Residual Income
Disini itu ada informasi laba akuntansi. Laba akuntansi itu apa? Revenue dikurangi expense. Itulah laba
akuntansi. Tapi ada para pengguna informasi di luar, misalnya begini, saya punya uang 1 Milyar. Uang
saya 1M kalau saya simpan di bank saya bisa dapat 100 juta per tahun. Terus ada yang bilang,
investasikan saya diperusahaan kami. Lalu saya tanya kira-kira perusahaan itu bisa memberikan laba
berapa. Dari pengalaman sebelumnya 15%. Berarti kalau 1M dimasukkan ke perusahaan itu, saya akan
dapat laba 150 juta. Menurut akuntansi labanya 150 juta, tapi sebetulnya 150 juta itu hanya lebih 50juta
dibanding kalau uangnya saya taruh di bank. Berarti yang di bank itu 100 jutanya itu namanya cost of
capital (biaya modalnya). Modal itu ga gratis, alternative earningsnya itulah yang disebut cost of
capital. Berapa cost of capitalnya? 100. Kalau uangnya ditanamkan di perusahaan, yang saya dapatkan
150. Kalau cost of capitalnya dikeluarkan berarti laba saya tinggal 50. Laba tinggal sama dengan
laba residu. Itulah yang disebut dengan residual income, yaitu laba setelah dikurangi dengan cost of
capital.
Pilih mana, naruh uang di bank atau investasi di perusahaan tadi? Karena residual incomenya positif,
berarti saya pilih nanam modal di perusahaan tadi, saya dapat kelebihan sebesar 50 yaitu residual
income yang disebut juga economic profit. Dikembangkan rumusnya. Ngitungnya dari laba yang
ditengah-tengah itu namanya NOP (Net Operating Profit).
Cara ngitung NOP:
NOP = (Revenue – CGS) – Operating expense
NOP = Gross Profit – Operating expense
Tidak cuma NOP, tetapi ada after tax. Berarti kalau tariff pajaknya 28%, maka NOP ini dikurangi 28%
sebagai Tax. Berarti NOPAT (Net Operating Profit After Tax) nya tinggal 72%.
Karena Net income = NOP – extraordinary, Kalau di perusahaan itu tidak ada extraordinary, maka Net
Operating Profit (NOP) nya = Net Income. Jadi NOP itu dalam bahasa teori akuntansinya disebut
earnings. Net income dalam bahasa teori akuntansinya disebut comprehensive income.
Di SFAC No.5 kita mengenal 2 konsep laba, yaitu earnings dan comprehensive income.
NOP (Net Operating Profit) = earnings
NI (Net Income) = comprehensive income => berasal dari NOP - extraordinary
Kalau extraordinarynya 0, maka:
NOP – tax = NIAT (Net Income After Tax)
NOPAT – Capital charge = economic profit
Capital charge itu apa? Cost of capital tadi. Kalau uangnya di bank dapat 100 itu capital charge,
dalam bahasa finance itu namanya cost of capital.
Kalau modalnya itu kompleks, ada utang, obligasi, ada preferred stock, ada common stock berarti
struktur modalnya kompleks, cost of capitalnya nyatatnya pakai WACC (Weighted Average Cost of
Capital). Jadi, NOPAT – Capital charge itu bisa berubah menjadi NOPAT – WACC.
Ini analisis tambahan di luar laporan keuangan. Laporan keuangan kita hanya menyediakan neraca,
laba rugi, cash flow, ekuitas, catatan atas laporan keuangan. Analisis tersebut dilakukan berdasarkan
informasi yang ada di laporan keuangan. Perusahaan tidak menyediakan informasi EVA dan economic
profit, yang membutuhkan bisa menghitungnya sendiri. Tujuannya meningkatkan kegunaan informasi
dalam pengambilan keputusan.
Sekarang pilih mana, nyimpan uang di bank atau investasi di perusahaan tadi? Kalau tidak ada hitungan
residual income, jawabnya hanya dari laba di dalam laporan laba rugi, tidak cocok jadinya. Tidak ada
alternatif yang tersedia. Setelah saya tahu residual incomenya, saya bisa tau oo lebih baik investasi
disini. Berarti informasinya lebih berguna dalam pengambilan keputusan. Walaupun ada plusnya,
walaupun ada minusnya, tapi ada gunanya.
