Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI SEWA

& AKUNTANSI
KONTRAK
KONSTRUKSI
KELOMPOK 11
1. Veri Indah Puji Lestari (1720610039)
2. Maqoshid Rofi’ Ridho (1720610056)
3. Wahdatul Himah (1720610065)
AKUNTANSI SEWA GUNA
USAHA

Sewa (Lease) bisa diartikan suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak
kepada lessee untuk menggunakan suatu asset selama periode yang disepakati.
Sebagai imbalannya lessee melakukan pembayaran kepada lessor.
Sewa guna usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (Finance
Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk
digunakan oleh lease selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara berkala
Klasifikasi Sewa

1. Sewa Pembiayaan (Financial Lease)


Sewa pembiayaan jika sewa mengalihkan secara
subtansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan
suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan,
dapat juga tidak dialihkan. Sewa pembiayaan
dicatat seolah-olah perjanjian sewa mengalihkan
kepemilikan aset dari lessor kepada lessee.
2. Sewa Operasi (Operating Lease)
Sewa operasi adalah sewa selain pembiayaan, atau sewa yang jika sewa
tidak mengalihkan secara subtansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan
aset. Sewa operasi dicatat sebagai perjanjian sewa, tanpa pengalihan
kepemilikan efektif yang berkaitan dengan sewa tersebut.
Pada operasi, perusahaan sewa membeli barang modal dan selanjutnya
disewakan kepada penyewa guna usaha. Dalam hal ini perusahaan sewa
mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewakan
atau melalui beberapa kontrak sewa lainnya.
Pelaksanaan Transaksi Sewa

1. Sewa usaha langsung (direct lease)


Transaksi sewa usaha langsung penyewa guna usaha
(lesse) belum pernah memiliki barang modal yang menjadi objek sewa, sehingga atas
permintaan perusahaan sewa untuk membeli barang modal dimaksud.
2. Jual dan sewa-balik (sale and lease-bank)
Transaksi jual dan sewa-balik, pihak lessee terlebih dahulu menjual barang modal yang
telah dimilikinya kepada lessor dan barang modal yang sama kemudian dilakukan
kontrak sewa antara lesseesebagai pemilik semula dengan lessor.
Keuntungan dan Kerugian Sewa

1. Keuntungan bagi lessee sebagai berikut :


a. Lesse dapat menghindarkan diri dari kebutuhan dana besar dengan
bunga yang tinggi.
b. Risiko keuangan dapat dihindari atau dikurangi karena lessee dapat
menukarkan kepada lessor setelah pemakaian.
c. Perjanjian kontrak leasing lebih luwes.
d. Biaya perusahaan lebih rendah/murah.
e. Utang di laporan keuangan tidak berubah sehingga rasio leverage tidak
terpengaruh.
2. Kerugian bagi lessee sebagai berikut :
a. Pihak lessee harus memenuhi berbagai persyaratan yang ditetapkan lessor untuk
melindungi barang dalam bentuk pembatasan pengoperasian asuransi dan sebagainya.
b. Kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan pada saat akhir sewa.
c. Barang yang diterima tidak dapat dijadikan jaminan kredit karena tidak dicatat
sebagai aset.
d. Hak penggunaan atas barang sewa merupakan aset tak berwujud yang tidak
disajikan sebagai aset tetap.
e. Dalam hal menggunakan khususnya sewa pembiayaan akan menjadi kurang tepat
apabila lesse hanya membutuhkan aset jangka pendek.
1. Keuntungan bagi lessor sebagai berikut :
a. Secara hukum lessor berhak menjual barang yang disewa.
b. Secara akuntansi lessor masih mempunyai hak untuk menyusutkan aset tetap
yang disewa, karena hak kepemilikannya masih berada pada lessor.
2. Kerugian bagi lessor adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai risiko yang besar, apabila barang yang disewa mendapat tuntutan
dari pihak ketiga.
b. Tidak dapat melakukan tuntutan (complaint lessor) kepada pabrik atau
langsung kepada pemasok (seharusnya lessee sebagai pengguna barang).
PRAKTIK AKUNTANSI SEWA
Kegiatan sewa (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa dengan hak opsi maupun sewa tanpa hak opsi untuk digunakan oleh Lessee
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

PSAK No. 30 tentang sewa mengatur bahwa suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat
terkait dengan kepemilikan aset.

