aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-
angsur habis turut serta dalam proses produksi. Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai
aset tetap selain aset itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat
permanen (aset tersebut memunyai kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam
satu perioda kegiatan perusahaan). Menurut Munawir (2010), utang adalah semua kewajiban-
kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi yang merupakan sumber dana
atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Utang atau kewajiban-kewajiban perusahaan
dapat dibebankan ke dalam kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan kewajiban jangka
panjang. Kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah kewajiban keuangan
perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu
tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan,
sedangkan kewajiban jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu
pembayaran (jatuh temponya) jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca). Modal
sendiri merupakan ekuitas yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di dalam
perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu. Ekuitas dari sumber ini merupakan dana yang
berasal dari pemilik perusahaan atau dapat pula bersumber dari pendapatan atau laba yang
ditahan. Secara garis besar menurut IAI (2012), pos-pos dalam laporan posisi keuangan
didefinisikan sebagai berikut.

1. Aset tetap
2. Properti investasi
3. Aset tidak berwujud
4. Aset keuangan
5. Investasi dengan menggunakan metoda ekuitas
6. Aset biolojik
7. Persediaan
8. Piutang dagang dan piutang lainnya
9. Kas dan setara kas
10. Total aset yang direklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang
termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk
dijual sesuai dengan PSAK 58
11. Utang dagang dan terutang lainnya
12. Kewajiban diestimasi
13. Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (k) dan (l)
14. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
15. Liabilitas dan aset untuk pajak tangguhan sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46
16. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan dan diklasifikasikan sebagai
yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
17. Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas
18. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.

1. Laporan arus kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang mengikhtisarkan penerimaan dan pengeluaran kas
dari sebuah kesatuan usaha untuk suatu perioda waktu tertentu. Menurut IAI (2012), informasi
arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas
dalam menghasilkan arus kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas
tersebut. Dalam laporan arus kas, terdapat tiga jenis aktivitas yaitu aktivitas operasi, aktivitas
investasi, dan aktivitas pendanaan. Menurut Warren, et al., (2005), arus kas dari aktivitas operasi
(cash flow from operating activities) merupakan arus kas dari transaksi yang memengaruhi laba
bersih. Arus kas dari aktivitas investasi (cash flow from investing activities) merupakan arus kas
dari transaksi yang memengaruhi investasi dalam aktiva tidak lancar. Arus kas dari aktivitas
pendanaan (cash flow from financing activities) merupakan arus kas dari transaksi yang
memengaruhi ekuitas dan utang perusahaan.

1. Laporan perubahan ekuitas

Menurut IAI (2012) menyatakan bahwa entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang
menunjukkan.

1. Total laba rugi komprehensif dalam satu perioda, yang menunjukkan secara terpisah total
jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan
non pengendali.
2. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali
secara retrospektif yang diakui sesuai PSAK 25.
3. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir
perioda, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang muncul dari.

 Laba rugi
 Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain
 Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara
terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak
kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.

1. Catatan atas laporan keuangan

Menurut IAI (2012), catatan atas laporan keuangan meliputi.

1. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan


akuntansi tertentu yang digunakan.
2. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan di bagian
manapun dalam laporan keuangan.
3. Memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan,
tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

Entitas umumnya menyajikan catatan atas laporan keuangan dengan urutan sebagai berikut,
untuk membantu pengguna memahami dan membandingkan dengan laporan keuangan entitas
lainnya.

1. Pernyataan kepatuhan terhadap SAK


2. Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan
3. Informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan perubahan posisi
keuangan dan laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan),
laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, sesuai dengan urutan penyajian laporan
keuangan dan penyajian masing-masing pos.
4. Pengungkapan lainnya termasuk.
5. Liabilitas kontijensi dan komitmen kontraktual yang belum diakui.
6. Pengungkapan informasi nonkeuangan, misalnya tujuan dan kebijakan manajemen risiko
keuangan.

Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan mengandung suatu informasi akuntansi
yang dapat digunakan oleh semua pihak. Informasi akuntansi yang tercantum di dalam laporan
keuangan perusahaan menunjukkan kondisi kinerja perusahaan selama tahun berjalan.

 Akuntansi

Akuntansi memiliki pengertian yang didasarkan atas pendapat beberapa ahli.

1. Menurut American Accounting Association (AAA) (1966)

Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk
memungkinkan adanya penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka
yang menggunakan informasi tersebut.

1. Menurut Belkaoui (2000)

Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang
bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang,
penginterpretasian hasil proses tersebut.

1. Menurut Horngren & Harrison (2007)

Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memroses data menjadi
laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan.

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007)

Akuntansi merupakan teori dan praktik perakunan, termasuk tanggung jawab, prinsip, standar,
kelaziman (kebiasaan), dan semua kegiatannya atau seni pencatatan dan pengikhtisaran transaksi
keuangan dan penafsiran akibat suatu transaksi terhadap suatu kesatuan ekonomi.

Definisi akuntansi yang terbaru telah mengacu pada konsep informasi kuantitatif. Akuntansi
adalah aktivitas jasa yang berfungsi untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang
bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan
keputusan-keputusan ekonomi, dalam membuat pilihan di antara alternatif tindakan yang ada.
Fungsi utama akuntansi adalah sebagai informasi keuangan suatu organisasi karena dari laporan
akuntansi dapat melihat posisi keuangan suatu organisasi beserta perubahan yang terjadi di
dalamnya. Informasi mengenai keuangan sangat dibutuhkan khususnya oleh pihak manajer/
manajemen untuk membuat keputusan suatu organisasi. Informasi akuntansi yang akan
membantu membuat keputusan berupa laporan keuangan.

Menurut Belkaoui (2006), peranan akuntansi adalah untuk memberikan informasi mengenai
perilaku ekonomi yang diakibatkan oleh aktivitas-aktivitas perusahaan dalam lingkungannya.
Hasil yang terjadi tersebut disajikan sebagai “spektrum informasi”. Spektrum informasi terdiri
atas laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan, cara-cara pelaporan keuangan, dan
informasi lainnya. Hanya laporan keuangan perusahaan, termasuk catatan-catatannya, yang
diaudit. Dalam artian bahwa auditor telah melakukan penilaian yang independen untuk
membuktikan fakta bahwa laporan keuangan tersebut telah menyajikan secara wajar posisi dan
kinerja perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

 Informasi akuntansi

Menurut Belkaoui (2000), informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas
ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-
pilihan di antara alternatif-alternatif tindakan. Informasi akuntansi pada dasarnya bersifat
keuangan dan terutama digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan, pengawasan, dan
implementasi keputusan-keputusan perusahaan. Informasi akuntansi digolongkan menjadi tiga
jenis yaitu informasi operasi, informasi akuntansi manajemen, dan informasi akuntansi
keuangan.

1. Informasi Operasi

Informasi ini menyediakan data mentah bagi informasi akuntansi keuangan dan informasi
akuntansi manajemen.

1. Informasi Akuntansi Manajemen

Informasi akuntansi yang khusus ditujukan untuk kepentingan manajemen disebut informasi
akuntansi manajemen. Informasi yang digunakan dalam tiga fungsi manajemen yaitu
perencanaan, implementasi, dan pengendalian.

1. Informasi Akuntansi Keuangan

Informasi akuntansi keuangan digunakan baik oleh manajer maupun pihak eksternal perusahaan
dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan

Informasi akuntansi dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis yang berbeda menurut manfaatnya
bagi para pemakai sebagai berikut.

1. Statutory accounting information

Informasi yang harus disiapkan sesuai dengan peraturan yang ada.

1. Budgetary information
Informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal
dalam perencanaan, penilaian, dan pengambilan

1. Additional accounting information

Informasi akuntansi lain yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektivitas pengambilan
keputusan manajer.

 Pemakai Informasi Akuntansi

Interpretasi terhadap laporan keuangan sebagai hasil akhir dari kegiatan akuntansi sangat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut. Pihak-
pihak yang membutuhkan informasi akuntansi terkandung dalam laporan keuangan perusahaan
dikelompokkan menjadi dua pihak yaitu pihak internal perusahaan (manajemen) dan pihak
eksternal perusahaan yang terdiri dari pemilik perusahaan (investor), kreditor, pemerintah,
serikat pekerja, dan masyarakat tertentu. Laporan akuntansi suatu perusahaan oleh pihak-pihak
yang umumnya digunakan sebagai informasi yang bermanfaat untuk dasar dalam pengambilan
keputusan ekonomi sesuai kepentingan masing-masing.

Kaitannya dengan harga saham, maka pemakai laporan keuangan yang sangat membutuhkan
informasi akuntansi adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham. Pemilik perusahaan
berkepentingan terhadap laporan akuntansi suatu perusahaan berhubungan dengan modal yang
diinvestasikan pada perusahaan tersebut. Informasi yang diperoleh dari laporan akuntansi,
umumnya bermanfaat bagi pemilik perusahaan untuk mengukur hasil usaha yang telah dicapai
perusahaan tersebut selama perioda tertentu serta prospek hasil usaha di masa mendatang.

 Teori Informasi Akuntansi

Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan informasi akuntansi yang dikeluarkan oleh
perusahaan yaitu teori sinyal (signaling theory) dan teori asimetri informasi (assymetric
information).

1. Teori Sinyal (Signaling Theory)

Informasi mengandung unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena  informasi pada
hakikatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat
ini maupun keadaan masa depan bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana
pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Reaksi pasar
ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada waktu informasi diumumkan dan
semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut dan pelaku pasar terlebih dahulu
menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau
sinyal buruk (bad news). Pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa
perusahaan memunyai prospek yang baik di masa mendatang sehingga investor tertarik untuk
melakukan perdagangan saham. Pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam
harga saham.
2. Teori Asimetri Informasi (Assymetric Information)

Assymetric information atau ketaksamaan informasi adalah suatu kondisi manajer yang memiliki
informasi yang berbeda (lebih baik) mengenai kondisi atau prospek perusahaan daripada yang
dimiliki investor (Brigham, 2006). Asimetri informasi terjadi karena pihak manajemen
memunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan pada investor. Menurut Scott (2000),
terdapat dua macam asimetri informasi sebagai berikut.

1. Adverse selection

Adverse selection adalah bahwa para manajer serta orang-orang dalam  lainnya umumnya
mengetahui lebih banyak mengenai keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan dengan
investor pihak luar.

1. Moral hazard

Moral hazard adalah bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya
diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan
tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara
etika atau norma mungkin tidak layak untuk dilakukan. Salah satu cara mengurangi asimetri
informasi yaitu dengan cara memberikan sinyal kepada pihak luar tentang informasi keuangan
yang dapat dipercaya akan mengurangi ketakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan
datang (Wolk, 2000).

 Kriteria Informasi Akuntansi

Informasi akuntansi dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

1. Perbandingan antara manfaat dan biaya

Manfaat laporan informasi akuntansi paling tidak harus sama dengan biaya untuk membuat
laporan tersebut. Biaya atas sebuah laporan tidak boleh lebih besar daripada manfaat yang akan
diperoleh dari pemakaian informasi tersebut.

2. Dapat dimengerti

Informasi akuntansi dapat dimengerti oleh pemakai jika dinyatakan dalam bentuk dan istilah
yang sesuai dengan tingkat pengetahuan pemakai.

3. Relevan

Agar informasi akuntansi relevan, maka metoda pengukuran dan pelaporan akuntansi keuangan
yang dipilih harus sesuai dan dapat membantu para  pemakai dalam pengambilan keputusan.

4. Dapat diuji
Informasi akuntansi harus dapat diuji kebenarannya oleh para penguji independen dengan
menggunakan metoda pengukuran yang sama.

5. Netral

Informasi akuntansi harus ditujukan pada kebutuhan pemakai umum, bukan untuk kebutuhan dan
kepentingan pihak-pihak tertentu.

6. Menyajikan yang seharusnya

Informasi akuntansi dapat dipercaya, bila menyatakan yang sebenarnya atau menyajikan yang
seharusnya.

7. Nilai prediksi

Informasi akuntansi tentang posisi keuangan masa lalu memiliki nilai prediksi yang artinya dapat
dipakai sebagai dasar untuk memrediksi atau meramalkan masa depan.

8. Feedback (umpan balik)

Umpan balik dapat berupa pembenaran atau penolakan terhadap perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya.

9. Tepat waktu

Informasi akuntansi harus disampaikan tepat waktu agar dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan/ kebijakan perusahaan dan untuk mencegah tertundanya pengambilan keputusan.

10. Dapat dibandingkan atau konsisten

Informasi akuntansi yang disajikan harus dapat memudahkan pemakai untuk


membandingkannya dengan informasi sejenis dari perusahaan lain.

 Manfaat Informasi Akuntansi

Proses penggunaan akuntansi dalam menyajikan informasi kepada para pemakai dapat dilihat
pada diagram berikut ini.

Investor

Kreditor

Lembaga pemerintah

SPSI/karyawan
Manajer
Identifikasi pemakai

Kebutuhan Informasi pemakai

Laporan akuntansi
Keputusan-keputusan
Sistem akuntansi
Data ekonomi

Penanaman modal

Persetujuan kredit

Taksiran pajak

Negosiasi kontrak

Penyusunan anggaran
Laporan keuangan

Laporan khusus

Isian pajak

Laporan pelaksanaan

Laporan manajemen

 
Gambar 1. Proses penggunaan informasi akuntansi

Sumber: Belkaoui, 2006

Penggunaan informasi akuntansi adalah investor, kreditor, pemerintah, karyawan, manajer, dan
pimpinan perusahaan. Informasi akuntansi berguna bagi para pengguna sebagai dasar
pengambilan keputusan masing-masing, serta dapat memberikan pertanggungjawaban
manajemen kepada pemilik dan mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun. Jadi,
kegunaan akuntansi sebagai berikut.

