Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AKUNTANSI TOPIK KHUSUS

Tentang
SEWA LESSES PSAK. 73

DISUSUN OLEH :
1. HILDA APRILYA ISMARESY 1901120088
2. ALIFIA NABILA 1901120106
3. RIZKI RAHMA YUNITA 1901120116

FAKULTAS EKONOMI/AKUNTANSI
UNIVERSITAS TRIDINANTI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta nikmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pembuatan
makalah mengenai Akuntansi Topik Khusus dengan pembahasan “Sewa Leasse PSAK 73”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini tentunya kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu dalam memahami dan mempelajari
tentang Akuntansi Topik Khusus dan dapat bermanfaat serta menambah wawasan pembaca
mengenai Sewa Leasse PSAK 73 .

Palembang, 19 September 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mencakup konvensi, peraturan dan
prosedur yang sudah disusun dan disahkan oleh lembaga resmi ( standar setting body)
pada saat tertentu. “Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh lemba
Ikantan Akuntan Indonesia selalu mengacu pada teori-teori yang berlaku dan
memberikan tafsiran dan penalaran yang telah mendalam dalam hal praktek terutama
dalam pembuatan laporan keuangan dalam memperoleh informasi yang akurat
sehubungan data ekonomi”
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam
melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir
semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan
sekumpulan orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung dalam
suatu lembaga yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dengan kata lain,
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku
akuntansi yang berisi pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan
akuntansi.
Berdasarkan pernyataan diatas memberikan gambaran bahwa Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) mengacu pada penafsiran dan penalaran teori-
teori yang “berlaku” dalam hal praktek “pembuatan laporan keuangan” yang selalu
mengacu pada teori yang berlaku, atau dengan kata lain didasarkan pada kondisi yang
sedang berlangsung.
Hal ini menyebabkan tidak menutup kemungkinan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) dapat mengalami perubahan/penyesuaian dari waktu ke
waktu sejalan dengan perubahan kebutuhan informasi ekonomi. Seperti halnya
perubahan/penyesuaian ini terjadi pada awal tahun ini terkait tentang PSAK yang
diberlakukan pada Januari 2020 yaitu PSAK 71, 72, 73 yang merupakan adopsi dari
Standar Pelaporan Keuangan Insternasional IFRS, akan berlaku efektif per 1 Januari
2020 sesuai dengan ketentuan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Ketiga
PSAK itu memiliki poin masing-masing antara lain PSAK 71 misalnya mengatur
mengenai intrumen keuangan, PSAK 72 mengatur mengenai pendapatan dari kontrak
dengan pelanggan dan PSAK 73 mengatur mengenai sewa. Adapun pemberlakuan
PSAK baru ini guna melakukan perubahan/penyesuaian pada PSAK yang sebelumnya
telah ada, oleh sebab itu pada makalah kali ini kami akan menganalisis tentang PSAK
yang akan diberlakukan pada Januari 2020 dengan meninjau PSAK yang sebelumnya
diberlakukan, khususnya PSAK yang akan kami bahas adalah tentang PSAK 73.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sewa ?
2. Apa saja mekanisme pembiyayaan Leasing ?
3. Apa saja ruang lingkup PSAK 73 ?
4. Apa saja dampak dari penerapan PSAK 73 ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEWA
Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor (pihak pemberi sewa) memberikan hak
kepada lessee (pihak penyewa) untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang
disepakati. Sebagai imbalannya, lesse melakukan pembayaran atau serangkaian
pembayaran kepada lessor. Sewa pembiyaan (finance lease) adalah sewa yang
mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaan yang terkait dengan
kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat juga tidak
dialihkan. Sewa operasi (operating lease) adalah sewa selain sewa pembiayaan. Sewa yang
tidak dapat dibatalkan (non-cancellable lease) adalah sewa yang hanya dapat dibatalkan :
a. Dengan terjadinya kontinjensi yang kemungkinan terjadinya sangat kecil.
b. Dengan persetujuan lessor
c. Jika lessee mengadakan perjanjian sewa baru atas aset yang sama atau aset yang setara
dengan lessor yang sama,
d. Bila ada pembayaran tambahan yang signifikan pada awal sewa oleh lessee sehingga
secara ekonomis dapat dipastikan tidak akan pembatalan.

Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiyaan jika sewa tersebut mengalihkan
secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Suatu
sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.

Klasifikasi sewa sebagai sewa pembiyaan atau sewa operasi didasarkan pada
substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Contoh dari situasi yang secara
individual atau gabungan dalam kondisi normal mengarah pada sewa yang diklasifikasikan
sebagai sewa pembiyayaan adalah :

a. Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa
b. Lessee mempenyuai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada
awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan.
c. Masa sewa adalah untuk sebagaian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik
tidak dialihkan.
d. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial
mendekati nilai wajar aset material.
e. Aset sewaan bersifat khusus dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa
perlu modifikasi secara material.

