Anda di halaman 1dari 134

AKUNTANSI PERPAJAKAN

Tahun 2020

1
Pembukuan dan
Pencatatan
Pembukuan dan Pencatatan

Istilah: Pembukuan.
“Proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk menyediakan informasi shg.
dapat dihitung besarnya pajak”

USER: DJP

SAK dan UU PAJAK


(Penj. Pasal 28 Ayat (7) KUP)
Pembukuan dan Pencatatan
PEMBUKUAN
MENURUT
FISKAL

Tujuan

DAPAT DIGUNAKAN UNTUK


MENGHITUNG BESARNYA PAJAK
TERUTANG
Maka

YANG TERUTAMA ADALAH DAPAT


MEYAKINKAN FISKUS KETIKA
PEMERIKSAAN
Pembukuan dan Pencatatan
Menganut Prinsip Akuntansi Umum
KECUALI KETENTUAN PERPAJAKAN MENGATUR
KHUSUS
REFERENSI

Penjelasan Pasal 28 ayat (7) UU KUP :

“Dengan demikian pembukuan harus diselenggarakan


dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia
misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan,
kecuali peraturan perundang-undangan Perpajakan
menentukan lain.”
Pembukuan dan Pencatatan

Wajib Pembukuan (Pasal 28 ayat (1) UU KUP):


• WPOP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas; dan
• Wajib Pajak Badan.

Wajib Pencatatan
• WPOP yang tidak melakukan usaha
• WPOP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan
omzet < Rp 4,8 milyar
Pasal 28 ayat (2) UU KUP dan Pasal 14 ayat (2) UU PPh
Persyaratan Pembukuan
Pasal 28 UU KUP

• Mencerminkan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau


kegiatan usaha yang sebenarnya.
• Menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
• Taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
• Perubahan metode pembukuan dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
Persyaratan Pembukuan
Pasal 28 UU KUP
• Sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
• Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang
selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah
mendapat izin Menteri Keuangan.
• Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan selama 10 (sepuluh)
tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal
Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak
badan.
Bab 1
PENDAHULUAN
Akuntansi
 Definisi akuntansi
 Siklus akuntansi
 Laporan keuangan
Pajak
 Definisi pajak
 Jenis pajak
Pembukuan / Pencatatan bagi WP
9
AKUNTANSI PAJAK

 Pendahuluan
 Peranan akuntansi dalam sejarah
perpajakan di Indonesia
 Akun akuntansi pajak
 Pentingnya akuntansi pajak

10
AKUN AKUNTANSI PAJAK
Pajak Dibayar di Muka  PPh = PPh 22, 23, 24, 25, 28A
 Pajak Masukan

Aset Pajak Tangguhan


Neraca
 PPh = PPh 21, 23, 26, 29
Utang Pajak  Pajak Keluaran

Kewajiban Pajak Tangguhan

PPh 4 ayat 2, PM yang tidak dapat dikreditkan , PBB, Bea Materai

Laporan
Beban PPh
Laba Rugi
Pajak Tangguhan
11
Bab 2
KAS & SETARA KAS
Impress Fund System
Kas Kecil
Fluctuating Fund System
Kas
Kas Besar

Tabungan / Deposito
Bank PPh pasal 4
Diskonto SBI ayat (2) 
20%
Jasa Giro 12
Tabungan

Pada tanggal 1 Januari 2009 mendapatkan


bunga tabungan sebesar Rp 1.000.000

Pembukuan atas transaksi tersebut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


1-Jan-2009 Kas & Bank 800.000 -
PPh Ps. 4 ayat (2) 200.000 -
Pendapatan Bunga - 1.000.000

13
Bab 3
INVESTASI JANGKA PENDEK
Deposito (lebih dari 3 bulan)
Investasi Jangka Pendek xxx
Beli Kas / Bank xxx
Saham
Obligasi Kas / Bank
PPh Ps. 4 ayat (2)
xxx
xxx
Jual Rugi / Laba Penjualan Saham xxx xxx
Investasi Jangka Pendek xxx

PPh Ps. 4 ayat (2)  0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi
penjualan untuk bukan saham pendiri
14
Contoh
 Menjual Saham PT Mudaraya nominal Rp 20.000 sebanyak 8000 lembar dengan
harga jual Rp 166.000.000 , NPWP: 03.906.666.1.541.001
 Harga Perolehan Rp 170.000.000
 PPh Pasal 4 ast (2) 0,1% X Rp 166.000.000 = Rp 166.000