1. Untuk mendapatkan informasi keuangan perusahaan.


2. Untuk mempertanggungjawabkan manajemen kepada pemilik.
3. Untuk mengetahui perkembangan perusahaan.

Menurut Scott (2009), informasi akuntansi yang bermanfaat harus memunyai kualitas informasi
relevan dan andal. Menurut Suwardjono (2008), informasi akuntansi juga harus memunyai nilai
dalam menambah pengetahuan, menambah keyakinan mengenai profitabilitas terealisasinya
harapan dalam kondisi ketakpastian serta mengubah keputusan atau perilaku para pemakai.
Financial Accounting Standard Board (1980) menyusun karakterisktik standar kualitatif laporan
melalui Standard Financial Accounting Concepts No. 2 dan merupakan syarat yang harus
dipenuhi agar tujuan informasi sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam SFAC No 1 dapat
tercapai. Karakteristik kualitas informasi akuntansi harus memiliki nilai-nilai sebagai berikut.

1. Kualitas Primer

Kualitas utama yang membuat informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputuan adalah
relevan dan andal. Relevan menunjukkan informasi akuntansi harus dapat membuat perbedaan
dalam suatu keputusan. Untuk menjadi relevan, informasi akuntansi harus memunyai nilai
prediktif, nilai umpan balik dan tepat waktu. Andal adalah informasi dapat diandalkan jika
terbebas dari kesalahan, penyimpangan, serta merupakan penyajian yang jujur. Agar reliabel,
informasi akuntansi memunyai karakteristik dapat diperiksa, kejujuran penyajian, dan netral.

2. Kualitas Sekunder

Informasi lebih berguna jika memunyai karakteristik dapat dibandingkan (comparability) dan
konsistensi (consistency).

3. Keterbatasan Laporan Keuangan

Informasi akuntansi bermanfaat jika harus mencapai tingkat minimum dari  relevan dan
reliabilitas.

 Kegunaan Informasi Akuntansi


Informasi akuntansi yang dibuat oleh perusahaan dapat digunakan untuk kepentingan beberapa
pihak baik pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal. Pihak internal perusahaan dapat
meliputi manajemen perusahaan. Pihak eksternal perusahaan meliputi investor, calon investor,
kreditor, pemerintah, dan pihak-pihak lainnya.

1. Pihak Internal
2. Manajemen

Manajemen perusahaan merupakan pihak-pihak yang diberi tanggung jawab untuk menjalankan
dan mengelola kegiatan operasional perusahaan. Untuk dapat mengelola perusahaan dengan baik
manajemen memerlukan berbagai informasi. Salah satu informasi yang sangat penting yang
diperlukan manajemen adalah informasi akuntansi. Manajemen menggunakan informasi
akuntansi tersebut untuk mengukur keberhasilan perusahaan serta sebagai dasar untuk
menentukan kebijakan atau pengambilan keputusan perusahaan dalam rangka mencapai
tujuannya.

2. Karyawan/ Serikat Buruh

Untuk menjalankan kegiatan usahanya suatu perusahaan memunyai banyak karyawan baik jenis
maupun jumlahnya yang dibayar oleh perusahaan atas jasa yang diberikan. Sebagai pihak yang
bekerja di perusahaan mereka perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Hal ini penting
bagi mereka karena kelangsungan hidup para karyawan bergantung pada perusahaan. Mereka
menginginkan agar dapat memperoleh penghasilan yang tetap dan terus-menerus. Informasi yang
mereka butuhkan dapat diperoleh dari laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

1. Pihak Eksternal
2. Investor/ pemegang saham

Para pemegang saham merupakan pemiliki atas suatu perusahaan yang pada umumnya
merupakan perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Pemegang saham menjadi pemilik
perusahaan karena mereka membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Sebagai
pemilik perusahaan, para pemegang saham memerlukan informasi secara rutin dan terus menerus
mengenai perkembangan atas perusahaan. Salah satu informasi pokok yang diperlukan oleh
pemegang saham adalah informasi keuangan (laporan keuangan) yang dikeluarkan oleh
perusahaan secara periodik. Manfaat informasi akuntansi bagi para pemegang saham adalah
sebagai dasar pertimbangan bagi mereka untuk memutuskan apakah mereka tetap akan
mempertahankan modalnya di perusahaan tersebut atau akan mengambil kembali modalnya
untuk ditanamkan di perusahaan lain. Jika dari laporan keuangan tersebut diketahui bahwa
kondisi perusahaan tidak akan memberikan keuntungan di masa yang akan datang maka para
pemegang saham akan menarik modalnya dan mengalihkannya ke perusahaan lain yang
prospeknya lebih bagus. Jika dari laporan keuangan tersebut diperoleh informasi bahwa
perusahaan dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang maka kemungkinan para
pemegang saham akan tetap menginvestasikan modalnya di perusahaan tersebut.

2. Calon investor
Suatu perusahaan yang akan berdiri atau ingin menambah modalnya memerlukan para investor
yang nantinya akan membeli saham perusahaan. Sebelum menanamkan modalnya di perusahaan
tersebut para investor atau pihak yang ingin menanamkan/ menginvestasikan modalnya
memerlukan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan tersebut. Informasi keuangan
yang dibutuhkan dapat dilihat dari laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
bersangkutan. Investor memerlukan informasi tersebut untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan dan mengetahui atau memperkirakan prospek perusahaan itu di masa yang akan
datang. Apabila kondisi keuangan perusahaan cukup baik, investor akan tertarik untuk
menginvestasikan uangnya di perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika kondisi keuangannya tidak
baik investor tidak akan menginvestasikan uangnya di perusahaan itu, karena jika kondisi
keuangannya buruk maka kemungkinan besar investor tidak akan memperoleh keuntungan dari
investasinya, bahkan mungkin justru akan rugi. Tetapi bila kondisi keuangan perusahaan baik,
hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memunyai prospek yang baik pula di masa yang akan
datang sehingga investor akan memperoleh keuntungan dari investasinya.

3. Kreditor

Kreditor bagi suatu perusahaan adalah pihak-pihak, misalnya bank atau perusahaan lain, yang
memberikan pinjaman atau utang kepada perusahaan yang bersangkutan. Tentu saja sebagai
pihak yang akan memberikan pinjaman mereka perlu memperoleh informasi tentang kemampuan
perusahaan, yang akan diberi pinjaman, untuk mengembalikan pinjamannya. Informasi mengenai
kemungkinan perusahaan mampu atau tidak untuk mengembalikan pinjamannya dapat diketahui
dari laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan calon peminjam. Apabila dari laporan
keuangan yang dibuat diketahui bahwa perusahaan akan mampu mengembalikan pinjamannya,
kreditor akan memberikan pinjaman pada perusahaan tersebut. Akan tetapi, apabila laporan
keuangan menunjukkan bahwa perusahaan kemungkinan tidak akan dapat mengembalikan
pinjamannya, kreditor tidak akan memberikan pinjaman. Kedua kondisi tersebut dapat dilihat
dari laporan laba rugi komprehensif perusahaan selama beberapa tahun sehingga bisa dilihat
kecenderungannya. Di samping itu, dapat dilihat pula dalam laporan posisi keuangan perusahaan
mengenai banyaknya serta jumlah utang yang sudah dimilikinya. Jika perusahaan sudah
memiliki banyak utang biasanya kreditor tidak akan memberikan pinjaman pada perusahaan
tersebut.

4. Pemerintah

Setiap perusahaan memunyai kewajiban untuk membayarkan pajak perusahaan kepada


pemerintah. Besaran pajak yang akan dibayarkan tergantung dari besarnya laba yang diperoleh
perusahaan. Untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkan, pemerintah memerlukan
laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan secara periodik. Selain itu, manfaat lain
yang diperoleh pemerintah dari laporan keuangan perusahaan yaitu pemerintah dapat mengetahui
besar kecilnya perusahaan-perusahaan di negaranya, dan perusahaan-perusahaan mana yang
sudah dapat berdiri sendiri dan perusahaan mana yang masih memerlukan subsidi atau pinjaman.
Informasi-informasi seperti itulah yang nantinya juga akan digunakan oleh pemerintah untuk
mengukur pendapatan nasional dan menyusun kebijakan-kebijakan ekonomi.

 Teori Kegunaan-Keputusan (Decision-Usefulness Theory)


Teori kegunaan-keputusan (decision-usefulness theory) dari informasi akuntansi dikemukakan
dalam disertasi George J. Staubus untuk pertama kalinya pada tahun 1954. Kegunaan-keputusan
informasi akuntansi mengandung komponen-komponen yang perlu dipertimbangkan oleh para
penyaji informasi akuntansi agar cakupan yang ada dapat memenuhi kebutuhan para pengambil
keputusan yang akan menggunakannya. Akuntan telah memutuskan bahwa investor merupakan
konstituen utama, serta menggunakan teori investasi dan teori pengambilan keputusan dalam
memahami tipe informasi akuntansi yang dibutuhkan investor. Hal ini sesuai dengan tujuan
laporan keuangan yang ada dalam pernyataan SFAC No.1 tentang “the objective of financial
reporting for business enterprise” (Financial Accounting Standard Board, 1980), yang
mengimplikasikan bahwa meskipun laporan keuangan memiliki sasaran yang luas, orientasinya
terletak pada investor dan kreditor dengan berasumsi bahwa terpenuhinya kebutuhan mereka
berarti terpenuhi pula hampir semua kebutuhan para pengguna lainnya. Investor, dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan tentang Pengguna dan
Kebutuhan Informasi, didefinisikan sebagai penanam modal berisiko yang berkepentingan
dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2011).

Pernyataan dalam SFAC No.1 jelas memberikan mandat pada profesi akuntansi untuk
menyajikan laporan keuangan yang bermanfaat (useful) bagi para pengguna dalam rangka
membuat keputusan bisnis. Lebih lanjut, SFAC No.1 menyajikan suatu adaptasi penting dari
teori keputusan bagi penyusunan laporan keuangan, bahwa teori keputusan ini berorientasi
kepada pembuatan keputusan investasi bagi individu yang rasional (Scott, 2009 dalam
Puspitaningtyas, 2010).

Pendekatan decision usefulness atas informasi akuntansi merupakan suatu pendekatan terhadap
laporan keuangan yang berbasis biaya historis agar menjadi lebih bermanfaat. Pendekatan ini
menitikberatkan pada para pengguna laporan keuangan, keputusan mereka, informasi yang
mereka butuhkan, serta kemampuan mereka memroses informasi akuntansi (Scott, 2009 dalam
Puspitaningtyas, 2010).

Terdapat dua pertanyaan penting dalam mengadopsi pendekatan decision usefulness atas
informasi akuntansi, yaitu:

1. Siapa saja para pengguna laporan keuangan

Terdapat banyak pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan, oleh karenanya dengan
mengidentifikasi pengguna (pihak yang berkepentingan) diharapkan akan dapat ditentukan
bagaimana bentuk laporan keuangan atau informasi akuntansi apa saja yang harus disajikan
dalam laporan keuangan. Contoh beberapa kelompok-kelompok pengguna seperti investor,
kreditor, manajer, serikat buruh, dan pemerintah.

2. Apa saja masalah keputusan bagi para pengguna laporan keuangan.

Akuntan akan lebih memahami berbagai kebutuhan informasi yang diperlukan oleh para
pengguna laporan keuangan dengan mengetahui masalah-masalah keputusan yang dihadapi oleh
para pengguna laporan keuangan. Akuntan seharusnya menyesuaikan informasi akuntansi yang
disajikan dalam laporan keuangan dengan kebutuhan-kebutuhan para pengguna laporan
keuangan sehingga dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih baik.

Akuntan sebagai penyaji informasi akuntansi tidak akan dapat menjadikan laporan keuangan
menjadi lebih bermanfaat sampai mengetahui apa sebenarnya makna manfaat dari informasi
yang disajikan bagi para penggunanya. Kualitas penting informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pengguna (Scott,
2009).

3. KONTROVERSI DAN GAP

Pentingnya akuntansi sebagai sumber informasi yang dapat berguna bagi para pemangku
kepentingan atau stakeholders telah menjadi sebuah kebutuhan penting. Informasi akuntansi
merupakan alat yang digunakan oleh pengguna informasi untuk pengambilan keputusan,
terutama bagi para pelaku bisnis. Informasi akuntansi diharapkan dapat didefinisikan sebagai
sistem informasi yang dapat mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan tentang
kegiatan ekonomi. Informasi akuntansi sangat diperlukan oleh pihak manajemen perusahaan
dalam merumuskan sebagai keputusan dalam memecahkan segala permasalahan yang dihadapi
perusahaan. Informasi akuntansi yang dibutuhkan ini berupa laporan keuangan perusahaan.
Informasi akuntansi yang dihasilkan dari suatu laporan keuangan berguna dalam rangka
menyusun berbagai proyeksi, misalnya proyeksi kebutuhan uang kas di masa yang akan datang.
Dengan menyusun proyeksi tersebut secara tidak langsung akan mengurangi ketakpastian
mengenai kebutuhan kas (Sutapa & Kiryanto, 2001).

Informasi akuntansi berhubungan dengan data akuntansi atas transaksi-transaksi keuangan dari
suatu unit usaha, baik jasa, dagang, maupun manufaktur. Agar informasi akuntansi ini dapat
bermanfaat bagi manajer atau pemilik usaha, maka informasi tersebut harus disusun dalam
bentuk-bentuk yang tentunya sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Dari laporan
keuangan para pemangku kepentingan dapat melihat keadaan atau kondisi sebuah perusahaan.
Tentunya untuk dapat memperoleh laporan keuangan yang akurat dan terpercaya dibutuhkan
alat-alat yang dapat membuktikan keakuratan dari laporan keuangan tersebut. Untuk itu sebuah
laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi selama perioda berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam perioda sebelumnya untuk
dapat melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun apakah terjadi peningkatan atau penurunan.

