Anda di halaman 1dari 34

HaniPutranto

15 Feb 21, 12:34 · Edited on 15 Feb 21, 12:37

============================================
Kiat Aman Investasi Saham 1
Kuncinya adalah High DY BUKAN High Dividend

$IHSG $DMAS $PTBA $ANTM $CLPI

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Kiat JHP adalah strategi investasi atau nabung saham
dengan uang dingin sedingin-dunginnya dengan memilih emiten yang fundamentalnya
memadai saat DY-nya tinggi

Akhir-akhir ini tidak sedikit investor baru yang masuk bursa saham melalui pengaruh
influencer. Biasanya masih unyu, belum banyak belajar. Padahal investasi saham menuntut
kemandirian dalam mengambil keputusan, bukan ikut-ikutan. Perlu belajar hingga paham. Bagi
yang mandiri dalam mengambil keputusan bahkan sudah beli ANTM ketika harganya Rp 360
ketika bearish, ketika banyak orang takut beli, dan masih hold sampai sekarang.

ANTM adalah salah satu saham yang terkenal di kalangan pemula. Investor yang masuk melalui
influencer mungkin tahunya hanya saham-saham seperti ANTM, BRIS, BBKP, atau BJTM padahal
di BEI ini ada 700-an emiten penghuninya. Memang, tidak semua bagus tapi juga tidak semua
jelek. Harus disaring dan dipilih. Untuk bisa memilih yang tepat tentu harus belajar sampai
paham bukan belajar dengan cara hapalan. Belajar analisa fundamental dan belajar hal lain yang
diperlukan, bukan ikut-ikutan karena kalau ikut-ikutan mungkin sudah terlambat, bahkan tidak
sedikit yang beli di harga pucuk.

Awal-awal saya terjun ke bursa saham juga banyak melakukan kesalahan. Waktu itu saya
trading, pernah untung pernah juga rugi. Pernah kejeblos ke saham TAXI yang harganya jatuh
sampai Rp 50. Terus saya vakum di bursa lebih dari 4 tahun. Saya merasa trading tidak cocok
dengan kondisi dan kesibukan saya. Juga mungkin tidak cocok dengan jiwa saya. Saya kemudian
belajar analisa fundamental dengan membaca buku analisa fundamental dan kembali lagi ke
bursa saham. Akhirnya saya tidak hanya bisa memahami kondisi fundamental perusahaan tapi
juga menemukan "kiat aman investasi saham dengan hasil memuaskan" Saya merasa saya
sudah berada di jalur yang benar. Saya puas dengan kebijakan dan aturan yang saya tetapkan
dalam berinvestasi saham. Saya merasa ini sesuai dengan jiwa dan kondisi saya.

Bagi yang sudah sering membaca tulisan-tulisan saya sebelumnya, saya rasa sudah tahu kiat
dan kebijakan saya dalam berinvestasi. Bagi pendatang baru yang harus banyak belajar
mungkin tulisan saya ini berguna. Tulisan ini adalah pengalaman dan pendapat pribadi, belum
tentu cocok dengan semua orang. Yang jelas tidak cocok bagi yang mengikuti "trading for
living". Umumnya orang yang sibuk dan punya penghasilan dari luar bursa saham cocok dengan
kiat saya ini. Bahkan juga pelajar dan mahasiswa. Pengalaman saya pribadi dalam menjalani
kiat saya ini sangat memuaskan dan nyaman. Memang dalam porto saya masih ada kesalahan
akibat kebijakan atau cara-cara lama saya dalam berinvestasi. Tapi saya rasakan makin ke sini
makin baik, sudah berhasil melewati crash akhir Maret 2020.

Kesibukan saya di luar bursa sebagai agen properti membuat saya bertemu berbagai macam
orang termasuk orang-orang sukses entah sebagai direktur, pebisnis, pejabat, artis dan
sebagainya. Banyak yang bisa saya pelajari dari mereka. Misalnya ketika calon buyer yang
bisnisnya adalah rumah kos kemudian saya tawarkan listing saya biasanya beliau akan
menanyakan ROI-nya berapa? Kalau ROI atau Return on Investmen-nya cuma sekitar 3% dia
langsung nolak. Bagi pelaku bisnis rumah kost yang serius bukan pensiunan biasanya punya
kriteria ROI yang tinggi. Ada yang menyebut 10%, 12%, atau 8%. Selain itu juga
mempersyaratkan minimal kamar harus 15. Biasanya yang jumlah kamarnya sedikit, ROI-nya
memang kecil.

Orang-orang seperti beliau itu sadar akan keberhasilan bisnis dan pengembangan dananya. Hal
seperti itu juga bisa diterapkan dalam investasi saham. Dalam investasi saham, saya
menyebutnya sebagai ROE (Return on Equity), pengembalian atas modal sendiri. Dalam istilah
ROI mungkin terkandung utang, dalam istilah ROE tidak terkandung utang. Memang seharusnya
investasi saham yang aman dan sehat adalah yang pakai modal sendiri bukan utang, itupun
harus pakai uang dingin yaitu uang yang tidak dipakai untuk keperluan lain paling tidak 3 tahun
ke depan. Semakin dingin semakin baik. ROE yang saya maksud di sini adalah ROE kita sebagai
investor atau penabung saham bukan ROE-nya emiten. ROE kita berbeda dengan ROE emiten.

ROE emiten bisa dilihat di key stats, sedangkan ROE kita bagaimana menentukannya? Di
paragraf ini saya coba jelaskan. Kalau kita investasi saham memang bisa mendapatkan capital
gain atau dividen. Hanya saja perlu diingat kalau kita mendapatkan capital gain itu saham yang
kita miliki harus dijual. Sementara kalau kita mendapatkan dividen, saham kita masih utuh
jumlah lembarnya. Jadi, kalau kita mendapatkan dividen yield 8% nett misalnya, berarti aset
kita menjadi: sejumlah uang cash yang kita terima yang besarnya 8% dari modal PLUS sekian
lembar saham yang kita miliki. Selain itu yang harus diperhatikan pemula adalah bahwa capital
gain mungkin suatu keuntungan yang sifatnya zero sum game dalam situasi dan kondisi
tertentu. Atau paling tidak mendekati zero sum game dalam beberapa situasi dan kondisi. Zero
sum game itu artinya suatu permainan yang kalau dijumlahkan hasilnya nol, keuntungan yang
satu diperoleh karena kerugian yang lain seperti dalam praktek perjudian. Pemula sering tidak
tahu, sikon seperti apa zero sum game itu terpenuhi. Tapi bandar tahu. Zero sum game jelas
bukan sesuatu yang aman. Maka kiat saya tidak didasarkan pada pengejaran capital gain.
Dividen yield lebih real dan lebih aman karena ini berasal dari pembagian laba perusahaan yang
sifatnya real. Selain dividen yang berupa uang cash, aset kita yang berupa lembaran saham
masih utuh. Harga lembaran saham itu memang bisa turun tetapi juga bisa naik ratusan persen
seperti yang saya alami dengan beberapa emiten dalam porto saya, ada yang 200%, 300%
bahkan 700%. Dari pengalaman saya inilah saya menjadi tahu kunci "kiat aman investasi saham
dengan hasil memuaskan". Inilah kuncinya, kuncinya adalah dividend yield (DY). DY yang
memadai, di atas suku bunga deposito. Dan emiten yang berpotensi memberikan DY tinggi ini
banyak, gak bisa dihitung dengan jari tidak seperti beberapa emiten yang dikenal melaui
influencer di atas yang bisa dihitung dengan jari. DY inilah ROE bagi kita sebagai investor
sebagai penabung saham. Kalau kita memegang beberapa emiten High DY saya rasa investasi
kita sudah berada di jalur yang benar dan aman. Dan perlu Anda ketahui sifat DY ini bisa
tumbuh kalau kita hold forever tanpa kenaikan average price. Bisa tumbuh, DY yang awalnya
hanya 8%, suatu saat bisa tumbuh menjadi 15%, 20% bahkan 100% seperti terlihat di link
ini https://stockbit.com/post/2570368
Jadi, ROE kita bisa tumbuh tidak statis. Dan seharusnya tumbuh konsisten.

Di sini perlu saya tegaskan dan tekankan bahwa High DY berbeda dengan High Dividend. Kalau
Anda kenal IDX HD 20 atau Index High Dividend 20 yang berisi 20
emiten https://bit.ly/3akYkwr maka di situ terlihat bahwa tidak semua anggotanya
memberikan High DY. Ada yang DY-nya cuma 1,3% gross, tidak lebih besar dari laju inflasi.
Anggota lain juga cuma 2,7% gross meski ROE emiten 145%. Mengapa bisa demikian?

Untuk menjawabnya kita harus tahu rumus DY. Rumus DY adalah:

DY = DPS dibagi harga saham

DPS adalah kependekan dari Dividend per Share atau dividen per saham.
Harga yang dimaksud di sini bisa harga saham saat ini, harga saham yang kita inginkan atau
harga rata-rata saham (average price) yang kita miliki bila kita telah memiliki sahamnya.

Kalau kita menginginkan DY tertentu dan kita ingin tahu berapa harga sahamnya maka rumus di
atas tinggal diubah menjadi:

Harga = DPS dibagi DY


Dimana harga adalah harga yang kita inginkan kalau kita ingin mendapatkan DY tertentu.

Misalnya DPS adalah Rp 80,- kita menginginkan DY 9% maka target harga saat masuk atau saat
beli adalah 80/9% = 888,9 atau Rp 885,- mengikuti tick harga di bursa. Kalau target tersebut
tidak tercapai perlu dievaluasi.

Umumnya dalam data-data yang disajikan dalam key stats, DPS dan DY bersifat gross, untuk
mendapatkan angka netonya harus dipotong PPN 10%. Tapi dividen yang masuk ke rekening
kita sudah dipotong PPN. Kalau dalam perhitungan kita memasukkan DPS neto maka DY-nya
adalah DY neto.

Bila DPS gross-nya adalah 80 seperti contoh di atas dan jika ingin tahu harga untuk DY 9% net,
maka 80 dipotong dulu 10% atau 80 - 8 dioeroleh angka DPS net 72. Kemudian 72 dibagi 9%
hasilnya adalah Rp 800,- sudah sesuai tick di bursa saham.

Dari rumus pertama di atas kita lihat bagaimana DY tinggi bisa diperoleh. DY tinggi bisa
diperoleh kalau DPS naik banyak atau harga saham anjlok banyak. Perlu diketahui bahwa sering
kali pasar saham itu berjalan tidak efisien, artinya saham yang fundamentalnya buruk tidak
cepat dihukum pasar dengan penurunan harga, demikian juga saham yang fundamentalnya baik
tidak segera diapresiasi pasar dengan kenaikan harga. Pengetahuan dasar tentang pasar seperti
ini harus Anda pahami. Sementara mengenai DPS itu tergantung dua hal yaitu pertama
tergantung fundamental emiten, yang kedua tergantung pada RUPS (rapat umum pemegang
saham) dan biasanya tergantung PSP (pemegang saham pengendali) yang suaranya mayoritas
dan menjadi penentu. Ada perseroan yang membagikan dividen rutin dengan rasio atau DPR
(Dividend Pay Out Ratio) 50%, ada pula yang DPR-nya tidak stabil kadang 75% kadang 50%,
kadang 65% kadang 40%. Grafik atau data DPR bisa dilihat di RTI. Rumus DPR adalah DPS
dibagi EPS dimana EPS adalah kependekan dari Earning per Share atau laba bersih per saham.

Perlu dicatat bahwa DPR besar tidak selalu menghasilkan DY tinggi demikian juga DPS besar
juga tidak berarti DY tinggi. Ada emiten yang DPR-nya cuma 50% tapi menghasilkan DY di atas
9%. Di lain pihak ada emiten yang DPR nya sekitar 100% tapi DY kita hanya 2,7% gross. Jadi
kalau ada kabar bahwa saham ABCD termasuk high dividend mesti Anda cek dulu DY-nya
berapa, termasuk high atau low DY. Hal itu terjadi karena harga sebagai faktor pembagi. Kalau
DY rendah berarti harganya tinggi. Ya benar. Dari sini dan dari pengalaman saya ini maka saya
menetapkan bahwa kunci "kiat aman investasi saham dengan hasil memuaskan" adalah High
DY, meski keputusan akhir untuk membeli suatu saham tergantung juga beberapa
pertimbangan lain. Namun prinsip utama tetap diperhatikan karena High DY berarti High ROE
bagi kita.