Sesuai PSAK 30 terkait dengan akuntansi leasing maka perlakuan akuntansi untuk aset dalam
sewa pembiayaan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual:
1. Disajikan sebagai aset tersedia untuk dijual, maka jumlah tercatatnya terutama dapat
dipulihkan melalui transaksi penjualan daripada penggunaan lebih lanjut.
2. Diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya dan nilai wajar setelah
dikurangi beban penjualan aset tersebut.
3. Diungkapkan dalam laporan keuangan untuk memungkinkan evaluasi dampak keuangan
adanya perubahan penggunaan aset.
Sewa dengan Hak Opsi Sewa Tanpa Hak Opsi

Jumlah pembayaran sewa selama Jumlah pembayaran sewa selama


Kriteria
masa sewa pertama ditambah
dengan nilai sisa uang modal,
masa sewa pertama tidak dapat
menutupi biaya perolehan barang Sewa
harus dapat menutup biaya modal yang disewakan ditambah
perolehan dan keuntungan lessor. keuntungan yang diperhitungkan dengan
Masa sewa sekurang-kurangnya oleh lessor.
1. 2 tahun untuk barang modal
golongan 1
Perjanjian sewa tidak memuat
ketentuan mengenai opsi bagi
dan
2. 2 tahun untuk barang modal
golongan II dan III
lessor. Tanpa
3. 7 tahun untuk golongan dunia
Hak Opsi
PENGAKUAN PENGHASILAN & PEMBEBANAN BIAYA
BAGI LESSOR & LESSE
Finance Lease dengan masa yang lebih singkat karena default.
Pihak lessor maupun pihak lessee harus membetulkan SPT
01 tahunan yang telah dimasukkan dengan melakukan
pembetulan atas penghasilan atau biaya sebagai akibat dari
perubahan perlakuan dari SGU finance lease menjadi DGU
operating lease.

02 Pihak lesssor melakukan penyusutan atas harta


yang dileasingkan.

Atas masa SGU yang telah lewat, lessee harus


03 memotong PPh pasal 23 sebesar pembayaran
bruto berupa sewa (Lease Payment)
PERHITUNGAN PEMBAYARAN SEWA

1. Payment In Advance, yaitu metode pembayaran


dimana pembeli terlebih dahulu melakukan
pembayaran sewa baik sebagian atau seluruhnya,
sebelum proses sewa dilakukan.
2. Payment In Arrears, yaitu pembayaran dimana
pembeli melakukan pembayaran sewa di
belakang atau setelah proses sewa dilakukan.

PENYERAHAN JASA DALAM KATEGORI SEWA

Pasal 4A ayat (3) huruf “d” menyatakan bahwa


kelompok jasa keuangan dikategorikan sebagai jenis
jasa yang tidak dikenai pajak pertambahan nilai. Salah
satu jasa keuangan dimaksud yaitu jasa pembiayaan
sewa dengan hak opsi. Sebagai contoh ayat jurnal yang
diperlukan perlu memperhatikan apakah sewa guna
usaha tersebut tidak memiliki atau memiliki hak opsi
Contoh Transaksi Sewa Tidak
Memiliki Hak Opsi
PT Asiarent yang telah dikukuhkan sebagai PKP penyewaan alat
PowerPoint Presentation
berat seharga Rp. 70.000.000,00 sebulan dengan pola SGU tanpa
hak opsi kepada PT pembangunan yang juga telah dikukuhkan
sebagai PKP. Perhitungan sewa tersebut dilakukan sebagai berikut:
Harga sewa perbulan Rp. 70.000.000,00
PPN (10% x Rp. 70.000.000,00) Rp. 7.000.000,00
PPh pasal 23 atas sewa
(2% x Rp. 70.000.000,00) Rp. 1.400.000,00 +
Total pembayaran Rp. 75.600.000,00
Ayat jurnal yang dibuat atas transaksi tersebut:
a. Pihak Lessor
Kas dan Bank Rp. 75.600.000,00
PPh Pasal 23 dibayar di muka Rp. 1.400.000,00
PPN Keluaran Rp. 7.000.000,00
Penghasilan Sewa Rp. 70.000.000,00
b. Pihak Lease
Beban Sewa Rp. 70.000.000,00
PPN Masukan Rp. 7.000.000,00
PPh Pasal 23 Terutang Rp. 1. 400.000,00
Kas dan Bank Rp. 75. 600.000,00
AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI

Akuntansi Komersial vs Akuntansi Perpajakan


PSAK NO. 34 TAHUN
Kontrak Konstruksi = Jasa Konstruksi
2010
Memberikan gambaran
perlakuan akuntansi
pendapatan dan biaya
Persoalan
yang berhubungan
dengan kontrak AKUNTANSI
konstruksi. Pada saat aktivitas kontrak mulai
KONTRAK dilakukan dan saat aktivitas
KONSTRUKSI tersebut selesai jatuh pada
periode akuntansi yang berlainan,
maka terdapat persoalan pada
alokasi pendapatan kontrak dan
biaya kontrak pada periode
pekerjaan konstruksi
dilaksanakan
PERATURAN YANG TERKAIT

ATURAN PELAKSANAAN PERPAJAKAN


LINGKUP USAHA JASA KONSTRUKSI
PP No. 51 Tahun 2008 tentang Pajak
Undang-Undang No. 18 Tahun 1999
Penghasilan atas Penghasian dari
tentang Jasa Konstruksi
Usaha Jasa Konstruksi

DIIKUTI DENGAN STANDAR AKUNTANSI


Peraturan Menteri Keuangan No. PSAK No. 34 Revisi 2010 tentang
187/PMK.03/2008 tentang Pajak Kontrak Konstruksi
Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha Jasa Konstruksi
AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI
Kontrak Konstruksi
Suatu kontrak yang dinegosiasikan PENGGOLONGAN
KONTRAK
secara khusus untuk konstruksi KONSTRUKSI
suatu aset atau suatu kombinasi
aset yang berhubungan erat satu
sama lain atau saling tergantung
dalam hal rancangan, teknologi,
KONTRAK HARGA
dan fungsi. TETAP
KONTRAK BIAYA PLUS
MELIPUTI: Kontrak tentang
Kontrak tentang
1. Kontrak pemberian jasa yang adanya penggantian
persetujuan
biaya-biaya yang telah
berhubungan langsung dengan kontraktor mengenai
dikeluarkan oleh
nilai kontrak atau tarif
konstruksi aset, contoh: pelayanan tetap per unit output
kontraktor sesuai
jasa untuk memakai proyek dan arsitek. dengan ketentuan
yang dalam beberapa
yang disepakati dan
2. Kontrak untuk penghancuran atau hal tunduk pada
ditambah dengan
restorasi aset dan restorasi lingkungan ketentuan-ketentuan
imbalan.
kenaikan biaya
setelah penghancuran aset.
AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI
Pekerjaan Konstuksi
Keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup pekerjaan arsitek, sipil, mekanikal, elektrikal, tata lingkungan dan perawatan.

JENIS USAHA KONSTRUKSI Akuntansi komersial menetapkan aturan pengakuan


1. Perencanaan Konstruksi pendapatan sebagai komponen penghasilan bruto. Namun
2. Pelaksanaan Konstruksi di lapangan pekerjaan konstruksi memerlukan jangka
3. Pengawasan Konstruksi waktu yang cukup panjang atau lebih dari satu tahun
pajak. Dalam hal inilah perusahaan harus menunggu
proses tersebut hingga selesai untuk mengakui pendapat
sebagai komponen penghasilan bruto, sehingga
Penghasilan Kena Pajak menjadi tidak mencerminkan hasil
Pendekatan yang digunakan usaha yang sebenarnya.
perusahaan yaitu metode OLEH KARENA ITULAH....
kontrak selesai
Metode ini seluruh penghasilan yang diperoleh dan kontrak diakui dalam tahun selesainya
kegiatan jasa terebut.
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa Pengawasan Konstruksi adalah pemberian
konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, jasa oleh orang pribadi atau badan yang
layanan jasa pelaksanaan konstruksi, dan dinyatakan ahli profesional di bidang
layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan pengawasan jasa konstruksi, yang mampu
konstruksi melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak
awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi
Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan sampai selesai dan diserahterimakan
atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan berserta Pengguna Jasa Konstruksi adalah orang
pengawasan untuk mewujudkan suatu pribadi atau badan termasuk bentuk usaha
bangunan atau bentuk fisik lain tetap yang memerlukan layanan jasa
konstruksi
Perencanaan Konstruksi adalah pemberian
jasa oleh orang pribadi atau badang yang Penyedia Jasa Konstruksi adalah orang
Batasan Dalam
dinyatakan ahli profesional di bidang Pengenaan PPh pribadi atau badan termasuk bentuk usaha
perencanaan jasa konstruksi yang mampu Usaha Jasa tetap yang kegiatan usahanya menyediakan
mewujudkan pekerjaan dalam bentuk Konstruksi layanan jasa konstruksi baik sebagai
dokumen perencanaan bangunan fisik lain perencanan konstruksi, pelaksana konstruksi,
dan pengawas konstruksi maupun sub-subnya.
Pelaksanaan Konstruksi adalah pemberian
jasa oleh orang pribadi atau badan yang Nilai Kontrak Jasa Konstruksi adalah nilai
dinyatakan ahli profesional di bidang yang tercantum dalam satu kontrak jasa
pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu konstruksi secara keseluruhan
menyelenggarakan atau mewujudkan
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau
bentu fisik lain
Pengakuan Undang-Undang
PSAK No. 34
Tahun 2010
Pendapatan Pajak Penghasilan
Mewajibkan kepada
Wajib Pajak untuk
- Apabila hasil outcome
kontrak konstruksi

