Anda di halaman 1dari 4

CAKRA

A31115027

Chapter 4: A CONCEPTUAL FRAMEWORK

LO – 1

LO – 2 :

Theory in action 4.1

Accounting for Carbon

by Georgina Dellaportas, ICAA

Question

1. What would be the likely impact of the “mismatch” arising under IFRIC 3?
Answer:
Dalam artikel telah diperkenalkan model Cap and Trade, yang biasa digunkan dalam skema
pengurangan emisi, artinya ada pengalokasian izin emisi atau tunjangan yang mewakili diizinkannya
jumlah emisi karbon, namun entitas yang ,melebihi batas emisi yang diperbolehkan maka entitas
tersebut harus memperoleh izin dari pasar atau membayar denda. Kemudian muncul IASB yang
menerbitkan IFRC 3 Emission Rights pada bulan Desembar 2004, untuk mengatasi perhitungan izin
emisi yang timbul dari skema tersebut. Tapi, hal itu mendapat perlawanan yang signifikan dengan
dasar bahwa mengakibatkan ketidakcocokan akuntansi antara pengukuran asset dan kewajiban. Jadi,
IASB mencabut interpretasi itu pada bulan Juni 2005. Manajemen dituntut menggunakan penilaian
untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan akuntansi yang relevan dan dapat diandalkan.
Dengan demikian, manajemen harus mempertimbangkan dampak penerapan perlakuan akuntansi
alternatif terhadap keuntungan dan kerugian dan posisi keuangan entitas. Penerapan IFRIC 3
bertemu dengan resistensi yang signifikan atas dasar bahwa hal itu menghasilkan sejumlah
ketidakcocokan akuntansi:
 Ketidakcocokan antara aset dan kewajiban diakui: dimana model biaya diterapkan untuk
menilai aset, maka kewajiban tersebut akan diukur pada nilai kini, sedangkan aset tidak.
 Ketidakcocokan di lokasi di mana keuntungan atau kerugian dari aset dan kewajiban tersebut
dilaporkan: dimana model nilai wajar diterapkan untuk menilai aset, perubahan nilai akan diakui
dalam ekuitas, sedangkan perubahan nilai kewajiban akan diakui dalam laporan laba rugi.
 Ketidakcocokan waktu: dimana izin akan diakui pada saat diperoleh, biasanya pada awal tahun,
sedangkan kewajiban emisi akan diakui sepanjang tahun karena terjadi.
Dampaknya, hanya segelintir perusahaan yang patuh pada skema semacam itu yang menerapkan
IFRIC 3. Maka dari itu, serangkaian pendekatan telah berkembang dalam praktik, yang dapat
dikelompokkan secara luas ke dalam pendekatan kewajiban bersih atau pemerintah pendekatan hibah
di Eropa, terdapat kecenderungan kuat menuju pendekatan kewajiban bersih.
2. To what extent is “matching” a principle proposed by the IASB Framework ?
Answer :
Permasalahan terdapat pada bagaimana perlakuan akuntansinya, di mana metode penilaian dan
pencatatan hak emisi karbon dari pemerintah kemudian diperdagangkan dan jika terdapat selisih
dengan pemakaian sesungguhnya, cara mengatasinya dengan dikeluarkannya IFRIC yang tetap
berpedoman pada IFRS, dengan menerbitkan interpretasi atas perlakuan terhadap mekanisme
perdagangan hak emisi karbon. Namun, interpretasi ini memiliki kelemahan karena saat pedoman
pelaksanaan hak emisi karbon masihlah belum sempurna. Terkait hal itu, masalah pada perlakuannya
saat jumlah cadangan pengeluaran emisi yang diberikan gratis oleh pemerintah sama dengan jumlah
emisi karbon yang sesungguhnya dikeluarkan oleh suatu entitas yang sebenarnya tidak menjualnya
kepada pihak lain. Akhirnya menyebabkan tidak adanya selisih atau nilai pertukaran yang diakui
sebagai rugi bersih ataukah laba bersih. Kalau menggunakan pendekatan IFRIC 3 untuk pelaporan
hak emisi karbon, maka pada kondisi yang sederhana dimana harga tidak berubah, maka tidak ada
dampaknya terhadap laba rugi perusahaan untuk setiap tanggal neraca.

Lo – 3
Theory in action 4.2
Arbitrary and Capricious Rules: Lease Accounting - FAS 13 v. IAS 17 Op/Ed
by I Edward Ketz

1. What are the criteria in IASB and FASB standards for classifying a lease as a finance lease ?
Answer:

Persamaan kriteria suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan (berdasarkan IASB &
FASB)
Adanya opsi untuk melakukan transfer kepemilikan sewaan kepada penyewa.
Sewa tersebut memberi opsi untuk melakukan pembelian atas aset sewaan di suatu waktu yang
ditentukan dengan peluang agar memperoleh harga lebih murah (dibanding harga pasar) pada saat
tersebut.
Jangka waktu Sewa ditentukan sama atau lebih besar dari umur ekonomis aset sewaan.
Nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum sama dengan seluruh nilai wajar aset sewaan.
Hanya lessee dapat menggunakan aset sewaan (kriteria yang memiliki ketentuan khusus bagi FASB,
yang berarti ada bagian tertentu dimana aset sewaan dapat digunakan oleh selain lessee).