Dengan DY tinggi atau ROE kita tinggi berarti kita bisa cepat balik modal dari dividen tanpa
menjual lembar sahamnya. Artinya kita bisa memiliki saham secara gratis di mana saham itu
masih bisa memberikan dividen secara rutin dengan yield semakin tinggi. Ini adalah suatu
passive income bagi kita, suatu passive income yang istimewa tentunya karena kita sudah
mendapakan asetnya secara gratis. Uang (dan karyawan) bekerja untuk kita kalau menurut
istilahnya Kiyosaki. Kalau misalnya DY kita awalnya 8% nett maka dalam waktu 12,5 tahun
(100% dibagi 8%) bila average price kita tidak naik sudah balik modal dari dividen. Itu kalau
DPS-nya gak naik. Tapi umumnya DPS naik atau tumbuh. Bila pertumbuhan DPS rata-rata 7%
maka dalam 10 tahun sudah balik modal, dan DY saat itu sudah menjadi 14,7% yang awalnya
cuma 8%.

Jelas di sini kita tidak mengejar high DPR atau high DPS tapi High DY. Adanya emiten yang
meski DPR-nya sedang tapi bisa memberikan High DY inilah yang membuat saya tergerak
membuat suatu ukuran yang namanya disebut sebagai AEPD (Angka Efisiensi Perolehan
Dividen). Ini pertama kali saya unggah di SB dan bisa dilihat di link
ini https://stockbit.com/#/post/2525905

Karena High DY merupakan kunci, kunci pembuka, maka dalam beberapa tulisan terdahulu saya
menyebutkan bahwa langkah PERTAMA untuk memilih saham dari 700-an emiten di BEI adalah
screening DY. Kemudian kita urutkan dari yang tertinggi. Dari situ baru kita cek
fundamentalnya seperti DER (Debt to Equity Ratio), PER (Price to Earning Ratio), PBV (Price
per Book Value), CR (Cash Ratio), kita pahami bisnisnya, mungkin juga perlu kita analisa lebih
mendalam laporan keuangannya, kita pelajari perkembangan EPS-nya, juga kita pastikan GCG-
nya atau Good Corporate Governance-nya baik. Perlu juga kita lihat track record-nya, juga kita
pastikan bahwa dividen yang dibagikan berasal dari laba operasional bukan dari jual aset yang
cuma sekali doang. Fundamental ini terkait dengan EPS dan DPS dimana dalam rumus pertama
di atas atau rumus DY berada di atas. Kalau EPS dan DPS tumbuh baik double digit mungkin kita
perlu mengevaluasi target harga yang mungkin saja kita tetapkan terlalu rendah. Saya pernah
menetapkan target harga ARNA di bawah Rp 400,- Waktu itu saya pegang di harga sekitar 390,-
Masih ingin nambah karena jumlah masih sedikit. Saat saya sibuk di luar bursa ternyata harga
ARNA bukannya turun malah melonjak jauh di atas 400. Akhirnya nambah dengan average price
saya menjadi 405. Untungnya EPS ARNA 2020 naik drastis sekitar 50% dibandingkan EPS 2019.
Saya yakin EPS ARNA akan naik tapi kenaikan 50% tentu merupakan surprise bagi saya.

Menganalisa atau memahami fundamental emiten mungkin perlu waktu lebih lama
dibandingkan analisa teknikal. Tetapi sekali kita memahami fundamentalnya akan terus
terpakai dengan tetap meng-update kondisinya. Artinya kalau harga jatuh bukan karena
fundamentalnya kita bisa cepat ambil keputusan untuk beli atau nyicil. Dengan fundamental
yang tidak turun, jatuhnya harga akan menaikkan potensi DY yang berarti menaikkan ROE kita.

Di sinilah perlunya kita belajar analisa fundamental. Karena perlu waktu lebih banyak maka kita
perlu smart dalam analisa dan memahami fundamental emiten. Ibaratnya membaca buku, kalau
buku itu tebal sekali, misalnya setebal 700 halaman maka kurang smart kalau kita langsung
membacanya dari halaman 1 sampai terakhir. Kita perlu baca daftar isinya dulu atau
ringkasannya dulu. Oleh karena itu kita perlu "daftar isi" atau ringkasan. Selain rasio-rasio
seperti DER, PBV dll, "daftar isi" atau ringkasan kondisi emiten bisa berupa berita dan public
expose. Bagaimana kita tahu bahwa emiten ABCD telah membangun pabrik tahun 2017.
Tentunya bukan dengan cara membaca LK lembar demi lembar dari LK tahun 2019 ke belakang
sampai 2017. Kalau kita ketikkan di google emiten ABCD bangun pabrik maka muncul berita.
Demikian juga ketika penerapan PSAK 71 menggerus laba bank, saya googling dulu apa itu
PSAK 71, saya cari bank apa saja yang sudah melakukan pencadangan, kemudian saya buka LK-
nya untuk bank yang sudah melakukan pencadangan dengan yang baru akan melakukan
pencadangan. Saya bandingkan perbedaannya. Demikian juga kalau kita ingin tahu tindakan
atau rencana manajemen menghadapi masa depan, kita bisa baca dulu di public expose.
Umumnya public expose lebih ringkas dari pada Laporan Tahunan. Bisa juga kita lihat di web
resmi masing-masing emiten.

Pengalaman saya setelah melakukan screening DY sering kali yang DY-nya tinggi itu PER dan
PBV-nya rendah. Bahkan kadang PBV rendah, PER rendah, dan DER rendah sekaligus
ditemukan dalam satu emiten. Dan kondisi seperti ini ada beberapa emiten. PBV dan DER
rendah tidak hanya disukai oleh penabung saham seperti saya yang ngejar passive income dari
dividen tetapi juga oleh value investor. Apa perbedaan kiat saya dengan value investor? Seorang
value investor sebenarnya trader juga cuma jangka panjang sesuai target price yang ingin
dicapainya sementara saya dengan kiat saya masih mengutamakan passive income dari dividen
dan ngejar DY atau ROE tinggi karena sadar DY kita bisa tumbuh mencapai 20% atau 100% per
tahun. Jarang taking protit. Jadi, dengan kiat saya tampak lebih sabar, sering membiarkan
floating profit tinggi, ANTM floating profit 700% dibiarkan, atau SCMA floating profit 200%
dibiarkan. Kalau value investor mungkin belum mencapai 200% sudah jual sahamnya. Selain itu
biasanya value investor tidak mensyaratkan adanya pembagian dividen, kalau dalam kiat saya
dividen harus ada bahkan mutlak, DY-nya harus memadai. Kalau menurut kiat saya PNLF yang
tidak pernah membagikan dividen, tidak bisa dinilai under value atau tidak meski menurut
orang lain termasuk under value. Value investor hanya tertarik yang under value kurang
tertarik growth stock. Kalau menurut kiat saya, dalam kiat saya masih terbuka terhadap growth
stock untuk dibeli selama DY-nya memadai.

Bukan berarti saya tidak pernah jual saham sama sekali. MYOH misalnya pernah saya jual
sampai habis. Waktu itu saya ingin diversifikasi lebar sementara uang dingin belum ada, dividen
juga belum ada. Di saat yang sama harga-harga pada jatuh dan porsi MYOH dalam porto saya,
saya nilai terlalu besar maka saya jual MYOH dengan capital gain antara 3% sd 40%
(sebelumnya, di tahun 2019 saya sudah menikmati dividen gurih dari MYOH). Saya belikan
saham-saham yang harganya sedang jatuh waktu itu dan untuk mendukung kebijakan baru
saya, diversifikasi lebar dan panjang tak terbatas. MYOH adalah tabungan kesayangan saya, saya
screening dengan cara di atas, berdasarkan High DY. Dan untuk komoditas saya persyaratkan
DER-nya maksimum 0,5 X atau 50%. Perlu juga dicatat dan Anda ketahui, untuk emiten
komoditas hendaknya jangan beli saat harga komoditasnya ada di puncak. Demikian juga yang
bersifat siklis, jangan beli saat siklusnya di puncak. Emiten yang bisnisnya bersifat siklis selain
emiten komoditas adalah emiten properti, meski mungkin siklus untuk kontraktor BUMN
dengan kontraktor swasta agak beda.

Selain MYOH, juga MLPT yang gambarnya saya sertakan. Saya pilih seperti pilih MYOH atau
yang lain, dengan cara screening High DY. MLPT milik saya pernah mengalami floating loss
berbulan-bulan dan saya tidak pernah memperhatikan bandarmology. Pokoknya saya beli
karena lolos screening High DY. Alasan saya jual bisa dilihat dipostingan saya tersebut.
Screening High DY adalah kunci pembuka untuk investasi yang aman dan memuaskan di pasar
saham. Saya merasa telah berada di jalur yang benar dan aman. Sebenarnya kalau kita tidak cut
loss kita masih untung dari dividen, ini dulu yang perlu dipeang, mencoba untuk selalu
menghindari cut loss.

Sebagaimana terlihat dalam profil saya, saya selalu katakan disclaimer selalu on. Dalam
beberapa tulisan sering saya katakan jangan ikut-ikutan, pahami dulu bila ingin membeli.
Memang perlu waktu untuk memahami dan menganlisa fundamentalnya. Tapi itulah PR Anda
yang harus Anda kerjakan.

Mungkin tulisan ini cocok dengan Anda mungkin juga tidak. Kondisi masing-masing orang
memang berbeda. Atau Anda sedang mempertimbangkan untuk beralih beli bitcoin. Itu hak
Anda. Hanya perlu dipertimbangkan bahwa tidak ada sesuatu itu yang harganya naik terus-
terusan tanpa henti. Bukan hanya saham saja yang harganya bisa jatuh. Apakah itu emas,
properti, bitcoin harganya bisa jatuh. Mungkin Anda bisa memenangkan perdebatan dengan
agen properti bahwa menurut Anda harga properti tidak bisa jatuh tapi hakim terakhirnya
adalah Mr Market apakah Anda akan sukses atau rugi. Yang sering terjadi adalah orang sering
berebutan ketika harga naik dan takut beli ketika harga berada di sekitar bottom. Ini terjadi di
mana saja apakah di pasar saham, pasar properti, pasar emas atau yang lain. Screening High DY
telah berhasil membantu saya mengendalikan diri, tidak ikut-ikutan membeli saat harga
terbang dan tidak takut membeli atau nyicil saat harga jatuh atau bearish. Semua orang bisa saja

salah, untuk itu harus selalu belajar. Saya juga terus menerus belajar.
Bagi yang belum paham pengertian DER, PBV bisa membaca dulu dari buku-buku yang banyak
beredar.

Belajarlah apalagi masih ada yang membagikan tulisan/pelajaran atau sharing pengalaman
secara gratis.

Di bawah saya sertakan tulisan-tulisan lama saya yang perlu dibaca untuk bahan pembelajaran.

Saya juga mengucapkan terima kasih atas tulisan-tulisan yang mencerahkan dari Pak
Juliardi @kakdr Pak @thowil dan Pak Riki Pak Tatsuya.

Disclaimer on. Do your own research. Saya telah membuat tulisan ini sebaik-baiknya menurut
kemampuan saya namun uang Anda tetap tanggung jawan Anda sendiri.

Daftar Link Tulisan saya yg perlu dibaca.

Bedanya Nabung Saham dan Deposito


https://stockbit.com/post/2569526

Capital Gain dan Dividend Yield. Antara Take Profit dan Passive Income
https://stockbit.com/post/2168786

Prinsip Dasar Investasi, Investasi Saham, dan Urutan 37 Emiten High Dividend Yield (High
DY)
https://stockbit.com/post/4699690

Urutan Baru 37 Emiten High Dividend Yild (High DY) Berdasarkan Harga 23-12-2020
https://stockbit.com/post/5168897
HaniPutranto
17 Apr 21, 21:02 · Edited on 17 Apr 21, 21:03

Mengapa Perlu Diversifikasi Lebar?


===================================
Kiat JHP, Kiat Aman Investasi Saham 2

Dalam tulisan saya terdahulu yang berjudul: Kuncinya adalah High DY (Dividend Yield) BUKAN
High Dividend; Kiat Aman Investasi Saham 1 sudah saya jelaskan bahwa screening pertama
yang kita lakukan adalah screening High DY. Itu adalah tahap awal, berikutnya tentu kita lihat
fundamentalnya, rasio-rasionya, juga pertumbuhan EPS (earning per Share) dan GCG-nya, serta
bedah LK-nya bila perlu. Ini link tulisan saya terdahulu:
https://stockbit.com/post/5721537
Dengan screening High DY, saya sering menemukan emiten yang fundamentalnya bagus dan
under value (PBV kurang dari 1). Bahkan kadang DER atau Debt to Equity Ratio-nya juga kecil
sehingga sangat layak dikoleksi. Tentu dengan catatan bahwa kita harus berhati-hati bila yield
tinggi itu terjadi pada emiten yang bisnisnya bersifat siklis dan siklusnya sedang di puncak baik
karena harga produknya tinggi atau sedang booming karena kalau siklusnya turun kita sering
mengalami floating loss yang sangat besar. Contoh yang bersifat siklis adalah komoditas dan
yang terkait properti.

