Anda di halaman 1dari 9

RMK

COMMON STOCK
TELAAH JURNAL
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP PENILAIAN SAHAM
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA

DYNA FEBRI PURWANTI 23105400705

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
SURABAYA
2023
Common stock adalah surat berharga sebagai bukti kepemilikan atas suatu perusahaan.

Pemegang saham biasa memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Pemegang saham biasa memiliki hak atas dividen. Namun ketika terjadi likuidasi perusahaan,

pemegang saham biasa akan menjadi pihak terakhir yang menerima aset, jika tersisa, setelah aset

dibagi terlebih dahulu kepada kreditur perusahaan dan pemegang saham preferen. Karena

karakteristik risiko yang lebih besar pada saham biasa, return atau imbal hasil yang dimiliki oelh

instrumen ini juga biasanya lebih tinggi.

Dua pendekatan utama untuk menilai saham biasa menggunakan analisis keamanan fundamental

adalah:

1. Teknik arus kas yang didiskontokan

2. Teknik penilaian relative

Teknik arus kas yang didiskontokan berupaya memperkirakan nilai suatu saham saat ini dengan

menggunakan analisis nilai sekarang mirip dengan proses diskonto yang digunakan untuk

obligasi.

Misalnya, dengan menggunakan Model Diskon Dividen, kita dapat mendiskontokan aliran

dividen masa depan yang akan diterima dari saham biasa kembali ke masa sekarang pada tingkat

diskonto yang sesuai (yaitu, tingkat pengembalian yang disyaratkan investor).

Teknik Arus Kas (Discounted Cash Flow Techniques)

Metode klasik untuk menghitung perkiraan nilai sekuritas apa pun melibatkan penggunaan

teknik arus kas yang didiskontokan (DCF), yaitu analisis nilai sekarang. Nilai suatu sekuritas

dapat diperkirakan dengan proses nilai sekarang yang melibatkan kapitalisasi (diskonto) arus kas

masa depan yang diharapkan. Artinya, nilai taksiran suatu sekuritas sama dengan nilai diskonto
(saat ini) dari aliran arus kas masa depan yang diharapkan diterima oleh investor dari sekuritas

tersebut

Untuk menggunakan model seperti itu, seorang investor harus:

1. Perkirakan jumlah dan waktu aliran arus kas masa depan.

2. Perkirakan tingkat diskonto yang sesuai.

3. Menggunakan kedua komponen ini dalam model nilai sekarang untuk memperkirakan nilai

sekuritas – yang kemudian dibandingkan dengan harga pasar sekuritas saat ini. Nilai ini disebut

nilai intrinsik saham yang kita nyatakan sebagai V0. Nilai intrinsik berarti nilai perkiraan suatu

saham—perkiraan mengenai nilai saham yang diyakini investor.

Dua pendekatan berbeda terhadap arus kas dan tingkat diskonto dapat digunakan dalam penilaian

saham.

1. Menilai ekuitas perusahaan, menggunakan tingkat pengembalian yang disyaratkan kepada

pemegang saham (costa of equity capital).

2. Nilai seluruh perusahaan, dengan menggunakan biaya modal rata-rata tertimbang.

DIVIDEN DISCOUNT MODEL (DDM)

Model Diskonto Dividen (Dividend Discount Model) merupakan salah satu metode analisis

fundamental yang digunakan untuk menganalisis nilai intrinsik saham dengan cara

mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima di masa mendatang.

Cara penghitungan dividend discount model adalah dengan menggunakan tiga jenis metode

berikut ini:

1. Model Pertumbuhan Gordon

Model Pertumbuhan Gordon (GGM) adalah salah satu variasi dalam dividend discount

model yang paling umum digunakan.


Penemu model ini adalah ekonom Amerika Myron J. Gordon. Metode GGM membantu investor

dalam mengevaluasi nilai intrinsik saham berdasarkan tingkat pertumbuhan konstan potensi

dividen. Metode GGM memiliki asumsi dasar bahwa aliran dividen masa depan akan tumbuh di

tingkat yang konstan di masa depan untuk waktu tak terbatas.