Indikator dari situasi yang secara individual ataupun gabungan dapat juga
menunjukkan bahwa sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiyayaan adalah :

a. Jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi lessor yang terkait dengan pembatalan
ditanggung oleh lessee
b. Laba atau rugi dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee (sebagai
contoh, dalam bentuk potongan harga rental dan yang setara dengan sebagian besar
hasil penjualan residu pada akhir sewa)
c. Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan
nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai rental pasar.
Klasifikasi sewa dibuat pada awal sewa. Kapanpun lessee dan lessor sepakat untuk
mengubah persyaratan sewa, selain melalui pembaruan sewa, dimana perubahan tersebut
akan menghasilkan klasifikasi sewa yang berbeda. Meskipun demikian, perubahan dalam
estimasi (sebagai contoh, perubahan dalam estimasi umur ekonomis atau nilai residu dari
properti sewaan), atau perubahan dalam situasi dan kondisi (sebagai contoh, wanprestasi
oleh lessee), tidak menimbulkan klasifikasi baru dari sewa untuk tujuan akuntansi.

Jenis-jenis Leasing

Menurut Syofyan (2017), secara umum sewa guna usaha atau leasing diklasifikasikan
dalam lima jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Finance Lease (sewa guna usaha pembiayaan)


Perusahaan sewa guna usaha (Lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang
modal. Penyewa guna usaha (Lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan
dan atas nama perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barang modal tersebut,
melakukan pemesanan, pemeriksaan, serta pemeliharaan barang modal yang menjadi
obyek transaksi sewa guna usaha, melakukan pembayaran sewa guna usaha secara berkala
dimana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value), kalau
ada akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta
bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha.

b. Operating Lease (sewa menyewa biasa)

Perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya disewa-guna-
usahakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh
pembayaran sewa guna usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya.
Sebab, sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang yang
disewa-guna-usahakan atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya.

c. Sales-Type Lease (sewa guna usaha penjualan)

Sewa guna usaha jenis ini merupakan transaksi pembiayaan sewa guna usaha secara
langsung (direct finance lease) di mana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang
diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa guna
usaha. Sewa guna usaha jenis ini sering kali merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk
perusahaan tertentu. Di Indonesia, lessor yang mempunya fungsi ganda semacam ini tidak
diperkenankan oleh Departemen Keuangan.

d. Leveraged Lease

Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lease, juga melibatkan
bank/kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dalam transaksi. Transaksi
sewa guna usaha jenis ini melibatkan setidaknya tiga pihak, yaitu, penyewa guna usaha dan
kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi sewa guna usaha.
Jenis transaksi ini jarang terjadi di Indonesia hal ini dikarenakan suku bunga perbankan
dengan suku bunga yang dikenakan perusahaan sewa guna usaha terdapat selisih yang
cukup besar.

e. Syndicated Lease

Sewa guna usaha sindikasi ini terdiri beberapa perusahaan sewa guna usaha secara bersama
melakukan transaksi sewa guna usaha dengan satu penyewa guna usaha dengan nilai
transaksi yang cukup besar. Dalam transaksi akan ditunjuk salah satu perusahaan anggota
sindikasi sebagai koordinator yang berhubungan dengan pihak penyewa guna usaha dalam
melaksanakan segala sesuatu yang menyangkut transaksi sewa guna usaha. Pelaksanaan
transaksi ini dapat dilakukan baik melalui sewa guna usaha langsung maupun tidak
langsung. merupakan perusahaan sewa guna usaha. Sewa guna usaha jenis ini sering kali
merupakan suatu jalur pemasaran bagi produk perusahaan tertentu.

Mekanisme Pembiayaan Leasing

Menurut Triandaru dan Budisantoso (2006), pada perjanjian leasing terdapat prosedur dan
mekanisme yang harus dijalankan yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Lessee menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,


spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas barang yang
akan disewa.
2. Lessee melakukan negosiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang
modal. Dalam hal ini, lessee dapat meminta lease quotation yang tidak mengikat dari
lessor.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang berisi
syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang
dibutuhkan lessee menandatangani dan mengembalikannya kepada lessor.
4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lesse dimana
kontrak tersebut mencakup hal-hal seperti; pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka
waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek
leasing, perpajakan jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman barang kepada
lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang disetujui.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta
menandatangani surat tanda terima perintah bayar yang selanjutnya diserahkan kepada
pemasok.
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti-bukti
kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.
9. Pembayaran sewa (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor selama
masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian yang dibiayai serta bunganya.

