Oleh :
Engelin TiaraMustikadewi
041711333274
Laporan keuangan menjadi elemen penting dalam setiap bidang dan lapisan kehidupan
masyarakat. Setiap laporan keuangan membutuhkan suatu standar prosedur penyusunan agar
terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Indonesia sendiri memiliki suatu
standar prosedur yang dinamakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). Standar akuntansi ini merupakan terapan dari standar
akuntansi yang berlaku di seluruh dunia, seperti IAS, IFRS, ETAP, dan GAAP. Ada pula
standar akuntansi berbasis syariah dan SAP.
Seiring dengan berkembangnya zaman, standar akuntansi dituntut untuk mampu
menjadi fleksibel dan menyesuaikan diri dengan tuntutan dari perkembangan itu sendiri.
Perkembangan ini dilakukan agar laporan keuangan dapat tersaji dengan lebih valid dan
berguna bagi mereka yang membutuhkan laporan keuangan tersebut. Penyusun laporan
keuangan juga dituntut untuk selalu peka terhadap perubahan dan mampu dengan cepat
menyesaikan diri dengan perkembangan standar tersebut.
Salah satu contohnya adalah standar mengenai leasing. Sewa-guna-usaha (Leasing)
adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-
usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara berkala. Selama ini kita berpedoman pada PSAK 30: Sewa. PSAK 30: Sewa ini
mensyaratkan penyewa dan pesewa untuk mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa
pembiayaan atau sewa operasi dan mencatat kedua jenis sewa tersebut secara berbeda. Model
tersebut dikritisi tidak mampu memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan karena tidak
selalu memberikan representasi yang tepat atas transaksi penyewaan. Khususnya, model
tersebut tidak mensyaratkan penyewa untuk mengakui aset dan liabilitas yang timbul dari sewa
operasi.
Namun mulai tahun 2020 besok masyarakat Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan
menggunakan PSAK 73.
Amandemen ini diadopsi dari IFRS 16 Leases. Amandemen ini mengatur prinsip
perlakuan transaksi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan sewa untuk
membantu penyewa dan pemilik sewa dalam menyediakan informasi yang relevan terkait
dengan transaksi tersebut pada posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas.
Amandemen ini menggantikan pedoman PSAK 30: Sewa, ISAK 8: Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Suatu Sewa, ISAK 23: Sewa Operasi – Insentif, ISAK 24: Evaluasi
Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa dan ISAK 25: Hak
atas Tanah. PSAK 73 mengubah secara substansial akuntansi untuk penyewa (lessee)
hampir seluruh sewa diperlakukan sebagai sewa pembiayaan (on balance sheet).
1. PSAK 30 : SEWA
1.1 Ruang Lingkup
PSAK No. 30 mendefinisikan sebagai suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak
kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Elemen
tanah dan bangunan dalam suatu perjanjian sewa perlu untuk diklafikasikan sebagai sewa
pembiayaan atau sewa operasi secara terpisah, dengan mempertimbangkan sifat tanah yang
memiliki umur ekonomis yang tidak terbatas. IAS 17 mengatur transaksi sewa atas tanah
& bangunan sebagai sewa pembiayaanatau sewa operasi sesuai klasifikasi yang ada . PSAK
menyesuaikan pengaturan dengan ketentuan IAS 17, namun tetap memperhatikan pengaturan
terkait hak atas sewa tanah dalam ISAK 25
1.1.1 Dalam PSAK 30 (Revisi 2007) diterapkan dalam akuntansi untuk semua jenis sewa
kecuali:
a. Sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak, gas alam
dansumber daya lainnya yang tidak dapat diperbarui; dan
b. Perjanjian lisensi untuk hal-hal seperti film, rekaman video, karya panggung,manuskrip
(karya tulis), hak paten dan hak cipta
a. Properti investasi yang diserahkan oleh lessor yang dicatat sebagai sewa operasi(PSAK
13: Properti Investasi)
b. Properti investasi yang dikuasai oleh lessee yang dicatat sebagai sewa operasi(PSAK
13: Properti Investasi)
c. Aset biologis yang dikuasai oleh lessee yang dicatat sebagai sewa pembiayaan
d. Aset biologis yang diserahkan oleh lessor yang dicatat sebagai sewa operasi
Kegiatan leasing erat kaitannya dengan istilah lessor dan lessee. Lessor adalah
perusahaan pembiayaan atau perusahaan leasing dalam konteks Sewa Guna Usaha (SGU)
menyewakan suatu asset kepada pihak yang membutuhkan. Sedangkan Lessee adalah pihak
yang menyewa guna usaha barang modal dari lessor(seperti nasabah pada bank).