Mulai tulisan ini kiat saya ini, saya sebut sebagai "Kiat JHP" sesuai initial nama saya. Meski kiat
ini ada kaitan dengan pemikiran, pengalaman, dan kondisi khusus yang ada pada diri saya
pribadi tetapi juga didasarkan pada nalar publik yang bisa diterima investor lain. Meski
demikian tentu ada yang tidak cocok dengan Kiat JHP. Orang-orang yang cocok dengan tulisan
saya dan Kiat JHP adalah orang-orang sibuk yang memiliki income memadai dari luar bursa
saham dan tetap ingin menekuni kegiatannya di luar bursa saham bukan orang yang mau terjun
sebagai trader apalagi trading for living. Pelajar atau mahasiswa yang hidupnya masih
ditanggung orang tua juga cocok dengan Kiat JHP. Tapi seseorang yang baru terkena PHK
dengan aset bersih pribadi hanya Rp 250 juta dan tak mau mencari income lain di luar bursa
saham kurang cocok dengan kiat ini. Orang yang terkena pensiun dini bisa cocok dengan Kiat
JHP bila nilai aset bersihnya setelah dipotong utang minimal Rp 4,3 Miliar (bandingkan tulisan
saya yang berjudul: Masuk Sebagai Investor Keluar Sebagai
Trader?https://stockbit.com/post/4017587 )

Secara ringkas Kiat JHP adalah cara investasi saham dengan mencari emiten berfundamental
memadai di saat yield-nya tinggi (DY tinggi) dan EPS yang akan datang tumbuh, minimal tidak
drop. Emiten-emiten tersebut dikelola dan hold forever agar DY tumbuh dan memberikan
passive income memadai. DY adalah ROE bagi kita sebagai investor di mana DY yang awalnya
"hanya" 8,8% suatu saat bisa mencapai 100% seiring pertumbuhan bisnis emiten. Kunci Kiat
JHP adalah High DY bukan High Dividen. Semua menggunakan uang dingin, yakni uang yang
tidak akan dipakai untuk keperluan lain paling tidak 3 tahun ke depan. Semakin dingin semakin
baik. Ini adalah kiat aman dengan hasil memuaskan. Setelah saya jalani, selain sudah menikmati
dividen gurih di atas bunga deposito juga pernah mengalami multi bagger pada beberapa
portofolio.

Dalam tulisan kali ini saya ingin menjelaskan mengapa perlu diversifikasi lebar dan panjang.
Ada 5 alasan mengapa diversifikasi panjang dan lebar itu perlu dalam Kiat JHP ini, yaitu:

Stabilitas Income

Bisa Mengoleksi Emiten Bagus


Meminimalkan Risiko Kebangkrutan

Dinamika Pasar

Kemudahan Bagi Ahli Waris

Wawasan Lebih Luas

_______________________________
Berikut ini penjelasannya satu per satu
====================================

Stabilitas Income
==================
Tujuan utama Kiat JHP adalah mendapatkan passive income yang memadai dari dividen dan
kebebasan finansial sehingga memiliki waktu luang yang cukup untuk keluraga atau memiliki
waktu yang cukup untuk aktif di pekerjaan di luar bursa saham. Tentu akan sangat bagus kalau
income yang diperoleh itu stabil dan nantinya secara jangka panjang yield-nya bisa mencapai
100%. DY adalah ROE bagi kita sebagai investor, kalau ROE kita sudah 100% berarti investasi
kita sudah sangat kokoh, naik turunnya dividen tidak terlalu terasa. Juga saat bursa crash
sekalipun kita tetap mengalami floating profit. Namun dalam perjalanan waktu, untuk mencapai
DY 100% itu tentu ada pasang surut income kita dari 1 emiten yang kita pegang. Naik turunnya
dividen yang kita terima bisa terjadi karena faktor luar maupun faktor dari dalam perseroan.
Kalau faktor luar buruk, misalnya pandemi seperti sekarang ini mungkin dividen yang kita
terima bisa turun atau anjlok bahkan karena EPS perseroan juga anjlok atau rugi. Akan tetapi
kalau kita pegang banyak emiten paling tidak 30-an emiten tentu tidak akan banyak
terpengaruh. Tentu diversifikasi semacam ini tidak hanya suatu diversifikasi yang sifatnya lebar
tapi juga panjang. Yang dimaksud diversifikasi lebar itu kalau kita investasi ke sektor berbeda,
sementara yang dimaksud diversifikasi panjang kalau kita pegang beberapa emiten di sektor
yang sama misalnya kita pegang BDMN, $BMRI, $BJBR, BJTM dan ASDM sekaligus. Dalam Kiat
JHP tidak dipersoalkam kita pegang BDMN, BMRI, BJBR, BJTM, ASDM, ADMF, dan PANS
sekaligus meski itu semua berasal dari satu sektor yang sama, yakni keuangan. Tidak semua
faktor luar memperburuk kinerja emiten. Bahkan dalam satu sektor saja ada beberapa emiten
yang kinerjanya tetap bagus. EPS BJBR dan BJTM tidak turun karena pandemi, bahkan malah
naik. Dan saya tidak pernah merendahkan duo BPD itu sebagai bank ndeso. Tidak pernah. BJBR
sudah megumumkan DPS yang dibagikan tahun ini dari tahun buku 2020, tahun pandemi. DPS-
nya lebih besar dari tahun lalu. Demikian juga diversifikasi lebar membuat faktor luar tidak
terlalu berdampak buruk pada perolehan dividen kita. Dari sektor lain ada juga yang tidak
terpengaruh pandemi, ARNA bahkan EPS-nya naik hampir 50%, DPS-nya juga naik.
PBID, $RANC, LPGI, DMAS, ANTM, EPMT, dan BUDI juga tidak turun EPS-nya.

Selain faktor luar, ada faktor dari dalam perseroan yang berpengaruh pada stabilitas dividen
yang kita terima yaitu keputusan RUPS. Sebagai investor retail atau investor minoritas kita tidak
bisa memaksa RUPS memutuskan bahwa DPR harus sekian. Kita ikut saja keputusan RUPS.
Sebelum pandemi, saya pernah mengalami emiten yang saya pegang menurunkan DPR-nya dari
70-an persen menjadi 50-an persen padahal EPS-nya naik 10% dari tahun sebelumnya. Saat
pandemi ini bahkan ada yang DPR-nya turun dari 93% menjadi 36%.

Kalau kita hanya pegang 1 atau 5 emiten tentu dividen yang kita terima naik-turun secara
drastis. Diversifikasi lebar dan panjang akan membuat income kita lebih stabil. Tentu 30-an
emiten itu tidak harus kita beli sekaligus. Kalau emiten yang pertama kita beli tidak pernah kita
jual maka lama-lama koleksi kita akan banyak juga. Dalam Kiat JHP, kita tidak pernah berpikir
bahwa emiten yang kita beli akan kita jual. Dalam suatu kondisi dimana modal awal kita
terbatas misalnya 2,5 juta tentu kita tidak memprioritaskan membeli UNTR yang 1 lot-nya saja
sudah 2 jutaan. Dengan modal awal 2,5 juta investor sudah bisa pegang ASDM, POWR, NRCA,
DMAS, PANS, WEGE, dan BJTM.

Inilah alasan utama mengapa perlu diversifikasi lebar dan panjang: agar income kita dari
dividen stabil.

Bisa Mengoleksi Emiten Bagus


===============================
Alasan kedua mengapa diversifikasi lebar perlu adalah kita bisa menemukan dan mengoleksi
emiten yang secara fundamental bagus, tidak menolak emiten yang bagus tersebut hanya
karena kurang likuid atau tidak likuid sama sekali. Tidak sedikit emiten penghuni BEI yang
secara fundamental bagus DY juga tinggi di atas bunga deposito tapi kurang likuid atau tidak
likuid sama sekali. Dengan diversifikasi lebar emiten-emiten seperti ini tetap bisa dikoleksi dan
menjadi bagian dari portofolio yang kuat dan sehat. Kiat JHP tidak membatasi maksimum
jumlah emiten berapa. Mau membengkak menjadi 50 atau 100 emiten tidak masalah.

Memang dalam Kiat JHP, setelah kita membeli tidak berpikir untuk menjualnya sehingga tidak
berpikir bagaimana likuiditas saham yang bersangkutan. Tapi dengan diversifikasi lebar kita
bisa menyebarkan dana kita pada banyak emiten sehingga seandainya perlu uang yang tidak
terduga tetap bisa menjualnya tanpa kesulitan. Kalau dana yang tertanam pada emiten bagus
dan tidak likuid itu tidak besar (karena tersebar pada banyak emiten) tentu tidak sulit untuk
menjualnya.

Dalam pengalaman saya dengan MYOH, saya masih merasa nyaman ketika menjualnya. Sebagai
informasi, MYOH adalah salah satu porto saya. Saya menemukan MYOH dengan screening High
DY, selain itu MYOH juga lolos kriteria bahwa DER tidak sampai 50%. Untuk emiten komoditas
saya membatasi DER-nya maksimum 50%. Bagi debagian orang, terutama big fund, MYOH
dianggap kurang liquid tapi bagi investor retail seperti saya yang nyari passive income dari
dividen kondisi MYOH masih lumayan liquid. Awalnya saya belum menjadi penganut
diversifikasi lebar. Saat awal pegang MYOH porsinya dalam portofolio saya mencapi sekitar
15% (dalam rupiah per total rupiah). Saat crash bursa ($IHSG jatuh) akhir Maret 2020, salah
satu yang tidak merah adalah MYOH. Sementara saya belum punya uang dingin baru padahal
banyak saham yang harganya murah-murah. Solusinya adalah saya menjual MYOH, sekalian
menunjang kebijakan baru saya, diversifikasi lebar dan panjang. Tahun 2019 saya telah
merasakan dividen gurih dari MYOH dengan yield sekitar 12%.

Diversifikasi lebar dan panjang memungkinkan kita mengoleksi emiten-emiten bagus meski
mungkin tidak likuid. Tidak menolak emiten bagus DY tinggi hanya karena tidak likuid. Emiten-
emiten itu akan memperkuat porto kita.

Meminimalkan Risiko Kebangkrutan


===================================
Bagi orang yang saat ini berusia 30 tahunan tentu masih ingat handphone bermerk Nokia atau
Blacberry. Sekitar 15 tahun lalu mereka kuat. Tetapi dengan OS Android dan penolakan
produsen terhadap OS Android menjadikan popularitas mereka pudar. Kita tidak tahu persis
bagaimana 10 atau 15 tahun ke depan. Apabila populasi mobil listrik 15 tahun ke depan sangat
tinggi bagaimana nasib produsen spare part tertentu. Tidak semua bagian dari mobil
konvensional bisa dipakai oleh mobil listrik.
Kadang kita tidak bisa memprediksi dengan pasti kondisi 15 tahun ke depan. Padahal dalam
Kiat JHP, kita bertujuan hold forever. Diversifikasi lebar dan panjang akan meminimalkan risiko
kerugian akibat kebangkrutan satu atau beberapa emiten. Bila 30-an emiten kita porsinya rata
maka setiap emiten porsinya adalah 3,33%. Apabila ada satu yang delisting atau harganya nol
maka kerugiannya dari total investasi kita hanya 3,33% dikurangi dividen yang telah kita
terima. Kalau di awal kita telah memilih emiten yang bagus, termasuk yang tidak likuid tentu
risiko kebangkrutan emiten dalam portofolio kita ini kecil apalagi terdiversifikasi lebar.
Semakin lama kita berinvestasi semakin banyak emiten yang menjadi portofolio kita, bahkan
sangat mungkin lebih dari 30 emiten. Umumnya saat bursa jatuh karena jatuhnya harga saham
gorengan atau saat bursa crash seperti Maret 2020 adalah kesempatan yang baik untuk
melakukan diversifikasi.