Keunggulan dan Kelemahan Leasing

Sebagai salah satu bentuk pembiayaan yang cukup populer saat ini, leasing memiliki
keunggulan sekaligus kelemahan, yaitu:

a. Kelebihan leasing

Leasing merupakan alternatif sumber pembiayaan yang memiliki beberapa kelebihan atau
keunggulan dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya, antara lain yaitu
sebagai berikut:

1. Pembiayaan penuh. Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan
pembiayaannya dapat diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu
cash flow terutama bagi perusahaan (lessee) yang baru berdiri atau beroperasi dan
perusahaan yang mulai berkembang.
2. Lebih fleksibel. Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing
lebih mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan.
Pembayaran angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang
dihasilkan lessee sehingga pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat
disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease.
3. Sumber pembiayaan alternatif. Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi
perusahaan tanpa mengganggu fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi
jaminan leasing tidak terlalu menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak
dibandingkan apabila lessee memperoleh pinjaman dari pihak lainnya.
4. Off balance sheet. Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing
dalam neraca memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan
sebagai aktiva berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci
karena mungkin masih dalam batas kewenangan direksi. Dengan demikian keputusan
secara cepat dan tepat dapat lebih mudah dilakukan oleh direksi.
5. Arus dana. Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam
perencanaan arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti
terhadap pendapatan lessee. Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang
relatif lebih kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada
pertimbangan kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.
6. Proteksi inflasi. Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam
beberapa keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun
berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan
tarif suku bunga tetap, maka lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa
kewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.
7. Perlindungan akibat kemajuan teknologi. Dengan memanfaatkan leasing, lessee
dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan
model dan teknologi disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi.
8. Sumber pelunasan kewajiban. Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit
dapat diatasi melalui leasing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran
angsuran hampir selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh
adanya barang yang di-lease. Sehingga kekhawatiran para kreditor terhadap gangguan
penggunaan modal kerja yang akan mempengaruhi pelunasan kredit yang telah
diberikan dapat diatasi.
9. Kapitalisasi biaya. Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya
penyerahan, instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat
dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat
disusutkan berdasarkan lamanya leasing.
10. Risiko keusangan. Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang
berjangka waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko
keusangan sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang
mungkin terjadi.
11. Kemudahan penyusutan anggaran. Adanya pembayaran sewa secara berkala yang
jumlahnya relatif tetap akan merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran
tahunan lessee.
12. Pembiayaan proyek skala besar. Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi
dalam pembiayaan proyek yang sering kali menjadi masalah di antara pemberi dana,
masalah tersebut biasanya dapat diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang
tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima dan/serta kemudahan untuk
menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian.

b. Kelemahan leasing

Selain memiliki banyak keunggulan, leasing juga memiliki beberapa kekurangan atau
kelemahan khususnya bagi para lessee atau pengguna jasa leasing, antara lain yaitu
sebagai berikut:

1. Denda. Perusahaan pembiayaan akan memberikan denda kepada nasabah yang tidak
membayar angsuran pada waktunya. Karena tidak ingin menanggung kerugian, denda
yang diberlakukan bersifat harian dan akan terus diakumulasikan sampai anda
membayar angsuran berikut dendanya.
2. Penyitaan. Perusahaan pembiayaan sudah menanggung pembayaran mobil anda, maka
anda pun harus bertanggung jawab untuk melunasi sesuai nominal ditambah bunga
kepada perusahaan pembiayaan. Namun jika anda tidak melakukan pembayaran cicilan
secara terus menerus, maka anda akan dihadapkan dengan sanksi yang lain. Pada
awalnya mungkin anda hanya akan dijatuhi denda setiap harinya setelah jatuh tempo
(biasanya 3 hari setelah jatuh tempo), namun selanjutnya anda akan dikenai status kredit
macet. Jika anda sudah berada di kondisi yang demikian pihak perusahaan pembiayaan
dapat menyita mobil anda, biasanya jika sudah lewat 2 bulan dari jatuh tempo.
3. Penalti. Setelah anda dihadapkan dengan dua sanksi sebelumnya (denda harian dan
penyitaan), bukan berarti anda dapat melakukan pelunasan lebih awal untuk pembelian
mobil anda. Pelunasan lebih awal kepada perusahaan pembiayaan justru tidak akan
memberikan anda potongan bunga ataupun harga. Tapi sebaliknya, tindakan tersebut
dinilai berpaling dari kesepakatan yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak (nasabah
dan perusahaan), sehingga tindakan pelunasan itu dinilai sebuah pelanggaran dan
menghasilkan hukuman penalti.