Kegiatan menyewa itu sendiri terdiri dari :
1. Finance Lease .
Finance Lease adalah suatu kegiatan Sewa Guna Usaha yang memindahkan seluruh
risiko dan manfaat yang terkandung dalam asset tersebut dari seorang pemilik sewa guna
usaha lessor kepada lessee. Finance Lease dipecah lagi menjadi
Lease penjualan ini biasanya dilakukan oleh perusahaan industry yang menjualn lease
barang dari hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease, ada dua macam pendapatan
yang diakui, yaitu pendapatan penjualan barang dan pendapatan bunga atas pembelanjaan
selama jangka waktu lease.
2. Operating Lease
Operating Lease adalah kegiatan sewa yang tidak memindahkan semua elemen
substansial seperti risiko dan manfaat atas asset yang disewa melainkan mencatatanya
hanya sebagai beban penyewaan.
Pihak lessee dan lessor harus memiliki kesepakatan terlebih dahulu mengenai jenis
asset yang akan disewakan, yaitu berupa Operating Lease/Finance Lease karena
berpengaruh pada model penghitungan dan pencatatan pengakuan atas asset tersebut.
Suatu transaksi leasing dapat dikatakan sebagai sebuah Finance Lease apabila memenhi
setidaknya 1 dari 4 kriteria berikut :
Pengakuan penghasilan dan pembebanan biaya bagi lessor dan lessee diatur sebagai
berikut:
1. Finance Lease dengan masa yang lebih singkat karena default.
a. Pihak lessor maupun pihak lessee harus membetulkan SPT Tahunan yang telah
dimasukkan dengan melakukan pembetulan atas penghasilan atau biaya sebagai
akibat perubahan perlakuan dari SGU finance lease menjadi SGU operating lease.
b. Pihak lessor melakukan penyusutan atas harta yang dileasingkan. Pihak lessee tidak
boleh melakukan penyusutan.
c. Atas masa SGU yang telah lewat, lessee harus memotong PPh Pasal 23 sebesar
pembayaran bruto berupa sewa (lease payment).
2. Finance Lease dengan masa yang lebih singkat karena sebab ekonomis.
a. Pihak lessor maupun pihak lessee harus membetulkan SPT Tahunan yang telah
dimasukkan dengan melakukan pembetulan atas penghasilan atau biaya sebagai
akibat perubahan perlakuan dari SGU finance lease menjadi SGU operating lease,
sampai dengan saat opsi dilaksanakan. Perlakuan PPh atas pelaksanaan opsi adalah
sama dengan perlakuan atas jual-beli aktiva biasa.
b. Pihak lessor melakukan penyusutan atas harta yang dileasingkan sampai dengan opsi
dilakukan oleh lessee. Pihak lessee melakukan penyusutan atas harta tersebut sejak
opsi dilakukan dan dasar penyusutan adalah nilai perolehan yang terdiri dari
akumulasi sisa angsuran,penalti dan harga residu yang harus dibayar.
c. Atas masa SGU yang telah lewat, lessee harus memotong PPh Pasal 23 sebesar
pembayaran bruto berupa sewa (lease payment).
PSAK 73: Sewa merupakan adopsi dari IFRS 16 Leases, yang telah disahkan oleh
DSAK IAI pada tahun 2017 lalu. PSAK 73 ini memperkenalkan model akuntansi tunggal
khususnya untuk penyewa (lessee) yang memberikan dampak substansial perlakuan akuntansi
atas sewa dan mengharuskan lessee untuk mencatat kontrak sewa dalam model tunggal sebagai
aset hak guna (right-of-use asset) dan liabilitas sewa dalam laporan posisi keuangan. Dalam
PSAK 73 ini ditetapkan prinsip pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan atas
sewa dengan memperkenalkan model akuntansi tunggal khususnya untuk penyewa.
1. Penyewa disyaratkan untuk mengakui aset hak-guna (right-of-use assets) dan liabilitas
sewa. Pengecualian:
2.Pesewa mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa operasi atau sewa pembiayaan dan
mencatat kedua jenis sewa tersebut secara berbeda.