 Kualitas Laporan Keuangan

Agar informasi menjadi bermanfaat, harus ada hubungan (kaitan) antara para pemakai dengan
keputusan yang mereka buat. Kaitan ini, yaitu kemampuan memahami (understandability),
adalah kualitas informasi yang memungkinkan pemakai merasakan signifikansi dari informasi
tersebut. Secara umum, terdapat dua jenis kualitas informasi yaitu kualitas primer dan kualitas
sekunder. Kualitas primer berisi mengenai relevansi dan reliabilitas. Kualitas sekunder berisi
mengenai komparabilitas dan konsistensi.
 Kualitas Primer

Kualitas primer atas suatu informasi terdiri dari dua bagian utama yaitu relevansi dan reliabilitas.

 Relevansi

Suatu informasi akuntansi yang relevan harus mampu memengaruhi dalam pengambilan
keputusan. Jika tidak memengaruhi pengambilan keputusan, maka informasi tersebut dikatakan
tidak relevan terhadap keputusan yang diambil. Informasi yang relevan akan membantu pemakai
membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan yaitu
memiliki nilai prediktif (predictive value). Informasi yang relevan juga membantu pemakai
menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi atau harapan masa lalu yaitu memiliki nilai umpan
balik (feedback value). Jadi, agar relevan, informasi juga harus tersedia bagi pengambil
keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk memengaruhi keputusan yang
diambil yaitu memiliki ketepatan waktu (timeliness). Agar relevan dalam pengambilan
keputusan, informasi harus memiliki nilai prediktif atau nilai umpan-balik, dan harus disajikan
secara tepat waktu.

Terkadang, investor tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pengambilan
keputusan. Kesalahan tersebut terjadi karena investor kurang atau tidak paham dalam
menggunakan informasi perusahaan. Kemungkinan kesalahan yang dilakukan oleh investor
dalam meramalkan nilai masa depan (predictive value) sangat besar terjadi bagi investor yang
kurang begitu paham dalam menggunakan informasi. Oleh karena itu, para investor
membutuhkan alat-alat bantu yang dapat membantu investor dalam meramalkan nilai masa
depan perusahaan.

 Reliabilitas

Informasi akuntansi dianggap andal jika dapat diverifikasi, disajikan secara tepat, serta bebas
dari kesalahan dan bias. Reliabilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak
memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.

Daya-uji (verifiability) ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan


menggunakan metoda pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.

Ketepatan penyajian (representational faithfulness) berarti bahwa angka-angka dan penjelasan


dalam laporan keuangan mewakili yang benar-benar ada dan terjadi dalam perusahaan.

Netralitas (neutrality) menjelaskan bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan
sekelompok pemakai tertentu. Informasi yang disajikan harus faktual, benar, dan tidak bias.

 Kualitas Sekunder

Kualitas sekunder atas suatu informasi terdiri dari dua bagian utama yaitu konsistensi dan
komparabilitas.
 Konsistensi

Konsistensi merupakan suatu konsep di dalam akuntansi yang menuntut diterapkannya standar
secara terus-menerus, standar tidak diubah-ubah kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan
misalnya agar laporan keuangan dapat menyajikan posisi keuangan perusahaan yang sebenarnya
dan untuk menghindari informasi yang salah. Konsistensi sangat diperlukan untuk mendukung
komparabilitas laporan keuangan dari suatu perioda ke perioda berikutnya. Tujuan standar
konsistensi adalah memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan di antara dua
perioda dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan
mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporan audit. Konsistensi dalam penyajian laporan
keuangan perusahaan publik sangat penting karena laporan keuangan tahunan perusahaan publik
merupakan informasi keuangan yang dipublikasikan kepada masyarakat yaitu investor, kreditor,
dan pemakai lainnya yang akan dianalisis untuk mendukung keputusan investasi, kredit, atau
lainnya (FASB, 1984). Agar dapat dianalisis dengan menggunakan teknik yang ada, laporan
keuangan harus memiliki konsistensi dalam penyajian (Palepu, 2000) dan disajikan dalam format
yang dapat dimengerti (Maines, 2000).

Menurut Bastian (2003), perubahan dalam prinsip akuntansi meliputi perubahan dalam prinsip
akuntansi, estimasi akuntansi, dan satuan usaha yang membuat laporan keuangan. Perubahan
akuntansi tentunya dapat memengaruhi konsistensi dan sebaliknya. Perubahan akuntansi yang
memengaruhi konsistensi sebagai berikut.

1. Perubahan dalam prinsip akuntansi


2. Perubahan dalam satuan usaha yang membuat laporan
3. Laporan setelah terjadi penggabungan kepentingan
4. Koreksi kesalahan penerapan dalam prinsip
5. Perubahan dalam prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari perubahan dalam estimasi
akuntansi
6. Perubahan dalam prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari perubahan dalam penyajian
arus kas.

Perubahan akuntansi yang tidak memengaruhi konsistensi sebagai berikut.

1. Perubahan dalam klasifikasi dan reklasifikasi


2. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi.

Perubahan akuntansi yang tidak memengaruhi konsistensi tetapi memerlukan pengungkapan


dalam catatan atas laporan keuangan sebagai berikut.

1. Perubahan dalam estimasi akuntansi


2. Transaksi atau kejadian yang sangat berbeda
3. Perubahan akuntansi yang diperkirakan baru berdampak matematika di masa mendatang.

Ketakkonsistenan penyajian laporan keuangan akan menyulitkan dalam penggunaan alat analisis
dan bahkan hasil analisis bisa menyesatkan. Karena itulah maka laporan keuangan perusahaan
publik harus diaudit oleh auditor independen (Arens, et al., 2008).
 Komparabilitas

Menurut Kamus Bisnis, komparabilitas adalah sejauh mana laporan keuangan dapat
diperbandingkan antar perusahaan yang serupa atau pada perusahaan yang sama antar perioda
yang berbeda. Dengan adanya komparabilitas maka dapat membandingkan laporan keuangan
yang ada yang secara tidak langsung berarti perbedaan-perbedaan yang terjadi seharusnya bukan
diakibatkan oleh perbedaan perlakuan akuntansi keuangan yang diterapkan. Konsistensi dan
komparabilitas sebuah laporan keuangan merupakan salah satu syarat agar sebuah informasi
akuntansi berkualitas serta berguna bagi pemakainya dalam menentukan sebuah kebijakan terkait
keputusan investasinya. Konsistensi dan komparabilitas memunyai hubungan yang erat dalam
sebuah laporan keuangan. Auditor harus mampu membedakan antara perubahan yang
memengaruhi konsistensi pelaporan dengan perubahan yang dapat memengaruhi komparabilitas
tetapi tidak memengaruhi konsistensi. Contohnya yaitu perubahan prinsip akuntansi dari FIFO ke
LIFO, perubahan entitas pelaporan seperti penambahan perusahaan baru dalam laporan keuangan
gabungan, koreksi kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi, dan lain-lain. Perubahan
yang memengaruhi komparabilitas tetapi tidak memengaruhi konsistensi sehingga tidak perlu
dimasukkan dalam laporan audit adalah sebagai berikut.

1. Perubahan estimasi seperti penurunan umur manfaat aktiva untuk tujuan penyusutan.
2. Koreksi kesalahan yang melibatkan prinsip akuntansi seperti kesalahan matematis dari
tahun sebelumnya.
3. Variasi format dan penyajian informasi keuangan
4. Perubahan yang terjadi akibat transaksi atau peristiwa yang sangat berbeda

Faktor-faktor berikut dapat menimbulkan ketakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk


terus bertahan antara lain.

1. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang atau signifikan.
2. Ketakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
3. Kehilangan pelanggan utama.
4. Pengadilan, perundangan atau hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat
membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.

Komparabilitas mengandung pengertian bahwa laporan keuangan suatu perusahan harus dapat
diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan lainnya. Investor membandingkan
laporan keuangan perusahaan dengan perusahaan serupa lainnya untuk melihat kinerja
perusahaan manakah yang lebih baik. Kemampuan setiap investor dalam membandingkan
laporan keuangan perusahaan tentunya akan berbeda-beda tergantung dari persepsi masing-
masing investor. Oleh karena itu, untuk mencegah atau mengurangi terjadinya perbedaan
pandangan investor dibutuhkan alat-alat bantu untuk dapat membandingkan laporan keuangan
antar perusahaan yang sejenis. Alat-alat bantu keuangan dapat berupa analisis rasio dan analisis-
analisis keuangan lainnya.

 Sophisticated Reader
Setiap laporan keuangan tentunya penting bagi setiap perusahaan, baik para pemangku
kepentingan yang terdapat di perusahaan maupun para investor dan kreditor. Laporan keuangan
menjadi salah satu komponen penting untuk dapat menilai kinerja keuangan suatu perusahaan.
Dari laporan keuangan ini juga kita bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dan
memaksimalkan kelebihan-kelebihan yang ada. Sehingga diharapkan perusahaan dapat memiliki
kinerja keuangan yang baik dari tahun ke tahun. Di dalam laporan keuangan  berisi unsur-unsur
penting yang digunakan untuk dapat menilai kinerja keuangan perusahaan tersebut. Adapun
standar-standar yang dituntut untuk dapat menghasilkan sebuah laporan keuangan yang
kompeten dan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Walapun laporan keuangan dituntut agar dapat sesuai dengan standar dan peraturan yang telah
ditentukan, tetapi tidak jarang terdapat perbedaan-perbedaan. Perbedaan yang terdapat dalam
penyusunan laporan keuangan perusahaan-perusahaan. Dan karena komunitas pengguna
eksternal sangat besar dan kebutuhan informasinya bervariasi, laporan keuangan diarahkan ke
pembaca umum. Menurut Hall (2007), laporan keuangan disiapkan dengan pemikiran bahwa
pembacanya terdiri atas pengguna yang canggih (Sophisticated) dengan kebutuhan informasi
yang relatif homogen. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa pengguna laporan keuangan
memahami berbagai konvensi dan prinsip akuntansi yang diterapkan, dan bahwa laporan tersebut
memiliki kandungan informasi yang berguna.

Oleh karena itu, dibutuhkan seorang pembaca yang canggih, yang diharapkan mampu membaca
laporan keuangan yang berbeda tersebut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa tuntutan seorang
auditor adalah mampu melakukan audit dan juga mampu membaca laporan keuangan dengan
baik sesuai dengan tuntutan profesinya tersebut dengan profesionalitas. Pembaca laporan
keuangan yang canggih ini diharapkan mampu untuk membaca laporan keuangan yang berbeda
tersebut. Pembaca laporan keuangan yang canggih ini sangat dibutuhkan untuk dapat membaca
laporan keuangan yang berbeda karena mampu melihat laporan keuangan dengan alat-alat
pembantu. Alat-alat pembantu dalam laporan keuangan yang dimaksud adalah EVA, MVA, Du
Pont, rasio keuangan, dan lain-lain.

 Naive Investor

Investor (pemodal) merupakan orang atau badan yang melakukan suatu tindakan investasi/
penanaman modal. Dalam perusahaan yang sudah berdiri, pemodal pertama adalah pendiri
perusahaan. Jika pendiri perusahaan memerlukan tambahan maka mereka menggunakan
kesempatan untuk menawarkan kepada pihak lain untuk menanamkan modalnya dalam
perusahaan. Orang-orang yang tertarik akan menanamkan modal sesuai dengan kemampuan
masing-masing kepada perusahaan itu, juga disebut investor. Dan apabila ditinjau dari tujuannya,
maka E.A Koetin (2002), mengelompokkan investor ke dalam empat kelompok, yaitu.

1. Investor yang bertujuan mendapatkan dividen

Harapan utama kelompok ini adalah untuk memperoleh dividen yang cukup dan terjamin setiap
tahun yaitu dengan mengincar perusahaan-perusahaan yang besar dan memunyai kondisi
keuangan yang stabil. Pembagian dividen lebih penting daripada keuntungan untuk memperoleh
capital gain.
2. Investor yang bertujuan berdagang

Kelompok ini membeli saham, dengan tujuan utama memperoleh keuntungan dari selisih positif
harga beli dan harga jual. Pendapatan mereka bersumber dari jual beli saham tersebut.

3. Kelompok yang berkepentingan dalam pemilikan saham perusahaan

Bagi kelompok ini yang penting adalah ikut sertanya mereka sebagai pemilik perusahaan.
Investor ini cenderung memilih saham perusahaan yang sudah punya nama baik. Kelompok ini
tidak aktif dalam perdagangan bursa.

4. Kelompok spekulator

Kelompok ini lebih menyukai saham-saham perusahaan yang belum berkembang dengan baik.
Pada umumnya, pada setiap kegiatan pasar modal, spekulator memunyai peranan untuk
menentukan aktivitas pada modal sekaligus meningkatkan likuiditas saham.

Kelompok perilaku investor bedasarkan tingkat kecanggihannya dalam menerima dan


memanfaatkan informasi yang tersedia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Naive Investor

Naive Investor yaitu sekelompok investor yang lugu dan buta informasi. Kelompok ini tidak
mampu menafsirkan dan memanfaatkan informasi yang tersedia untuk membantu dalam
pengambilan keputusan investasinya.

2. Sophisticated investor

Sophisticated investor merupakan kelompok investor yang telah canggih dalam memanfaatkan
informasi yang tersedia. Kelompok ini telah mengetahui berbagai jenis informasi yang
diperlukan untuk pengambilan keputusan investasinya.

Informasi akuntansi sangat berguna bagi pihak-pihak lain khususnya bagi investor dan kreditor.
Investor menggunakan informasi yang disajikan oleh perusahaan untuk melihat kinerja
perusahaan dan untuk memutuskan apakah investor tetap akan mempertahankan investasinya di
perusahaan atau tidak. Informasi tersebut berguna bagi kreditor dalam melihat kemampuan
perusahaan dalam melunasi utang-utang yang dimiliki perusahaan baik utang jangka pendek
maupun jangka panjang. Namun terkadang, baik investor dan kreditor tidak mengerti bagaimana
cara untuk melihat kinerja dan kondisi perusahaan selain dari laba yang didapatkan perusahaan.
Investor terkadang hanya terpaku atas laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Jika laba yang
dihasilkan meningkat investor akan cenderung merasa senang, tetapi hal tersebut belum tentu
dikarenakan investor tidak melihat laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan dan tidak
menganalisisnya.

