Anda di halaman 1dari 9

Pendekatan Akuntansi Klasik

Teori akuntansi klasik melakukan pendekatan masalah dari sudut pandang normatif.
Pendekatan klasik berfokus pada menyimpulkan metode akuntansi yang benar dari
serangkaian konsep, prinsip, dan tujuan yang ditetapkan. implisit dalam pendekatan ini
adalah pandangan bahwa pengguna laporan keuangan menerima (dan bereaksi terhadap)
pernyataan-pernyataan tersebut pada nilai nominal; dengan demikian, sangat penting untuk
memastikan bahwa pernyataan mencerminkan status keuangan perusahaan yang sebenarnya.

Teori Efisiensi Pasar (Market Efficiency Theory)

Teori efisiensi pasar adalah teori yang membahas tentang harga atau nilai sekuritas yang
mencerminkan secara penuh semua informasi yang tersedia pada informasi tersebut (Hanafi,
2004). Ada beberapa pengertian tentang teori efisiensi pasar.

a. Berdasarkan nilai intrinsik sekuritas. Teori ini menjelaskan bahwa pasar dikatakan
efisien jika harga atau nilai sekuritas yang ada pada pasar mencerminkan informasi
mengenai seberapa jauh harga sekuritas menyimpang dari nilai instrinsiknya.
b. Berdasarkan akurasi dari ekspektasi harga. Teori ini menjelaskan bahwa pasar
dikatakan efisien jika harga atau nilai sekuritas yang ada pada pasar mencerminkan
secara penuh dari ketersediaan informasi yang tersedia.
c. Berdasarkan distribusi informasi. Teori ini menjelaskan bahwa pasar dikatakan efisien
jika harga atau nilai sekuritas diperoleh setelah setiap orang memiliki informasi dan
dianggap mendapatkan informasi yang sama.
d. Berdasarkan proses dinamik. Teori ini menjelaskan bahwa pasar dikatakan efisien jika
harga atau nilai sekuritas yang tecantum dalam pasar secara cepat dan penuh
mencerminkan semua informasi yang tersedia.

Jadi dalam konsep efisiensi pasar ini membahas tentang hubungan antara harga atau nilai
sekuritas dengan informasi, bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi-informasi tersebut
serta sejauh mana informasi tersebut dapat mempengaruhi pergerakan harga yang baru.

Fama (1970) dalam Hartono (2013:548) membagi efisiensi pasar kedalam tiga bentuk utama
yaitu :

1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)