Anomali
Penelitian yang dicari saat ini adalah penelitian-penelitian yang anomaly, penelitian yang pada saat
seperti ini atau seperti itu ternyata tidak efisien. Karena yang mendukung efisien sudah terlalu banyak.
Penelitiannya sudah kuat. Beberapa contoh anomaly yaitu:
1. Ada jeda waktu dalam memproses data fundamental. Tadi dikatakan harus instan, kalau tidak
instan berarti tidak efisien, kalau tidak efisien berarti namanya anomaly. Penelitinya Ou dan
Penman berhasil membuktikan ada jeda waktu.
2. Ternyata laba dan return saham ternyata korelasinya rendah. Tadi dibilang ada information
content, ada ERC, sehingga kalo dicari hubungannya ada, tapi sekarang dibuktikan kalau
korelasinya rendah.
3. Ada post-earning-announcement drift, ada informasi yang diserap pasar harus secara instan
menentukan harga saham, tidak boleh ada sisa penentuan. Misalnya hari ini laba diumumkan, pasar
diam saja. Dua hari yang akan datang harga saham naik. Kalau begitu pasar tidak efisien. Ada post-
earning-announcement drift. Jadi sisa-sisa dari pengumuman earnings itu tidak boleh.
4. Mispricing related to accruals
4. Quarterly information
Informasi 3 (tiga) bulanan. Ada 2 pendekatan:
a. Discrete view: berdiri sendiri setiap 3 bulan, berarti dianggap sama seperti time periodenya
menjadi 3 bulanan
b. Integral view: time periodnya masi 1 tahun, cuma sekarang dilaporkan 3 bulanan, jadi 3 bulanan
adalah bagian dari satu tahun.
2. Defenisi dari APB (1970), APB Statement No. 4 menyatakan aktiva sebagai sumber-daya ekonomis
dari suatu perusahaan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Dalam aktiva juga termasuk beban ditangguhkan, yang bukan merupakan sumber-daya tetapi diakui
dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
3. Defenisi dari FASB (1985), SFAC No. 6 menyatakan aktiva sebagai manfaat ekonomi masa
mendatang yang kemungkinan besar (probable) diperoleh atau dikontrol oleh suatu entitas sebagai
hasil transaksi atau kejadian masa lalu.
Recognition and measurement untuk piutang itu dengan menaksir net realizable valuenya.
Caranya bisa memakai analisa umur piutang, dan lain sebagainya. Investments (subject to SFAS No.
115), surat berharga dibagi 3 (tiga), yaitu available for sale, trading, held to maturity. Available for
sale dan trading memakai fair value. Held to maturity pakai historical cost. Investments (subject to
APB Opinion No. 18). Apabila kepemilikan kurang dari 20% memakai cost method. 20-50% memakai
equity method. Lebih dari 50% memakai konsolidasi.
Kemudian liabilities dari FASB, SFAC No. 6 menyatakan kewajiban adalah potensi
pengorbanan manfaat-manfaat ekonomik di masa depan yang timbul dari kewajiban saat ini dari suatu
entitas tertentu untuk mentransfer aset atau menyediakan jasa kepada entitas-entitas lain sebagai akibat
dari transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian masa lalu. Karakteristik liabilities ada 3 (tiga), yaitu:
1. Kewajiban itu ada
2. Kewajiban itu tidak bisa untuk ditiadakan / Tidak bisa dihindari / Tidak boleh dihapus.
3. Kejadian yang menimbulkan kewajiban untuk perusahaan itu sudah terjadi.
Hutang itu tidak boleh dihapus oleh pemilik hutang. Berbeda dengan piutang, pemilik
piutang boleh menghapus piutang. Tapi kalau kewajiban itu tidak boleh dihapus kecuali kreditor
menyatakan sudah tidak akan menagih lagi. Ada 5 (lima) pengelompokan utang:
1. Contractual liabilities
2. Constructive obligation
3. Equitable obligation
4. Contingent liabilities
5. Deferred credits
Utang yang sesungguhnya hanya yang contractual. Yang constructive dan equitable lebih
karena nilai moral, tapi secara hukum tidak ada dasarnya. Contingent itu utang bersyarat, jadi utang
kalau syaratnya terjadi. Misalnya, ketika jual barang, lalu ada pembeli, ada jaminan atas kerusakan.