Baik investor dan kreditor tentunya akan membutuhkan alat bantu yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing pihak. Investor yang ingin melihat kinerja perusahaan
dapat menggunakan alat bantu untuk melihat kinerja dan nilai perusahaa serta alat bantu untuk
mendeteksi risiko kebangkrutan perusahaan. Kreditor yang ingin mengetahui kemampuan
perusahaan dalam melunasi utang-utangnya dapat menggunakan alat bantu yang dapat mengukur
kemampuan perusahaan dalam melunasi utang baik jangka pendek maupun

jangka panjang.

4. PEMBAHASAN DAN OPINI

Seperti yang telah dibahas di bab sebelumnya, akuntansi bagi para pemangku kepentingan
(stakeholders) memunyai peran penting dalam pengambilan keputusan. Angka-angka yang
terdapat dalam laporan keuangan tidak hanya sekadar angka, tetapi mengandung suatu makna
yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Tentunya, dalam membaca laporan keuangan
tidak semua pembaca dapat memahami dengan benar. Oleh karena itu, dibutuhkan sophisticated
reader (pembaca yang canggih) untuk dapat membaca dan memahami informasi akuntansi yang
terdapat dalam laporan keuangan dengan benar. Namun, pembaca yang canggih bisa saja salah
membaca (misleading) informasi akuntansi sehingga diperlukan alat-alat bantu yang dapat
mendukung dalam memahami kegunaan informasi akuntansi. Alat-alat bantu tersebut membantu
pembaca untuk dapat membaca laporan keuangan dengan lebih mudah sehingga pembaca dapat
benar-benar mengerti mengenai informasi akuntansi yang terdapat di laporan keuangan. Selain
itu, alat-alat bantu yang ada berperan penting dalam pengambilan keputusan bagi kreditor
maupun investor dalam pengambilan keputusan yang tepat.

Setiap perusahaan diharuskan memunyai laporan keuangan yang dapat digunakan untuk
mengetahui kinerja dan kondisi keuangan perusahaan yang berguna untuk memprediksi adanya
potensi kebangkrutan di masa yang akan datang. Adanya potensi kebangkrutan yang dimiliki
oleh perusahaan akan memberkan kekhawatiran bagi berbagai pihak baik sektor internal seperti
manajer dan karyawan maupun pihak eksternal perusahaan seperti investor dan kreditor, karena
dari pihak investor akan kehilangan saham yang ditanamkan di perusahaan tersebut dan pihak
kreditor akan mengalami kerugian karena telah meminjamkan modal yang tidak akan bisa
dilunasi oleh pihak perusahaan sehingga analisis prediksi kebangkrutan sangat diperlukan dalam
pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu, diperlukan alat-alat bantu yang diperlukan
untuk menggambarkan baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan yang
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Alat-alat bantu yang dapat digunakan oleh para
investor dan kreditor untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan yaitu dengan
menggunakan analisis rasio, analisis tren, analisis Du Pont, metoda nilai tambah (value added),
Z-score, Tobin’s q, dan CAPM.

 Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio adalah suatu metoda untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam
neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut
(Munawir, 2002). Menurut Harahap (2009), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang memunyai
hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Sartono (2001), analisis rasio keuangan adalah
dasar untuk menilai dan mengarahkan prestasi operasi perusahaan. Di samping itu, analisis rasio
keuangan juga dapat dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian
keuangan.

Dari definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan analisis rasio keuangan adalah suatu alat
untuk mengukur potensi perusahaan dalam hal menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas,
keefektifan operasi serta besaran keuntungan perusahaan dengan menghubungkan antar pos-pos
dalam neraca atau laporan laba/rugi atau gabungan dari keduanya.

Rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 6 jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Rasio Likuiditas

Menurut Brealey (2012), rasio likuiditas (liquidity ratio) mengukur seberapa mudah perusahaan
dapat memegang kas. Likuiditas adalah kemampuan untuk menjual aset guna mendapat kas pada
waktu singkat. Jadi, rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk melihat kemampuan
perusahaan dalam mengubah aset menjadi kas dalam waktu yang singkat.

Rasio likuiditas memiliki 15 macam rasio antara lain sebagai berikut.

1. Modal kerja bersih

Modal kerja bersih digunakan untuk mengukur potensi cadangan kas perusahaan secara kasar.
Aset lancar biasanya melebihi kewajiban lancar. Modal kerja bersih merupakan pengurangan
dari aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rumus untuk menghitung modal kerja bersih adalah.

Modal kerja bersih = aktiva lancar – kewajiban lancar

Semakin besar modal kerja bersih, perusahaan memiliki aktiva lancar yang lebih besar
dibandingkan dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih yang kecil akan mengarah ke tekanan
dari masalah keuangan, peningkatan pinjaman, keterlambatan pembayaran kepada kreditor dan
semua itu berakibat kepada menurunnya penilaian atas kredit. Menurunnya penilaian atas kredit
memiliki pengertian yaitu bank akan mengenakan biaya bunga yang tinggi sehingga perusahaan
harus mengeluarkan banyak biaya.

1. Rasio lancar (current ratio)

Menurut Situmorang (2007), rasio lancar digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aset lancar. Current ratio merupakan
ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban
jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek
dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam perioda yang sama dengan
jatuh tempo utang. Rumus untuk menghitung rasio lancar adalah.
Menurut Brealey (2012), penurunan cepat pada rasio lancar terkadang menandakan masalah.
Misalnya, perusahaan yang memperberat utangnya dengan menunda pembayaran tagihannya
akan mengalami peningkatan kewajiban lancar dan penurunan rasio lancar. Semakin
meningkatnya rasio lancar perusahaan belum tentu merupakan kondisi yang baik bagi
perusahaan dikarenakan meningkatnya aktiva lancar. Peningkatan persediaan yang berlebihan
menandakan bahwa kondisi perusahaan tidak begitu baik. Persediaan yang meningkat berlebihan
dapat menjadi suatu pemborosan bagi perusahaan karena meningkatnya persediaan tidak selalu
membuat pendapatan menjadi meningkat. Menurunnya rasio lancar menandakan bahwa
perusahaan tidak dapat melunasi utangnya dengan tepat waktu. Meningkatnya rasio lancar juga
menandakan bahwa perusahaan memiliki kas atau simpanan yang dapat digunakan dengan baik
dalam melunasi utang.

1. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Menurut Situmorang (2007), rasio cepat merupakan kemampuan untuk membayar utang yang
harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Beberapa aset lebih dekat ke kas
dibandingkan aset lainnya. Jika terjadi masalah, persediaan tidak dapat dijual dalam harga berapa
pun. Maka manajer sering mengabaikan persediaan dan komponen aset lancar lainnya yang
kurang likuid ketika membandingkan aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus untuk
menghitung rasio cepat adalah.

Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya rendah, sering mengalami
fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi.
Jadi, rasio cepat lebih baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio cepat yang tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kas di tangan atau perusahaan sulit untuk menagih
piutang yang terjadi. Rasio cepat yang kecil mengindikasikan bahwa perusahaan juga sangat
bergantung pada persediaan yang dimiliki untuk memenuhi kewajibannya.

1. Rasio Kas (Cash ratio)

Rasio kas adalah suatu indikator pada likuiditas suatu perusahaan dengan menggabungkan antara
rasio lancar dan rasio cepat diukur dengan menggunakan kas, setara kas, sekuritas yang terdapat
di aset lancar untuk menutupi kewajiban lancar. Menurut Brealey (2012), aset yang paling likuid
bagi perusahaan adalah kepemilikannya atas kas dan sekuritas. Rasio kas yang rendah mungkin
tidak menjadi masalah jika perusahaan dapat meminjam dalam waktu yang singkat tidak peduli
apakah perusahaan meminjam dari bank atau mempunyai lini kredit terjamin yang
memungkinkan meminjam.

Menurut Situmorang (2007), rasio kas merupakan kemampuan perusahaan membayar utang
yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia di perusahaan dan efek yang dapat segera
diuangkan. Rumus untuk menghitung rasio kas adalah.

Semakin tinggi rasio kas yang dimiliki perusahaan maka kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban lancar dengan menggunakan kas dan sekuritas semakin tinggi.

1. Rasio kas terhadap kewajiban lancar


Rasio kas terhadap kewajiban lancar hanya membandingkan antara kas dengan kewajiban lancar
yang dimiliki perusahaan. Rasio ini melihat seberapa jauh kemampuan perusahaan dalam
melunasi utang jangka pendek dengan menggunakan kas yang dimiliki. Rumus untuk
menghitung rasio kas terhadap kewajiban lancar adalah.

Semakin besar rasio kas terhadap kewajiban lancar maka kemampuan perusahaan dalam
melunasi utang jangka pendek dengan menggunakan kas tinggi.

1. Rasio operasi

Rasio operasi merupakan hasil perbandingan antara arus kas operasi bersih dengan total
kewajiban lancar perusahaan. Rasio operasi memperlihatkan seberapa jauh kemampuan
perusahaan melunasi kewajiban lancar dengan melihat arus kas operasi yang dimiliki
perusahaan. Rumus untuk menghitung rasio operasi adalah.

Semakin tinggi rasio operasi yang dimiliki perusahaan maka semakin besar kemampuan
perusahaan melunasi kewajiban lancar dengan menggunakan arus kas operasi.

1. Modal kerja bersih terhadap aktiva

Menurut Situmorang (2007), modal kerja bersih terhadap aktiva merupakan likuiditas dari aktiva
total dan posisi modal kerja (netto). Rumus untuk menghitung modal kerja bersih terhadap aktiva
adalah.

Semakin besar modal kerja bersih terhadap aktiva maka modal kerja bersih yang dimiliki
perusahaan lebih besar dibandingkan dengan aktiva total. Modal kerja bersih merupakan
pengurangan aktiva lancar dengan kewajiban lancar, modal kerja bersih yang lebih besar
dibandingkan aktiva total menandakan perusahaan dalam kondisi yang baik.

1. Arus kas terhadap penjualan

Arus kas terhadap penjualan membandingkan antara kas dan investasi jangka pendek dengan
pendapatan yang didapatkan perusahaan. Rasio ini memperlihatkan seberapa besar kas dan
investasi jangka pendek perusahaan dibandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan dari
penjualan. Rumus untuk menghitung arus kas terhadap penjualan adalah.

Semakin besar arus kas terhadap penjualan maka semakin besar kas dan investasi jangka pendek
perusahaan dibandingkan dengan pendapatan. Atau dapat dikatakan, semakin meningkatnya arus
kas terhadap penjualan menandakan bahwa kas dan investasi jangka pendek yang didapatkan
dari pendapatan secara keseluruhan mengalami peningkatan. Hal ini belum tentu menandakan
kondisi perusahaan yang baik dikarenakan dengan rendahnya pendapatan, laba yang didapatkan
perusahaan juga akan kecil.

1. Perioda penagihan piutang


Perioda penagihan piutang membandingkan antara rata-rata piutang dengan penjualan. Rasio ini
menunjukkan seberapa besar piutang yang terjadi di perusahaan dibandingkan dengan penjualan
yang didapatkan. Rumus untuk menghitung perioda penagihan piutang adalah.

Semakin tinggi perioda penagihan piutang maka menunjukkan bahwa rata-rata piutang yang
terjadi di perusahaan lebih besar dibandingkan penjualan yang didapatkan. Perusahaan harus
waspada terhadap tingginya piutang dikarenakan kemungkinan piutang yang tidak terbayarkan
juga akan tinggi.

1. Jumlah hari dalam piutang

Jumlah hari dalam piutang membandingkan antara piutang perusahaan dengan penjualan dalam
hari yang didapatkan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar piutang dibandingkan dengan
penjualan dalam hari.

Meningkatnya rasio jumlah hari dalam piutang menandakan bahwa piutang usaha yang dimiliki
lebih besar dari penjualan dalam hari dan sebaliknya. Sama halnya dengan rasio perioda
penagihan piutang, semakin besarnya jumlah hari dalam piutang tidak menjamin perusahaan
dalam kondisi yang baik dikarenakan nilai piutang yang besar menjadikan piutang yang tidak
terbayarkan akan menjadi besar.

1. Aktiva kas terhadap aktiva total

Aktiva kas terhadap aktiva total membandingkan antara kas dan investasi jangka pendek dengan
keseluruhan aktiva total yang dimiliki. Aktiva kas terhadap aktiva total menunjukkan seberapa
besar kas dan investasi jangka pendek berkontribusi dalam keseluruhan aktiva total yang dimiliki
perusahaan. Rumus untuk menghitung aktiva kas terhadap aktiva total adalah.

Aktiva kas terhadap aktiva total

Meningkatnya nilai aktiva kas terhadap aktiva total menandakan bahwa kas dan investasi jangka
pendek yang didapatkan mengalami peningkatan dari keseluruhan aktiva total yang dimiliki
perusahaan. Atau dapat dikatakan bahwa kas dan investasi jangka pendek berkontribusi banyak
di dalam aktiva total.

1. Aktiva lancar terhadap penjualan

Aktiva lancar terhadap penjualan membandingkan antara aktiva lancar dengan penjualan. Aktiva
lancar terhadap penjualan menunjukkan seberapa besar aktiva lancar yang diperoleh dari
penjualan yang dilakukan perusahaan. Rumus untuk menghitung aktiva lancar terhadap
penjualan adalah.

Aktiva lancar terhadap penjualan

Semakin tinggi aktiva lancar terhadap penjualan yang diperoleh menandakan bahwa aktiva
lancar yang diperoleh dari penjualan secara keseluruhan besar. Besarnya aktiva lancar juga harus
diwaspadai oleh perusahaan dikarenakan pada aktiva lancar terdapat persediaan dan piutang. Jika
nilai persediaan dan piutang yang besar maka perusahaan dalam kondisi yang tidak baik dengan
persediaan yang melimpah akan menyebabkan terjadinya penimbunan di gudang sedangkan
piutang yang besar maka kemungkinan adanya piutang tidak tertagih akan semakin besar.