Dalam realitas dan pengalaman saya, porsi setiap emiten tidak sama. Emiten yang saya percayai
sangat bagus dan yield-nya bagus, Angka Efisiensi Perolehan Dividen (AEPD) besar biasanya
porsinya saya perbesar. Sebagai catatan, AEPD adalah ukuran yang khas dalam Kiat JHP yang
tidak ditemukan dalam tulisan orang lain.
Ini pertama kali saya unggah di SB dan bisa dilihat di link
ini https://stockbit.com/#/post/2525905

Dinamika Pasar
=================
Dinamika pasar sering memaksa kita untuk membeli saham lain. Kalau saham yang telah kita
beli tidak dijual maka kalau kita beli saham lain otomatis porto kita akan terdiversifikasi.
Dinamika pasar sering di luar perkiraan kita. Kalau kita baru membeli beberapa lots saham
yang kita incar terus tidak lama kemudian harga terbang terlalu cepat akan sayang kalau kita
melakukan top up yang menyebabkan average price kita ikut melonjak drastis.
Mempertahankan average price tetap rendah selain bisa mendapatkan yield tinggi dan cepat
balik modal dari dividen juga berarti kita melakukan tindakan yang baik dalam manajemen
risiko karena hal itu bisa mengakibatkan floating profit yang memadai. Kadang floating profit
yang memadai diperlukan bila terjadi pemburukan fundamental. Kalau terjadi hal yang buruk
kita masih bisa keluar tanpa rugi dengan berlindung di balik keunggulan floating profit.

Dalam pengalaman saya saat membeli BDMN saya pikir harga akan jatuh saat ex date maka di
awal saya tidak beli banyak, hanya dua lots ternyata harga tidak jatuh, juga tidak membuat
BDMN saya mengalami floating loss. Akhirnya dananya saya belikan BMRI, saat itu harga saham
bluechip sedang berjatuhan. Porto saya jadi terdiversifikasi.

Dinamika pasar sering memaksa porto kita terdiversifikasi. Kadang itu merupakan berkat,
sehingga tidak perlu disesali.

Kemudahan Bagi Ahli Waris


============================
Kalau kita sebagai kepala keluarga mengalami risiko kematian, dengan porto yang sudah
terdiversifikasi lebar dan seimbang maka ahli waris kita (anak atau isteri) yang mungkin sangat
awam dalam dunia saham maka tidak perlu repot-repot melakukan rebalancing. Dividen bisa
mengalir lancar dan kontinyu.
Wawasan Lebih Luas
======================
Dengan diversifikasi lebar kita dituntut mempelajari aneka bisnis yang membuat wawasan kita
bertambah luas. Bertambah luasnya wawasan kita sering membuat kita bisa dengan mudah
melihat beberapa peluang menarik maupun bisa segera tahu ada saham tertentu yang harganya
masih di sekitar bottom atau sedang menuju bottom.

Dalam pengalaman saya, karena bertambah luasnya wawasan, saya menjadi tahu adanya
kebijakan harga gas US$ 6 per MMBTU. Ini tentu suatu peluang menarik bagi tumbuhnya
industri keramik seperti ARNA sehingga saya bisa cepat mengambil keputusan.

Dengan diversifikasi lebar saya juga cepat tahu ada emiten yang harganya masih menarik atau
sedang menuju bottom. Hal ini bisa menghindarkan kita untuk mengejar emiten yang harganya
terbang terlalu cepat. Dunia menjadi tampak luas tidak sesempit daun kelor.

Demikian tulisan saya kali ini mengapa diversifikasi lebar dan panjang itu perlu.

Disclaimer always on.


Jangan ikut-ikutan. Pahami terlebih dahulu apabila ingin membeli. DYOR, do your own research.
Sesuaikan dengan kondisi Anda. Uang Anda tanggung jawab Anda sendiri.

Selamat berlibur, happy investing.


Gunakan waktu libur untuk belajar dan membaca.
HaniPutranto
27 Jun 21, 07:00

Perhitungan Balik Modal dari Dividen dan Keuntungan Hold Forever


========================
Kiat JHP 3. Kiat Aman Investasi Saham

Tulisan ini merupakan seri ketiga dari Seri Kiat JHP, Kiat aman investasi saham dengan hasil
memuaskan. Dalam tulisan pertama: Kuncinya adalah High DY, BUKAN High
Dividend https://stockbit.com/post/5721537 di situ dijelaskan bahwa kunci kiat aman
investasi saham dengan hasil memuaskan adalah High DY atau High Dividend Yield, BUKAN
High Dividend. Tentu dengan catatan bahwa yield itu diperoleh dari laba operasional rutin
dengan DPR (Dividend Pay Out Ratio) yang konsisten bukan dari laba jual aset atau DPR tidak
konsisten, saat kita riset DPR-nya 300%, tapi 0% selama ahun-tahun sebelumnya. Selain itu juga
perlu berhati-hati jika High DY terjadi pada emiten yang bersifat siklis dan siklusnya sedang di
atas karena kalau siklus turun, bisa floating loss dan DY juga turun. Emiten yang bersifat siklis
yaitu emiten komoditas dan properti (termasuk konstruksi). Dividend besar tidak otomatis
yield (DY) besar, tapi DY besar sering bisa berarti harga murah dan under value, kadang
utangnya juga kecil, DER kecil. Screening High DY adalah langkah awal yang harus dilakukan
dalam kiat JHP, kiat saya, baru kemudian diikuti dengan analisa fundamental lainnya, termasuk
GCG-nya (Good Corporate Governance).

DY adalah ROE (Return on Equity) bagi kita sebagai investor. Ini berbeda dengan ROE-nya
emiten. Meski ROE emiten tinggi, misalnya 25% tapi kalau DY-nya rendah, misal 2,5% tentu
tidak lolos screening high DY atau tidak menarik untuk dikoleksi saat itu, kecuali harga turun
sehingga DY-nya menjadi 6% misalnya. DY rendah berarti ROE kita sebagai investor rendah.
Sebagaimana orang lebih senang dengan ROE tinggi, demikian juga Kiat JHP juga senang dengan
DY tinggi sehingga bisa cepat balik modal dari dividen. Namun target DY rata-rata awal yang
terlalu tinggi, misalnya 12% ke atas akan membuat portofolio kita terlalu sempit tidak
terdiversifikasi lebar. Dalam tulisan saya Kiat JHP 2, dijelaskan mengapa diversifikasi lebar dan
panjang diperlukan https://stockbit.com/post/6211703 Saya biasanya menggunakan target DY
rata-rata di awal sekitar 8%. Itu DY rata-rata, tentu dalam porto saya ada yang DY-nya 15%, 20-
an persen ada yang 6% atau 4,7% seperti $ANTM. Bahkan ada yang tinggal 3,7% karena DPR-
nya diturunkan.

Dalam kiat JHP, tujuan utama adalah passive income dari dividen, yang kedua adalah
menumbuhkan ROE kita, dan yang ketiga adalah balik modal dari dividen.

Kalau kita nabung saham KLMN dengan cara menyicil dan mengakumulasinya selama 1-2 tahun
atau katakanlah 1-3 tahun, kemudian hold forever tanpa ada kenaikan average price dan setelah
selesai akumulasi DY awal yang kita peroleh 8% misalnya, secara pukul rata kalau DPS
(Dividend per Share) sama selama bertahun-tahun kemudian maka dalam 12,5 tahun kemudian
secara akumulatif kita sudah balik modal dari dividen. Angka 12,5 tahun diperoleh dengan
membagi 100% dengan 8%.

Namun kalau ada pertumbuhan EPS dan DPS tentu balik modalnya dari dividen bukan 12,5
tahun. Akan lebih cepat. Dalam tulisan kali ini saya sajikan Tabel Pertumbuhan EPS. Dalam tabel
ini, EPS awal Rp 100,- DPR 50% dan DPS Rp 50,- Tabel 1 pertumbuhan EPS-nya 7% per tahun
atau single digit. Mulai Tabel 2 pertumbuhan double digit, Table 2 EPS tumbuh 10%, Table 3
tumbuh 12%. Di kolom pertama adalah angka EPS, kolom kedua angka DPS dan kolom ketiga
akumulasi angka DPS. Setelah tabel, saya bahas contoh atau beberapa hal yang perlu
diperhatikan

Berikut ini tabelnya.

Tabel Pertumbuhan EPS, EPS Awal Rp 100


==================================
01. Bila Pertumbuhan EPS 7% per Thn
===================================

Pertumbuhan dari tahun ke-1 sd 15

100,00 DPS 50,00 akum 50,00

107,00 DPS 53,50 akum 103,50

114,49 DPS 57,24 akum 160,74

122,50 DPS 61,25 akum 221,99

131,08 DPS 65,54 akum 287,53

140,25 DPS 70,12 akum 357,65

150,07 DPS 75,03 akum 432,68

160,58 DPS 80,29 akum 512,97

171,82 DPS 85,91 akum 598,88

183,85 DPS 91,92 akum 690,80✔


________________________________________

196,71 DPS 98,35 akum 789,15

210,48 DPS 105,24 akum 894,39

225,22 DPS 112,61 akum 1.007,00

240,98 DPS 120,49 akum 1.127,49

257,85 DPS 128,92 akum 1.256,41

====================================
02. Bila Pertumbuhan EPS 10% per Thn
====================================
Pertumbuhan dari tahun ke-1 sd 15

100,00 DPS 50,00 akum 50,00

110,00 DPS 55,00 akum 105,00

121,00 DPS 60,50 akum 165,50

133,10 DPS 66,55 akum 232,05

146,41 DPS 73,20 akum 305,25

161,05 DPS 80,52 akum 385,77

177,16 DPS 88,58 akum 474,35

194,87 DPS 97,43 akum 571,78

214,36 DPS 107,18 akum 678,96✔

235,79 DPS 117,89 akum 796,85


_________________________________________

259,37 DPS 129,68 akum 926,53

285,31 DPS 142,65 akum 1.069,18

313,84 DPS 156,92 akum 1.226,10

345,23 DPS 172,61 akum 1.398,71

379,75 DPS 189,87 akum 1.588,58

====================================
03. Bila Pertumbuhan EPS 12% per Thn
====================================

Pertumbuhan dari tahun ke-1 sd 15

100,00 DPS 50,00 akum 50,00

112,00 DPS 56,00 akum 106,00

125,44 DPS 62,72 akum 168,72

140,49 DPS 70,24 akum 238,96


157,35 DPS 78,67 akum 317,63

176,23 DPS 88,11 akum 405,74

197,38 DPS 98,69 akum 504,43

221,07 DPS 110,53 akum 614,96

247,60 DPS 123,80 akum 738,76✔

277,31 DPS 138,65 akum 877,41


_________________________________________

310,58 DPS 155,29 akum 1.032,70

347,85 DPS 173,92 akum 1.206,62

389,60 DPS 194,80 akum 1.401,42

436,35 DPS 218,17 akum 1.619,59

488,71 DPS 244,35 akum 1.863,94

Dari tabel di atas kita bisa memiliki cukup gambaran. Memang dalam realitasnya tentu
pertumbuhan EPS tidak semulus tabel di atas, apalagi pertumbuhan DPS-nya. Namun
setidaknya kita bisa melihat proyeksi masa depan apabila kita hold emiten tertentu secara hold
forever atau minimal jangka panjang. Emiten yang memiliki pertumbuhan EPS (dan DPS) lebih
tinggi tentunya bisa mengembalikan modal kita lebih cepat

Misalnya kita mengakumulasi emiten KLMN secara nyicil selama 1-3 tahun setelah itu hold dan
mempertahankan average price sahamnya tetap Rp 625,-. Di tahun pertama setelah kita selesai
akumulasi kita mendapatkan dividen Rp 50,- per share. Ini berarti DY kita Rp 50 dibagi Rp 625
dikalikan 100% jadinya 8%. Anggaplah kita abaikan dividen yang telah kita terima sebelumnya,
selama masa akumulasi saham tersebut selama 1-3 tahun sebelumnya maka bila emiten KLMN
tersebut tumbuh 7% EPS-nya persis seperti Tabel 1 maka dalam 10 tahun akumulasi DPS kita
adalah Rp 690,80. Ini artinya dalam 10 tahun sudah balik modal karena modal kita Rp 625 -
yakni average price yang kita miliki saat membeli emiten KLMN. Sementara itu DY kita saat itu
adalah DPS th ke-10 dibagi average price kita dikali 100% atau Rp 91,92 dibagi Rp 625
dikalikan 100% jadinya 14,71%. Nah DY yang awalnya "cuma" 8% kalau kita hold jangka
panjang tanpa ada kenaikan average price bisa tumbuh hampir 2X.