Kalau barangnya rusak, harus mengganti. Ini contingent liabilities dari sisi sebagai penjual. Akan jadi
liabilities kalau syaratnya dipenuhi yaitu barangnya rusak. Kalau barangnya tidak rusak, maka tidak
harus membayar ganti ruginya, berarti tidak ada liabilities. Misalnya perusahaan punya sengketa,
dituntut ke pengadilan dimintai ganti rugi. Harus dilaporkan di neraca sebagai contingent liabilities.
Kemudian kalau pengadilan menyatakan perusahaan kalah lalu harus membayar ganti rugi, barulah itu
contingent liabilities jadi utang. Deferred credit seharusnya menurut definisi itu bukan hutang, tapi
dalam praktik itu masuk di bagian liability.
Mengenai recognition and measurement of liabilities, ada enam hal akan dijelaskan, yaitu :
1. Notes payable with below market rates of interest
Jadi harusnya pengakuan utang itu harga pasar. Kalau entitas mengeluarkan utang wesel, utang
wesel itu berbunga, harusnya bunganya itu sesuai bunga pasar. Tapi kalau utang wesel itu bunganya
dibawah tingkat bunga pasar, hutang weselnya harus dikoreksi angkanya. Bisnis itu adalah arm
length transaction. Kalau entitas mengeluarkan surat utang, bunganya pakai bunga pasar. Kalau
bunganya dibawah pasar berarti sebetulnya utangnya itu tidak sebesar itu.
2. Bonds payable
Ada penghitungan agio dan disagio.
3. Convertible bonds
Convertible bonds ini utang sampai tanggal dikonversikan berubah menjadi saham. Sebelum
dikonversi itu utang.
4. Debt with stock warrants
Stock warrants, ada penjual obligasi, ada lembar disitu kalau beli obligasi entitas boleh beli saham
dengan harga tertentun. Berarti harga jual obligasi adalah harga jual obligasi dan harga jual
warrant. Harganya harus dialokasikan untuk keduanya.
5. Redeemable preferred stock and other hybrid security
Yang namanya stock tidak pernah jatuh tempo, yang jatuh tempo itu hutang. Kalau itu preferred
stock juga tidak boleh boleh jatuh tempo. Kalau disebut redeemable preferred stock (preferred
stock yang bisa dibeli kembali oleh perusahaan) itu bukan preferred stock, melainkan utang. Jadi
dalam praktik itu banyak kreativitas menciptakan transaksi. Kalau saham tidak boleh jatuh tempo,
kalau jatuh tempo artinya utang. Kalau ini namanya saham tapi bisa dilunasi, berarti ini cuma nama
sahamnya, tapi sebetulnya hutang. Berarti redeemable preferred stock harusnya masuk dibagian
liability.
6. Securitizations
Sekuritisasi sekarang ini adalah transaksi yang umum dilakukan. Entitas memiliki aset keuangan,
punya piutang, piutangnya baru akan dibayar 3 (tiga) tahun lagi. Entitas membutuhkan uang, yang
punya piutang baru mau bayarnya 3 (tiga) tahun lagi. Entitas menjual piutangnya. Jaman dulu
namanya factoring, jaman sekarang namanya sekuritisasi. Kalau entitas menjual piutang, lalu ada
yang beli, pembeli harus membayar ke entitas, tapi yang mau beli ini tidak punya uang. Lalu yang
mau beli ini menerbitkan obligasi dulu. Piutangnya dijadikan jaminan untuk obligasi itu. Jadi
obligasinya di secure oleh financial asset entitas, yaitu piutang, transaksi seperti ini namanya
sekuritisasi. Yang sudah banyak terjadi, bank-bank menjual tagihan kartu kreditnya ke multifinance.
Selanjutnya owners’ equity. Yang di dalamnya ada treasury stock dan stock dividend.
Mengenai treasury stock, contohnya entitas menjual saham ke bursa, boleh dibeli lagi. Entias menjual
1000, trus entitas membeli lagi 900, berarti laba 100. Tapi akuntansi tidak membolehkan transaksi
saham sendiri menerbitkan laba atau rugi. Jadi kalau entitas membeli sahamnya sendiri namanya
treasury stock. Selisihnya tadi mengurangi modal disetor atau menambah modal disetor, tergantung
selisihnya. Tidak boleh masuk ke dalam laporan laba rugi. Ini namanya capital transaction, bukan
revenue transaction. Kalau entitas membeli saham perusahaan lain, entitas menjual harganya naik,
entitas mendapat selisih laba, masuk ke laba rugi. Tapi kalau yang entitas beli itu sahamnya sendiri,
tidak ada dampaknya ke laba rugi, tapi masuk ke ekuitas.