Kas / Bank 165,834,000


PPh Ps. 4 ayat (2) 166,000
Rugi / Laba Penjualan Saham 4,000,000
Investasi Jangka Pendek 170,000,000

15
Bab 4
PIUTANG
Penjualan

PPN Keluaran (Pajak Keluaran) = 10%

Piutang Usaha xxx


Pajak Keluaran xxx
Penjualan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan xxx
16
Retur Penjualan

Jurnal yang dibuat atas retur penjualan yaitu :

Retur Penjualan xxx


Pajak Keluaran xxx
Piutang Usaha xxx

Persediaan xxx
Harga Pokok Penjualan xxx

17
Definisi Piutang

Definisi Piutang:
Hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam
bentuk kas.
Jenis:
- Piutang Usaha
- Piutang Luar Usaha
Penghapusan Piutang-Metode Tidak
Langsung
• Kerugian piutang tak tertagih dapat diakui setiap tahun dengan
cara membentuk cadangan piutang tak tertagih.
• Jurnal akuntansinya:
Dr. Kerugian piutang tak tertagih XXX
Cr. Cadangan piutang tak tertagih XXX

Bila kemudian terjadi penghapusan piutang dagang, maka


akan dibuatkan jurnal:
Dr. Cadangan piutang tak tertagih XXX
Cr. Piutang dagang XXX
Aging of Accounts
Receivables
Estimate of Uncollectible
Accounts
Penghapusan Piutang-Metode
Langsung

• Dengan menggunakan metode penghapusan langsung ini,


piutang akan langsung dikredit (dihapus) dengan mendebit
kerugian piutang tak tertagih.
• Jurnal akuntansinya:
Dr. Kerugian piutang tak tertagih XXX
Cr. Piutang dagang XXX
Syarat Penghapusan Piutang
Pasal 6 ayat (1) UU PPh:

h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan


syarat:
1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang
tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak;
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada
Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang
menangani piutang negara; atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau
telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
Pembentukan Cadangan
(PMK-81/PMK.03/2009)
Pembentukan Cadangan
PEMBENTUKAN ATAU PEMUPUKAN DANA CADANGAN YANG BOLEH
DIKURANGKAN SEBAGAI BIAYA.
a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan
usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan
anjak piutang,
b. cadangan untuk usaha asuransi
c. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
d. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
e. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan
f. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat
pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
industri.
Piutang Tak Tertagih
AKUNTANSI  Standar Akuntansi Keuangan :
 Direct Write Off
 Allowance

PERPAJAKAN  UU PPh Nomor 36 Tahun 2008


 Direct Write Off
Dengan memenuhi syarat-syarat dari Pasal 6 ayat (1)
huruf h
 Allowance
Hanya untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan
anjak piutang
Pasal 9 ayat (1) huruf c
25
Bab 5
PERSEDIAAN
SISTEM PENCATATAN
 Periodik
 Perpetual

NILAI PENILAIAN

Perpajakan :
 Perpetual  PPh Pasal 10 ayat (6)
 FIFO / Average
26
Persediaan
Definisi Persediaan dalam PSAK 14 :
Aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, baik
barang dagangan untuk usaha perdagangan maupun barang jadi
untuk manufaktur; berada dalam proses produksi (barang dalam
proses manufaktur); dan dalam bentuk bahan baku atau bahan
pembantu untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian
jasa.
Penilaian Persediaan

Penilaian persediaan barang didasarkan pada harga perolehan.


Penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP
menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat (6), yaitu :
1. Metode FIFO
2. Metode Average
Bab 6
BIAYA DIBAYAR DI MUKA
Pencatatan secara akuntansi

Pendekatan Harta Pendekatan Beban

29
Pendekatan Harta
Dibayar biaya dibayar dimuka sebesar Rp 24.000.000 untuk 2 tahun pada tanggal
1 Desember 2009.
 Jurnal akuntansi komersial jika digunakan pendekatan harta:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Des-2009 Biaya Dibayar di Muka 24.000.000 -
Kas/Bank - 24.000.000

 Jurnal penyesuaian untuk tanggal 31 Desember 200 9 adalah :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-2009 Beban 1.000.000 -
Biaya Dibayar di - 1.000.000
Muka
 Ayat jurnal penutup untuk menutup perkiraan beban ke ikhtisar laba rugi :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-2009 Ikhtisar Laba Rugi 1.000.000 -
Beban - 1.000.000