Apabila emiten KLMN tersebut yang kita miliki dengan modal atau average price Rp 625,-
tumbuh seperti Tabel 2 atau 3, akan lebih cepat balik modal. Bila EPS dan DPS tumbuh 10%
seperti Tabel 2, tahun ke-9 sudah balik modal. Dan bila tumbuh seperti Tabel 3, tahun ke-8
sudah hampir balik modal. Sementara itu DY di tahun ke-10 apabila tumbuh seperti Tabel 2
adalah 117,89 dibagi 625 dikalikan 100% jadinya 18,86%. Dan bila tumbuh seperti Tabel 3, di
tahun ke-10 DY nya 22,18%. DY tahun ke-10 bisa diringkaskan sbb:
Bila Tumbuh seperti Tabel 1 DY 14,71%
Bila Tumbuh seperti Tabel 2 DY 18,86%
Bila Tumbuh seperti Tabel 3 DY 22,18%
Tampak, bila pertumbuhan EPS berbeda, DY di tahun ke-10 berbeda.

Kembali ke Tabel 1 yang pertumbuhannya 7% atau single digit, bila kita start dengan DY 8%
atau average price saham KLMN yang kita miliki Rp 625,- akan tampak bahwa 10 tahun telah
balik modal dengan akumulasi DPS Rp 698,80 dan DY tahun ke-10 adalah 14,71%. Menariknya
untuk Rp 625,- berikutnya atau seratusan persen berikutnya tidak memerlukan waktu 10 tahun
tapi cuma 5 tahun! Di tahun ke-15 akumulasi DPS sudah 200 persenan yaitu Rp 1.256,41 atau
201%. Lajunya cepat membentuk grafik parabolik. DY di tahun ke-15 itu adalah 128,92 dibagi
625 dikalikan 100% jadinya 20,63%. ROE sebesar 20,63% itu termasuk besar sekali. Apalagi
sudah balik modal 5 tahun sebelumnya. Saya rasa bila kita sudah mencapai tahap seperti ini,
investasi kita sudah kokoh.

Dalam kiat JHP, capital gain bukan tujuan sekedar bonus. Namun kalau kita ingin mencoba
mengetahuinya bisa saja. Tidak akurat memang tetapi bisa saja. Misalnya di Tabel 1 tahun ke-
10. Apabila ada investor baru yang membeli saham KLMN di saat hold kita memasuki tahun
tahun ke-10 itu mendapatkan DY 8%, berarti harga saat itu adalah DPS tahun ke-10 dibagi 8%
yaitu Rp 91,92 dibagi 8% hasilnya Rp 1.149,- atau Rp 1.140,- mengikuti tick di bursa. Itulah
gambaran harga saham KLMN di tahun ke-10. Tentu saja DY 8% adalah sangat hipotetik sekali
tergantung dinamika pasar, sangat bulish atau sangat bearish, atau normal. Kalau sangat bulish
mungkin investor baru yang baru membeli saat hold kita memasuki tahun ke-10 itu mungkin
DY-nya bukan 8% tetapi tinggal 3%. Kalau DY tinggal 3% berarti harga saham KLMN adalah Rp
3.064,- atau Rp 3.060,- mengikuti tick di bursa. Namun bisa saja pasar saat tahun ke-10 itu
sangat bearish atau sedang crash sehingga harga sahamnya kembali ke Rp 625,-

Bila harga saham KLMN di tahun ke-10 adalah Rp 1.140,- berarti investasi kita di saham
tersebut mengalami floating profit 82,4%. Jadi posisi investasi kita di saham KLMN bila
pertumbuhan DPS dan EPS 7% seperti Tabel 1 adalah sebagai berikut:

Dividend Yield 14,71%


Return on Equity 14,71%
Akumulasi DPS Rp 690,80 ++ sudah balik modal
Floating profit 82,4%

Suatu posisi yang sangat kokoh, dalam posisi seperti ini sudah tidak ada lagi rasa khawatir
apakah bursa mau crash atau apa, tidur nyenyak, ini merupakan passive income yang sebenar-
benarnya karena saat itu kita benar-benar pasif, punya banyak waktu untuk keluarga, kegiatan
sosial, atau bisnis di luar bursa.

Lantas apakah dalam Kiat JHP taking profit menjadi tidak relevan? Sudah sering saya katakan
dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Kalau kita perhatikan pembahasan di atas, akumulasi dividen
100% pertama perlu waktu 10 tahun (Tabel 1) tapi 100% berikutnya cuma perlu waktu 5
tahun. Lebih cepat. Perlu berpikir banyak untuk profit taking, kalau kita beli saham KLMN di
harga Rp 625,- dan jual semua di harga Rp 1200,- bisa nggak beli lagi di harga Rp 625,-? Dalam
realitasnya yang beli saham $BBRI di harga 2200,- Maret 2020 lalu dan jual di harga 4400,-
sampai sekarang tidak bisa beli lagi di harga 2200,- Tentu hal seperti itu harus menjadi bahan
pertimbangan. ===========*****Padahal semakin lama kita hold penggandaannya semakin
cepat, peningkatannya semakin cepat. Kita telah memberi kesempatan Sang Waktu untuk
menggandakan investasi kita semakin cepat*****
===============================================

Itulah keuntungan hold forever. Jangan sampai kita sudah 15 tahun di bursa, tetapi tidak satu
pun portofolio kita yang mencapai posisi paling tidak seperti kondisi di bawah ini:
___________________________________

Dividend Yield 15%


Return on Equity 15%
Akumulasi DPS, sudah balik modal
Floating profit 82%
___________________________________

Seperti sudah sering saya katakan bahwa dalam Kiat JHP, capital gain bukanlah tujuan utama
dan kalau mau melakukan profit taking jangan jual semua, paling tidak sisakan 3lots per emiten,
pastikan bahwa dari awal dana yang kita investasikan berlebih tidak hanya untuk pensiun saja,
bdk tulisan saya:

Bedanya Nabung Saham dan Deposito


https://stockbit.com/post/2569526

Capital Gain dan Dividend Yield. Antara Taking Profit dan Passive Income
https://stockbit.com/post/2168786

Selain itu keuntungan dari hold forever adalah saham kita bisa menjadi lebih banyak dengan
adanya aksi korporasi yang berupa stock split. Saham yang awalnya hanya 3 lots, dengan
adanya stock split rasio 1:5 bisa menjadi 15 lots. Setelah stock split kalau kita jual 1 lot masih
tersisa 93,3%, bandingkan bila belum stock split, kalau kita jual 1 lot saja sisanya tinggal 66,7%.
Stock split tidak hanya monopoli saham bluechip atau saham lapis pertama. Kalau kita googling
dengan mengetikkan frasa "stock split saham ZINC" atau "stock split saham LION" maka kita
tahu bahwa saham yang bukan lapis pertama tersebut, dalam sejarahnya pernah melakukan
stock split.

===============================================
Dengan Kiat JHP seharusnya banyak orang bisa berhasil. Berhasil menumbuhkan DY-nya
menjadi 15% dan kondisi floating profit puluhan persen.
Suatu cara layak diikuti apabila cara itu memungkin sebagian besar pengikutnya bisa berhasil.
Memang Kiat JHP tidak menawarkan hasil instan. Kiat ini mengingatkan investor untuk
memberi kesempatan sang waktu untuk menggandakan investasi kita semakin cepat.
===============================================

Dari sekian komentar yang berkaitan dengan tulisan saya belum ada yang berkomentar seperti
ini: wah kalau gitu anak dan keponakan saya saya suruh nabung saham dengan kiat ini sejak
usia 17 tahun sejak punya KTP, biar saat usia 32 tahun investasinya sudah kokoh. Nah. Selain itu
bila mulai dari usia 17 tahun maka pada saat usia 32 tahun sudah melampaui aneka macam
kondisi bursa baik bullish, bearish, ataupun mungkin crash. Jadi saat usia 32 sudah sangat
matang. Keberhasilan investasi saham adalah milik banyak orang.
Demikian tulisan ini. Semoga tabel dan tulisan ini bermanfaat.

Happy Sunday, happy investing. Gunakan hari libur untuk belajar sampai paham.

===================
Disclaimer always on
Saya telah membuat tulisan ini sebaik mungkin dengan segala kemampuan saya, apabila ada
kekeliruan dalam menghitung atau memasukkan data sifatnya tidak disengaja. DYOR, do your
own research. Pahami terlebih dahulu apabila ingin membeli. Jangan ikut-ikutan, uang Anda
tanggung jawab Anda sendiri. Sesuaikan dengan resiko keuangan Anda sendiri.

Saya penganut diversifikasi lebar dan panjang yang hold lebih dari 50 emiten untuk
mendapatkan passive income dari dividen. Tulisan saya tidak cocok untuk trading for living.

Bagi yang baru pertama membaca tulisan saya silahkan baca juga tulisan saya yang lain yang
berjudul:

Mengerjakan PR, Memahami yang Dibeli. Ngopi Santai 3 https://stockbit.com/post/5960110

Prinsip Dasar Investasi, Investasi Saham, dan Urutan 37 Emiten High Dividend Yield (High
DY) https://stockbit.com/post/4699690

Juga tulisan-tulisan saya yang lain.

==============================================
✔Ingat rumus DY adalah DPS dibagi harga dikalikan 100% atau

DY = DPS : harga x 100%

Semakin tinggi harga, yield-nya semakin kecil. Kalau DPS drop karena EPS drop DY akan kecil.
==============================================
HaniPutranto
23 Aug 21, 15:24

Hal yang Harus Diperhatikan Bila Riset DPS dari Tahun Buku Jadul
===================================
Kiat JHP 4. Kiat Aman Investasi Saham

Ini adalah tulisan saya seri ke-4 dari Seri Kiat JHP, Kiat Aman Investasi Saham. Kiat aman
dengan hasil memuaskan. Berbeda dengan tulisan saya Seri Ngopi santai yang bisa dibaca
secara acak tanpa urutan, untuk Seri Kiat JHP hendaknya dibaca secara berurutan.

Tiga tulisan saya sebelumnya bisa dibaca di link berikut:

Kiat JHP 1
Kuncinya adalah High DY, BUKAN High Dividend. Kiat JHP 1. Kiat Aman Investasi Saham.
https://stockbit.com/post/5721537

Kiat JHP 2
Mengapa Perlu Diversifikasi Lebar? Kiat JHP 2. Kiat Aman Investasi Saham.
https://stockbit.com/post/6211703

Kiat JHP 3
Perhitungan Balik Modal dari Dividen dan Keuntungan Hold Forever. Kiat JHP 3. Kiat Aman
Investasi Saham. https://stockbit.com/post/6609543

Kunci dari kiat ini adalah screening High DY alias screening High Dividend Yield. Artinya ini
yang harus dilakukan pertama kali untuk menyaring 700-an emiten penghuni Bursa Efek
Indonesia. Ketika kita melakukan screening High DY, biasanya kita menggunakan DPS (Dividend
Per Share) terakhir atau DPS Tunai dan Interim dalam setahun terakhir bila emiten yang
bersangkutan membagikan dividen lebih dari sekali. Namun kadang kala kita harus riset DPS
dari tahun buku jadul, 2 tahun sebelumnya atau lebih.

Ada beberapa alasan mengapa kadang kita perlu riset DPS dari tahun buku jadul tersebut.
Pertama dan yang paling utama adalah kita perlu tahu stabilitas atau pertumbuhan DPS selama
5 tahun terakhir.
Kedua, kadang kita ingin tahu berapa total DPS dalam satu siklus terakhir atau sekitar 5 sd 10
tahun terakhir, ini terutama menyangkut emiten yang bisnisnya bersifat siklis seperti batubara,
sawit, dan properti (termasuk konstruksi). Ketiga, meski sudah memiliki sejumlah portofolio
kadang kita ingin tahu apakah ada emiten lain yang dulu pernah membagikan DPS tinggi tetapi
karena sektornya tertekan DPS setahun tetakhir kecil, misal $TOTL di sektor properti yang
sedang tertekan.

Ada hal yang harus diperhatikan bila kita ingin riset DPS dari tahun buku jadul yaitu: ADA
tidaknya aksi korporasi yang berupa stock split. Kalau ada aksi korporasi yang berupa stock
split maka DPS nominal yang tercantum dalam data harus dibagi atau di-split sesuai rasio stock
split yang terjadi. Riwayat stock split bisa dicari dengan cara googling. Misalnya $LION kita lihat
di SB di menu corporate action membagikan DPS sebesar Rp 400,- pada tahun 2013, 2014, dan
2015. Saat ini harga saham LION Rp 300-an. Ini bukan berarti Dividend Yield LION bila
bisnisnya pulih seperti dulu adalah 100% lebih. Salah. DPS tersebut harus dibagi 10 terlebih
dulu karena LION pernah melakukan stock split 1:10.
Demikian juga dengan $PTBA. Pernah melakukan stock split 1:5 sehingga DPS lama harus dibagi
5. Di dalam tulisan saya yang membahas total DPS emiten batubara 6 tahun terakhir DPS-nya
sudah saya sesuaikan, sudah saya bagi 5. Silahkan lihat tulisan saya tersebut di
link https://stockbit.com/post/6462804

Demikian tulisan sederhana ini. Semoga bermanfaat. Happy investing.