Sedangkan stock dividend. Kalau entitas membagi stock dividen itu sebenarnya karena tidak
memiliki uang, kalau entitas mempunyai uang, biasanya memberi dividen tunai. Jadi kalau tidak cukup
likuiditasnya, maka diberi dividen tapi bukan uang, nanti kalau butuh uang bisa dijual sahamnya.
2. Biaya yang dihubungkan ke periode atas dasar lain selain dari hubungan langsung dengan revenue.
Misal pabriknya disebelah sana, kantornya disebelah sini. Gedung kantornya didepresiasi pakai
garis lurus berarti biaya dihubungkan dengan revenue berdasarkan periode waktu. Karena
depresiasinya pakai garis lurus, garis lurus itu dasarnya waktu, bukan berdasarkan penjualan. Jadi
kalau gedung itu didepresiasi 10 tahun berarti setiap tahun 10%. Tidak peduli ada revenue atau
tidak ada revenue, depresiasi gedung kantor tadi tetap dibebankan. Jadi kalau dimatchingkan pada
periode terjadinya biaya itu. Jadi biaya kategori akan dimatchingkan pada periode terjadinya biaya.
Revenue nol, COGS tidak ada, tapi depresiasi tetap ada, jadi nantinya akan terjadi kerugian di
laporan laba rugi.
3. Cost yang tidak dapat dihubungkan dengan salah satu periode untuk alasan praktis.
Misalnya pada tahun 2018, entitas mengiklankan secara besar-besaran produk yang dihasilkan.
Biaya iklan untuk tv, koran, billboard menghabiskan 1 M. Hasil iklannya tidak tahu kapan
dinikmati. Bisa cuma November, bisa November-Desember, bisa november-desember dan tahun
depan, bisa tahun depan saja november-desember tidak, entitas tidak dapat mengetahuinya. Berarti
biaya iklan tadi tidak dapat dihubungkan dengan salah satu periode. Akibatnya dibebankan
semuanya pada waktu terjadinya biaya itu. Bukan menunggu revenue, bukan menunggu periode,
tapi dibebankan semuanya november 2018 karena entitas mengeluarkannya pada bulan november
2015. Meskipun revenue nol, biaya iklan tetap ada.
Revenue nol yang tidak ada itu COGS, itu kelompok biaya nomor 1. Tapi kelompok biaya
nomor 2 dan nomor 3 itu ada. Jadi mempertemukan biaya dengan revenuenya pakai 3 (tiga) kategori
yang berbeda, yaitu :
1. Dipertemukan dalam periode diakuinya revenue, yaitu biaya-biaya yang punya hubungan langsung
dengan revenue.
2. Punya hubungan langsung dengan periode, tidak punya hubungan langsung dengan revenue, diakui
pada periodenya.
3. Yang tidak dapat dihubungkan dengan periode, diakui semuanya pada waktu terjadinya biaya itu.
Kemudian mengenai current operating versus all-inclusive income. Ini sebenarnya 2 (dua)
aliran, yang satu menyatakan bahwa sebenarnya laba itu hanya untuk yang operating dan yang terjadi
tahun yang bersangkutan. Kalau bukan operating jangan dimasukkan ke dalam perhitungan laba rugi.
Kalau terjadinya bukan tahun bersangkutan jangan diperhitungkan dalam perhitungan laba rugi. Kalau
begitu berarti memakai aliran current operating. Aliran yang kedua bilang, semua yang mempengaruhi
laba, tidak peduli operating atau nonoperating, tidak peduli terjadi tahun yang bersangkutan atau
tahun-tahun yang lain, semua harus diperhitungkan dalam perhitungan laba rugi. Kalau begitu
alirannya all-inclusive.
Di Amerika, AICPA memilih all-inclusive. AICPA itu yang punya CAP, APB, yang
berikutnya menjadi FASB. Lalu ada American Accounting Association (AAA), kompartemen akuntan
pendidik, kumpulan dosen yang tidak punya otoritas membuat standar akuntansi. Mereka lebih setuju
pada current operating. Alirannya ini cukup keras akibatnya dicari cara pemecahan lalu digabung
keduanya. Hitungan pertama adalah current operating, terus masukkan item-item berikutnya menjadi
all-inclusive. Jadi dua aliran tadi terwakili dalam satu laporan, current operatingnya ada, all
inclusivenya juga ada.
