COMMON STOCK
TELAAH JURNAL
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP PENILAIAN SAHAM
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
Pemegang saham biasa memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pemegang saham biasa memiliki hak atas dividen. Namun ketika terjadi likuidasi perusahaan,
pemegang saham biasa akan menjadi pihak terakhir yang menerima aset, jika tersisa, setelah aset
dibagi terlebih dahulu kepada kreditur perusahaan dan pemegang saham preferen. Karena
karakteristik risiko yang lebih besar pada saham biasa, return atau imbal hasil yang dimiliki oelh
Dua pendekatan utama untuk menilai saham biasa menggunakan analisis keamanan fundamental
adalah:
Teknik arus kas yang didiskontokan berupaya memperkirakan nilai suatu saham saat ini dengan
menggunakan analisis nilai sekarang mirip dengan proses diskonto yang digunakan untuk
obligasi.
Misalnya, dengan menggunakan Model Diskon Dividen, kita dapat mendiskontokan aliran
dividen masa depan yang akan diterima dari saham biasa kembali ke masa sekarang pada tingkat
Metode klasik untuk menghitung perkiraan nilai sekuritas apa pun melibatkan penggunaan
teknik arus kas yang didiskontokan (DCF), yaitu analisis nilai sekarang. Nilai suatu sekuritas
dapat diperkirakan dengan proses nilai sekarang yang melibatkan kapitalisasi (diskonto) arus kas
masa depan yang diharapkan. Artinya, nilai taksiran suatu sekuritas sama dengan nilai diskonto
(saat ini) dari aliran arus kas masa depan yang diharapkan diterima oleh investor dari sekuritas
tersebut
3. Menggunakan kedua komponen ini dalam model nilai sekarang untuk memperkirakan nilai
sekuritas – yang kemudian dibandingkan dengan harga pasar sekuritas saat ini. Nilai ini disebut
nilai intrinsik saham yang kita nyatakan sebagai V0. Nilai intrinsik berarti nilai perkiraan suatu
Dua pendekatan berbeda terhadap arus kas dan tingkat diskonto dapat digunakan dalam penilaian
saham.
Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model) merupakan salah satu metode analisis
fundamental yang digunakan untuk menganalisis nilai intrinsik saham dengan cara
Cara penghitungan dividend discount model adalah dengan menggunakan tiga jenis metode
berikut ini:
Model Pertumbuhan Gordon (GGM) adalah salah satu variasi dalam dividend discount
dalam mengevaluasi nilai intrinsik saham berdasarkan tingkat pertumbuhan konstan potensi
dividen. Metode GGM memiliki asumsi dasar bahwa aliran dividen masa depan akan tumbuh di
Model ini membantu investor dalam menentukan stabilitas nilai bisnis dengan arus kas yang kuat
serta konsistensi dari tingkat pertumbuhan dividen.Umumnya, metode ini mengasumsikan bahwa
perusahaan memiliki model bisnis yang konsisten dan stabil serta memiliki tingkat pertumbuhan
4. g = Tingkat pertumbuhan konstan dividen perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas
Pada dasarnya, model diskon dividen satu periode lebih jarang digunakan daripada model
Pertumbuhan Gordon. Cara ini biasa diterapkan ketika seorang investor ingin menentukan harga
intrinsik suatu saham yang akan dijualnya dalam satu periode, biasanya selama setahun.
DDM satu periode umumnya mengasumsikan bahwa seorang investor siap untuk memegang
saham hanya selama satu tahun. Karena singkatnya periode kepemilikan, arus kas yang
diharapkan dari saham tersebut adalah pembayaran dividen tunggal dan harga jual dari surat
berharga tersebut.
Oleh karena itu, jumlah pembayaran dividen masa depan dan perkiraan harga jual harus dihitung
sekaligus didiskontokan kembali ke nilai sekarang supaya bisa menentukan harga wajarnya.
Model diskon dividen satu periode memiliki persamaan matematis seperti berikut ini:
Model diskon dividen multi-periode merupakan kelanjutan dari model diskon dividen satu
periode, yaitu investor mengharapkan untuk memegang suatu saham selama beberapa periode.
Adapun tantangan utama dari model diskon dividen multi-periode adalah diperlukan perkiraan
pembayaran dividen untuk periode yang berbeda. Dalam DDM multi-periode, seorang investor
diharapkan untuk menahan saham yang ia beli selama beberapa periode waktu.