Model ini membantu investor dalam menentukan stabilitas nilai bisnis dengan arus kas yang kuat

serta konsistensi dari tingkat pertumbuhan dividen.Umumnya, metode ini mengasumsikan bahwa

perusahaan memiliki model bisnis yang konsisten dan stabil serta memiliki tingkat pertumbuhan

konstan dari waktu ke waktu.

Secara matematis, rumus cara menghitung dividend discount model:

1. V0 = Nilai wajar saham saat ini

2. D1 = Pembayaran dividen dalam satu periode dari sekarang

3. r = Perkiraan biaya modal ekuitas (biasanya dihitung menggunakan CAPM)

4. g = Tingkat pertumbuhan konstan dividen perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas

2. Model Diskon Dividen Satu Periode

Pada dasarnya, model diskon dividen satu periode lebih jarang digunakan daripada model

Pertumbuhan Gordon. Cara ini biasa diterapkan ketika seorang investor ingin menentukan harga

intrinsik suatu saham yang akan dijualnya dalam satu periode, biasanya selama setahun.

DDM satu periode umumnya mengasumsikan bahwa seorang investor siap untuk memegang

saham hanya selama satu tahun. Karena singkatnya periode kepemilikan, arus kas yang

diharapkan dari saham tersebut adalah pembayaran dividen tunggal dan harga jual dari surat

berharga tersebut.
Oleh karena itu, jumlah pembayaran dividen masa depan dan perkiraan harga jual harus dihitung

sekaligus didiskontokan kembali ke nilai sekarang supaya bisa menentukan harga wajarnya.

Model diskon dividen satu periode memiliki persamaan matematis seperti berikut ini:

1. V0 = Nilai wajar saham saat ini

2. D1 = Pembayaran dividen dalam satu periode dari sekarang

3. P1 = Harga saham dalam satu periode dari sekarang

4. r = Perkiraan biaya modal ekuitas

3. Model Diskon Dividen Multi-Periode

Model diskon dividen multi-periode merupakan kelanjutan dari model diskon dividen satu

periode, yaitu investor mengharapkan untuk memegang suatu saham selama beberapa periode.

Adapun tantangan utama dari model diskon dividen multi-periode adalah diperlukan perkiraan

pembayaran dividen untuk periode yang berbeda. Dalam DDM multi-periode, seorang investor

diharapkan untuk menahan saham yang ia beli selama beberapa periode waktu.

Oleh karena itu, arus kas masa depan yang diharapkan akan terdiri dari sejumlah pembayaran

dividen, dan estimasi harga jual saham pada akhir periode holding.

Nilai intrinsik saham dapat ditemukan dengan cara memperkirakan nilai jumlah pembayaran

dividen yang diharapkan dan harga jual, lalu didiskontokan untuk menemukan nilai sekarang.

Rumus matematika dari model diskon dividen multi-periode adalah:


Price Earning (P/E Ratio)

Price Earning (P/E Ratio) adalah sebuah besaran angka yang biasa digunakan untuk

memprediksi valuasi harga dari sebuah saham. Nantinya PER ini akan menjadi angka yang

masuk ke analisis fundamental keuangan dari sebuah perusahaan. PER akan menunjukkan

indikasi harga saham saat ini setara dengan berapa jumlah imbal hasil bersih dalam kurun waktu

satu tahun. semakin tinggi price earning ratio maka akan semakin besar pula harga saham

tersebut. Artinya, semakin bagus pula performa dari tiap lembar saham perusahaan tersebut.

Performa yang dimaksud di sini adalah performa saham untuk menghasilkan imbal hasil yang

optimal baik bagi perusahaan maupun pemegang saham itu sendiri.