Dalam SFAC No. 5 ada earnings, comprehensive income, dan present net income. Present
net income itu praktik. Konsep earnings itu current operating income. Comprehensive income itu all-
inclusive. Jadi kalau begitu hitung dulu earnings, masukkan item-item lain jadilah comprehensive
income. Contohnya, translation adjustment of subsidiary yang menggunakan mata uang bukan dollar.
Jadi Kalau perusahaan di Amerika punya anak perusahaan di Indonesia, perusahaan di Amerika pakai
dollar, anak perusahaannya di Indonesia pakai rupiah. Rupiahnya nanti harus dijabarkan terlebih dahulu
menjadi dollar.
Pada saat dijabarkan menjadi dollar itu akan ada selisih. Selisihnya itu disebut translation
adjustment. Translation adjustment tidak boleh masuk laba rugi. Translation adjustment masuknya di
neraca bagian ekuitas. Tapi sebetulnya itu memenuhi syarat untuk masuk comprehensive income. Tidak
boleh menghitung earnings pakai itu, tapi bisa untuk menghitung comprehensive income. Kalau pakai
dasar jaman dulu, yang namanya current operating itu sebetulnya laba yang menunjukkan kinerja
manajemen. All inclusive itu adalah laba yang merupakan kinerja perusahaan. Manajemen hanya
dituntut untuk hal-hal yang bisa dia kendalikan saja yaitu current dan operating. Current operating itu
maksudnya hal-hal yang bisa dikendalikan oleh manajemen. All inclusive yang membawa dampak ke
perusahaan, bisa dikendalikan atau tidak dikendalikan oleh manajemen tapi berdampak ke perusahaan,
laporkan di all-inclusive yang sekarang namanya comprehensive income.
Berkaitan dengan nonoperating section itu maksudnya bagian non operasi. Bagian non
operasi terdiri dari :
1. Extraordinary
2. Accounting principle changes
3. Discontinued operation
4. Prior period adjustment –> dilaporkan di dalam retained earnings
Jadi nonoperating sectionnya itu extraordinary, perubahan prinsip akuntansi, dan discontinued
operation. Prior period adjustment tidak masuk disini, tapi masuk ke retained earnings statement.
Extraordinary ada 2 (dua) kriterianya, yaitu : Unusual nature dan Infrequency of
occurence. Ini dua-duanya harus terpenuhi. Unusual nature dan infrequency of occurrence contohnya
adalah bencana alam. Bencana alam itu unusual, itu bukan usaha perusahaan. Infrequency of
occurrence, tidak bisa diharapkan terjadi dalam waktu pendek, tidak rutin terjadinya. Kalau begitu
memenuhi syarat disebut extraordinary. Dilaporkan di bagian non operasi. Tapi kalau perusahaan
punya pabrik, tempat pabriknya itu rendah dan tiap tahun kebanjiran, berarti unusual naturenya
terpenuhi, tapi infrequencynya tidak terpenuhi. Kalau begitu itu bukan extraordinary melainkan
ordinary. Harus dilaporkan dibagian operasi. Jadi kalau mau dimasukkan di bagian non operasi sebagai
extraordinary, dua syarat, yaitu unusual nature dan infrequency of occurence harus terpenuhi.
Kemudian mengenai accounting changes itu ada 3 (tiga), yaitu :
1. Perubahan prinsip akuntansi
Metode akuntansi dari A berubah ke B yang dua-duanya metode yang berlaku, selisihnya
dimasukkan di nonoperating.
3. Any type of reclassification of working capital accounts between current and noncurrent categories
Kalau ada perubahan modal kerja, dipindahkan dari current menjadi non current. Piutang misalnya,
piutangnya ini tidak dibayar, berarti ini menjadi non current, dikeluarkan dari itu. Berarti modal
kerjanya berubah tanpa ada perubahan kas. Itu masalahnya. Harusnya kalau modal kerja turun,
kasnya nambah. Depresiasi tadi harusnya juga ada, kalau inventorynya bertambah berarti ada kas
yang turun atau yang lain, tapi ini tidak ada. Ini yang menyebabkan terjadinya non artikulasi.