 Ayat jurnal pembalik pada tanggal 1 Januari 2010 :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Jan-2010 Tidak ada jurnal - - 30
Pendekatan Beban
Dibayar biaya dibayar dimuka sebesar Rp 24.000.000 untuk 2 tahun pada tanggal
1 Desember 2009.
 Jurnal akuntansi komersial jika digunakan pendekatan beban :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


1-Des-2009 Beban 24.000.000 -
Kas/Bank - 24.000.000
 Jurnal penyesuaian untuk tanggal 31 Desember 200 9 adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-2009 Biaya Dibayar di Muka 23.000.000 -
Beban - 23.000.000

 Ayat jurnal penutup untuk menutup perkiraan beban ke ikhtisar laba rugi :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-2009 Ikhtisar Laba Rugi 1.000.000 -
Beban - 1.000.000

 Ayat jurnal pembalik pada tanggal 1 Januari 2010:


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Jan-2010 Beban 23.000.000 -
Biaya Dibayar di - 23.000.000
Muka 31
Sewa Dibayar Di Muka

Tanah & / Bangunan PPh Ps. 4 ayat (2)


 10%

Sewa Kendaraan Bermotor

PPh 23  2%

Aset Tetap Lainnya

32
Tanah & / Bangunan
Pada tanggal 2 Maret 2009
2009 PT Alvin
Alvin menyewakan ruang perkantoran
untuk PT Bayi
Bayi dengan harga sewa sebesar Rp 10.000.000 (belum
termasuk PPN) untuk masa 1 tahun.

Jurnal untuk transaksi tersebut adalah :

 Pembukuan PT Alvin
PT Bayi (PKP) PT Bayi (non PKP)

PT Alvin Kas/Bank 10.000.000 Kas/Bank 10.000.000


(PKP) PPh Ps.4 ayat (2) 1.000.000 PPh Ps. 4 ayat (2) 1.000.000
Pajak Keluaran 1.000.000 Pajak Keluaran 1.000.000
Pendapatan Sewa 10.000.000 Pendapatan Sewa 10.000.000

PT Alvin Kas/Bank 9.000.000 Kas/Bank 9.000.000


(non PKP) PPh Ps. 4 ayat (2) 1.000.000 PPh Ps. 4 ayat (2) 1.000.000
Pendapatan Sewa 10.000.000 Pendapatan Sewa 10.000.000

33
Tanah & / Bangunan (lanjutan)
 Pembukuan PT Bayi

PT Bayi (PKP) PT Bayi (non PKP)

PT Alvin Sewa ddm 10.000.000 Sewa ddm 10.000.000


(PKP) Pajak Masukan 1.000.000 Pajak Masukan 1.000.000
PPh Ps.4 ayat (2) 1.000.000 PPh Ps.4 ayat (2) 1.000.000
Kas/Bank 10.000.000 Kas/Bank 10.000.000

(Pajak Masukan dapat dikreditkan oleh PT (Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan oleh PT
Bayi) Bayi)

PT Alvin Sewa ddm 10.000.000 Sewa ddm 10.000.000


(non PKP) PPh Ps. 4 ayat (2) 1.000.000 PPh Ps.4 ayat (2) 1.000.000
Kas/Bank 9.000.000 Kas/Bank 9.000.000

34
Kendaraan Bermotor

Pada tanggal 1 April 2018 perusahaan Cici menyewa bus kepada


perusahaan Dion untuk jangka waktu 6 bulan. Biaya sewa per bulannya
adalah Rp 10.000.000. Perusahaan Cici dan perusahaan Dion adalah
Pengusaha Kena Pajak.
 Jurnal untuk perusahaan Cici :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Apr-18 Sewa bus dibayar di muka 60.000.000 -
Pajak Masukan 6.000.000 -
Utang PPh 23  - 120.000
Kas/Bank - 65.880.000
10-Mei-18 Utang PPh 23  900.000
Kas/Bank 900.000

 Jurnal untuk perusahaan Dion :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Apr-18 Kas/Bank 65.880.000 -
PPh 23 dibayar di muka   120.000 -
Pajak Keluaran  - 6.000.000
Pendapatan sewa - 60.000.000 35
Aset Tetap Lainnya
Pada tanggal 18 Oktober 2018 PT Jaya menyewa Peralatan Kapal dari PT Samudera
untuk reparasi kapalnya yang sedang diperbaiki dengan nilai Rp 100.000.000.
PPh 23 yang dipotong oleh PT Samudera adalah sebesar 2%x Rp 100.000.000 = Rp
2.000.000