Disclaimer on

Bagi yang baru pertama kali baca tulisan saya atau bahkan bagi belum tahu apa itu saham
silahkan baca tulisan saya berikut yang berjudul: Buku Saham bagi Pemula dan Daftar Link
Tulisan Saya. Ngopi Santai 10 https://stockbit.com/post/6654761
HaniPutranto
20 Oct 21, 08:43

Investasi Saham Seharusnya Juga Berarti Penghematan dan Re-alokasi Aset


===================================
Kiat JHP 5. Kiat Aman Investasi Saham

Kalau kita perhatikan riwayat hidup orang-orang kaya atau konglomerat baik di Indonesia
maupun di belahan dunia lain ada kemiripannya di antara mereka. Kerja keras dan hidup
hemat. Salah satu orang yang sukses di bursa saham adalah Warren Buffett yang gaya hidupnya
dinilai tidak mewah. Link tulisan orang-orang kaya yang kerja keras dan hemat baik orang
Indonesia maupun luar bisa dilihat di bagian bawah tulisan saya ini, di Daftar Pustaka.

Secara simulasi kita bisa mengetahui bagaimana orang yang hidup hemat bisa lebih kaya.
Berikut ini saya tampilkan mereka yang berhemat dan menabung di instrumen deposito dengan
yang berinvestasi saham tapi tidak berhemat. Ini saya tampilkan 2 orang yang memiliki
penghasilan yang sama.

30.000.000,- return 5%
Orang pertama hidupnya hemat sehingga per tahun bisa menabung Rp 30 juta. Hanya ditabung
di Reksadana Pasar Uang atau Deposito dengan return 5%.

10.000.000,- return 30%


Orang kedua hidupnya boros sehingga per tahun hanya bisa menabung Rp 10 juta. Ini
diinvestasikan di pasar saham dengan teturn 30%.

Seperti ini hasilnya.

Rp 30 jt per tahun, Return 5%


( Angka Dalam Ribuan )

30.000,- akhir tahun 37.500,-

67.500,- akhir tahun 70.875,-

100.875,- akhir tahun 105.919,-

135.919,- akhir tahun 142.715,-

172.715 akhir tahun 181.351,-

Rp 10 jt per tahun, Return 30%


( Angka Dalam Ribuan )

10.000,- akhir tahun 13.000,-


23.000,- akhir tahun 29.900,-

39.900,- akhir tahun 51.870,-

61.870,- akhir tahun 80.431,-

90.431,- akhir tahun 117.560,-

Tampak bahwa yang hidup hemat masih lebih kaya sampai akhir tahun ke-5 meski return-
nya hanya 5%. Sementara yang hidup boros meski return dari investasinya di pasar saham 30%
tetap tidak bisa mengalahkan orang pertama sampai akhir tahun kelima.

Tentu kita tidak ingin susah payah kita, ketegangan dan stres kita setiap hari di pasar
saham dikalahkan oleh orang yang hidupnya hemat dan tidak stress menghadapi gejolak harga
saham.

_________
BERHEMAT
==========
Untuk bisa hidup hemat orang harus bisa memilah-milah mana yang substansial dan mana yang
remeh temeh sekedar kenikmatan dalam hidupnya. Harus bisa memilah mana yang merupakan
kebutuhan yang substansial dan mana yang sebenarnya bukan kebutuhan tapi sekedar
keinginan untuk bergaya atau kenikmatan. Setelah bisa memilah-milah tentu harus bersikap
tegas untuk membuang atau menghindari yang bukan substansial dan mengutamakan
kebutuhan substansial yang tidak bisa dihindari. Misalnya demi penghematan maka tidur di
kamar tidur ber-AC dengan selimut tebal harus dihindari. Lebih baik tidur cukup dengan
piayama tanpa selimut di kamar tidur non AC. Menghindari makanan mahal, mengutamakan
makanan bergizi seimbang yang bisa diperoleh dengan harga ekonomis. Menghindari pakaian
bermerk yang mahal, apalagi kalau sifat pekerjaannya adalah di bidang administrasi di belakang
meja yang tidak butuh penampilan. Bagi yang sifat pekerjaannya butuh penampilan bisa
menggunakan asesoris yang awet seperti cincin emas atau perak. Bagaimana pun juga emas dan
perak lebih awet dari pada kapas. Memelihara ikan cupang dan tanaman hias untuk sarana
relaksasi dan rekreasi serta mengurangi pengeluaran rekreasi lain yang mahal. Demikian
seterusnya untuk bisa memilah-milah.

Juga perlu menghindari berhutang untuk membeli sesuatu yang bukan kebutuhan yang sifatnya
substansial. Misal pekerjaan administrasi tapi berhutang untuk membeli kendaraan bermotor
padahal tinggal di perkotaan yang transportasi umumnya baik. Berhutang untuk membeli
kendaraan bermotor masih cukup layak dilakukan bila sifat pekerjaannya mobile seperti
wiraniaga keliling, ojol, kurir atau tinggal di pedesaan yang tidak ada transportasi umum
padahal harus setiap hari ke kantor.

_______________
RE-ALOKASI ASET
=================
Secara tidak sadar sebelum kita paham investasi saham, dalam kehidupan di masa lalu mungkin
kita telah memiliki aset-aset yang cukup banyak, meski tak satu pun asetnya berupa saham.
Tetapi setelah kita paham, terampil, dan berpengalaman dalam investasi saham dengan telah
melewati masa bullish, bearish dan crash serta setelah melakukan evaluasi ternyata ada
beberapa aset lama yang perlu di-re-alokasikan ke saham. Realokasi aset ke saham bisa
membuat hasil lebih baik.

Tidak sedikit orang yang sebelumnya takut berinvestasi di pasar saham sehingga tak satu pun
asetnya berupa saham. Pasar saham dianggap tempat berisiko sangat tinggi yang tidak mungkin
dijinakkan. Padahal kalau kita mau belajar ternyata pasar saham bisa memberikan hasil yang
memuaskan dengan jalan yang aman. Tentu untuk itu kita harus mau belajar bagaimana pasar
saham bekerja dan bagaimana memilih emiten. Hal yang harus diketahui adalah bahwa pasar
saham sering tidak efisien, artinya emiten yang fundamentalnya bagus tidak segera diapresiasi
pasar dengan kenaikan harga. Juga emiten yang fundamentalnya buruk tidak segera dihukum
pasar dengan penurunan harga. Itu realitas di pasar saham. Oleh karena itu floating loss atau
floating profit adalah hal biasa, suatu kenyataan sehari-hari yang harus diterima dengan tenang,
terutama apabila kita telah memilih emiten dengan fundamental yang baik dan tepat. Kedua,
seperti dikatakan investor saham kawakan Warren Buffett bahwa uang atau laba mengalir dari
orang yang tidak sabar kepada orang yang sabar, lihat link https://bit.ly/3jRy0O4.

Kesabaran sangat penting oleh karena itu dalam berinvestasi di pasar saham mutlak
menggunakan uang dingin sedingin-dinginnya. Uang dingin adalah uang yang tidak akan
digunakan untuk keperluan lain paling tidak dalam 3 tahun ke depan. Semakin dingin semakin
baik. Jangan menggunakan hutang. Kita akan sulit bersabar bila tidak menggunakan uang
dingin.

Kesabaran dan kecerdasan dalam memilih emiten akan membawa kita pada keberhasilan dalam
berinvestasi di pasar saham. Pengalaman dalam kesabaran dan kecerdasaan ini membuat kita
paham bahwa meski pasar saham memiliki risiko tinggi tetapi ternyata ada cara atau jalan yang
aman. Dengan pemahaman dan pengalaman ini maka, sejumlah aset non saham bisa di-re-
alokasikan ke saham secara aman.

Kiat saya, Kiat JHP, telah membantu saya mengendalikan diri dalam berinvestasi di pasar
saham. Dengan kiat ini saya tidak takut saat harga turun dan tidak ikut-ikutan beli saat harga
sudah terbang. Tujuannya yang fokus pada passive income dari dividen dan balik modal dari
dividen sangat mendukung kesabaran investor sehingga relatif aman. Dalam kiat ini, sesuai
tujuannya maka screening awal emiten adalah screening High DY atau screening High Dividend
Yield. DY itu menunjukkan DPS VS Harga, dimana DPS adalah kependekan dari Dividend per
Share yang biasanya menunjuk pada kondisi salah harga atau kondisi layak investasi. Tentu
harus dipastikan bahwa DPS berasal dari laba operasional yang sifatnya rutin BUKAN dari jual
aset yang hanya sekali saja. Juga perlu dipastikan bahwa DPR-nya atau Dividend Pay Out Ratio-
nya stabil bukan yang dividend-nya dirapel karena bertahun-tahun tidak pernah bagi dividen.
Hal-hal yang lebih rinci mengenai Kiat JHP (kiat aman investasi saham dengan hasil
memuaskan) bisa dilihat dari tulisan saya terdahulu yang link-nya adalah sbb:

Kiat JHP 1. Kuncinya adalah High DY, BUKAN High


Dividend https://stockbit.com/post/5721537

Kiat JHP 2. Mengapa Perlu Diversifikasi Lebar? https://stockbit.com/post/6211703


Kiat JHP 3. Perhitungan Balik Modal dari Dividen dan Keuntungan Hold
Forever. https://stockbit.com/post/6609543

Kiat JHP 4. Hal yg Harus Diperhatikan Bila Riset DPS dari Tahun Buku
Jadul https://stockbit.com/post/7010132

Kembali pada re-alokasi aset. Setelah orang menjadi paham, terampil, dan berpengalaman tentu
bisa menimbang aset mana yang bisa di-re-alokasikan ke saham. Mungkin emas, properti, atau
bahkan reksadana saham. Saya sering melihat dalam beberapa tulisan di medsos, kadang-
kadang ada yang menakut-nakuti agar menghindari investasi langsung ke pasar saham dengan
alternatifnya ke reksadana saham. Padahal kalau kita memasukkan dana secara lumpsum saat
indeks harga saham gabungan di pucuk (bullish) tetapi beberapa minggu kemudian drop
berbalik arah menjadi bearish selama berminggu-minggu kemudian kita pun bisa mengalami
floating loss di investasi reksadana saham kita. Sebenarnya intinya kita harus belajar sampai
paham. Investasi langsung ke saham tidak harus berisiko kalau kita paham dan terutama
apabila menggunakan kiat JHP. Kalau kita paham justru kita akan tahu keunggulan kita sebagai
retail dibandingkan pengelola reksadana (RD) saham. Sebagai retail waktu kita tidak dibatasi,
ini salah satu keunggulannya. Pengelola RD saham diberi target dan batas waktu oleh
perusahaan yang mempekerjakannya. Selain itu sebagai retail kita bisa berinvestasi di emiten
yang tidak likuid tetapi fundamental bagus dan memberikan DY tinggi. Ini memperkokoh
portofolio kita. Hal yang tidak bisa dilakukan big fund (pengelola RD saham).

Perlu berapa waktu untuk bisa terampil? Relatif, tergantung 2 hal yaitu kemampuan orang
untuk belajar dan dinamika pasar. Orang yang sudah mengalami kondisi pasar yang bergejolak
baik bullish, bearish, maupun crash seharusnya sudah dianggap berpengalaman meski baru
sekitar 2,5 tahun berinvestasi di pasar saham. Lihat gambar, investor yang masuk pada Januari
2019 telah mengalami kondisi pasar saham yang lengkap sehingga seharusnya meski baru
sekitar 2,5 tahun sudah cukup terampil dan berpengalaman, apalagi kalau menggunakan Kiat
JHP. Meski telah berinvestasi saham selam 5 tahun kalau kondisi pasarnya bullish seperti dari
bulan Januari 2003 sd Januari 2008 (lihat gambar) dianggap belum sempurna karena tidak
mengalami crash dan bearish.

Namun demikian perlu diingat bahwa meski sudah terampil, hendaknya tidak me-re-alokasi
semua aset non saham ke saham. Tetap harus ada dana cadangan, dana sekolah anak, cadangan
krisis, dan cadangan emas, bandingkan tulisan saya terdahulu Masuk Sebagai Investor Keluar
Sebagai Trader? https://stockbit.com/post/4017587

Inilah pentingnya berhemat dan re-alokasi aset. Semoga dengan tulisan ini kita bisa berhasil
dalam investasi saham dan membuat ekonomi rumah tangga kita semakin kokoh.