Kalau manajemen sekarang diberi laporan arus kas operasi, investasi, dan pendanaan.
Manajemen mempunyai saldo akhir kas 1 M. 1 M ini bisa digunakan untuk apa? Apakah saldo akhir
untuk cash flow itu bisa digunakan untuk keputusan apapun. Ternyata tidak. Manajemen mungkin
punya kas, tapi kasnya mungkin sudah ada tujuan penggunaannya. Yang kas betul-betul free cash itu
harus dihitung lagi. Jadi, statement of cash flow yang dihasilkan dari proses penyusunan laporan, untuk
pengambilan keputusan masih harus dianalisis lebih lanjut. Dan analisisnya itu datanya tidak tersedia di
laporan keuangan. Ini yang jadi masalah. Akibatnya, seringkali orang tidak menganalisis lebih lanjut
karena harus mencari data tambahan. Kalau datanya ada di laporan keuangan itu mudah. Misalnya,
cash flow operasi manajemen itu dibandingkan dengan total cash flow, kalau cash flow operasi
manajemen negatif, lebih banyak pengeluaran operasional dari pada penerimaan operasional, berarti
kebutuhan cash flow manajemen akan dipenuhi dari investasi dan pendanaan. Ini tidak sehat. Tidak bisa
dilakukan terus menerus. Perusahaan yang sehat yaitu cash flow operasinya harus positif. Kalau terlalu
besar sementara bisa diinvestasikan. Kalau masih berlebih, bisa dipakai untuk pendanaan. Lunasi saja
obligasinya, sudah tidak butuh obligasinya. Utangnya dilunasi, dari cash flow operasi. Tapi kalo cash
flow operasinya negatif, bayar utang, bayar gaji, bayar biaya tidak cukup dari penerimaan operasional.
Ini tidak bisa, manajemen harus mencukupi itu. Pegawai harus digaji, listrik harus dibayar, bahan harus
dibeli, utang harus dilunasi, tidak bisa ditunda. Caranya, manajemen lihat investasi apa yang tidak
terpakai, mungkin waktu kelebihan uang kita beli saham, sekarang sahamnya dijual untuk menutup
kekurangan cash flow operasi. Kalau manajemen tidak punya investasi yang bisa manajemen pakai,
manajemen harus memakai pendanaan.
Pendanaan ada 2 (dua), dari kredit atau dari pemilik. Jadi bisa utang jangka panjang, bisa
juga tambahan ekuitas. Tidak bisa menerbitkan saham setiap tahun, tidak bisa dipercaya sahamnya.
Manajemen harus mengevaluasi kinerja perusahaannya sebelum membeli saham, kalau bagus baru
dibeli. Kinerja dilihat dari mana ? Accrual dilihat dari laba rugi, cash basis dari cash flow operasi.
Labanya positif atau tidak, cash flow operasinya positif atau tidak. Jika semuanya bagus berarti ada
harapan masa depannya tidak bangkrut, bisa dibeli sahamnya. Kalau cash flow operasinya negatif, lalu
manajemen menerbitkan saham, mungkin di tahun pertama manajemen bisa janji, tahun ini memang
negatif harapannya tahun depan bisa positif. Kalau tahun depan negatif lagi lalu menerbitkan saham
lagi berarti janjinya tidak terpenuhi.
Tidak bisa ditutupi terus-menerus. Jadi akibatnya utang tidak bisa dibayar, menerbitkan
saham tidak bisa, berarti harus menjual asset. Itu investasinya, sampai habis. Sampai declare
kebangkrutan. Jadi arus kas saja itu masih perlu analisis lebih lanjut, supaya manajemen tahu bisa apa.
Rumus yang dipakai adalah :
FCF = NOPLAT – investment in operating invested capital
FCF = Free Cash Flow
NOPLAT = Net Operating Profit Less Adjusted Taxes
Profit itu accrual basis, kenapa dipakai? Angka yang dihitung itu nanti di dalamnya masih
ada accrualnya. Kalau mau betul-betul tanpa accrual, NOPLATnya diganti. NOP (Net Operating
Profit) sama dengan cash flow operasi. Bedanya accrual. Jadi kalau mau lebih pasti, rumusnya
dikeluarkan saja cash flow operasi less adjusted taxed. Terus dikurangi dengan investment in operating
invested capital, investasi dalam aktiva tetap yang digunakan untuk operasi.