B. PSAK 30
Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 merupakan suatu pedoman
yang mengatur mengenai sewa. PSAK 30 pada tahun 2004 – 2011 belum mengadopsi IFRS
kemudian pada tahun 2012 – 2019 telah mengadopsi IFRS adapun perbedaan pada kedua
masa tersebut adalah sebagai berikut :

No Keterangan PSAK 30 Sebelum Adopsi IFRS PSAK 30 Setelah Adopsi IFRS


(2004-2011) (2012-2019)
1 Definisi Sewa Pembiyaan Adalah kegiatan sewa guna Sewa yang mengalihkan secara
usaha, dimana penyewa guna substansial seluruh risiko dan
usaha pada akhir masa kontrak manfaat yang terkait dengan
mempunyai hak opsi untuk kepemilikan suatu aset. Hak
membeli obyek sewa guna milik pada akhirnya dapat
usaha berdasarkan nilai sisa dialihkan atau dapat juga
yang disepakati bersama tidakdialihkan.
2 Kriteria Sewa Pembiyaan Sewa merupakan sewa Situasi yang secara individual
pembiyaan apabila memebuhi atau gabungan pada umumnya
semua kriteria berikut : mengarah pada sewa yang
a. Penyewa guna usaha diklasifikasikan sebagai sewa
memiliki hak opsi untuk pembiyaan adalah :
membeli aktiva yang a. Sewa mengalihkan
disewagunakan pada akhir kepemilikan aset kepada lessee
masa sewa guna usaha dengan pada akhir masa sewa.
harga yang telah distujui b. Lessee memiliki opsi untuk
bersama pada saat dimulainya membeli aset pada harga yang
perjanjian sewa guna usaha. diperkirakan cukup rendah
b. seluruh pembayaran berkala dibandingkan nilai wajar pada
yang dilakukan oleh penyewa tanggal opsi mulai dapat
guna usaha ditambah dengan dilaksanakan, sehingga pada
nilai sisa mencakup awal sewa dapat dipastikan
pengembalian harga bahwa opsi tersebut dapat
perolehan barang modal yang dilaksanakan.
disewagunausahakan serta c. Masa sewa adalah untuk
bunganya, sebagai keuntungan sebagian besar umur
perusahaan sewa guna usaha ekonomik aset meskipun hak
(full payout lease) milik tidak dialihkan.
c. masa sewa guna usaha d. Pda awal sewa, nilai kini dari
minimum 2 (dua) tahun. jumlah pembayaran sewa
minimum secara substansial
mendekati seluruh nilai wajar
aset sewaan.
e. Aset sewaan bersifat khusus
dan hanya lessee yang dapat
menggunakannya tanpa perlu
modifikasi secara material.

C. PSAK 73
Definisi PSAK 73
Definisi sewa menurut PSAK 73 adalah pada tanggal insepsi kontrak, entitas menilai apakah
kontrak merupakan, atau mengandung sewa. Suatu kontrak merupakan, atau mengandung sewa jika
kontrak tersebut memberikan hak untuk mengendalikan penggunaan aset identifikasisian selama
suatu jangka waktu untuk dipertukarkan dengan imbalan. Berbeda halnya dengan PSAK 30, hampir
dapat dipastikan bahwa semua sewa masuk kategori sewa pembiyaan karena syarat untuk menjadi
sewa operasi apabila memenuhi dua syarat berikut yaitu sewa jangka pendek dan sewa yang aset
pendasarnya bernilai rendah. Sewa jangka pendek merupakan sewa yang lamanya kurang atau sama
dengan 12 bulan. Aset pendasar dapat bernilai rendah hanya jika :
a) Penyewa mendapat manfaat dari penggunaan aset pendasar secara terpisah atau bersamaan
dengan sumber daya lain yang telah tersedia untuk penyewa
b) Aset pendasar tidak memiliki ketergantungan yang tinggi, atau memiliki interelasi yang tinggi,
dengan aset lain, sewa aset pendasar tidak memenuhi kualifikasi sebagai sewa aset bernilai
rendah jika sifat aset adalah ketika baru, aset tersebut biasanya tidak bernilai rendah. Sebagai
contoh, sewa mobil tidak akan memenuhi sewa aset bernilai rendah karena mobil baru
biasanya tidak akan bernilai rendah.