 Jurnal untuk PT Jaya :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-18 Sewa dibayar dimuka 100.000.000 -
Pajak Masukan 10.000.000 -
Utang PPh 23 - 2.000.000
Kas/Bank - 108.000.000
10-Nov-18 Utang PPh 23  2.000.000 -
Kas/Bank - 2.000.000
 Jurnal untuk PT Samudera :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-18 Kas/Bank  108.000.000 -
PPh 23 dibayar di muka 2.000.000 -
  Pajak Keluaran - 10.000.000
 Pendapatan sewa - 100.000.000 36
PAJAK DIBAYAR DI MUKA
PPh 22

PPh 23

Pajak Dibayar Dimuka PPh 24

PPh 25

PPN Masukan
37
PPh 22 Subjek Pajak
Pemungut (yang dipotong)
WP dalam negeri
Bank Devisa & Dirjen Bea Cukai
Bendahara Pemerintah
membayar Orang Pribadi
BUMN/BUMD Badan
BI, PPA, Bulog, Telkom, PLN, dll
Industri semen, kertas, baja, BUT
otomotif
Produsen dan importir yang
bergerak dalam bidang bahan bakar
minyak, gas dan pelumas
Industri dan eksportir dalam sektor
Bukan objek
perhutanan, perkebunan, pertanian,
dan perikanan
Badan yang melakukan penjualan
barang tergolong sangat mewah Objek Impor barang / penyerahan barang
yang tidak terutang PPh;
Impor barang yang dibebaskan
dari Bea Masuk &/ PPN;
Transaksi Impor Impor yang dimaksudkan untuk
Transaksi dengan Bendahara diekspor kembali;
Pemerintah, BUMN/D, BI PPA, Bulog, Pembayaran yang jumlahnya
paling banyak Rp 1.000.000 dan tidak
Telkom, PLN, Garuda Indonesia,
merupakan pembayaran yang
Indosat, Krakatau Steel, Pertamina, bank terpecah-pecah;
BUMN Pembayaran listrik, gas, air
Bukan Pemungut Transaksi dengan industri kertas, minum / PDAM dan benda pos;
semen, baja, otomotif Emas batangan;
Pembayaran / pencairan dana JPS
Transaksi penjualan bahan bakar
oleh KPKN;
minyak, gas & pelumas Impor kembali (re-import);
Transaksi pembelian dari pedagang Pembayaran untuk pembelian
Perwakilan NA pengumpul dalam sektor perhutanan, gabah dan atau beras oleh BULOG
Organisasi Internsl perkebunan, pertanian & perikanan
Transaksi barang sangat mewah
38
Pajak Penghasilan 22
1. Transaksi impor barang
2. Transaksi dengan :
a) Dirjen Perbendaharaan
b) BUMN/D dengan dana yang bersumber dari APBN/D
c) BI, PT PPA, Perum Bulog, PT Telkom, PT PLN, PT
Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Steel, PT
Pertamina dan Bank BUMN
3. Transaksi dengan industri tertentu  semen, kertas,
baja, dan otomotif
4. Transaksi dengan Pertamina atas penjualan bahan bakar
minyak, gas, dan pelumas
5. Transaksi dengan industri dan eksportir yang bergerak
dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan
perikanan dari pedagang pengumpul
6. Transaksi penjualan barang yang tergolong sangat
mewah 39
Tarif PPh 22
No Objek Tarif
1 Impor API = 2,5% x NI
Non = 7,5% x NI
2 Dirjen Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah,
BUMN/D, BI, PPA, Bulog, Telkom, PLN, Garuda
1,5% × HP
Indonesia, Indosat, Krakatau Steel, Pertamina,
bank BUMN
3 Penjualan dari industri :
a. Semen 0,25% x DPP PPN
b. Kertas 0,10% x DPP PPN
c. Baja 0,30% x DPP PPN
d. Otomotif 0,45% × DPP PPN
4 Sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, &
0,25% × HP
perikanan dari pedagang pengumpul
5 Penjualan barang yang tergolong sangat
5% x HJ
mewah 40
Tarif PPh 22 - lanjutan
No Objek Tarif
SPBU Swasta SPBU
Pertamina
6 Penjualan oleh Pertamina :
• Premium/Solar/Premix/Super TT 0,30% x HJ 0,25% x HJ
• Minyak tanah, gas LPG - 0,30% x HJ
• Oli/pelumas Pertamina - 0,30% x HJ