Berarti ini cash flow investasi untuk operating asset. Kalau manajemen beli saham
perusahaan lain itu non operating, itu karena kelebihan uang. Daripada uangnya disimpan di rekening
giro, jasa gironya kecil, manajemen beli obligasi atau beli saham nanti kalau butuh manajemen jual, itu
non operating asset. Operating asset itu inventory, mesin, dan apapun yang dipakai untuk kegiatan
operasi. Jadi, cash flow investasi untuk operating asset.
Asset itu ada aset operasional dan aset non operasional. Kalau perusahaan berencana mau
ekspansi 10 tahun lagi, dari pada nanti belinya mahal, perusahaan beli tanahnya sekarang untuk
perluasan pabrik perusahaan. Tapi tanahnya dibiarin saja gitu, tanahnya tidak dipakai untuk operasional
perusahaan. Kalau begitu itu investasi tapi aset yang dibeli adalah non operating. Tidak boleh
dikurangkan disitu, yang dikurangkan yang operating. Salahkah keputusan membeli tanah yang belum
mau dipakai ? Bisa tidak salah, daripada tanahnya dibeli orang lain, terus tidak punya tanah di sebelah
pabrik, nanti kalau mau perluasan harus di tempat lain, bisa jadi ribet, makanya dibeli sekarang, tapi
belum bisa dipakai karena belum mampu ekspansi.
Kalau mau menghitung free cash flow, yang seperti ini tidak boleh dimasukkan. Investasi
dalam operating asset saja. Jadi kalau diganti NOPLATnya, supaya lebih logis diganti cash flow
operasi. Perusahaan punya cash flow operasi yang free itu berapa? Rencana investasinya perusahaan
keluarkan, tapi rencana investasi hanya untuk yang operating asset. Yang nonoperating asset itu bukan
rencana, hanya dilakukan kalau kelebihan uang. Perushaann beli saham itu kalau kelebihan uang. Tidak
perlu direncanakan karena kegiatan operasional perusahaan untuk jual beli saham.
Jadi logika cash flow itu yang paling gampangya, yaitu kenali operasi perusahaan itu
kegiatannya apa, berproduksi, dan menjual. Untuk bisa berproduksi dan menjual, perusahaan harus
membayar apa dan bisa menerima uang dari apa. Itu saja logika operasional. Yang disebut investasi itu
aset. Perusahaan beli, berarti pengeluaran uang untuk investasi. Perusahaan jual, berarti penerimaan
uang dari investasi. Financing itu memodali perusahaan. Ada modal sendiri, ada modal asing. Modal
sendiri itu ekuitas saham. Modal asing itu hutang, dari kreditur. Yang paling umum kalau di pasar
modal itu obligasi. Kalau tidak ke pasar modal bisa ke bank, ambil kredit jangka panjang. Untuk
membuat cash flow, kenali saja ketiga jenis kegiatan tersebut.
c. Deprival Value
Nilai deprival merupakan pengukuran nilai saat ini atau nilai wajar. Penggunaan nilai deprival
dapat menciptakan masalah yang berkaitan dengan verifiability.
b. Level 2 prices
Harga untuk aset dan liabilitas yang serupa di dalam pasar aktif. Karena pasar aset adalah untuk
aset serupa bukan identik, mereka di bawah level 1. Namun, mereka bisa untuk identik serta sejenis
aset atau kewajiban di pasar yang relatif tidak aktif.
c. Level 3 input
Situasi dimana terdapat aktivitas kecil pasar. Oleh karena itu masukan ini disebut masukan tidak
teramati. Informasi dari input teramati didasarkan pada informasi terbaik yang tersedia, dan mereka
melibatkan asumsi bahwa perusahaan membuat menjadi relatif terhadap harga pasar. Sehingga, isu
komparabilitas dan veribialitas menjadi relatif sangan penting untuk level 3 input.
Disclosure untuk interim dan pengungkapan akhir tahun dibuat berdasarkan SFAS No. 157.