Kriteria tambahan suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan berdasarkan


FASB yang menetapkan suatu bright lines (batasan spesifik)
Jangka waktu lease lebih panjang/ sama dengan 75 persen dari taksiran umur ekonomis aktiva yang
dilease. Akan tetapi apabila kontrak dimulai pada saat umur ekonomis aktiva yang dilease tinggal 25
persen dari total taksiran umur ekonomis aktiva tersebut, maka kriteria tersebut tidak dapat diterapkan.
Pada permulaan lease, nilai sekarang dari pembayaran lease minimum lebih besar atau sama dengan 90
persen dari nilai wajar akiva yang disewakan.
Syarat sewa diakui sebagai sewa pembiayaan(finance lease) apabila periode
sewa minimum adalah 2 tahun.

Perbedaan tersebut disebabkan oleh dasar yang dianut oleh IASB yang menganut principle based
sedangkan FASB menganut rule-based artinya mengatur secara detail setiap aturan-aturannya, hal inilah
yang menyebabkan FASB memberikan batasan spesifik pada standar nya seperti pada kasus sewa.

2. What is meant by “bright lines” in accounting standards? Give examples of the “bright lines” in US
leasing standards ?
Answer:
“Bright lines” adalah suatu batasan spesifik atas aturan/ hukum/ketetapan yang dibuat oleh suatu
lembaga. Standar Akuntansi yang memiliki batasan spesifik artinya berbasis aturan (rule based),
yakni suatu standar yang memiliki batasan-batasan dalam praktiknya. Sehingga, akuntan dalam
menyusun laporan keuangan tanpa/kurang pertimbangan profesional tetap mengacu pada batasan
spesifik tersebut.

Kelebihan bright lines:


 Meningkatkan komparabilitas (konsensus antar pengukur),
 Meningkatkan verifiabilitas,
 Mengurangi kemungkinan perselisihan mengenai suatu perlakuan akuntansi, dan
 Mengurangi risiko litigasi
Kekurangan bright lines:
 Tidak dapat memenuhi tantangan perubahan kondisi keuangan yang kompleks dan cepat dan
sering menyediakan benchmark untuk menentukan kesesuaian dengan aturan tapi tidak
merefleksi kejadian ekonomi yang mendasarinya secara substansial (Finnerty 1988, dalam
AAA Financial Accounting Standard Committee, 2003).

Contoh bright lines pada standar yang mengatur leasing di US:

 Syarat sewa diakui sebagai sewa pembiayaan(finance lease) apabila periode


sewa minimum adalah 2 tahun.

 Pada permulaan lease, nilai sekarang dari pembayaran lease minimum lebih besar atau sama
dengan 90 persen dari nilai wajar akiva yang disewakan
 Jangka waktu lease lebih panjang/ sama dengan 75 persen dari taksiran umur ekonomis aktiva
yang dilease. Akan tetapi apabila kontrak dimulai pada saat umur ekonomis aktiva yang
dilease tinggal 25 persen dari total taksiran umur ekonomis aktiva tersebut, maka kriteria
tersebut tidak dapat diterapkan .

Theory in action 4.3

Mind the Gap: AICD, Finsia Set Guildelines

by Marsha Jacobs

1. According to the article, what is meant by “underlying profit” ? how does underlying profit differ
from statutory profit ?
Answer:
Underlying profit yaitu pengukuran laba sesungguhnya yang direalisir digunakan perusahaan untuk
proses perencanaan bisnis, pelaporan laba untuk akuntansi/regulator yang lebih baik. Perhitungan
pada underlying profit adalah tidak dilakukan dengan menggunakan aturan akuntansi yang sama
seperti pada statuory profit. Berdasarkan prinsipnya, underlying profit menjadikan lebih mudah
untuk dimengerti, konsisten, dan memberikan pengamanan pada hasil pengumuman dalam
lingkungan ekonomi sekarang. Prinsip ini didesain dalam memajukan praktek pelaporan yang baik
seperti penyesuaian yang tidak tepat pada statutory profit atau window dressing. Banyak direktur
percaya bahwa hasil statutory tidak mencerminkan keadaan bisnis yang sesungguhnya

2. Why did the AICD and Finsia release guildelines about reporting underlying profit ?
Answer:
AICD dan Finsia mengeluarkan panduan tentang pelaporan underlying profit karena diharapkan
panduan ini akan lebih memudahkan dalam membuat pelaporan yang lebih konsisten dan
memberikan pemahaman yang baik kepada para investor mengenai performa perusahaan. Beberapa
direktur menganggap bahwa statutory profit tidak mencerminkan keadaan bisnis yang sesungguhnya,
dimana perhitungannya dihitung dengan menambahkan keuntungan atau kerugian pada underlying
pofit. Contoh, tidak setiap tahun bisnis dapat melakukan penjualan beberapa asset yang ada. Hal itu
tidak akan terjadi setiap tahun. Pada statutory profit, hal itu tidak boleh dinyatakan sebagai gambaran
bagaimana keadaan bisnis jangka panjang. Dengan dempikian, kebanyakan strategi keputusan untuk
masa depan bisnis didasarkan pada model underlying profit.

Anda mungkin juga menyukai