1. Aktiva lancar terhadap aktiva total

Aktiva lancar terhadap aktiva total membandingkan antara aktiva lancar dengan aktiva total.
Aktiva lancar terhadap aktiva total menunjukkan seberapa besar aktiva lancar yang dimiliki dari
keseluruhan aktiva total. Rumus untuk menghitung aktiva lancar terhadap aktiva total adalah.

Aktiva lancar terhadap aktiva total

Semakin besar nilai aktiva lancar terhadap aktiva total menunjukkan bahwa aktiva lancar
berkontribusi besar terhadap keseluruhan aktiva total. Sama halnya dengan aktiva lancar
terhadap penjualan jika pada aktiva lancar bagian persediaan dan piutang yang memiliki nilai
besar maka perusahaan harus waspada dikarenakan dengan adanya persediaan yang melimpah
akan menyebabkan terjadinya penimbunan di gudang sedangkan piutang yang besar maka
kemungkinan adanya piutang tidak tertagih akan semakin besar.

1. Arus kas dari operasi terhadap aktiva total

Arus kas dari operasi terhadap aktiva total membandingkan antara arus kas dari operasi dengan
aktiva total yang dimiliki perusahaan. Arus kas dari operasi terhadap aktiva total menunjukkan
seberapa besar kontribusi arus kas operasi terhadap aktiva total yang dimiliki perusahaan. Rumus
untuk menghitung arus kas operasi terhadap aktiva total adalah.

Arus kas dari operasi terhadap aktiva total

Semakin besar nilai arus kas dari operasi terhadap aktiva total menandakan bahwa arus kas dari
operasi yang dihasilkan perusahaan memiliki kontribusi yang besar terhadap aktiva total yang
dimiliki. Arus kas yang dihasilkan dari operasi besar menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
baik.

1. Arus kas dari operasi terhadap penjualan

Arus kas dari operasi terhadap penjualan membandingkan antara arus kas dari operasi dengan
penjualan. Arus kas dari operasi terhadap penjualan menunjukkan seberapa besar arus kas dari
operasi yang dihasilkan dari penjualan total yang dilakukan perusahaan. Rumus untuk
menghitung arus kas operasi terhadap penjualan adalah.

Arus kas dari operasi terhadap penjualan

2. Rasio Profitabilitas
Menurut Brealey (2012), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur fokus pada laba
perusahaan. Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen
perusahaan dan juga tentang keuntungan yang akan didapatkan perusahaan di masa yang akan
datang, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Ada 7
macam rasio profitabilitas antara lain sebagai berikut.

1. Margin laba kotor

Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Margin laba kotor
menunjukkan tingkat pengembalian laba kotor oleh perusahaan. Rasio ini membandingkan
antara laba kotor dengan penjualan. Rumus untuk menghitung margin laba kotor adalah.

Jika margin per unit produk rendah maka perusahaan tersebut sensitif terhadap pesaingnya.
Margin laba kotor yang rendah juga menandakan bahwa laba kotor yang didapatkan dari
penjualan rendah dan sebaliknya. Dengan penjualan yang rendah, laba yang didapatkan
perusahaan juga akan rendah. Laba kotor yang rendah dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
dari penjualannya sendiri dan juga dari harga pokok penjualan perusahaan.

1. Margin laba operasi

Margin laba operasi merupakan rasio yang membandingkan antara laba operasi dengan
penjualan. Rasio ini menunjukkan seberapa besar laba operasi yang dimiliki perusahaan
dibandingkan dengan penjualan. Rumus untuk menghitung margin laba operasi adalah.

Margin laba operasi yang rendah menandakan laba operasi yang didapatkan dari penjualan kecil.
Laba operasi yang rendah menandakan bahwa beban usaha, pendapatan operasi lainnya dan
beban operasi lainnya yang dapat mengurangi laba kotor cenderung lebih besar dari laba kotor
perusahaan yang berarti bahwa kinerja perusahaan menurun. Perusahaan harus dapat mengelola
perusahaan dengan baik agar tidak menimbulkan beban yang besar.

1. Margin laba bersih

Rasio ini digunakan untuk mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Rumus untuk
menghitung margin laba bersih adalah.

Margin laba bersih merupakan tingkat pengembalian laba bersih setelah dikurangi beban pajak
dan beban-beban lainnya. Margin laba bersih yang menurun menandakan bahwa laba bersih
yang diterima rendah dari penjualan total yang terjadi dan sebaliknya. Jika margin laba bersih
perusahaan terus menerus menurun dan tidak ada tindakan dari perusahaan untuk membuat
peningkatan maka perusahaan akan mengalami kerugian.

1. Margin laba sebelum pajak

Margin laba sebelum pajak digunakan untuk mengukur laba sebelum pajak dengan penjualan.
Rumus untuk menghitung margin laba sebelum pajak adalah.
Menurunnya margin laba sebelum pajak menandakan bahwa laba sebelum pajak yang
didapatkan perusahaan kecil dari penjualan yang dilakukan perusahaan dan sebaliknya. Laba
sebelum pajak yang kecil dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti beban-beban yang
dimiliki perusahaan yang besar dibandingkan dengan penjualan.

1. Tingkat laba per ekuitas pemegang saham

Rasio ini mengukur tingkat laba bersih perusahaan dibandingkan dengan rata-rata ekuitas
pemegang saham. Rumus untuk menghitung tingkat laba per ekuitas pemegang saham adalah.

Menurunnya tingkat laba per ekuitas pemegang saham dapat membuktikan bahwa laba bersih
perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata ekuitas pemegang saham dan sebaliknya.

1. Kemampuan dasar menghasilkan laba

Kemampuan dasar menghasilkan laba merupakan kemampuan suatu perusahaan menghasilkan


laba dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan aktiva total. Rumus untuk
menghitung kemampuan dasar menghasilkan laba adalah.

Semakin kecil rasio kemampuan dasar menghasilkan laba yang dimiliki perusahaan menandakan
bahwa laba sebelum bunga dan pajak yang didapat semakin kecil. EBIT yang kecil menunjukkan
bahwa laba bersih yang diterima perusahaan juga akan kecil karena adanya pengurangan dari
beban pajak dan juga beban bunga.

1. Rasio arus kas operasi terhadap laba

Rasio arus kas operasi terhadap laba menggambarkan pengaruh antara arus kas operasi terhadap
laba bersih. Rumus untuk menghitung rasio arus kas operasi terhadap laba adalah.

Semakin kecil rasio arus kas operasi terhadap laba maka menandakan bahwa arus kas operasi
perusahaan juga semakin kecil dibandingkan dengan laba bersih.

3. Tingkat pengembalian atas investasi

Rasio tingkat pengembalian atas investasi merupakan bagian dari rasio profitabilitas. Tingkat
pengembalian atas investasi dapat dihitung dengan 5 macam rasio antara lain sebagai berikut.

1. Return on Equity (ROE)

Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth)
secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal
sendiri atau sering disebut rentabilitas usaha. Rumus untuk menghitung ROE adalah.
Semakin kecil ROE yang dihasilkan maka tingkat pengembalian atas ekuitas akan semakin kecil
dan sebaliknya.

1. Return on Asset (ROA)

Rasio ini membandingkan antara laba bersih dengan aktiva total perusahaan. ROA digunakan
untuk melihat pengembalian atas aktiva. Rumus untuk menghitung ROA adalah.

Menurut Brealey (2012) tingkat pengembalian aset yang tinggi tidak selalu berarti bahwa
perusahaan dapat membeli aset yang sama saat ini dan mendapatkan tingkat pengembalian yang
tinggi. Tingkat pengembalian yang rendah juga tidak mengimplikasikan bahwa aset dapat
digunakan dengan baik di tempat lain.

1. Tarif pajak efektif

Tarif pajak efektif membandingkan beban pajak dengan laba sebelum pajak. Tarif pajak efektif
menggambarkan seberapa besar beban pajak berkontribusi terhadap laba sebelum pajak yang
dapat mengurangi laba bersih.

Tarif pajak efektif

Semakin tinggi nilai tarif pajak efektif maka beban pajak berkontibusi besar mengurangi laba
sebelum pajak sehingga laba bersih yang dihasilkan rendah.

1. Pengembalian atas ekuitas (ROCE)

Pengembalian atas ekuitas membandingkan antara laba bersih dikurangi dividen saham preferen
dengan rata-rata ekuitas pemegang saham. ROCE digunakan untuk mengetahui efisiensi dan
keuntungan dari investasi modal pada perusahaan.

ROCE

Nilai ROCE yang besar menandakan bahwa keuntungan yang dihasilkan dari investasi besar dan
menunjukkan bahwa perusahaan dapat dengan efisien mengelola perusahaan dan sebaliknya.

1. Return on Investment (ROI)

ROI digunakan untuk mengukur laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham dengan total
investasi. Rumus untuk menghitung ROI adalah.

Semakin kecil ROI yang dihasilkan maka tingkat pengembalian atas investasi juga semakin
kecil. Semakin kecilnya ROI ditandai dengan laba bersih yang disediakan untuk pemegang
saham yang lebih kecil dibandingkan total investasi.

4. Rasio Leverage
Menurut Brealey (2012), rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar leverage
keuangan yang ditanggung perusahaan. Rasio leverage dapat diukur dengan 8 macam rasio
antara lain sebagai berikut :

1. Kewajiban utang jangka panjang

Menurut Brealey (2012), leverage keuangan biasanya diukur dengan rasio utang jangka panjang
terhadap modal jangka panjang total. Utang jangka panjang yang dimaksud tidak hanya
mencakup obligasi atau pinjaman lain tetapi juga nilai lease jangka panjang. Rumus untuk
menghitung kewajiban utang jangka panjang adalah.

Semakin kecil rasio utang jangka panjang maka utang jangka panjang yang dimiliki perusahaan
lebih kecil dibandingkan utang jangka panjang ditambah ekuitas. Atau dapat dikatakan bahwa
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka panjang dengan menggunakan utang
dan ekuitas menurun.

1. Aktiva tetap/utang jangka panjang

Rasio aktiva tetap terhadap utang jangka panjang digunakan untuk menjadi pertimbangan bagi
para kreditor untuk memberikan pinjaman ke perusahaan. Rumus untuk menghitung aktiva tetap
adalah.

Semakin kecil rasio aktiva tetap terhadap utang jangka panjang yang dimiliki perusahaan maka
menandakan bahwa perusahaan sedikit dalam menggunakan utang jangka panjang dalam
pembiayaan aktiva tetap dan sebaliknya.

1. Rasio Ekuitas

Rasio ekuitas membandingkan ekuitas total dengan aktiva total. Rasio ekuitas digunakan untuk
melihat seberapa besar ekuitas yang dimiliki perusahaan digunakan untuk pembiayaan aktiva.
Rumus untuk menghitung rasio ekuitas adalah.

Semakin kecil rasio ekuitas yang dimiliki menandakan bahwa perusahaan memiliki ekuitas total
yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva total perusahaan. Semakin besar nilai rasio ekuitas
menggambarkan bahwa perusahaan banyak menggunakan ekuitas dalam pembiayaan aktiva
yang dimiliki.

1. Kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas

Rasio ini membandingkan antara kewajiban jangka panjang dengan ekuitas. Rasio kewajiban
jangka panjang terhadap ekuitas digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
melunasi kewajiban jangka panjang dengan menggunakan ekuitas yang dimiliki. Rumus untuk
menghitung kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas adalah.

Rasio kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas yang semakin kecil menandakan bahwa tingkat
pengembalian utang jangka panjang yang ditinjau dari ekuitas rendah. Semakin besar kewajiban
jangka panjang terhadap ekuitas yang dihasilkan maka perusahaan mampu dalam melunasi
kewajiban jangka panjang dengan ekuitas.

1. Rasio utang

Rasio utang digunakan untuk mengukur perbandingan antara kewajiban total dengan aktiva total.
Rasio utang digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban dengan
menggunakan aktiva yang dimiliki. Rumus untuk menghitung rasio utang adalah.

Semakin kecil rasio utang yang didapat maka kewajiban total yang dimiliki lebih kecil
dibandingkan dengan aktiva total. Kondisi ini dapat dikatakan baik bagi perusahaan karena
memiliki kewajiban yang kecil, tetapi dengan aktiva total yang besar dapat menjadikan kondisi
perusahaan kurang baik jika ditinjau dari persediaan yang dimiliki. Semakin besar nilai rasio
utang menggambarkan bahwa perusahaan mampu dalam melunasi kewajiban menggunakan
aktiva total yang dimiliki.

1. Rasio kewajiban total terhadap ekuitas

Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan kewajiban total dengan ekuitas. Rasio
kewajiban total terhadap ekuitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi utang
dengan menggunakan ekuitas yang dimiliki. Rumus untuk menghitung rasio kewajiban total
terhadap ekuitas adalah.

Semakin kecil nilai yang dihasilkan maka dapat dikatakan bahwa perusahaan mengalami
kesulitan melakukan pelunasan kewajiban dengan menggunakan ekuitas.

1. Rasio pengungkit keuangan

Rasio yang membandingkan antara aktiva total dengan ekuitas total. Rasio pengungkit keuangan
digunakan untuk melihat seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan didanai dari ekuitas.
Rumus untuk menghitung rasio pengungkit keuangan adalah.

Semakin besar nilai rasio pengungkit keuangan maka semakin besar perusahaan melakukan
pendanaan aktiva dari ekuitas. Semakin kecil nilai rasio pengungkit keuangan maka semakin
sedikit perusahaan melakukan pendanaan aktiva dari ekuitas.

1. Indeks pengungkit keuangan

Rasio ini membandingkan antara ROCE dengan ROA perusahaan. Indeks pengungkit keuangan
menggambarkan seberapa baik perusahaan dalam menggunakan utang. Rumus untuk
menghitung indeks pengungkit keuangan adalah.

