Anda di halaman 1dari 7

1

ANALISA FUNDAMENTAL

Analisa Pasar Modal


Investor saham dapat menggunakan beberapa pendekatan dalam
memilih satu atau beberapa saham yang terdaftar di Bursa, yang di
Bursa Efek Jakarta terdaftar lebih kurang 350 jenis saham. Skema
berikut adalah pendekatan yang dapat digunakan:
Skema 7.1
Analisa Pasar Modal

Pendekatan Tradisional Portofolio Modern

Analisa Fundamental
(Fundamental Analysis)

Psikologi Bursa
Analisa Teknikal
(Technical Analysis)

Analisa fundamental yang umum digunakan adalah


pendekatan top-down, yaitu mulai dari ekonomi, industri, dan
perusahaan. Jika ekonomi dan industri telah dianalisa dan
diprediksi akan membaik, maka analisa akan difokuskan pada
perusahaan khususnya pada laporan keuangannya.
Analisa teknikal akan melihat volume dan harga atau chart
perdagangan terakhir. Dalam analisa teknikal ini pula investor
sering memasukan analisis momentum, walaupun sebagian analis
menjadikan analisa momentum sebagai analisa ter-sendiri.
Analisa momentum mendasarkan kejadian tertentu yang cukup
signifikan yang terjadi di pasar, industri tertentu, atau emiten
tertentu seperti rencana akuisisi, private placement, stock split,
2

masuknya hedge fund asing, dan kebijakan khusus pemerintah.


Analisa fundamental cenderung untuk menjawab pertanyaan apa
dan mengapa kita membeli? (what and why to buy) sedangkan
analisa teknikal cenderung untuk menjawab pertanyaan kapan kita
membeli? (when to buy).
Analisa mana yang paling baik digunakan para investor?
Tentu tergantung dari tujuannya. Jika para investor sangat aktif
melakukan transaksi saham dengan harapan medapat capital gain
sehingga tidak ada hari terlewat tanpa jual-beli saham, maka
analisis yang baik untuk dipertimbangkan adalah analisis teknikal.
Begitu juga para manajer investasi yang aktif menikuti pergerakan
harga saham secara terus menerus, juga meng-gunakan analisis
teknikal sebagai pendekatan.
Sebaliknya, tujuan kita adalah untuk jangka panjang atau
berinvestasi secara pasif dengan strategi utama beli dan pegang
(buy and hold), analisa fundamental adalah pen-dekatan yang
paling tepat. Para penganut analisa fundamental percaya kalau
harga saham dapat diprediksi dengan menganalisa data keuangan
yang tersedia.

Analisa Fundamental

Analisa fundamental adalah usaha untuk memperkirakan


kesehatan dan prospek, yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk
bertumbuh dan menghasilkan laba di masa depan.
Dalam memprediksi, analis menganalisa faktor-faktor
ekonomi yang mempengaruhi perusahaan. Analisa laporan
keuangan dan analisa rasio termasuk komponen yang diguna-kan
pada analisa fundamental, karena dari situ dapat diperkira-kan
keadaan, atau posisi dan arah perusahaan.
Singkatnya analisa fundamental adalah studi tentang ekonomi,
industri, dan kondisi perusahaan untuk memper-hitungkan nilai
dari saham perusahaan. Analisa fundamental menitikberatkan
pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk
3

memperhitungkan apakah harga saham diapresiasi secara akurat.


Rasio-rasio yang sering digunakan sebagai alat analisa antara lain:
Earning per Shares (EPS)
EPS adalah rasio antara Net Income After Tax (NIAT) dengan
jumlah saham beredar. Melalui EPS ini dapat dinilai kemampu-an
perusahaan dalam membagi labanya kepada para pe-megang
saham. Semakin tinggi laba perusahaan yang diberi-kan kepada
para pemegang saham tentunya akan semakin menarik untuk tetap
memegang saham perusahaan tersebut.

Dividend Yield (DY)


Dividend Yield adalah rasio dividen dengan harga sahamnya.
Seorang investor terkemuka pernah mengatakan bahwa dividend
yield yang wajar adalah 2/3 kali yield obligasi dengan rating A.

Price Earning Ratio (PER)


Price Earning Ratio (PER) adalah perbandingan harga dengan
laba per lembar saham (earings per share) atau price/EPS. Ada
dua macam PER yaitu past PER yang mendasarkan pada past EPS
dan prospective PER yang mendasarkan pada EPS yang akan
datang.
Tidak seperti past PER yang dihitung berdasarkan data
akuntansi, prospective PER bersifat estimasi. Dalam praktik,
prospective PER lebih sering digunakan karena harga saham lebih
tergantung pada labanya pada masa yang akan datang. Saham
diburu dan dibeli investor karena masa depannya bagus dan bukan
karena masa lalunya.
Berdasarkan analisa fundamental, saham yang layak dibeli
saham murah, yaitu yang PER-nya rendah, dibandingkan dengan
industrinya. Dengan asumsi laba secara keseluruhan dibagikan
4

dalam bentuk dividen dan tidak ada pertumbuhan, PER


merupakan periode kembalinya modal (payback period).
PER sebesar 5X berarti modal investasi akan kembali selama
5 tahun. Apapun industrinya, saham dengan PER di bawah 5 dan
tidak ada yang aneh berkenaan dengan rasio utang dan pendapatan
lain-lain, maka sahamnya layak untuk dikoleksi (Budi Frensidy,
2007, hal. 9).