Berikut adalah beberapa manfaat yang diberikan:

 Mempermudah Evaluasi Investasi Prospektif

 Membantu Investor untuk Mengambil Keputusan

 Membantu Memperkirakan Nilai Pasar Suatu Saham

PRICE to BOOK VALUE (PVB)

PBV atau price to book value adalah rasio yang digunakan untuk menilai apakah harga

sebuah saham dari suatu perusahaan termasuk murah atau mahal. Perbandingan rasio ini

diperoleh dari nilai book value dari perusahaan tersebut. Sementara, book value sendiri adalah

modal yang dikuasai oleh perusahaan. Besarannya didapatkan dari mengurangi total aset dengan

utang. Nantinya, nilai book value ini akan tercantum dalam kolom aktiva pada neraca
perusahaan. Price to book value adalah acuan investor dalam memilih harga saham. Apabila nilai

PBV kurang dari 1 maka bisa dibilang harga saham murah. Tetapi sebaliknya, jika nilainya lebih

dari 1, maka harga saham pada emiten tersebut cenderung mahal.

Fungsi price to Book Value:

 Menilai harga saham, apakah sudah murah atau masih mahal.

 Membandingkan harga saham real time dengan book value per share atau nilai buku per

lembar saham.

 Melihat potensi dan resiko suatu emiten di masa depan.

 Fungsi price to book value adalah untuk melihat bagaimana penilaian investor pada

valuasi perusahaan.

Book Value = Nilai Ekuitas / Jumlah Lembar Saham yang Beredar

Price to Book Value = Harga Saham per Lembar / Book Value

PRICE to SALES RATIO (PSR)

Rasio ini menunjukkan berapa banyak investor bersedia membayar per dolar penjualan. Hal ini

dapat dihitung dengan membagi kapitalisasi pasar perusahaan dengan total penjualan selama

periode tertentu (biasanya dua belas bulan) atau berdasarkan per saham dengan membagi harga

saham dengan penjualan per saham . Rasio P/S juga dikenal sebagai kelipatan penjualan atau

kelipatan pendapatan. Seperti semua rasio, rasio P/S paling relevan bila digunakan untuk

membandingkan perusahaan-perusahaan di sektor yang sama. Rasio yang rendah mungkin

menunjukkan bahwa saham tersebut dinilai terlalu rendah , sedangkan rasio yang jauh di atas

rata-rata mungkin menunjukkan penilaian yang berlebihan. Periode 12 bulan yang biasa

digunakan untuk penjualan dalam rasio P/S umumnya adalah empat kuartal terakhir (juga
disebut 12 bulan terakhir atau TTM), atau tahun fiskal terbaru atau saat ini (FY). Rasio AP/S

yang didasarkan pada perkiraan penjualan tahun berjalan disebut rasio P/S ke depan.

TELAAH JURNAL

PENDAHULUAN

Hasil-hasil penelitian terdahulu masih memberikan hasil yang belum konsisten factor-faktor apa

saja yang memengaruhi penilaian saham dengan menggunakan pendekatan price earnings ratio.

Penelitian yang sekarang menggunakan beberapa variabel antara lain dividend yield, return on

asset, leverage, firm size dan earnings per share.

TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat pertumbuhan earnings berpengaruh positif atau negatif terhadap penilaian saham dengan

menggunakan pendekatan price earnings ratiotergantung pada optimisme dan pesimisme

ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan earningsperusahaan pada masa yang akan datang.

METODE PENELITIAN

Penelitian kuantitatif menggunakan model regresi linier berganda (multiple linier regression

method). Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS statistik parametric.


HASIL PENELITIAN

Variabel pertumbuhan earnings per share secara statistik tidak menunjukkan pengaruh terhadap

penilaian saham melalui pendekatan price earnings ratio, karena tingkat signifikansinya berada

di atas alpha 0,05.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) dari variabel yang dihipotesiskan

memengaruhi penilaian saham melalui pendekatan price earnings ratio, yakni variable dividend

yield, return on assets (ROA), leverage, dan firm size. Sedangkan variabel pertumbuhan earnings

per share secara statistik hasilnya tidak memengaruhi penilaian saham.

Anda mungkin juga menyukai