Contoh aset pendasar bernilai rendah dapat mencakup komputer tablet dan komputer
personal, furniture kantor yang ringkas, dan telepon. PSAK 73 berbeda cukup signifikan dengan
PSAK 30 baik sebelum maupun sesudah adopsi IFRS. Pda PSAK 30 sebelum IFRS, kategori sewa
menjadi sewa pembiyaan dari sisi lessee cukup ketat yaitu harus memenuhi seluruh kriteria sewa
pembiyaan, sementara PSAK 30 sesudah adopsi IFRS apabila satu kriteria saja sudah memenuhi
maka klsifikasi sewa menjadi sewa pembiyaan. PSAK 73 klasifikasi yang lebih ketat diperlakukan
untuk sewa operasi dimana seluruh kriteria harus terpenuhi untuk menjadi sewa operasi dimana
hampir otomatis sewa akan masuk kategori sewa pembiyaan, yang artinya lessee harus mengakui
aset sewa hak guna, liabilitas sewa hak guna, depresi aset sewa hak guna, serta pengakuan biaya
bunga.

Ruang Lingkup PSAK 73


Mengatur seluruh sewa termasuk sewa aset hak-guna dalam subsewa masuk dalam ruang
lingkup PSAK 73, kecuali :

• Sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak, gas alam, dan sumber
daya serupa yang tidak dapat diperbarui, (PSAK 64);
• Sewa aset biologis (PSAK 69);
• Perjanjian konsensi jasa (ISAK 16);
• Lisensi kekayaan intelektual (PSAK 72)
• Hak yang dimiliki oleh penyewa dalam perjanjian lisensi (PSAK 19) untuk item seperti film,
rekaman video, karya panggung, manuskrip, hak paten dan hak cipta.

Implementasi PSAK 73
Dalam mengimplementasikan PSAK 73 dalam transaksi sewa perusahaan, terdapat hal-hal
yang menjadi perhatian, yakni:

1. Mengidentifikasi Terdapat Sewa atau Tidak dalam Kontrak

Pihak penyewa harus terlebih dahulu mengklasifikasi, apakah transaksi sewa ini termasuk
dalam sewa guna usaha atau sebagai sewa operasi, dalam kontrak sewa. Jika aset
terindikasi secara substansial, menghasilkan manfaat ekonomi dan dapat mengacu pada
penggunaan aset, maka kontrak tersebut dapat dikategorikan mengandung sewa.

Dalam hal ini, kontrak yang berkaitan dengan PSAK 73 sewa adalah:

• Kontrak memiliki jangka waktu kurang dari setahun.


• Penyewaan aset yang nilainya rendah, seperti komputer, laptop atau alat penunjang lain.
• Kontrak sewa tidak melebihi nilai materialitas.

2. Biaya yang Melekat pada Kontrak Sewa


Implementasi PSAK 73 juga meliputi biaya yang melekat pada kontrak. Jenis-jenis biaya
ini meliputi biaya perawatan, renovasi, restorasi, dan biaya semacam ini yang terdapat
dalam kontrak sewa.

3. Aset Hak Guna dan Liabilitas

Penerapan aset hak guna sama dengan pengukuran aset lainnya, yakni liabilitas hak guna
dikur sesuai dengan liabilitas keuangan lainnya. Jenis aset hak guna mencakup liabilitas
sewa, advance payment, biaya langsung awal, estimasi biaya restorasi, dan dikurangi
insentif sewa.

Dampak Penerapan PSAK 73

Dengan hadirnya PSAK 73, tentu ada pula dampak yang dapat terjadi pada penyewa, di
antaranya:

• Mendapatkan aset hak guna dan liabilitas sewa.


• Mengkalkulasi aset hak guna pada perolehan biyanya.
• Memperkiran liabilitas sewa, dalam pembayaran sewa yang belum dibayar pada tanggal
permulaan.

Selain itu, PSAK 73 juga menyebabkan tidak ada lagi pemisah antara sewa operasi dan
sewa pembiayaan, sehingga penyewa harus mengklasifikasi seluruh transaksi sewa sebagai
sewa pembiayaan. Hal ini memunculkan aset dan liabilitas sewa di dalam laporan
keuangan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

PSAK 73 terdapat cukup banyak perubahan terutama dalam sisi penyewa.


Kemudian dikenalkan aset baru bernama aset hak guna (AHG). PSAK ini tidak hanya
berlaku untuk transaksi sewa, namun juga untuk transaksi yang mengandung sewa. Sewa
tidak lagi didefinisikan sebagai hak menggunakan aset, namun hak untuk mengendalikan
penggunaan aset identifikasian dalam jangka waktu tertentu. Mengendalikan penggunaan
artinya suatu entitas menentukan suatu aset digunakan tetapi tidak menggunakannya secara
langsung.

Anda mungkin juga menyukai