Hal ini khususnya dalam kasus pengukuran menggunakan unobservable input (level 3). Pengukuran
fair value di dalam tanggal pelaporan ditambah breakout dari rincian yang berkaitan dengan
penggunaan dari tiga level harus ditampilkan. Untuk pengukuran level 3, saldo awal, saldo akhir, dan
komposisi perubahan harus ditunjukkan. Selain itu, keuntungan dan kerugian di level 3 pengukuran
harus ditunjukkan, termasuk di mana jumlah tersebut menghilang. Ini adalah pengungkapan utama.
SFAS No. 157 adalah standar yang memiliki pengaruh besar, terbukti bahwa 24 standar
FASB dan 3 opini APB dipengaruhi oleh standar ini. Kritik terhadap standar ini akan dipecah menjadi
2 (dua) bagian, yaitu :
a. Omissions
Untuk aktiva tetap, penyusutan kemungkinan besar akan sama dengan penurunan nilai aset antara
dua titik dalam satu waktu. Ini juga meninggalkan kemungkinan bahwa aset tetap dapat berharga
jika nilai pasar secara keseluruhan meningkat lebih dari penurunan karena penggunaan. SFAF No.
157 menunjukkan beberapa perubahan SFAS No. 144 atas penurunan nilai aset jangka panjang.
Bahkan jika proporsi moneter dan riil tidak terealisasi, holding gains memberikan hal yang sangat
baik untuk menjalankan jumlah yang belum direalisasi melalui pendapatan komprehensif lain dan
kemudian membawa bagian yang direalisasikan menjadi pendapatan.
b. Theoretical issues
Sebagian konsepsi nilai realisasi bersih atau net exit value memperhitungkan biaya transaksi
rekening, akan tetapi di dalam SFAS No. 157 tidak mendefinisikan nilai wajar. Oleh karena itu
menjadi sulit untuk menafsirkan makna exit value seagai nilai wajar jika biaya transaksi (kecuali
biaya transportasi) tidak dikurangi.
Dalam ringkasan SFAS No. 157 menyatakan bahwa nilai wajar adalah berdasarkan pengukuran
pasar bukan berdasarkan pengukuran entitas tertentu. Dalam persaingan sempurna, dapat dikatakan
bahwa hasil interaksi antara harga pembeli (pengguna) dan penjual (penyedia) adalah ditentukan
oleh pasar. Dalam kasus monopoli, penjual mengatur harga dan menerima kuantitas yang diminta.
Dalam pasar yang kurang sempurna, harga dapat ditentukan pasar, namun penjual mempunyai
pengaruh lebih atas hal tersebut.
Teknik penilaian atau pendekatan yang tercantum dalam SFAS No. 157 (pendekatan pasar,
pendekatan pendapatan, dan pendekatan biaya) menyediakan array yang luas dari teknik biaya
secara keseluruhan untuk menentukan nilai wajar. Sementara dua yang pertama didasarkan pada
exit market, pendekatan biaya secara jelas adalah entry value.
Pemeliharaan modal merupakan jumlah yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham
sebagai dividen. Pengumuman dividen maksimum dinyatakan dengan pendekatan yang dihasilkan
selama periode tersebut. masalah lain muncul dari tidak dikuranginya biaya transaksi dari nilai
wajar penentuan nilai aset perusahaan. Akhirnya pertanyaan atas reabilitas penentuan nilai wajar
menggunakan pengukuran level 3 merupakan pertimbangan lain.
Jika pengukuran tidak dapat diandalkan (diverifikasi), dapat dipertanyakan apakah tingkat
komparabilitas yang tinggi dapat dihasilkan. Tingkat pengukuran level 3 menggunakan input
tertentu yang tidak teramati untuk mengangkat masalah ini. Masalah lain yang potensial muncul di
mana beberapa perusahaan menggunakan pasar dengan nilai wajar lebih tinggi dari pada yang
ditentukan untuk pasar principal.
Standar menyatakan bahwa seringkali initial cost atau harga transaksi adalah sama dengan exit
value di pengakuan awal. Hal ini benar untuk instrumen keuangan tapi tidak untuk aset tetap dan
operating aset lainnya. Pengukuran nilai wajar yang seharusnya terjadi di pasar utama untuk aset
atau kewajiban, atau jika tidak ada pasar utama, bisa memilih di pasar yang paling menguntungkan
untuk aset atau kewajiban.
Nonmonetary items
1. Monetary holding gains and losses: perbedaan antara general price level adjusted dan historical
cost
2. Real holding gains and losses: perbedaan antara jumlah general price level adjusted dan current
value (fair value)