Happy investing. Selamat merayakan Hari Raya Maulid bagi yang merayakan. Semoga TUHAN
memberkati kita semua.

_________________
Disclaimer always on.
Pahami terlebih dahulu bila ingin membeli. Jangan ikut-ikutan. DYOR. Uang Anda tetap
tanggung jawab Anda sendiri. Saya menulis hanya untuk yang mencari passive income dari
dividen dan tidak berpikir menjual sahamnya.
Berikut ini Link Bacaan (Daftar Pustaka) mengenai orang kaya yang hidup hemat.

Wahai Anak Muda, Begini lho Gaya Hidup Orang Kaya Beneran https://bit.ly/30Cb8fr

Hemat Pangkal Kaya Itu Nyata https://bit.ly/2Z4DU7A

Tulisan saya yang mengkaitkan kesabaran dengan Kiat JHP bisa dilihat di link ini:
Antara AF Sudah Mati dan Suasana Hati https://stockbit.com/post/6963661

Bagi yang belum tahu sama sekali mengenai saham, bisa baca tulisan saya ini
Buku Saham Bagi Pemula & Daftar Link Tulisan Saya https://stockbit.com/post/6654761
HaniPutranto
6 Nov 21, 15:28

Strategi Belanja Bila Harga-harga Saham Sudah Terbang Tidak di Sekitar Bottom.
===================================
Kiat JHP 6. Kiat Aman Investasi Saham

Pasar itu dinamis. Naik turun harga saham adalah hal biasa. Kadang kenaikan atau penurunan
harga saham tidak terkait faktor fundamental emiten. Kadang suatu saham, atau suatu sektor
sudah naik cepat terlalu tinggi atau terbang. Sementara yang lain lambat, sideways atau
downtrend. Sering kali untuk naik harus ada penurunan atau koreksi. Apapun kejadiannya kita
memang harus menghadapinya dengan cerdas dan sabar karena itu adalah realitas dan
dinamika pasar.

Tulisan ini mencoba memberikan suatu wawasan bagaimana strategi belanja yang diterapkan
apabila harga-harga sudah terbang tidak di sekitar bottom. Tentu saja tulisan ini sesuai judul
induknya Kiat JHP 6 adalah bagian dari Kiat JHP yakni kiat aman investasi saham dengan hasil
memuaskan yang menggunakan uang dingin, yakni uang yang tidak akan digunakan paling tidak
dalam 3 tahun ke depan. Ini Bagian dari paradigma atau mindset Kiat JHP. Suatu cara investasi
saham yang fokus pada pencarian passive income dari dividen dan balik modal dari dividen
tanpa berpikir menjual sahamnya. Oleh karena itu disarankan untuk mem-baca seri-seri
sebelumnya terlebih dahulu yang mana link-nya ada di alinea berikut ini:

Kiat JHP 1
Kuncinya adalah High DY, BUKAN High Dividend. Kiat JHP 1.
https://stockbit.com/post/5721537

Kiat JHP 2
Mengapa Perlu Diversifikasi Lebar? Kiat JHP 2
https://stockbit.com/post/6211703

Kiat JHP 3
Perhitungan Balik Modal dari Dividen dan Keuntungan Hold Forever. Kiat JHP
3 https://stockbit.com/post/6609543

Kiat JHP 4
Hal yang Harus Diperhatikan Bila Riset DPS dari Tahun Buku Jadul. Kiat JHP
4 https://stockbit.com/post/7010132

Kiat JHP 5
Investasi Saham Seharusnya Juga Berarti Penghematan dan Re-alokasi Aset. Kiat JHP
5 https://stockbit.com/post/7379029

Sebelum masuk pada topik utama, saya akan mengingatkan rumus DY karena mungkin ada
newbie yang belum tahu.

Ingat rumus DY.


==============================================
Rumus DY adalah DPS dibagi harga saham dikalikan 100%. Dimana DPS kependekan dari
Dividend per Share. Yang dimaksud harga saham bisa berarti harga saham saat ini, harga saham
yang kita inginkan untuk masuk atau harga rata-rara (average price) yang telah kita miliki di
dalam portofolio kita. Semakin tinggi DPS semakin tinggi DY-nya bila harga tidak naik atau bila
kita tidak melakukan average up. Demikian juga semakin rendah harga saham, semakin tinggi
DY-nya bila DPS tidak turun.
==============================================

Kembali pada topik utama, bagaimana bila harga-harga saham sudah terbang. Pada saat harga-
harga masih di sekitar bottom banyak sekali emiten yang masuk kategori High DY (5,5% untuk
umum dan 5% untuk yang termasuk LQ 45). Pengalaman saya menunjukkan bahwa sekitar
pertengahan Oktober tahun lalu ada sekitar 37 emiten High DY yang saya share di SB. Bulan lalu
tinggal 20-an emiten yang bisa saya share di SB ini. Ini menunjukkan indikasi bahwa harga-
harga sudah terbang.

__________________
Ada 4 Strategi belanja:
====================

Mencari Sektor atau Emiten yang Masih Berada di Sekitar Bottom

Mencari Emiten yang EPS-nya Melonjak

Tetap Membeli yg Sudah Naik dengan Dana dari Dividen yang Sudah Diterima

Tetap Membeli Tapi Tidak Hold Forever

Berikut ini uraiannya satu per satu:

Mencari Sektor atau Emiten yang Masih Berada di Sekitar Bottom


===============================================

Bila kita telah memiliki emiten-emiten High DY dalam portofolio kita dari daftar yang pernah
saya share dan sekarang dalam kondisi floating profit cukup besar serta ada uang dingin baru
yang harus dialokasi-kan ke suatu emiten, ke emiten manakah kita akan mengalokasin dana
segar baru tersebut? Salah satu strateginya adalah kita mencari sektor yang masih berada di
sekitar bottom atau mungkin ada juga suatu emiten yang masih di sekirar bottom meski
sektornya sudah terbang. Ingat ya dari rumus DY, kita bisa mendapatkan DY tinggi kalau harga
sahamnya rendah.

Bagi yang sudah lama berkecimpung di bursa saham tentu sudah mengenal apa yang disebut
dengan rotasi sektor. Sektor dalam bursa saham digambarkan seperti gerbong-gerbong kereta
yang sangat panjang. Ketika gerbong pertama sudah mencapai puncak, gerbong terakhir masih
di sekitar bottom. Adanya rotasi sektor sudah menjadi pengetahuan umum, bagi newbie bisa
membandingkan apa yang saya tulis mengenai rotasi sektor ini dengan yang ditulis orang
lain https://bit.ly/3mP0jzl

Kenyataannya memang ada beberapa sektor yang masih berada di sekitar bottom. Kita bisa
mencarinya dengan beberapa cara misalnya dengan screening emiten yang PBV atau Price per
Book Value-nya di bawah 1 kemudian kita lihat DPS (Dividend per Share) dari beberapa tahun
yang lalu. Bisa juga dicari dengan screening top loser 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun terakhir
kemudian kita lihat DPS-nya dari beberapa tahun sebelumnya tidak hanya yang tahun terakhir
saja. Dari situ kita harus analisa fundamentalnya dan kita pastikan fundamentalnya baik. Kita
juga perlu pastikan penurunan harga bukan disebabkan PSP (pemegang saham pengendali)
menjual sahamnya ke retail sehingga kepemilikannya jatuh di bawah 50%. Kalau ini terjadi
biasanya ada hal-hal yang tidak baik sedang terjadi dan emiten seperti ini tidak layak dikoleksi.
Selain itu bisa juga dicari dari daftar emiten high DY yang pernah saya share satu tahun lalu
atau lebih. Dari situ kita akan menemukan emiten sektor properti atau konstruksi. Sebagai
contoh, saat puncak siklus DPS TOTL pernah mencapai Rp 50,- sementara DPS NRCA pernah
mencapai Rp 40,- Bandingkan dengan harga saham $TOTL yang 322 dan NRCA 296. Masih di
sekitar bottom. Dari screening top loser mungkin akan menemukan saham-saham seperti
INDF, $PTBA, $UNVR dll.

Biasanya selalu ada emiten atau sektor yang masih di bottom atau sekitar bottom sehingga kita
tidak perlu mengejar-ngejar yang sudah terbang. Bagi yang nabung saham dengan cara nyicil
setiap bulan sebenarnya justru cocok membeli emiten yang harga sahamnya sideways atau
downtrend berbulan-bulan (tapi EPS tidak turun) karena itu kesempatan besar untuk
melakukan akumulasi.

Mencari Emiten yang EPS-nya Melonjak


=======================================

Meski harga sudah naik adakalanya EPS atau Earning per Share-nya melonjak drastis jauh
melampaui persentasi kenaikan harga sehingga tetap layak beli. EPS bisa melonjak drastis
karena beberapa hal: harga produk yang melonjak drastis, adanya plant baru yang mulai
berproduksi, efisiensi yang luar biasa, produk baru yang disambut antusias atau adanya
kebijakan pemerintah yang menetapkan harga energi lebih rendah. Ingat rumus DY di atas,
kalau EPS melonjak, kemungkinan DPS juga naik srhingga DY menjadi lebih tinggi. Tentu yang
dimaksud EPS di sini EPS yang berasal dari laba operasional yang sifatnya rutin dan kontinyu
bukan EPS yang berasal dari jual aset yang hanya sekali saja. Dalam pengalaman saya, saya
pernah tetap membeli ARNA sehingga average price saya melonjak cukup besar menjadi Rp
405,- karena saya yakin EPS ARNA akan naik drastis sebagai akibat kebijakan pemerintah
menetapkan harga gas maupun adanya plant baru yang mulai beroperasi.

Contoh emiten lain yang EPS-nya diperkirakan melonjak drastis sehingga DY-nya akan naik dari
di bawah 4,5% menjadi akan mencapai di atas 5,5% pernah saya tulis di postingan
terdahulu https://stockbit.com/post/7197891 Dalam postingan tersebut berisi $ITMG, MERK,
& PTBA (urut abjad). Perlu diingat, itu saya tulis berdasarkan harga dan kondisi tanggal 17
September 2021.

Screening emiten yang EPS-nya akan melonjak drastis bisa mudah dilakukan bila menyangkut
emiten komoditas. Kita bisa memantau harga komoditas di sini https://bit.ly/2WvweVg.
Tapi bila menyangkut faktor lain tentu lebih sulit harus lihat di public expose-nya atau di berita
yang kredibel kapan plant baru akan mulai beroperasi atau produk baru mulai diluncurkan.

Tetap Membeli yg Sudah Naik dengan Dana dari Dividen yang Sudah Diterima
===============================================

Strategi ketiga adalah kita tetap membeli emiten yang sudah naik harganya yang telah ada di
dalam portofolio kita tetapi menggunakan uang dingin dari dividen yang telah kita terima bukan
dengan menggunakan uang dingin baru dari luar. Hal ini dilakukan apabila kita harus
meningkatkan jumlah lot dari emiten yang telah kita miliki karena prospeknya sangat bagus
dalam artian EPS-nya diyakani akan meningkat banyak. Ini memang berarti meningkatkan
average price kita. Meski menggunakan dividen kita tetap harus berhati-hati dengan terjadinya
peningkatan average price. Ingat rumus DY di atas. Harga adalah pembagi yang bisa
menyebabkan DY mengecil.

Tentu keputusan apakah kita akan menggunakan dividen untuk menambah kepemilikan dengan
akibat meningkatnya average price kita atau membeli emiten lain yang belum kita miliki perlu
dipertimbangkan secara masak. Seberapa menarikkah emiten lain itu dan seberapa menarikkah
emiten yang telah kita miliki sehingga kita putuskan untuk menambah jumlah lot dengan resiko
DY-nya terpangkas karena average price naik terlalu besar. Idealnya memang peningkatan EPS
harus lebih kencang dari peningkatan average price. Perlu juga dipertimbangkan apakah
peningkatan EPS itu sifatnya musiman (siklis) atau permanen.

Tetap Membeli Tapi Tidak Hold Forever


=======================================

Di dalam situasi tertentu mungkin harga-harga saham sudah naik jauh di atas bottom dan
sementara itu emiten pilihan yang masih di sekitar bottom telah kita miliki dengan jumlah lot
yang cukup dengan kondisi floating profit. Adanya uang dingin baru dari luar menuntut kita
untuk smart dalam penempatannya. Strategi keempat ini mungkin layak dipertimbangkan. Kita
tetap membeli emiten yang sudah cukup tinggi tetapi tidak hold forever. Ini harus dilakukan
dengan akun lain agar harganya tidak dirata-rata dengan tujuan apabila mencapai floating profit
tertentu perlu dijual sebagian atau seluruhnya. Semen-tara yang di akun lain tidak dijual.