Dalam menggunakan metode


persentase
penyelesaian
dapat diestimasi secara
andal, pendapatan
kontrak dan biaya

Akuntansi (percentage of
completion method)
dan metode
kontrak yang
berhubungan dengan
kontrak konstruksi

Kontrak penyelesaian secara


proporsional
(proportional
harus diakui masing-
masing sebagai
pendapatan dan beban

Konstruksi performance method)


sebagai dasar
pengakuan
dengan memperhatikan
tahap penyelesaian
kontrak pada neraca
pendapatan (percentage of
completion method).
- Taksiran kerugian pada
kontrak konstruksi
harus diakui sebagai
beban
PENGGUNAAN METODE
PERSENTASE PENYELESAIAN
Mengakui pendapatan kontrak sebagai
01 pendapatan dalam laporan laba rugi pada
periode akuntansi di mana pekerjaan
dilakukan. Sehingga akan tampak adanya
pendapatan dan biaya yang diakui dalam
suatu tahun pajak dipengaruhi juga oleh
pendapatan dan biaya yang diakui dalam
suatu tahun pajak sebelumnya.

Pendapatan dan beban perlu memperhatikan


02 tahap penyelesaian suatu kontrak

Pendapatan kontrak dapat berbentuk piutang,


03 apabila piutang tersebut tidak tertagih maka
diakui sebagai beban bukan sebagai
penyesuaian pendapatan kontrak
PAJAK PENGHASILAN JASA KONSTRUKSI
PP No. 138 Tahun 2000 tentang
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
dan Pelunasan Pajak Penghasilan
dalam tahun berjalan mengatur
penetapan laba bruto usaha di bidang
jasa konstruksi.
Laba bruto usaha yang diperoleh
dihitung berdasarkan metode Bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
persentase tingkat penyelesaian Bentuk Usaha Tetap di bidang jasa
pekerjaan konstruksi yang mengerjakan proyek
dengan jangka waktu lebih dari satu
tahun, maka perhitungan penghasilan
kena pajak dapat dilakukan dengan
Penghasilan netto dapat dihasilkan menggunakan metode persentase
dari laba bruto usaha dikurangi biaya penyelesaian.
atau pengeluaran biaya (biaya
langsung yang berhubungan dengan
pelaksanaan proyek) yang diatur
dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan.
TARIF PAJAK PENGHASILAN
USAHA JASA KONSTRUKSI
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan telah memberikan wewenang untuk
mengatur Pengenaan Pajak atas Penghasilan Usaha Konstruksi dengan Peraturan Pemerintah.
Dengan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 untuk usaha konstruksi yang sifat
pengenaannya final:
4% 2% 4%
Dari jumlah Dari jumlah Dari jumlah
bruto yang bruto yang bruto yang
diterima Wajib diterima Wajib diterima Wajib
Pajak penyedia Pajak penyedia Pajak penyedia
jasa jasa jasa
PERENCANAAN PELAKSANAAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI
TIDAK TERMASUK PEKERJAAN JASA KONSTRUKSI:
1. Perawatan berupa pembersihan dan pengecatan bangunan atau bentuk fisik lainnya yang dilakukan oleh
bukan pengusaha jasa konstruksi
2. Pemasangan komponen dan pemeliharaan mesin dan peralatan mekanik/elektrik langsung oleh pemasok
komponen siap pasang tersebut.
3. Pekerjaan jasa teknik, desain interior yang dilakukan oleh bukan pengusaha jasa konstruksi