Meskipun PSAK 73 disyaratkan untuk berlaku efektif per tanggal 1 Januari 2020 namun
opsi penerapan dini diperkenankan
a. sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak, gas alam, dan
sumber daya serupa yang tidak dapat diperbarui;
b. sewa aset biologis (PSAK 69);
c. perjanjian konsesi jasa (ISAK 16);
d. lisensi kekayaan intelektual (PSAK 72)
e. Hak yang dimiliki oleh penyewa dalam perjanjian lisensi (PSAK 19) untuk item
seperti film, rekaman video, karya panggung, manuskrp, hak paten dan hak cipta.
3.3 Pengecualian Pengakuan
1. Penyewa dapat memilih untuk tidak menerapkan persyaratan dalam paragraf 22–49
untuk:
a. sewa jangka-pendek; dan
b. sewa yang aset pendasarnya bernilai-rendah (sebagaimana dideskripsikan dalam
paragraf PP03–PP08).
2. Jika paragraf 06 diterapkan untuk sewa jangka pendek, maka penyewa
mempertimbangkan sewa tersebut sebagai sewa baru untuk tujuan Pernyataan ini, jika:
a. terdapat modifikasi sewa
b. terdapat perubahan masa sewa (sebagai contoh, penyewa mengeksekusi opsi yang
sebelumnya tidak termasuk dalam penentuan masa sewanya).
3. Pemilihan sewa jangka-pendek dibuat berdasarkan kelas aset pendasar yang terkait
dengan hak guna.
4. Kelas aset pendasar adalah pengelompokan aset pendasar dengan sifat dan penggunaan
yang serupa dalam operasi entitas.
5. Pemilihan untuk sewa yang aset pendasarnya bernilai rendah dapat dilakukan atas dasar
sewa-per-sewa
*sumber : www.iaiglobal.or.id
Aset Identifikasian
1. Ditetapkan secara eksplisit atau implisit
2. Pemasok (supplier) tidak memiliki hak substitusi substantive
3. Bagian kapasitas asset secara fisik dapat dibedakan
Untuk kontrak yang merupakan, atau mengandung sewa, entitas mencatat masing-
masing komponen sewa dalam kontrak sebagai sewa secara terpisah dari komponen nonsewa
dari kontrak, kecuali cara praktis. Entitas menentukan masa sewa sebagai Periode yang tidak
dapat dibatalkan (noncancellable periods) dan juga periode yang dicakup oleh opsi untuk:
1. Mengeksekusi opsi memperpanjang sewa
2. Tidak mengeksekusi opsi mengakhiri sewa
Entitas merevisi masa sewa jika terdapat perubahan dalam periode sewa yang tidak
dapat dibatalkan. Sebagai contoh, periode sewa yang tidak dapat dibatalkan akan berubah
jika:
a. penyewa mengeksekusi opsi yang sebelumnya tidak termasuk dalam penentuan masa
sewa
b. penyewa tidak mengeksekusi opsi yang sebelumnya termasuk dalam penentuan masa
sewa
c. suatu peristiwa terjadi yang secara kontraktual mewajibkan penyewa untuk
mengeksekusi opsi yang sebelumnya tidak termasuk dalam penentuan masa sewa;
atau
d. suatu peristiwa terjadi yang secara kontraktual membatasi penyewa untuk
mengeksekusi opsi yang sebelumnya termasuk dalam menentuan masa sewa.
4. Jika nilai wajar imbalan untuk penjualan aset tidak sama dengan nilai wajar aset, atau
jika pembayaran untuk sewa tidak sama dengan harga pasar, maka entitas melakukan
penyesuaian di bawah ini untuk mengukur hasil penjualan pada nilai wajar:
a. jika di bawah harga pasar, maka dicatat sebagai pembayaran sewa dibayar di muka;
dan
b. jika di atas harga pasar, maka dicatat sebagai tambahan pembiayaan yang diberikan
oleh pembeli–pesewa kepada penjual–penyewa.
a. selisih antara nilai wajar imbalan penjualan dan nilai wajar aset; dan
b. selisih antara nilai kini pembayaran kontraktual sewa dan nilai kini pembayaran
sewa pada harga pasar.