Strategi ini tentu tetap memperhatikan DY saat ini harus cukup memadai dan perlu ruang cukup
agar gain bisa tumbuh yaitu ada diskon yang cukup besar di bawah harga ATH (All time high).
Misalnya, ini hanya misalnya bila saat ini ada uang dingin baru dan seandainya tidak ada emiten
lain yang perlu diprioritaakan, saya masih berani beli BJTM. TAPI harus lewat akun baru karena
saya sudah punya BJTM dengan average price sahamnya sekitar 599 di akun yang satu dan 496
di akun saya satunya lagi. Demikian juga dengan ITMG di harga saat ini, kalau saya beli harus
lewat akun lain dan sangat mungkin tidak hold forever.

Itulah beberapa strategi yang bisa kita jalankan. Mana yang akan diterapkan tergantung kondisi
kita masing-masing yang tentu berbeda-beda termasuk adanya perbedaan komposisi portofolio
kita. Dan perbedaan lain seperti pola income kita dari luar bursa, usia, dan kondisi yang lain.

Pada intinya yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa kita harus sangat berhati-hati bila
akan menambah lot yang berakibat pada peningkatan average price. Akan lebih baik bila
memperhatikan sektor atau emiten yang masih di sekitar bottom dan tidak ikut-ikutan beli yang
sudah terbang terlalu tinggi di ATH atau sekitar ATH. Selain itu tampak bahwa DY tinggi mudah
ditemukan bila harga jatuh tanpa perubahan EPS. Ingat harga adalah faktor pembagi dalam
rumus DY. Mencari yang EPS melonjak lebih sulit dari pada mencari yang harga jatuh tapi EPS
tidak berubah. Kecuali emiten yang terkait komoditi. Kalau harga komoditi atau produknya naik
EPS akan naik

Sebelum saya tutup, ijinkan saya untuk sekedar sharing pengalaman dengan stra-tegi di atas.
Saya pernah tertarik dengan CASS di harga 220-an karena saya lihat di SB beberapa tahun lalu
DPS pernah mencapai 20-an. Pertimbangan saya kalau bisnis CASS pulih DY saya bisa 10%.
Karena tahun ini belum pulih, sudah saya lepas dengan capital gain sekitar 80%. Kalau PEGE
lain lagi. Pengalaman saya dengan PEGE sudah saya share beberapa waktu
lalu https://stockbit.com/post/7359864 Saya sudah nyaman dengan Kiat Saya, Kiat JHP, dan
gaya investasi saya. Saya merasa sudah berada di jalur yang benar. Mengalami floating profit
multi bagger di beberapa emiten yang saya beli sudah biasa. Dengan Kiat saya, Kiat JHP, saya
tidak takut saat harga jatuh bahkan berani beli saat harga jatuh serta tidak ikut-ikutan beli saat
harga sudah terbang. Kiat JHP telah membantu saya mengendalikan diri dalam berinvestasi di
pasar saham.

Happy weekend. Happy investing. Gunakan hari libur untuk belajar sampai paham.
________________
Disclaimer alway on.
==================
DYOR. Do your own research. Jangan ikut-ikutan. Pahami terlebih dulu bila ingin membeli
karena uang Anda tetap tanggung jawab Anda sendiri. Saya menulis hanya untuk yang mencari
passive income dari dividen tanpa berpikir menjual sahamnya. Tulisan saya tidak cocok untuk
trading for living kecuali aset bersih Anda minimal Rp 4,3M.

Tulisan saya yang lain.


Ngopi Santai 20. Dapat DY ANTM 9% dan Lonjakan Kapital 50%
Sehari https://stockbit.com/post/7320483

Saya perlu ingatkan siapa yang cocok dan tidak cocok dengan tulisan saya:
--------------------------------------
Memang tidak semua tipe investor cocok dengan kiat saya, untuk itu perlu saya sampaikan
siapa saja yang cocok. Yang jelas syarat utama adalah menggunakan UANG DINGIN sedingin-
dinginnya, ini syarat mutlak. Uang dingin adalah uang yang TIDAK akan digunakan utk
keperluan lain paling tidak 3 tahun mendatang. Semakin dingin semakin semakin baik. TIDAK
boleh menggunakan utang. TIDAK boleh mengelola dana pihak lain. Harus dana sendiri. Orang
yg tidak menggunakan uang dingin tidak akan memiliki kesabaran.

Orang yang Cocok


=================

Orang sibuk yang punya penghasilan memadai di luar bursa saham

Minimal bisa menyisihkan uang dingin 100 ribu rupiah per bulan

Siswa atau mahasiswa yang masih ditanggung penuh orang tua.

Pensiun dini atau pengangguran tetapi memiliki aset bersih minimal Rp 4,3M

Orang yang tidak Cocok


======================

Pengangguran dengan aset kecil (trading for living)

Orang yang setelah beli saham inginnya harganya langsung terbang tanpa floating loss
tanpa sideways

Orang yang terlalu bernafsu ingin cepat kaya


HaniPutranto
5 Aug 22, 15:42 · Edited on 5 Aug 22, 15:42

"Cash is King" dalam Kiat JHP


============================================
Kiat JHP7 ➡️ Kiat Aman Investasi Saham dengan Hasil Memuaskan

Ketika terjadi koreksi besar di bursa saham kita sering mendengar istilah "cash is king"
terutama dari para trader atau investor jangka pendek. Istilah ini terkait peringatan untuk
menambah cash, dalam artian menjual saham sehingga bisa beli di harga murah karena market
dianggap sedang menuju ke harga-harga lebih rendah. Istilah cash is king mengutamakan
memegang uang cash daripada lembaran saham. Nah mungkin ada pertanyaan apakah dalam
Kiat JHP hal itu juga berlaku?

Untuk membahasnya perlu kiranya saya sampaikan ringkasan Kiat JHP sendiri dan perbedaan
mindest Kiat JHP vs mindset trading. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Kiat JHP adalah
strategi investasi atau nabung saham dengan uang dingin sedingin-dunginnya dengan memilih
emiten yang fundamentalnya memadai saat DY-nya tinggi. DY atau Dividend Yield adalah ROE
bagi kita. Tentu yang dimaksud DY tinggi ini berasal dari laba operasional rutin, dengan DPR
(Dividend Pay Out Ratio Stabil), EPS (Earning per Share) akan tumbuh (tidak di ambang
kejatuhan), serta PSP (Pemegang Saham Pengendali) berada pada posisinya sebagai pengendali
bukan sedang jualan saham miliknya sampai porsinya di bawah 50%. Tujuan Kiat JHP adalah
passive income dari dividen, mendapatkan saham gratis dari dividen, dan balik modal dari
dividen selain itu tentunya ingin hidup nyaman dan memiliki waktu yang cukup di luar bursa
saham sementara aset di saham terus meningkat dan semakin kuat. Karena DY sama dengan
ROE bagi kita maka harus dikelola dengan baik dengan menjaga average price yang kita miliki
tetap rendah agar DY cepat tumbuh dan cepat balik modal dari dividen. Dalam Kiat JHP, saat
kita masuk atau membeli saham, kita tidak pernah berpikir akan menjual saham kita tapi kita
telah menilai dengan baik fundamental saham yang kita beli.

Berbeda dengan trading. Kalau dalam trading seseorang membawa sejumlah dana dari luar
bursa untuk mendapatkan capital gain sebanyak-banyaknya dari bursa dan di bawa ke luar
bursa. Sementara dalam Kiat JHP orang membawa dana dari luar bursa untuk tumbuh bersama
bursa (emiten pilihan) tanpa menghabiskan banyak waktu di bursa karena waktunya di luar
bursa juga sangat penting. Tumbuh bersama bursa tidak selalu floating profit tinggi dari bursa
tetapi juga mendapatkan banyak saham gratis dari dividen, passive income yang semakin tinggi
dr dividen, maupun sudah balik modal dari dividen. Jelas, beda ya.

Dalam mindset trading ketika floating profit dianggap sudah memadai, trader akan segera
menjual sahamnya untuk merealisasikan capital gain. Demikian juga sekiranya menurut
prediksinya harga-harga saham akan jatuh maka seorang trader akan segera mengamankan
danananya dengan menjual sahamnya. Mengamankan cashnya.

Dalam Kiat JHP tentu mindset-nya berbeda. Tidak begitu. Ketika harga-harga diperkirakan akan
jatuh solusinya bukan menjual saham untuk mengamankan modal tetapi apakah dana cash kita
dari luar bursa terjamin aman? Memang seandainya, ini seandainya ya, kita tahu pasti bahwa
harga akan jatuh di bawah average price yang kita miliki sehingga kita nengambil keputusan
jual untung kemudian kita re-entry atau beli lagi di harga lebih rendah bisa saja. Sah-sah saja
dilakukan. Itu berarti kita telah berjuang untuk mendapatkan DY alias ROE lebih tinggi, lebih
cepat balik modal dari dividen. Namun kalau tidak tahu pasti atau tidak memiliki banyak waktu,
tentu akan konyol kalau kita jual terus beli lagi di harga lebih tinggi dari yang pernah kita miliki.
Kalau flloating profit tinggal 2,5% mungkin keputusan kita benar tetapi kalau floating profit kita
10% atau bahkan di atas 50% kemungkinan besar kita tidak bisa beli lagi di harga di bawah
average price yang pernah kita miliki. Dalam pengalaman saya, saya pernah berhasil re-entry di
saham BJTM tetapi gagal di saham MYOH meski floating profit tinggal sekitar 2,5%.

Seperti saya tulis di atas, yang paling penting sebenarnya dana cash kita dari luar saham
terjamin aman. Jangan sampai karena terlalu banyak menghabiskan waktu di depan gadget
trading membuat dana cash kita dari luar saham menurun karena omset kita dari luar saham
turun atau terhenti sama sekali karena di-PHK perusahaan tempat kita bekerja karena ketahuan
sering memelototi gadget trading saat jam kerja atau saat meeting malah. Jadi, cash is king
dalam Kiat JHP itu juga penting dengan pengertian dana cash kita dari luar bursa saham jangan
sampai berkurang. Dengan tetap aktif menekuni sumber income kita dari luar bursa saham
dengan sepenuh hati, dengan penuh tanggung jawab dan dengan antusiasme tinggi harapannya
tentu rejeki kita dari luar bursa saham tidak sekedar aman tapi semakin meningkat, semakin
membaik. Selain itu kita bisa juga meningkatkan dana kita dengan melakukan penghematan
sehingga lebih banyak dana yang bisa dipakai untuk menabung saham.

Saya rasa itu yang perlu saya sampaikan. Sampai saat ini sudah 7 tulisan mengenai Kiat JHP.
Saya rasa ini cukup. Untuk selanjutnya saya akan bahas topik lain. Seandainya akhir-akhir ini
saya lambat menjawab pertanyaan mohon untuk dimaafkan karena saya juga harus
mengamankan income saya dari luar bursa saham. 🙏

Happy weekend, happy investing. Salam sukses.

_________________
Tulisan saya yang lain
================

💠 Kiat JHP 1
Kuncinya adalah High DY, BUKAN High Dividend. Kiat JHP 1. Kiat Aman Investasi Saham dengan
Hasil Memuaskan
https://stockbit.com/post/5721537

💠 Kiat JHP 2
Mengapa Perlu Diversifikasi Lebar?
https://stockbit.com/post/6211703

💠 Kiat JHP 3
Perhitungan Balik Modal dari Dividen dan Keuntungan Hold Forever. Kiat JHP
3 https://stockbit.com/post/6609543

💠 Kiat JHP 4
Hal yang Harus Diperhatikan Bila Riset DPS dari Tahun Buku Jadul. Kiat JHP
4 https://stockbit.com/post/7010132

💠 Kiat JHP 5
Investasi Saham Seharusnya Juga Berarti Penghematan dan Re-alokasi Aset. Kiat JHP
5 https://stockbit.com/post/7379029

💠 Kiat JHP 6
Strategi Belanja Bila Harga Saham Sudah Terbang Tidak di Sekitar
Bottom https://stockbit.com/post/7472849

💠Ngopi Santai 26
Mungkinkah Semua Investor Saham Sukses?
https://stockbit.com/post/8561717
💠Ngopi Santai 32
False Dividend Hunter?
https://stockbit.com/post/9016025

Anda mungkin juga menyukai