Pasar dikatakan efisien dalam bentuk yang lemah adalah apabila harga-harga dari
saham atau sekuritas mencerminkan secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu.
Informasi dikatakan masa lalu jika informasi tersebut sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar
secara lemah ini sangat berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang
menyatakan bahwa data masa lalu tidak dapat dihubungkan dengan nilai yang sekarang.
Dengan begini nilai-nilai di masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga
sekarang.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dapat dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas saham secara
penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available
information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dapat dikatakan efisien dalam bentuk yang kuat apabila harga-harga sekuritas
saham secara penuh mencerminkan seluruh informasi yang tersedia termasuk informasi
yang sangat rahasia sekalipun. Jika pasar efisien dalam bentuk ini memang ada, maka
individual investor atau grup dari investor yang mendapatkan keuntungan yang tidak
normal (abnormal return).
Ketiga bentuk pasar efisien tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain berupa tingkat
kumulatif. Hubungannya yaitu bahwa pasar efisien bentuk kuat berarti mencakup juga pasar
efisien bentuk semi kuat, dan pasar efisien bentuk semi kuat mencakup juga pasar efisien
bentuk lemah. Namun tidak berlaku sebaliknya, pasar efisien bentuk lemah tidak harus berarti
pasar efisien bentuk semi kuat. Hal ini dapat digambarkan dengan diagram berikut.
Teori portofolio modern
Teori portofolio modern (MPT) adalah teori investasi yang mencoba untuk
memaksimalkan portofolio yang diharapkan kembali dengan jumlah tertentu risiko
portofolio, atau ekuivalen meminimalkan risiko untuk mencari tingkat pengembalian yang
diharapkan, dengan hati-hati memilih berbagai proporsi aset. Meskipun MPT banyak
digunakan dalam praktek dalam industri keuangan dan beberapa pencipta yang
memenangkan hadiah Nobel peringatan untuk teori, dalam beberapa tahun terakhir asumsi
dasar MPT telah banyak ditantang oleh bidang-bidang seperti perilaku ekonomi .
MPT adalah formulasi matematika dari konsep diversifikasi dalam berinvestasi,
dengan tujuan memilih koleksi aset investasi yang telah menurunkan resiko aset kolektif
daripada individu. Bahwa ini mungkin dapat dilihat secara intuitif karena berbagai jenis aset
sering perubahan nilai dengan cara yang berlawanan. Sebagai contoh, karena harga di pasar
saham cenderung bergerak secara independen dari harga di pasar ikatan , koleksi kedua jenis
aset sehingga dapat memiliki risiko secara keseluruhan lebih rendah dibandingkan secara
individu. Tetapi diversifikasi menurunkan resiko bahkan jika kembali aset tidak berkorelasi
negatif-sungguh, bahkan jika mereka berkorelasi positif.
Lebih teknis, model MPT aset kita kembali sebagai sebuah terdistribusi secara normal
fungsi (atau lebih umum sebagai eliptik didistribusikan variabel acak ), mendefinisikan risiko
sebagai standar deviasi return, dan model portofolio sebagai kombinasi tertimbang aktiva,
supaya kembalinya portofolio adalah kombinasi tertimbang mengembalikan aset. Dengan
menggabungkan aset pengembalian yang berbeda yang tidak sempurna positif berkorelasi,
MPT berupaya mengurangi jumlah varians dari return portofolio. MPT juga mengasumsikan
bahwa investor rasional dan pasar yang efisien .
MPT yang dikembangkan pada tahun 1950 sampai awal 1970 an dan dianggap
sebagai kemajuan penting dalam pemodelan matematika keuangan. Sejak itu, praktis banyak
teoritis dan kritik telah dilontarkan terhadap itu. Ini termasuk fakta bahwa pengembalian
keuangan tidak mengikuti distribusi Gaussian atau bahkan setiap distribusi simetris, dan yang
korelasi antara kelas aktiva tidak tetap tetapi dapat bervariasi tergantung pada peristiwa
eksternal (terutama dalam krisis). Lebih lanjut, ada bukti bahwa investor tidak rasional dan
pasar tidak efisien.
Konsep
Konsep dasar di balik MPT adalah bahwa aset dalam investasi portofolio tidak boleh
dipilih secara individual, masing-masing pada kemampuannya sendiri. Sebaliknya, penting
untuk mempertimbangkan bagaimana perubahan setiap aset harga relatif bagi semua aset
lainnya dalam portofolio perubahan harga.
Investasi adalah tradeoff antara resiko dan diharapkan kembali. Secara umum, aset
dengan pengembalian yang diharapkan lebih tinggi lebih berisiko. Dengan jumlah tertentu
risiko, MPT menjelaskan bagaimana untuk memilih portofolio dengan return tertinggi yang
diharapkan mungkin. Atau, untuk hasil yang diharapkan diberikan, MPT menjelaskan
bagaimana untuk memilih portofolio dengan kemungkinan resiko terendah (tingkat
pengembalian yang diharapkan yang ditargetkan tidak dapat lebih dari kembali tersedia
keamanan tertinggi, tentu saja, kecuali kepemilikan negatif aset yang mungkin.)
MPT Oleh karena itu, suatu bentuk diversifikasi. Dalam tertentu asumsi dan untuk
spesifik kuantitatif definisi risiko dan pengembalian, MPT menjelaskan bagaimana
menemukan strategi diversifikasi terbaik.

Risiko dan hasil yang diharapkan


MPT mengasumsikan bahwa investor adalah penentang resiko, yang berarti bahwa
dua diberikan portofolio yang menawarkan pengembalian yang diharapkan sama, investor
akan lebih suka kurang berisiko satu. Dengan demikian, investor akan mengambil risiko
meningkat hanya jika dikompensasi dengan pengembalian yang diharapkan lebih tinggi.
Sebaliknya, seorang investor yang mau pengembalian yang diharapkan lebih tinggi harus
menerima risiko yang lebih. Trade-off yang tepat akan sama untuk semua investor, tetapi
investor yang berbeda akan menilai trade-off berbeda berdasarkan karakteristik keengganan
risiko individu. Implikasinya adalah bahwa rasional investor tidak akan berinvestasi dalam
portofolio jika kedua portofolio yang ada dengan lebih baik diharapkan kembali profil-risiko
misalnya, jika untuk tingkat risiko sebuah portofolio ada alternatif yang lebih baik diharapkan
kembali.
Perhatikan bahwa teori menggunakan deviasi standar dari return sebagai proxy untuk
risiko, yang berlaku jika tingkat pengembalian aktiva bersama terdistribusi normal atau
sebaliknya eliptik didistribusikan. Ada masalah dengan ini, bagaimanapun, lihat kritik .
Dengan model ini:
 kembali Portofolio adalah kombinasi proporsi-tertimbang konstituen aset
mengembalikan.
 Portofolio volatilitas adalah fungsi dari korelasi ρ ij aset komponen, untuk semua
pasangan aset (i, j).
Secara umum:
 Hasil yang diharapkan:

dimana p R adalah tingkat pengembalian portofolio, R i adalah pengembalian


aset i dan w i adalah bobot i aset komponen (yaitu, pangsa i aset dalam
portofolio).
 Variance return:

di mana ρ i j adalah koefisien korelasi antara pengembalian aset dan j i. Atau


ekspresi dapat ditulis sebagai:

,
di mana ρ i j = 1 untuk i = j.
 Return volatilitas (deviasi standar):

Untuk portofolio aset dua:


 Portofolio kembali:

 Portofolio varians:
Untuk aset tiga portofolio:

 Portofolio kembali:
 Portofolio varians:

Teori Akuntansi Positif


Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori
normatif (Watt & Zimmerman, 1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran untuk
menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak
mmberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran
pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt & Zimmerman, 1986):
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena
didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya
secara empiris
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual
daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya
ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini menginat bahwa dalam sistem
perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat
menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara
efisien.
Untuk mengurangi kesenajngan dalam penedekatan normatif, Watt & Zimmerman
mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian empiric dan
menjstifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari
model baru untuk pengembangan teori akuntansi di kemudian hari. Apabila teori nomrtif
menunjukkan cara terbaik untuk melakukan sesuatu berdasar premis, norma atau sandar, teori
positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan mengujinya secara
empiric. Penjelasan atau prediksi dilakukan menurut kesesuainnya dengan observasi dengan
dunia nyata.
Aliran positif merupakan perspektif yang dikenal luas oleh kalangan akademisi saat ini.
Aliran ini pertama kali diperkenalkan di Univesitas Chicago, kemudian meluas ke beberapa
Universitas lainnya di Amerika Serikat seperti Rochester, Barkley, Stanford, UCLA, NY
(Rasyid, 1997). Teori akuntansi posiyif mempunyai suatu kepercayaan bahwa realita sosial
yang berada secara independen dari manusia yang memiliki sifat atau esensi tersendiri. Hal
ini mengakibtkan fenomena empiris terpisah dari penelitian. Dengan demikian validitas
ilmiah dari dunia empiris diuji melalui observasi. Di dalam filsafat ilmu pengujan empiris ini
dinayatakan dalam 2 cara (Chua, 1986 dalam Imam,2000) yaitu:
1. Dalam pandangan aliran positivis ada teori dan seperangkat pernyataan hasil observasi
independen yang digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi kebenaran teori
2. Dalam pandangan Popperian karena penyataan hasil observasi merupakan teori
dependent dan fallible, maka teori-teori ilmiah tidak dapat dibuktikan kebenarnayya,
tetapi memungkinkan untuk ditolak (falsified)
Meskipun ada 2 cara untuk pengujian empiris para peneliti tetap sepakat bahwa metode
hypotetico-deductive menjadi pilihannya. Suatu penjelasan dikatakan ilmiah apabila (1) harus
memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip umum atau hukum, 2) harus ada pra kondisi yang
biasanya diwujudkan dalam bentuk pernyataan hasil observasi dan 3) harus ada satu
pernyataan yang menggambarkan sesuatu yang dijelaskan (Imam G, 2000).
Teori akuntansi positif menurut Scott (200) berusaha untuk membuat prediksi yang baik
sesuai dengan kejadian yang nyata. Lebih lanjut Godfey et.al (1997) menyatakan bahwa teori
akuntansi positif berusaha menjawab antara lain pertanyaan berikut dari sudut pandang
ekonomi:
1. Apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh dalam
pemilihan metode akuntansi alternatif?
2. Apakah biaya yang diperoleh sebanding dengan manfaat yang diperoleh dalam
regulasi dan proses penentuan standar akuntansi?
3. Apa dampak laporan keuangan yang dipublikasikan pada harga saham?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas dimebangkan teori akuntansi positif yang
dapat dikelompokkan menjadi dua tahapm, yaitu:
1. Penelitian akuntansi dan perilaku pasar modal. Dalam tahap ini tidak dijelaskan
tentang praktek akuntansi, tetapi dilakukan penelitian terhadap hubungan
pengumuman laba dengan reaksi harga saham. Untuk melakukan penelitian dalam
tahap ini digunakan Hipotesis Pasar Efisien (Efficiency Market Hypothesis)
(Scott,2000). Pasar modal efisien adalah pasar modal dimana harga-harga surat
berharga yang diperdagangkan setiap waktu secara wajar dan merefleksikan semua
informasi yang diketahui punlik berkaitan dengan surat berharga dan Capital Asset
Pricing Model (CAPM)
2. Penelitian dalam tahap kedua dilakukan untuk menjelaskan dan meprediksi praktek
akuntansi antar perusahaan yang difokuskan pada alasan oportunistik dalam hal
perusahaan memilih metode akuntansi tertentu, atau ada alasan efisiensi yaitu meyode
akuntansi dipilih untuk mengurangi biaya kontrak antar perusahaan dengan
stakeholder-nya. Alasan pertama yaitu perspektif oportunistik disebut ex-post yaitu
pemilihan metode akuntansi dilakukan sesudah diketahui faktanya. Alasan kedua
yaitu perspektif efisiensi disebut ex ante karena pemilihan metode akuntansi sebelum
faktanya diketahui. Penelitian di bidang ini menggunakan agency theory yang
membahas tentang paradigma pengendalian (control).
Aliran positif beranggapan bahwa antara kekuasaan dan politik sebagai sesuatu yang tetap
dalam sistem sosial dalam organisasi terdiri dari fenomena empiris konkrit dan bebas nilai
(tidak tergantung) pada manajer dan karyawan yang bekerja di dalamnya (Machintosh, 1994
dalam Nur Indriantoro, 1999). Kemudian, Positivist menganggap dirinya sebagai pengamat
yang netral, obyektif dan bebas nilai dari fenomena akuntansi yang diamati (Nur Indriantoro,
1999). Teori akuntansi positif juga dibangun berdasarkan asumsi-asumsi tentang the nature
of human society. Diasumsikan bahwa manusia selalu menentukan tujuan terlbih dahulu
sebelum memilih untuk melakukan suatu aksi. Dalam hal ini manusia memiliki “a single
superordinate goal” yaitu “utility maximization”, asumsi ini muncul dalam teori agensi
akuntansi. Menurut teori ini, seorang agen (manajer) akan selalu menyukai untuk bekerja
sedikit dari pada banyak, sementara pemilik (principal) berharap memaksimumkan
pengembalian investasinya.
Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan
akuntansi menurut Watzz Zimmerman (!986):
1. Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan
spesifik
2. Memberikan kerangkan yang jelas dalam memahami akuntansi
3. Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi
4. Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam
memprediksi pilihan akuntansi
5. Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi serta
penjelasan terhadap fenomena.

Hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dirumuskan oleh Watt dan Zimmerman (1986)
dalam bentuk “oportunistik” yang sering diintepretasikan, yaitu:
1. Hipotesis rencana bonus (Plan Bonus Hypothesis), dalam ceteris paribus para
manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk memilih
prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode
mendatang ke periode sekarang atau dikenal dengan income smoothing.
dengan hipotesis tersebut apabila manajer dalam sistem penggajiannya sangat
tegantung pada bonus akan cenderung untuk memilih akuntansi yang dapat
memaksimalkan gajinya, misalnya dengan metode accrual.
2. Hipotesis perjanjian hutang (Debt Convenat Hypothesis), dalam ceteris paribus
manajer perusahaan yang mempunyai ratio leverage (debt/equity) yang besar akan
lebih suka memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantukan laporan earning
untuk periode mendatang ke periode sekarang.
Dengan memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan pengakuan laba untuk
peiode mendatang ke periode sekarang maka perusahaan akan mempunyai leverage
ratio yang kecil, sehingga menurunkan kemungkinan default technic. Seperti
diketahui bahwa banyak perjanjian hutang mensyaratkan peminajm untuk mematuhi
atau mempertahankan rasio hutang atas modal, modal kerja, ekuitas pemegang saham,
dll.,selama masa perjanjian, jika perjanjian tersebut dilanggar perjanjian hutang
mungkin memberikan penalti, seperti kendala dalam dividen atau pinjaman tambahan.
3. Hipotesis biaya proses politik (Politic Process Hypothesis), dalam ceteris paribus
semakin besar biaya politik perusahaan, semakin mungkin manajer perusahaan untuk
memilih prosedur akuntansi yang menagguhkan laporan earning periode sekarang ke
periode mendatang.
Hipotesis ini berdasarkan asumsi bahwa perusahaan yang biaya politiknya besar lebih
sensitive dalam hubungannya untuk mentransfer kemakmuran yang mungkin lebih
besar dibandingkan dengan perusahaan yang biaya politiknya kecil dengan kata lain
perusahaan besar cenderung lebih suka menurunkan atau mengurangi laba yang
dialporkan dibandingkan perusahaan kecil.
Tiga hipotesis tersebut menunjukkan bahwa akuntansi teori positif mengakui adanya 3
hubungan keagenan (1) antara manajemen dengan pemilik, (2) antara manajemen dengan
kreditur, (3) antara manajemen dengan pemerintah (Anies dan Imam, 2003). Masalah agency
muncul disebabkan karena adanya asimetri informasi antara agent dan principal, di mana
agent lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan principal, sehingga menyebabkan
adanya moral hazard (Ahmad R B, 2000).

Anda mungkin juga menyukai