6. Jika pengalihan aset oleh penjual–penyewa tidak memenuhi persyaratan dalam PSAK
72, maka:
Kegiatan leasing erat kaitannya dengan istilah lessor dan lessee. Lessor adalah
perusahaan pembiayaan atau perusahaan leasing dalam konteks Sewa Guna Usaha (SGU)
menyewakan suatu asset kepada pihak yang membutuhkan. Sedangkan Lessee adalah pihak
yang menyewa guna usaha barang modal dari lessor(seperti nasabah pada bank).
Kegiatan menyewa itu sendiri terdiri dari :
3.9.1 Finance Lease
Finance Lease adalah suatu kegiatan Sewa Guna Usaha yang memindahkan seluruh
risiko dan manfaat yang terkandung dalam asset tersebut dari seorang pemilik sewa guna usaha
lessor kepada lessee. Finance Lease dipecah lagi menjadi
Lease penjualan ini biasanya dilakukan oleh perusahaan industry yang menjualn lease
barang dari hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease, ada dua macam pendapatan
yang diakui, yaitu pendapatan penjualan barang dan pendapatan bunga atas pembelanjaan
selama jangka waktu lease.
Direct Finance Lease merupakan suatu bentuk transaksi leasing dimana lessor
Direct Finance Lease merupakan suatu bentuk transaksi leasing dimana lessor suatu barang
atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang tersebut kepada
lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi barang yang akan di-leasetersebut termasuk
penentuan harga dan penentuan supplier dapat dilakukan oleh lessee.Tujuan
utama lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk mendapatkan pembiayaan dengan
cara leasing, guna memperoleh barang modal yang dapat digunakan dalam
proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas produksi. edangkan
proses pembelian mulaidari order pembelian dilakukan pihak lessor dan semata-mata
untuk kebutuhan lessee.Transaksi ini terjadi jika lesse meminta lessor untuk membelikan
suatu barang.
Pihak lessee dan lessor harus memiliki kesepakatan terlebih dahulu mengenai jenis
asset yang akan disewakan, yaitu berupa Operating Lease/Finance Lease karena
berpengaruh pada model penghitungan dan pencatatan pengakuan atas asset tersebut.
Suatu transaksi leasing dapat dikatakan sebagai sebuah Finance Lease apabila memenhi
setidaknya 1 dari 5 kriteria berikut :
4 Ketentuan Balance Dalam PSAK 30, operating Dalam PSAK 73, yang tidak
Sheet leases tidak masuk dalam masuk dalam Balance Sheet
Balance Sheet adalah short term leases (<12
bulan) dan low value assets
leases
5 Pedoman PSAK 30 memberikan kriteria PSAK 73 memperlakukan lessee
pengakuan atas yang sama untuk melakukan pencatatan.
sewa antara lessee dan lessor dalam PSAK 73 tidak memberikan
menentukan suatu sewa pedoman yang sama antara
lessee dan lessor. Lessee wajib
melakukan kapitalisasi atas sewa
walaupun masa sewa hanya 2
tahun dengan melakukan
pengakuan atas Aset Hak Guna
f. Hampir sebagian besar leasing dianggap sebagai finance lease. Finance Lease
mensyaratkan Lessee untuk mengakui beban bunga dan biaya amortisasinya.
Akibatnya, Lessee biasanya akan mencatat biaya yang lebih besar pada awal masa
sewa untuk Finance Lease (jika dibandingkan operating lease yang mensyaratkan
biaya leasing harus diakui dengan metode penyusutan garis lurus selama masa sewa)
http://hudazainul.blogspot.com/2012/08/leasing.html
https://www.academia.edu/32466505/a._Direct_Financial_Lease
https://bppk.kemenkeu.go.id/id/berita-medan/12042-perlakuan-akuntansi-leasing-menurut-
psak-30-dan-menurut-peraturan-perpajakan
https://hsmco.webs.com/download/psak/PSAK30Leasing.pdf
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/sak
https://www.bdo.co.id/en-gb/events/implikasi-penerapan-psak-73,-sewa%E2%80%9D-(psak-
73)-terhadap-pelaporan-keuangan
https://www.bdo.co.id/en-gb/events/lokakarya-sehari-isu-isu-dan-implementasi-akuntansi-
sewa-sesuai-psak-73
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-pahami-aturan-baru-penerapan-akuntansi-leasing-
yang-berlaku-pada-akhir-tahun-2018/