Indeks pengungkit keuangan

Nilai indeks pengungkit keuangan yang lebih dari 1 menandakan bahwa perusahaan
menggunakan utang untuk hal-hal yang positif yang dapat memajukan perusahaan. Semakin
besar nilai indeks pengungkit keuangan menandakan bahwa perusahaan menggunakan utang
yang dimiliki dengan baik. Atau dapat dikatakan dengan pinjaman yang tinggi oleh perusahaan,
bahwa utang yang ditanggung perusahaan secara keseluruhan dapat menimbulkan keuntungan
atau kerugian.

5. Rasio Efisiensi

Menurut Brealey (2012), rasio efisiensi digunakan untuk mengukur berapa banyak produksi
perusahaan untuk setiap dolar aset yang digunakan. Rasio aktivitas atau rasio efisiensi mengukur
seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya.
Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada
berbagai jenis aktiva. Rasio efisiensi dapat diuji dengan 13 macam rasio antara lain sebagai
berikut :

1. Perputaran aktiva total

Menurut Brealey (2012), rasio tingkat perputaran aset atau rasio penjualan terhadap aset
memerlihatkan seberapa baik aset perusahaan digunakan. Menurut Situmorang (2007), rasio
tingkat perputaran aktiva adalah kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva
berputar dalam suatu perioda tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk
menghasilkan ‘revenue’. Rumus untuk menghitung perputaran aktiva total adalah.

Rasio yang tinggi dibandingkan perusahaan lain yang bergerak di industri yang sama
menunjukkan bahwa perusahaan bekerja mendekati kapasitasnya. Semakin tinggi rasio
perputaran aktiva yang didapatkan maka aset perusahaan yang digunakan dalam penjualan
semakin efektif.

1. Perputaran modal kerja

Rasio ini membandingkan antara penjualan dengan rata-rata modal kerja yang dimiliki
perusahaan. Rumus untuk menghitung perputaran modal kerja adalah.

Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa efektif perusahaan menggunakan modal kerja dalam
penjualan. Semakin tinggi perputaran modal kerja yang dihasilkan maka semakin efektif
perusahaan menggunakan modal kerja dalam penjualan.

1. Perputaran kas

Rasio perputaran kas digunakan untuk melihat seberapa efektif menggunakan kas dalam
penjualan. Rasio kas membandingkan antara penjualan dengan rata-rata saldo kas dan setara kas.
Rumus untuk menghitung perputaran kas adalah.

Perputaran kas yang semakin besar menandakan bahwa perusahaan mampu menggunakan kas
yang dimiliki secara efektif dalam penjualan dan sebaliknya.

1. Perputaran piutang
Menurut Situmorang (2007), rasio perputaran piutang merupakan kemampuan dana yang
tertanam dalam piutang berputar dalam suatu perioda tertentu. Rasio perputaran piutang
membandingkan antara penjualan dengan rata-rata piutang. Rumus untuk menghitung perputaran
piutang adalah.

Semakin besar perputaran piutang yang dihasilkan, perusahaan semakin efektif dalam
menggunakan piutang untuk penjualan dan sebaliknya. Besar atau kecilnya rasio perputaran
piutang dipengaruhi oleh penjualan dan rata-rata piutang.

1. Jumlah hari penjualan dalam piutang

Jumlah hari penjualan dalam piutang membandingkan antara piutang dengan penjualan. Jumlah
hari penjualan dalam piutang menggambarkan seberapa besar piutang yang terjadi terhadap
penjualan dan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menagih piutang. Rumus untuk
menghitung jumlah hari penjualan dalam piutang adalah.

Hasil yang didapat menunjukkan piutang yang terjadi dalam penjualan. Semakin besar nilai
jumlah hari penjualan dalam piutang menggambarkan bahwa perusahaan menagih piutang
dengan lambat dan semakin kecil nilai jumlah hari penjualan dalam piutang menandakan bahwa
perusahaan cepat dalam menagih piutang.

1. Jumlah hari menjual persediaan

Menurut Brealey (2012), rasio jumlah hari menjual persediaan digunakan manajer untuk melihat
berapa banyak hari penjualan direpresentasikan oleh persediaan. Rumus untuk menghitung
jumlah hari menjual persediaan adalah.

Hasil yang didapat menunjukkan perusahaan tersebut memunyai cukup banyak persediaan untuk
mempertahankan penjualan selama hari yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan
maka jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menjual persediaan yang dimiliki
semakin lama.

1. Rasio penjualan terhadap persediaan

Rasio penjualan terhadap persediaan membandingkan antara penjualan dengan rata-rata


persediaan. Rasio penjualan terhadap persediaan digunakan untuk melihat kemampuan
perusahaan dalam memanfaatkan persediaan yang ada untuk meningkatkan penjualan. Rumus
untuk menghitung rasio penjualan terhadap persediaan adalah.

Rasio ini digunakan untuk melihat penjualan yang terjadi terhadap rata-rata persediaan yang ada.
Rasio ini juga digunakan untuk menghindari terjadinya understock. Semakin tinggi nilai
penjualan terhadap persediaan menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan persediaan untuk meningkatkan penjualan semakin tinggi.

1. Perputaran utang usaha


Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan utang usaha
dalam penjualan. Rumus untuk menghitung perputaran utang usaha adalah.

Besarnya perputaran utang usaha menunjukkan bahwa perusahaan  menggunakan utang


usahanya secara efisien di dalam penjualan dan sebaliknya.

1. Perputaran utang lancar

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan utang lancar
dalam penjualan. Rumus untuk menghitung perputaran utang lancar adalah.

Besarnya perputaran utang lancar menunjukkan bahwa perusahaan  menggunakan utang


lancarnya secara efisien di dalam penjualan dan sebaliknya.

1. Perputaran persediaan

Menurut Situmorang (2007), perputaran persediaan merupakan kemampuan dana yang tertanam
dalam inventory berputar dalam suatu perioda tertentu atau likuiditas dari inventory dan tendensi
untuk adanya ‘overstock’.

Menurut Brealey (2012), rasio perputaran persediaan digunakan oleh manajer untuk mengamati
tingkat perusahaan memutar persediaannya. Rumus untuk menghitung perputaran persediaan
adalah.

Perusahaan yang efisien memutar persediaan mereka dengan cepat dan tidak mengikat lebih
banyak modal daripada kebutuhan mereka akan bahan baku atau barang jadi.

1. Jumlah hari pembelian pada utang usaha

Jumlah hari pembelian pada utang usaha membandingkan antara (utang lancar x 360) dengan
pembelian. Jumlah hari pembelian pada utang usaha menggambarkan seberapa besar pembelian
yang dilakukan perusahaan didanai dari utang. Rumus untuk menghitung jumlah hari pembelian
pada utang usaha adalah.

Jumlah hari pembelian pada utang usaha =

Semakin tinggi nilai jumlah hari pembelian pada utang usaha menandakan bahwa perusahaan
dalam melakukan pembelian sering menggunakan utang. Penggunaan utang yang sering tidak
terlalu bagus bagi perusahaan dikarenakan dengan adanya utang yang besar maka perusahaan
juga harus membayar kembali utang tersebut ditambah dengan bunga yang dibebankan.

1. Siklus operasi

Siklus operasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar modal kerja yang didapatkan
perusahaan untuk meningkatkan bisnis. Rumus untuk menghitung siklus operasi adalah.
Siklus operasi = jumlah hari menjual persediaan + perioda penagihan piutang.(49)

Semakin kecil nilai siklus operasi menandakan bahwa perusahaan memiliki waktu yang singkat
dalam operasi sehingga kas yang didapatkan akan semakin cepat dan sebaliknya.

1. Perputaran aktiva tetap

Perputaran aktiva tetap membandingkan antara penjualan dengan rata-rata aktiva tetap. Rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan aktiva tetap dalam
penjualan. Rumus untuk menghitung perputaran aktiva tetap adalah.

Besarnya perputaran aktiva tetap menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan aktiva tetapnya
secara efisien di dalam penjualan dan sebaliknya.

6. Rasio Pasar

Rasio pasar adalah ukuran yang paling komprehensif untuk menilai hasil kerja perusahaan,
karena rasio tersebut mencerminkan kombinasi pengaruh rasio-risiko dan rasio-hasil
pengembalian. Rasio pasar dapat diukur dengan 8 macam rasio antara lain sebagai berikut.

1. Laba per lembar saham

Rasio ini membandingkan antara laba bersih setelah dikurangi dividen saham preferen dengan
jumlah saham yang beredar. Laba per lembar saham digunakan untuk melihat seberapa besar
laba yang didapatkan untuk setiap lembar saham. Rumus untuk menghitung laba per lembar
saham adalah.

Rasio laba per saham menunjukkan seberapa besar laba yang diperoleh per saham. Semakin
besar nilai laba per saham menunjukkan bahwa laba yang didapatkan per lembar saham juga
besar dan dengan besarnya laba per lembar saham membuat para investor merasa yakin untuk
membeli saham perusahaan tersebut. Semakin kecil laba yang didapatkan per saham maka
investor akan semakin berhati-hati dalam membeli saham perusahaan tersebut dan sebaliknya.

1. Rasio harga saham terhadap laba (Price to Earnings Ratio/PER)

Investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan PER untuk mengukur apakah suatu
saham underpriced atau overpriced. PER adalah suatu rasio sederhana yang diperoleh dengan
membagi harga pasar suatu saham dengan laba per saham. Besarnya dividen yang dibayar
perusahaan tergantung kepada besarnya laba per saham dan rasio pembayaran dividen, yang
menunjukkan bagian laba yang dibagikan sebagai dividen. Rumus untuk menghitung rasio harga
saham terhadap laba adalah.

Rasio PER ini digunakan oleh investor untuk melihat hasil yang didapatkan dari investasi
perusahaan tersebut. Semakin besar nilai buku per saham yang dihasilkan maka tingkat
keamanan yang diberikan perusahaan semakin tinggi.
1. Nilai buku per saham

Nilai buku per saham digunakan oleh para pemegang saham biasa untuk melihat tingkat
keamanan yang diberikan oleh perusahaan yang telah melunasi utang yang dimiliki. Nilai buku
per saham membandingkan antara (ekuitas pemegang saham dikurangi dividen saham preferen)
dengan jumlah saham beredar. Rumus untuk menghitung nilai buku per saham adalah.

Nilai buku per saham =

Semakin besar nilai buku per saham yang dihasilkan maka tingkat keamanan yang diberikan
perusahaan semakin tinggi.

1. Tingkat pembayaran dividen

Tingkat pembayaran dividen digunakan untuk melihat seberapa besar dividen yang akan
didapatkan oleh pemegang saham dari laba bersih yang didapat perusahaan. Tingkat pembayaran
dividen membandingkan antara dividen tunai dengan laba bersih perusahaan. Rumus untuk
menghitung tingkat pembayaran dividen adalah.

Tingkat pembayaran dividen

Semakin tinggi tingkat pembayaran dividen menggambarkan bahwa kemampuan perusahaan


dalam memberikan dividen ke pemegang saham juga semakin tinggi yang menandakan bahwa
laba yang didapat perusahaan meningkat sehingga dapat memberikan dividen yang tinggi dan
sebaliknya.

1. Dividen per lembar saham

Dividen per lembar saham menggambarkan seberapa besar dividen yang dibagikan oleh
perusahaan per lembar saham yang dimiliki para pemegang saham. Dividen per lembar saham
membandingkan antara dividen tunai dengan jumlah saham yang beredar. Rumus untuk
menghitung dividen per lembar saham adalah.

Dividen per lembar saham

Semakin tinggi nilai dividen per lembar saham yang dimiliki menandakan bahwa dividen yang
dibagikan perusahaan untuk setiap lembar saham tinggi dan hal tersebut akan menjadi sisi positif
bagi perusahaan di mata para investor.

1. Harga per arus kas

Harga per arus kas digunakan oleh para investor untuk mengevaluasi daya tarik akan investasi
saham suatu perusahaan. Harga per arus kas membandingkan antara harga per lembar saham
dengan arus kas per lembar saham. Rumus untuk menghitung harga per arus kas adalah.

Harga per arus kas =


Harga per arus kas yang tinggi menandakan bahwa perusahaan memperdagangkan saham dengan
harga yang tinggi tetapi tidak menghasilkan arus kas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
operasi perusahaan. Harga per arus kas yang tinggi terkadang baik. Harga per arus kas yang
rendah umumnya disukai oleh para investor sebagaimana mereka mengumumkan arus kas
perusahaan dimana harga saham belum disesuaikan dengan harga saat ini.

1. Imbalan hasil laba

Imbalan hasil laba menggambarkan imbalan yang diterima atas laba perusahaan dari harga per
saham dasar. Rasio ini membandingkan antara laba per saham dasar dengan harga per saham
dasar. Rumus utnuk menghitung imbalan hasil laba adalah.

Rasio imbalan hasil laba digunakan oleh investor untuk melihat laba yang didapatkan dari saham
yang dibeli pada suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai imbalan atas laba maka perusahaan akan
mendapatkan imbalan dari laba yang tinggi.

 Analisis Tren

Menganalisis tren dalam rasio merupakan suatu hal yang sama pentingnya dengan tingkat
absolutnya, karena tren akan memberikan petunjuk mengenai apakah kondisi keuangan sebuah
perusahaan akan mengalami peningkatan atau penurunan (Brigham & Houston, 2006). Analisis
tren dibagi menjadi dua yaitu.

1. Analisis horizontal

Menurut Situmorang (2007), analisis horizontal/ trend analysis adalah membandingkan rasio-
rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat trend dari
rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu. Dalam melakukan analisis horizontal
diperlukan data-data dari laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi perusahaan. Analisis
horizontal terdiri dari 2 bagian yaitu.

1. Analisis horizontal absolut

Analisis horizontal absolut merupakan pengurangan nilai sekarang dengan nilai tahun
sebelumnya.

Rumus untuk menghitung analisis horizontal absolut adalah.

Keterangan:

Nt : nilai laporan laba rugi/ neraca pada tahun tersebut

Nt-1 : nilai laporan laba rugi/ neraca pada tahun sebelumnya

1. Analisis horizontal delta


Menurut Situmorang (2007), analisis horizontal delta merupakan perbandingan antara analisis
horizontal absolut pada tahun tersebut dengan nilai pada tahun sebelumnya.