CONTOH PERHITUNGAN
Suatu proyek konstruksi yang bernilai Rp. 1.000.000.000,00 dengan jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 (lima tahun)
Keterangan biaya yang terjadi pada tiap-tiap tahun sebagai berikut:
1. 2016
Akumulasi biaya sampai dengan akhir tahun buku = Rp. 150.000.000,00
Perkiraan sisa biaya penyelesaian proyek = Rp. 700.000.000,00
2. 2017
Akumulasi biaya sampai dengan akhir tahun buku = Rp. 400.000.000,00
Perkiraan sisa biaya penyelesaian proyek = Rp. 450.000.000,00
3. 2018
Akumulasi biaya sampai dengan akhir tahun buku = Rp. 600.000.000,00
Perkiraan sisa biaya penyelesaian proyek = Rp. 250.000.000,00
4. 2019
Akumulasi biaya sampai dengan akhir tahun buku = Rp. 750.000.000,00
Perkiraan sisa biaya penyelesaian proyek = Rp. 100.000.000,00
5. 2020
Total biaya proyek = Rp. 875.000.000,00
(total perkiraan semula Rp. 850.000.000,00
Laba bruto usaha setiap tahun dihitung sebagai berikut:
Tahun 2016
Harga Kontrak Rp. 1.000.000.000,00
Akumulasi biaya s.d. Akhir tahun 2016 Rp. 150.000.000,00
Perkiraan sisa biaya penyelesaian proyek Rp. 700.000.000,00 +
Rp. 850.000.000,00 +
Rp. 150.000.000,00
Perkiraan laba bruto usaha proyek
Laba bruto usaha tahun 2016
150.000.000,00 x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 26.470.588,23
850.000.000,00

Tahun 2017
Harga Kontrak Rp. 1.000.000.000,00
Akumulasi biaya s.d. Akhir tahun 2017 Rp. 400.000.000,00
Perkiraan sisa biaya penyelesaian proyek Rp. 450.000.000,00 +
Rp. 850.000.000,00 +
Rp. 150.000.000,00
Perkiraan laba bruto usaha proyek
Laba bruto usaha tahun 2017
400.000.000,00 x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 70.588.235,29
850.000.000,00
Laba bruto sampai dengan tahun 2016 Rp. 26.470.588,23 -
Laba bruto sampai tahun 2017 Rp. 44.117.647,06
Tahun 2018
Harga Kontrak Rp. 1.000.000.000,00
Akumulasi biaya s.d. Akhir tahun 2018 Rp. 600.000.000,00
Perkiraan sisa biaya penyelesaian proyek Rp. 250.000.000,00 +
Rp. 850.000.000,00 +
Rp. 150.000.000,00
Perkiraan laba bruto usaha proyek
Laba bruto usaha tahun 2018
600.000.000,00 x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 105.882.352,94
250.000.000,00
Laba bruto sampai dengan tahun 2017 Rp. 70.588.235,29 -
Laba bruto sampai tahun 2018 Rp. 35.294.117,65

Tahun 2019
Harga Kontrak Rp. 1.000.000.000,00
Akumulasi biaya s.d. Akhir tahun 2019 Rp. 750.000.000,00
Perkiraan sisa biaya penyelesaian proyek Rp. 100.000.000,00 +
Rp. 850.000.000,00 +
Rp. 150.000.000,00
Perkiraan laba bruto usaha proyek
Laba bruto usaha tahun 2019
750.000.000,00 x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 132.352.941,17
850.000.000,00
Laba bruto sampai dengan tahun 2018 Rp. 105.882.352,94 -
Laba bruto sampai tahun 2019 Rp. 26.470.588,23
Tahun 2020
Harga Kontrak Rp. 1.000.000.000,00
Total biaya proyek Rp. 875.000.000,00 -
Laba bruto usaha proyek Rp. 125.000.000,00
Laba bruto usaha sampai dengan tahun 2019 Rp. 132.352.941,17 -
Laba (rugi) bruto tahun 2020 (Rp. 7.352.941,17)

Anda mungkin juga menyukai