Price Earning Growth (PEG)


Price Earning Growth (PEG) adalah rasio PER saham dibagi
pertumbuhannya atau PER/g. PEG sebesar 1 berarti saham telah
bernilai wajar. Saham dengan PEG lebih dari 1 adalah saham
yang sudah kemahalan. Sementara saham dengan PEG di bawah 1
adalah saham ber-PEG rendah dan relatif murah.
Menurut analisa fundamental, saham yang layak dikoleksi
adalah saham dengan PEG rendah karena dapat memberikan
return tinggi. Masalahnya saham dengan PEG tinggi mungkin saja
menjanjikan pertumbuhan yang lebih besar dari ekspektasi,
sementara saham dengan PEG rendah mungkin karena kurang
mendapat respon positif dari pasar (Budi Frensidy, 2007, hal. 9).

Return on Equity (ROE)


Return on Equity (ROE) adalah laba bersih dibagi nilai buku
equitas. Rasio ini penting karena ROE adalah sumber
pertumbuhan. Secara teori, besarnya pertumbuhan (g) adalah ROE
dikali rasio retensi. Rasio retensi adalah rasio laba atau 1-rasio
laba dibagikan (dividend payout ratio).
Belilah perusahan dengan ROE yang tinggi namun memiliki
rasio utang yang rendah yaitu di bawah 1 (kecuali perusahaan
finansial). Perusahaan seperti inilah yang menjanjikan
pertumbuhan tinggi di masa datang (Budi Frensidy, 2007, hal. 9).
5

Dividend Payout Ratio (DPR)


Dividend Payout Ratio (DPR) adalah dividen per lembar saham
(dividend per shares) dibagi dengan laba per lembar saham
(earning per shares) rasio dapat digunakan untuk melihat
perandingan antara laba per lembar saham yang didapatkan
perusahaan dengan laba yang dibagikan sebagai dividen.
Dengan melihat rasio ini akan dapat mengetahui seberapa
besar kemampuan perusahaan dalam membayar dividend dan
kenapa perusahaan tidak membagikan semua labanya dalam
bentuk dividen. Apakah ada investasi yang prospektif untuk
didanai dengan sebagian labanya? Bila ya tentunya perusaha-an
memiliki prospek yang lebih baik dan tentunya menuju
pertumbuhan yang positif.

Price per Working Capital


Working Capital (modal kerja) adalah harta lancar dikurangi
utang lancar. Modal kerja adalah ukuran likuiditas perusahaan.
Likuiditas perusahaan dikatakan baik jika modal kerja positif.
Penggunaan rasio ini sangat mudah dan tidak perlu dibanding-kan
lagi.
Price per modal kerja adalah harga saham dibandingkan
dengan modal kerja per saham. Graham mengatakan dengan
begitu yakinnya bahwa jika ada saham yang harganya di bawah
nilai modal kerja per sahamnya, tidak adakata lain kecuali beli.
Menurutnya, membeli saham seperti itu tidak akan pernah
rugi. Bahkan jika saham itu harus mengalami delisting
(dikeluarkan sebagai saham tercatat di bursa), pemegang saham
akan mendapatkan uangnya kembali sebesar nilai investasinya
(Budi Frensidy, 2007, hal. 9).
6

Earning Power of Total Invesment (Rate of Return an Total


Assets)
Rasio ini untuk mengukur seberapa besar kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor (pemegang oblihgasi dan saham).
Semua investor butuh informasi seperti ini, agar mereka
mampu melihat dari apa yang akan dia terima di masa yang akan
datang bila inves pada perusahaan ini.

Ilustrasi:

Data keuangan PT. Avicenna Putra, Tbk tahun 2006 adalah


sebagai berikut: (dalam jutaan)

Penjualan = Rp 773.559
Aktiva (ribuan) = Rp1.163.351
Kewajiban = Rp1.119.356
Ekuitas = Rp 43.988
Net Profit = Rp 163.428
Dividen = Rp 78.248
Harga (rupiah) = Rp 880
Shares (nominal Rp1.000) = 782.476.629 lembar

Jenis analisa fundamental antara lain:


7

NIAT = Net Income After Tax (laba bersih setelah pajak)


EPS = Earning Per Shares (laba per saham)
DPS = Dividen Per Shares (dividen per saham)
DY = Dividen Yield
Ps = Price of Share (harga saham)
DPR = Dividen Pay Out Ratio (rasio pembayaran dividen)
PER = Price Earning Ratio (rasio harga dengan EPS)
BV = Book Value (nilai buku per saham)
PBV = Price to Book Value (rasio harga dengan BV)

Bahan Diskusi
1. Ada berapa macam analisa pasar modal? Sebutkan dan
jelaskan!
2. Apa yang anda ketahui tentang analisa fundamental?
3. Rasio apa saja yang digunakan untuk analisis
fundamental? Sebutkan dan jelaskan!

Anda mungkin juga menyukai