Rumus untuk menghitung analisis horizontal delta adalah.

Keterangan:

Abst : nilai horizontal absolut pada tahun ke- t

Nt-1 : nilai laporan laba rugi/ neraca pada tahun ke t-1

Setelah menghitung analisis horizontal absolut dan horizontal delta pada masing-masing laporan,
nilai dari masing-masing analisis horizontal pada setiap komponen dibuat menjadi grafik dan
dianalisis tren yang dihasilkan. Analisis dilihat dari tren yang dihasilkan apakah naik atau turun.
Pada neraca ketika nilai horizontal absolut dan delta pada ekuitas meningkat dan total kewajiban
menurun menandakan bahwa perusahaan lebih senang menggunakan modal sendiri daripada
utang dan sebaliknya. Pada laporan laba rugi ketika nilai horizontal absolut dan delta yang
dihasilkan menunjukkan tren yang menurun berarti menandakan bahwa laba perusahaan turun
dan perusahaan harus meningkatkan penjualan dan sebaliknya.

2. Analisis vertikal

Menurut Situmorang (2007), analisis vertikal yaitu membandingkan data rasio keuangan
perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk waktu
yang sama. Dalam melakukan analisis vertikal diperlukan data-data laporan posisi keuangan
(neraca) dan laporan laba rugi suatu perusahaan.

Menurut Brealey (2012), laporan laba rugi common size adalah laporan laba rugi yang
menampilkan item sebagai persentase dari pendapatan. Neraca common size adalah neraca yang
menampilkan item sebagai persentase dari total aset.

Rumus untuk menghitung neraca common size adalah.

Keterangan:

NA : semua nilai pada aktiva

Np : semua nilai pasiva

Rumus untuk menghitung laporan laba rugi common size adalah.

Keterangan:

NL/R : semua nilai pada laporan laba rugi

 Metoda Nilai Tambah (Value Added)


Pengukuran kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan
karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem imbalan dalam
perusahaan yang dapat memengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan umumnya dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan
seperti rasio profitabilitas. Pengukuran yang hanya menganalisis laporan keuangan memiliki
kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui
apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk mengatasi kelemahan
tersebut telah dikembangkan konsep baru yaitu Economic Value Added (EVA) dan Market Value
Added (MVA) yang merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi.
EVA dan MVA dianggap paling memiliki korelasi dengan perubahan dan penciptaan nilai saham
di perusahaan. Kekuatan konsep EVA dan MVA adalah penciptaan nilai perusahaan dan
manajemen dipaksa mengetahui beberapa the true cost of capital dari bisnisnya, sehingga tingkat
pengembalian bersih dari modal dapat diperlihatkan secara jelas.

1. Economic Value Added (EVA)

Menurut Tandelilin (2001), EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam
meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja
manajemen baik/ efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan
tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. Menurut Warsono (2001), EVA adalah
perbedaan antara laba operasi setelah pajak dengan biaya modalnya. EVA merupakan suatu
estimasi laba ekonomis yang benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Berdasarkan definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa EVA adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada
pemegang saham selama suatu tahun tertentu.

Menurut Tunggal (2001), manfaat EVA adalah.

1. Hasil penghitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi


dengan kos modal yang rendah.
2. EVA digunakan sebagai penilaian kinerja keuangan perusahaan karena penilaian kinerja
difokuskan pada penciptaan nilai (value creation).
3. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan
pengembalian lebih tinggi daripada kos modalnya.
4. EVA dapat digunakan sebagai sinyal terjadinya financial distress pada suatu perusahaan.

Dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Apabila EVA > 0, berarti terdapat nilai ekonomis yang lebih, setelah perusahaan
membayarkan semua kewajibannya kepada para penyandang dana atau kreditor sesuai
ekspetasinya sehingga laba perusahaan
2. Apabila EVA = 0, berarti tidak terdapat nilai ekonomis lebih, tetapi perusahaan mampu
membayarkan semua kewajiban kepada para penyandang dana atau kreditor sesuai
ekspetasinya sehingga laba perusahaan positif.
3. Apabila EVA < 0, berarti perusahaan tidak mampu membayarkan kewajiban kepada para
penyandang dana atau kreditor sebagaimana nilai yang diharapkan sesuai ekspetasi
return saham tidak tercapai sehingga laba tidak dapat ditentukan. Namun, jikalau masih
terdapat laba, hal tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Economic Value Added (EVA) dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu.

EVA = NOPAT – Biaya modal operasi setelah pajak

= EBIT (1 – T) [(modal operasi total yang diberikan oleh investor) x (persentase biaya modal
setelah pajak)]

NOPAT (Net Operating After Tax) = Laba (Rugi) Usaha – Pajak

Total modal operasi yang diberikan oleh investor adalah jumlah dari utang yang dikenakan
bunga, saham preferen, dan ekuitas saham biasa yang digunakan untuk memperoleh aktiva
operasi bersih perusahaan, yaitu modal kerja operasional bersih ditambah aktiva tetap bersih.

1. Market Value Added (MVA)

Menurut O’Byrne & Young (2001), MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan
(termasuk ekuitas dan uang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan.
Menurut Warsono (2001), tujuan utama manajemen keuangan perusahaan adalah
memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang sahamnya. Tujuan ini jelas bermanfaat bagi
para pemegang saham biasa dan menjamin bahwa sumber daya yang terbatas dialokasikan secara
efisien. Kemakmuran bagi para pemegang saham dapat ditingkatkan dengan memaksimumkan
perbedaan antara nilai pasar ekuitas dengan jumlah modal ekuitas yang dipasok oleh para
investor kepada perusahaan. Perbedaan ini disebut sebagai nilai tambah pasar (Market Value
Added/MVA).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa MVA adalah perbedaan antara nilai pasar
saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan. Manfaat dari
MVA disamping untuk mengukur kinerja perusahaan adalah juga untuk mengukur nilai
perusahan yang berhasil diciptakan nilai perusahaan dalam kaitannya dengan pasar modal akan
tampak pada harga saham perusahaan yang bersangkutan. Sebagian besar perusahaan memiliki
tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (investor). Tujuan ini jelas
menguntungkan pemegang saham, tetapi juga bermaksud untuk memastikan bahwa sumber daya
yang terbatas telah dialokasikan secara efisien yang menguntungkan perekonomian. Kekayaan
pemegang saham akan menjadi maksimal dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar
ekuitas perusahaan dengan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor.

MVA dapat diformulasikan sebagai berikut.

MVA = Market Value of Stock – Equity capital supplied by shareholders

= (sharesoutstanding)(stock price) – total common equity


Penilaian MVA mirip dengan EVA, yaitu apabila nilai MVA bernilai positif maka perusahaan
mampu menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Apabila nilai MVA negatif berarti
terdapat indikasi bahwa perusahaan tidak mampu menciptakan nilai bagi para pemegang saham.

 Z-score

Z-score adalah metoda penghitungan yang digunakan untuk menghitung risiko kebangkrutan dari
suatu perusahaan. Rumus untuk menghitung Z-Score adalah.

Z-Score = 0,171 (modal kerja/aset total) + 0,847 (saldo laba/aset total) + 3,107 (EBIT/aset total)
+ 0,420 (ekuitas pemegang saham/kewajiban total) + 0,998 (penjualan/aset total)

Semakin tinggi nilai Z-score yang dihasilkan maka tingkat kebangkrutan yang dimiliki
perusahaan kecil artinya perusahaan dapat menghindari terjadinya kebangkrutan. Kriteria yang
terpenuhi untuk bebas dari kebangkrutan adalah memiliki nilai Z-score di atas 3. Tetapi jika
secara keseluruhan didapatkan nilai Z- score yang mengalami penurunan maka risiko
kebangkrutan suatu perusahaan besar dan sebaliknya.

Terdapat 4 macam model prediksi financial distress yaitu.

1. Model Altman Z-score

Penelitian Altman (1968) pada awalnya mengumpulkan 22 rasio perusahaan yang mungkin dapat
berguna untuk memprediksi financial distress. Dari 22 rasio tersebut, dilakukan pengujian-
pengujian untuk memilih rasio-rasio mana yang akan digunakan dalam membuat model.
Pengujian dilakukan dengan melihat signifikansi statistik dari rasio, korelasi antar rasio,
kemampuan prediksi rasio, dan judgement dari peneliti sendiri. Hasil pengujian rasio memilih
lima rasio yang dianggap terbaik untuk dijadikan variabel dalam model. Rasio-rasio yang terpilih
tersebut adalah.

 Working capital/total assets


 Retained earnings/total assets
 EBIT/total assets
 Market value of equity/book value of debt
 Sales/total assets

Kelima rasio tersebut dimasukkan ke dalam analisis MDA dan menghasilkan model sebagai
berikut.

Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5

Keterangan:

X1 = Working Capital/Total Assets


X2 = Retained Earnings/Total Assets

X3 = Earnings Before Interest and Taxes/Total Assets

X4 = Market Value Equity/Book Value of Total Debt

X5 = Sales/Total Assets

Altman (1968), menggunakan nilai cutoff 2,675 dan 1,81. Artinya, jika nilai Z yang diperoleh
lebih dari 2,675 maka perusahaan diprediksi tidak mengalami financial distress di masa depan
sehingga dapat dinyatakan bahwa perusahaan berada pada zona aman. Perusahaan yang nilai Z-
nya berada di antara 1,81 dan 2,675 berarti perusahaan berada dalam grey area, yaitu perusahaan
mengalami masalah dalam keuangannya walaupun tidak seserius masalah perusahaan yang
mengalami financial distress. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Z di bawah 1,81
diprediksi akan mengalami financial distress.

1. Metode Analisis Springate

Springate membuat model prediksi financial distress pada tahun 1978. Dalam pembuatannya,
Springate menggunakan metoda yang sama dengan Altman (1968) yaitu Multiple Discriminant
Analysis (MDA). Seperti Beaver (1966) dan Altman (1968), pada awalnya Springate (1978),
mengumpulkan rasio-rasio keuangan populer yang bisa dipakai untuk memprediksi financial
distress. Jumlah rasio awalnya yaitu 19 rasio. Setelah melalui uji yang sama dengan yang
dilakukan Altman (1968), Springate memilih 4 rasio yang dipercaya dapat membedakan antara
perusahaan yang mengalami distress dan yang tidak distress. Sampel yang digunakan Springate
berjumlah 40 perusahaan yang berlokasi di Kanada. Model yang dihasilkan Springate (1978)
adalah sebagai berikut.

S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D

Keterangan :

A = Modal Kerja terhadap Aktiva Total

B = Laba Setelah Bunga Dan Pajak terhadap Aktiva Total

C = Laba Sebelum Pajak terhadap Kewajiban Lancar

D = Penjualan terhadap Aktiva Total

 
Springate (1978), mengemukakan nilai cutoff yang berlaku untuk model ini adalah 0,862. Nilai Z
yang lebih kecil dari 0.862 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut diprediksi akan mengalami
financial distress.

1. Ohlson

Ohlson (1980), terinspirasi oleh penelitian-penelitian sebelumnya, juga melakukan studi


mengenai financial distress. Namun ada beberapa modifikasi yang dilakukan dalam studinya
dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang sebelumnya. Ohlson (1980), menggunakan data
dari tahun 1970–1976 dan sampel sebanyak 105 perusahaan dari industri manufaktur yang
bangkrut serta 2.058 perusahaan yang tidak bangkrut selama perioda tersebut. Terlihat dari
jumlahnya, Ohlson (1980) tidak menggunakan teknik matched-pair sampling.

Perbedaan lainnya terdapat dari sumber data. Jika Altman (1968) dan Beaver (1966)
menggunakan sumber data dari Moody’s Manual, maka Ohlson (1980), mendapatkan data dari
laporan keuangan yang diterbitkan untuk pajak (10- K financial statement). Layanan yang
digunakan adalah Compustat. Ohlson menggunakan metoda statistik bernama conditional logit.
Ohlson (1980), berpendapat bahwa metoda ini dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang
terdapat di metoda MDA yang digunakan Altman dan Springate.

Model yang dibangun Ohlson memiliki 9 variabel yang terdiri dari beberapa rasio keuangan.
Model tersebut adalah:

O = -1,32 – 0,407X1 + 6,03X2 – 1,43X3 + 0,0757X4 – 2,37X5 – 1,83X6 + 0,285X7 – 1,72X8 –


0,521X9

Keterangan:

X1 = Log (total assets/GNP price-level index)

X2 = Total liabilities/total assets

X3 = Working capital/total assets

X4 = Current liabilities/current assets

X5 = 1 jika total liabilities > total assets ; 0 jika sebaliknya

X6 = Net income/total assets

X7 = Cash flow from operations/total liabilities

X8 = 1 jika Net income negatif ; 0 jika sebaliknya

X9 = (NIt – NIt-1) / (NIt + NIt-1)


Ohlson (1980), menyatakan bahwa model ini memiliki cutoff point optimal pada nilai 0,38.
Ohlson memilih cutoff ini karena dengan nilai ini, jumlah error dapat diminimalisasi. Maksud
dari cutoff ini adalah bahwa perusahaan yang memiliki nilai O di atas 0,38 berarti perusahaan
tersebut diprediksi distress. Sebaliknya, jika nilai O di bawah 0,38 maka perusahaan diprediksi
tidak mengalami distress.

1. Zmijewski

Zmijewski (1984), mengkritik metoda pengambilan sampel yang digunakan pendahulu-


pendahulunya. Menurutnya, teknik matched-pair sampling cenderung memunculkan bias dalam
hasil penelitian pendahulunya. Oleh karena itu, Zmijewski (1984), menggunakan teknik random
sampling dalam penelitiannya, seperti dalam penelitian (Ohlson, 1980).

Dalam penelitiannya, Zmijewski (1984), mensyaratkan satu hal yang krusial. Proporsi dari
sampel dan populasi harus ditentukan di awal, sehingga didapat besaran frekuensi financial
distress. Frekuensi ini diperoleh dengan membagi jumlah sampel yang mengalami financial
distress dengan jumlah sampel keseluruhan.