Oleh karena itu, arus kas masa depan yang diharapkan akan terdiri dari sejumlah pembayaran
dividen, dan estimasi harga jual saham pada akhir periode holding.
Nilai intrinsik saham dapat ditemukan dengan cara memperkirakan nilai jumlah pembayaran
dividen yang diharapkan dan harga jual, lalu didiskontokan untuk menemukan nilai sekarang.
Price Earning (P/E Ratio) adalah sebuah besaran angka yang biasa digunakan untuk
memprediksi valuasi harga dari sebuah saham. Nantinya PER ini akan menjadi angka yang
masuk ke analisis fundamental keuangan dari sebuah perusahaan. PER akan menunjukkan
indikasi harga saham saat ini setara dengan berapa jumlah imbal hasil bersih dalam kurun waktu
satu tahun. semakin tinggi price earning ratio maka akan semakin besar pula harga saham
tersebut. Artinya, semakin bagus pula performa dari tiap lembar saham perusahaan tersebut.
Performa yang dimaksud di sini adalah performa saham untuk menghasilkan imbal hasil yang
PBV atau price to book value adalah rasio yang digunakan untuk menilai apakah harga
sebuah saham dari suatu perusahaan termasuk murah atau mahal. Perbandingan rasio ini
diperoleh dari nilai book value dari perusahaan tersebut. Sementara, book value sendiri adalah
modal yang dikuasai oleh perusahaan. Besarannya didapatkan dari mengurangi total aset dengan
utang. Nantinya, nilai book value ini akan tercantum dalam kolom aktiva pada neraca
perusahaan. Price to book value adalah acuan investor dalam memilih harga saham. Apabila nilai
PBV kurang dari 1 maka bisa dibilang harga saham murah. Tetapi sebaliknya, jika nilainya lebih
Membandingkan harga saham real time dengan book value per share atau nilai buku per
lembar saham.
Fungsi price to book value adalah untuk melihat bagaimana penilaian investor pada
valuasi perusahaan.
Rasio ini menunjukkan berapa banyak investor bersedia membayar per dolar penjualan. Hal ini
dapat dihitung dengan membagi kapitalisasi pasar perusahaan dengan total penjualan selama
periode tertentu (biasanya dua belas bulan) atau berdasarkan per saham dengan membagi harga
saham dengan penjualan per saham . Rasio P/S juga dikenal sebagai kelipatan penjualan atau
kelipatan pendapatan. Seperti semua rasio, rasio P/S paling relevan bila digunakan untuk
menunjukkan bahwa saham tersebut dinilai terlalu rendah , sedangkan rasio yang jauh di atas
rata-rata mungkin menunjukkan penilaian yang berlebihan. Periode 12 bulan yang biasa
digunakan untuk penjualan dalam rasio P/S umumnya adalah empat kuartal terakhir (juga
disebut 12 bulan terakhir atau TTM), atau tahun fiskal terbaru atau saat ini (FY). Rasio AP/S
yang didasarkan pada perkiraan penjualan tahun berjalan disebut rasio P/S ke depan.
TELAAH JURNAL
PENDAHULUAN
Hasil-hasil penelitian terdahulu masih memberikan hasil yang belum konsisten factor-faktor apa
saja yang memengaruhi penilaian saham dengan menggunakan pendekatan price earnings ratio.
Penelitian yang sekarang menggunakan beberapa variabel antara lain dividend yield, return on
TINJAUAN PUSTAKA
Tingkat pertumbuhan earnings berpengaruh positif atau negatif terhadap penilaian saham dengan
ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan earningsperusahaan pada masa yang akan datang.
METODE PENELITIAN
Penelitian kuantitatif menggunakan model regresi linier berganda (multiple linier regression
Variabel pertumbuhan earnings per share secara statistik tidak menunjukkan pengaruh terhadap
penilaian saham melalui pendekatan price earnings ratio, karena tingkat signifikansinya berada
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) dari variabel yang dihipotesiskan
memengaruhi penilaian saham melalui pendekatan price earnings ratio, yakni variable dividend
yield, return on assets (ROA), leverage, dan firm size. Sedangkan variabel pertumbuhan earnings