Sampel yang digunakan Zmijewski (1984), berjumlah 840 perusahaan yang terdiri dari 40
perusahaan yang mengalami financial distress dan 800 yang tidak mengalami financial distress.
Data diperoleh dari Compustat Annual Industrial File. Data dikumpulkan dari tahun 1972–1978.
Metoda statistik yang digunakan Zmijewski (1984), sama dengan yang digunakan Ohlson, yaitu
regresi logit. Dengan menggunakan metoda tersebut, maka Zmijewski (1984), menghasilkan
model sebagai berikut:

X = −4.3−4.5X1 +5.7X2 −0.004X3

Keterangan:

X1 = ROA (return/total asset)

X2 = Leverage (debt/total assets)

X3 = Likuiditas (current assets/current liabilities)

Zmijewski (1984), menyatakan bahwa perusahaan dianggap distress jika probabilitasnya lebih
besar dari 0,5 atau dengan kata lain nilai X nya adalah 0. Oleh karena itu, nilai cutoff yang
berlaku dalam model ini adalah 0. Hal ini berarti perusahaan yang nilai X-nya lebih besar dari
atau sama dengan 0 diprediksi akan mengalami financial distress di masa depan. Sebaliknya,
perusahaan yang memiliki nilai X lebih kecil dari 0 diprediksi tidak akan mengalami distress.

 Tobin’s q

Tobin’s q adalah pengukur kinerja dengan membandingkan dua penilaian dari asset yang sama.
Tobin’s q merupakan rasio dari nilai pasar asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari
jumlah saham yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost dari aktiva
perusahaan (Fiakas, 2005). Apabila perusahaan memiliki nilai lebih besar dari nilai dasar
sebelumnya, maka akan memiliki biaya untuk meningkatkan kembali dan laba kemungkinan
akan didapatkan. Berdasarkan pemikiran Tobin, bahwa insentif untuk membuat modal investasi
baru adalah tinggi ketika surat berharga (saham) memberikan keuntungan di masa depan dapat
dijual dengan harga yang lebih tinggi dari biaya investasinya (Fiakas, 2005). Nilai Tobin’q
dihasilkan dari penjumlahan nilai pasar saham (market value of all outstanding stock) dan nilai
pasar hutang (market value of all debt) dibandingkan dengan nilai seluruh modal yang
ditempatkan dalam aktiva produksi (replacement value of all production capacity), maka
Tobin’s q dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi nilai pasar
suatu perusahaan.

Tobin’s q dapat dihitung dengan formulasi rumus sebagai berikut. 

q = (MVS + D)/TA

Interpretasi dari nilai Tobin’s q adalah sebagai berikut :

1. Apabila Tobin’s q < 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi Artinya, manajemen
telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan sehingga potensi pertumbuhan investasi
rendah.
2. Apabila Tobin’s q = 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Artinya,
manajemen stagnan dalam mengelola aktiva sehingga potensi pertumbuhan investasi
tidak berkembang.
3. Apabila Tobin’s q > 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi Artinya, manajemen
berhasil dalam mengelola aktiva perusahaan sehingga potensi pertumbuhan investasi
tinggi.

 Analisis Du Pont

Menurut Syamsudin (2000), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui perkalian
antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan aset total di dalam
menghasilkan keuntungan tersebut. Menurut Sutrisno (2001), analisis Du Pont adalah suatu
analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit
margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROA. Di samping itu, dengan menggunakan
analisis ini, pengendalian beban dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun
naiknya penjualan dapat diukur. Sedangkan menurut Brealey, et al., (2012), kita dapat
menguraikan ROA dan ROE menjadi produk sederet rasio yang lebih mendasar. Rasio ini
membantu kita mengisolasi pengaruh yang terpisah pada kinerja dan menyediakan petunjuk
menyangkut strategi bisnis. Penguraian ukuran kinerja menjadi rasio komponen biasanya disebut
sistem Du Pont. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont adalah
analisis untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan ROA dan ROE.

Menurut Brealey, et al., (2012), persamaan Du Pont ROA diuraikan sebagai berikut.

ROA = perputaran aset x margin laba operasi


Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont merupakan analisis
yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan margin laba, serta sejauh
mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of return). Sistematika kerja analisis Du
Pont ini adalah dengan menguraikan ROA yang merupakan angka banding atau rasio, antara laba
yang diperoleh perusahaan (margin laba bersih) dengan besarnya aset total perusahaan. Melalui
persamaan Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan margin laba operasi
dan perputaran aset. Perputaran aset diperoleh dari hasil bagi antara hasil penjualan dengan
jumlah aset, sedangkan margin laba operasi merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan
penjualan. Laba bersih merupakan hasil dari penjualan dikurangi biaya operasi.

Aset/ekuitas yang disebut ratio leverage, dapat diekspresikan sebagai (ekuitas +


kewajiban)/ekuitas, yang sama dengan 1 + total rasio utang terhadap ekuitas. Istilah beban utang
(debt burden) mengukur proporsi dengan pengeluaran bunga mengurangi laba. ROE yang tinggi
merepresentasikan pendapatan perusahaan atas peluang investasi dan keefektivitasan manajemen
biaya. Namun ROE yang tinggi hanya merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan yang
berlebihan, jika perusahaan  telah memilih untuk menerapkan tingkat utang yang tinggi
berdasarkan standar industri.

Analisis Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Dalam berinvestasi, kemampuan untuk mengestimasi return suatu individual sekuritas


merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan. Untuk dapat mengestimasi return suatu
sekuritas dengan baik dan mudah diperlukan suatu model estimasi. Oleh karena itu, kehadiran
Capital Asset Pricing Model (CAPM) yang dapat digunakan untuk mengestimasi return suatu
sekuritas dianggap sangat penting di bidang keuangan. Menurut Tandelilin (2010), CAPM
merupakan suatu model yang menghubungkan tingkat return harapan dari suatu aset berisiko
dengan risiko dari asset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang. Model CAPM memberikan
prediksi yang tepat tentang bagaimana hubungan antar risiko dan imbal hasil yang diharapkan
(expected return). Hubungan ini memunyai dua fungsi penting. Pertama, menyediakan tolak ukur
tingkat imbal hasil untuk mengevaluasi alternatif investasi yang mungkin. Kedua, model ini akan
membantu membuat dugaan mengenai imbal hasil yang diharapkan atas asset yang belum
diperdagangkan di pasar. (Bodie, et al., 2006).

Untuk menguji validitas CAPM, perlu dilakukan penelitian-penelitian empiris mengenai CAPM
tersebut. Jika CAPM valid, maka hasil penelitian empiris yang dilakukan akan menunjukkan
bahwa return yang terjadi (realized return) akan sama dengan estimasi return dengan
menggunakan CAPM.

 Simpulan

Dari catatan di atas mengenai kegunaan informasi akuntansi bagi investor dan kreditor, dapat
disimpulkan.

1. Informasi dalam laporan keuangan perusahaan sangat dibutuhkan baik oleh pihak internal
maupun eksternal. Pihak internal meliputi manajer dan karyawan, sedangkan pihak
eksternal meliputi investor, kreditor, dan pemerintah. Investor membutuhkan informasi
akuntansi atas laporan keuangan untuk menganalisis dan mengetahui kondisi perusahaan
sehingga dapat diketahui kondisi modal yang ditanamkan oleh investor. Kreditor
membutuhkan informasi akuntansi pada laporan keuangan untuk mengetahui dan melihat
kemampuan perusahaan dalam melunasi utang-utangnya baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
2. Laporan keuangan juga harus memenuhi syarat yaitu memiliki kualitas karakteristik.
Kualitas karakteristik laporan keuangan terdiri dari dapat dipahami, relevan, materialitas,
keandalan, penyajian jujur, substansi mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan sehat,
dan kelengkapan. Selain itu, informasi akuntansi yang digunakan dalam pengambilan
keputusan oleh investor dan kreditor juga harus memunyai kualitas. Kualitas atas
informasi terdiri dari kualitas primer dan kualitas sekunder. Kualitas primer menjelaskan
mengenai relevansi dan reliabilitas. Informasi dalam laporan keuangan dapat dikatakan
relevan jika informasi tersebut dapat memengaruhi pengambilan keputusan ekonomi.
Informasi akuntansi dianggap handal jika dapat diverifikasi, disajikan secara tepat, serta
bebas dari kesalahan dan bias. Kualitas sekunder menjelaskan mengenai konsistensi dan
komparabilitas. Konsistensi menjelaskan kekonsistenan penerapan prinsip-prinsip yang
dilakukan oleh perusahaan. Komparabilitas menjelaskan bahwa laporan keuangan suatu
perusahaan harus dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan lain yang
serupa.
3. Investor memiliki dua jenis tipe dalam membaca informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan yaitu sophisticated reader dan naive investor. Sophisticated reader
mengisyaratkan bahwa investor merupakan pembaca yang canggih sehingga investor
mengetahui semua informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan
perusahaan. Naive investor menjelaskan bahwa investor buta akan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Investor sama sekali tidak mengetahui informasi-
informasi akuntansi yang disajikan perusahaan dalam laporan keuangan.
4. Salah satu yang disyaratkan dalam laporan keuangan adalah sophisticated reader
(pembaca yang canggih). Sophisticated reader (pembaca yang canggih) diharapkan dapat
membaca dan memahami informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan
dengan benar. Namun, pembaca yang canggih bisa saja salah membaca (misleading)
informasi akuntansi sehingga diperlukan alat-alat bantu yang dapat mendukung dalam
memahami kegunaan informasi akuntansi. Alat-alat bantu yang ada berperan penting bagi
kreditor maupun investor dalam pengambilan keputusan yang tepat. Alat-alat bantu yang
dapat digunakan oleh para investor dan kreditor untuk menganalisis laporan keuangan
perusahaan yaitu dengan menggunakan analisis rasio, analisis tren, analisis Du Pont,
metoda nilai tambah (value added), Z-score, Tobin’s q, dan Capital Asset Pricing Model
(CAPM).

DAFTAR PUSTAKA

Altman, E. L. (1968). Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate
Bankruptcy. Journal of Finance. 589-609.
American Accounting Association. (1966). A Statement of Basic Accounting Theory. American
Accounting Association. See Sterling, R. R. 1967. A statement of basic accounting theory: A
review article. Journal of Accounting Research (Spring): 95-112.

Arens, A.A., Elder, R. J., Beasley, M. S. (2008). Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Erlangga.

Bastian, I. (2003). Audit Sektor Publik. Jakarta: Visi Global Media.

Beaver, W. H. (1966). Financial Ratios as Predictors of Failure. Journal of Accounting Research,


Supplement.

Belkaoui, A. R. (2000). Teori Akuntansi Edisi Satu. Jakarta: Salemba Empat.

Belkaoui, A. R. (2006). Teori Akuntansi Edisi Kelima. Jakarta: Salemba Empat.

Brealey, R. A., Myers, S. C., & Marcus, A. J. (2012). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan


Perusahaan. Jakarta: Erlangga.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.

Fahmi, I. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: ALFABETA.

Fiakas, D. (2005). Tobin’s q: Valuing Small Capitalization Companies. Crystal


Equity Research., April.

Hall, J.A. (2007). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Harahap, S. S. (2009). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Horngren, C. T., & Harrison, W. T. (2007). Akuntansi Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2007).

Koetin, E. (2002). Analisis Pasar Modal. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Maines, L. A., & Mcdaniel, L. S., (2000). Effects of Comprehensive-Income Characteristics on


Nonprofessional Investors. The Accounting Review, April 1, 2000, American Accounting
Association.
Munawir. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

O’Byrne, S. F & Young S., D. (2001). EVA and Value Based Management: A Practical Guide to
Implementation. New York: McGraw-Hill.

Ohlson, J. A. (1980). Financial Ratios and Probabilistic Prediction of Bankruptcy. Journal of


Accounting Research.

Palepu, K. G. (2000). Business Analysis and Valuation: Using Financial Statements, Edition .
South-Western: College Publishing.

Puspitaningtyas. (2010). Decision Usefulness Approach of Accounting Information: Bagaimana


Informasi Akuntansi Menjadi Useful? Jurnal Akuntansi AKRUAL 2(1), 85-100.

Sartono, A. (2001).  Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.

Scott, W. R. (2000). Financial Accounting Theory. Canada: Prentice Hall.

Scott, W. R. (2009). Financial Accounting Theory. Canada: Inc. Toronto.

Situmorang, S. H., & Dilham, A. (2007). Studi Kelayakan Bisnis. Sumatera Utara: Universitas
Sumatera Utara.

Springate, G. L. V. (1978). Predicting the Possibility of Failure in a Canadian Firm. M.B.A.


Research Project, Simon Fraser University. January.

Sutapa, D & Kiryanto, R. (2001). Pengaruh Persepsi Manajer atas Informasi Akuntansi
Keuangan terhadap Keberhasilan Perusahaan Kecil. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 4,
199-210.

Sutrisno. (2001). Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.

Suwardjono. (2008). Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Syamsudin, L. (2000). Manajemen Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tandelilin, E. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi Pertama. Yogyakarta :
BPFE.

Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi. Yogyakarta: Kanisius.

Tunggal, A., W. (2001). Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing). Jakarta: Harvarindo.

Warren, C. S., Reeve, J. M., & Fess, P. E. (2005). Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba
Empat.
Warsono. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi Pertama. Malang: UMM
Press.

Weygant, J. J., Kimmel, P. D., & Kieso, D. E. (2010). Financial Accounting: IFRS Edition.
United States: John Wiley & Sons Inc.

Wolk, M. I., Francis, J. R., & Tearney, M. G. (2000). Accounting Theory. Boston: PWS-KENT
Publishing Company.

Zmijewski, M. (1983). Predicting Corporate Bankruptcy: An Empirical Comparison of the


Extant Financial Distress Models. Working paper. SUNY at Buffalo.

Anda mungkin juga menyukai