41
Tarif PPh 22 - lanjutan

 Tarif bagi WP ber-NPWP


 Tarif bagi WP tidak ber-NPWP

Tarif bagi WP tidak ber-NPWP


100% lebih tinggi dibandingkan dengan
tarif bagi WP ber-NPWP

42
PPh 22 atas Penjualan kepada Ditjen
Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah,
& BUMN/D
Pada tanggal 10 April 2009 Pemda DKI Jakarta membeli komputer
secara tunai di PT XYZ dengan harga Rp 220.000.000 (termasuk PPN).
Atas pembelian tersebut, Bendahara Pemda DKI Jakarta memungut PPN
dan PPh 22 seperti berikut ini :
PPN  Rp 220.000.000 x (10/110) = Rp 20.000.000
PPh 22  Rp 220.000.000 x (100/110) x 1,5% = Rp 3.000.000

Jurnal untuk PT XYZ yaitu :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


10-Apr-09 Kas/Bank  197.000.000 -
PPh 22 dibayar di muka 3.000.000 -
PPN Pemungut 20.000.000 -
  Penjualan   - 200.000.000
Pajak Keluaran - 20.000.000
43
PPh 22 atas Penjualan kepada BI, PPA,
Bulog, Telkom, PLN, Garuda Indonesia,
Indosat, Krakatau Steel, Pertamina, &
Bank BUMN
Contoh soal sama dengan diatas,
Misalkan pembeli  Bank Indonesia melalui Bendahara
Pemerintah dengan menggunakan dana APBN,
sehingga pencatatan jurnal PT XYZ atas transaksi tersebut
adalah :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


10-Apr-09 Kas /Bank 197.000.000 -
PPh 22 dibayar di muka 3.000.000 -
PPN Pemungut 20.000.000 -
  Penjualan - 220.000.000

44
PPh 22  Industri Tertentu
Pada tanggal 27 Juni 2007 PT Atik, salah satu pabrikasi otomotif, menjual
hasil produksinya kepada PT Ria dengan nilai sebesar Rp 500.000.000
belum termasuk PPN. Atas pembelian tersebut diperhitungkan :
PPN 10%  Rp 50.000.000
PPh 22  0,45% x Rp 500.000.000 = Rp 2.250.000
 Atas transaksi ini dicatat oleh PT Ria adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
27-Jun-07 Persediaan alat otomotif 500.000.000 -
Pajak Masukan 50.000.000 -
PPh 22 dibayar di muka 2.250.000 -
Kas / Bank - 552.250.000

 Sedangkan untuk PT Atik mencatat sebagai berikut:


Tanggal Keterangan Debet Kredit
27-Jun-07 Kas / Bank   552.250.000 -
Pajak Keluaran - 50.000.000
  Utang PPh 22 - 2.250.000
  Penjualan - 500.000.000 45
PPh 22  Penjualan Bahan Bakar
Minyak, Gas, & Pelumas
PT Didoy bergerak di bidang industri plastik.
Pada tanggal 14 Januari 2007 membeli solar dari Pertamina yang akan
digunakan untuk pengoperasian mesin pengolahan plastiknya sebesar Rp
100.000.000 belum termasuk PPN.

PPN sebesar 10% x Rp 100.000.000 = Rp 10.000.000


PPh 22  0,3% x Rp 100.000.000 = Rp 300.000, sehingga total penyetorannya
adalah Rp 110.300.000

Jurnal yang dibuat oleh PT Didoy adalah sebagai berikut :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
14-Jan-07 Persediaan solar  100.000.000 -
PPh 22 dibayar di muka 300.000 -
Pajak Masukan 10.000.000 -
Kas / Bank - 110.300.000

46
PPh 22  Pedagang pengumpul hasil
perkebunan
Pada tanggal 18 Oktober 2009 PT Doci menjual hasil perkebunan kepada PT Giagia
yang merupakan produsen sambal tomat dengan orientasi ekspor dan telah ditunjuk
sebagai pemungut PPh 22 sesuai dengan SK dari KPP. Nilai penjualan adalah Rp
500.000.000 belum termasuk PPN.
PPN  10% x Rp 500.000.000 = Rp 50.000.000
PPh 22  0,25% x Rp 500.000.000 = Rp 1.250.000
 Jurnal untuk PT Doci adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-09 Kas/Bank  548.750.000 -
PPh 22 dibayar di muka   1.250.000 -
Pajak Keluaran  - 50.000.000
Penjualan hasil perkebunan - 500.000.000

 Sedangkan untuk PT Giagia mencatat transaksi tersebut :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-09 Pembelian hasil perkebunan 500.000.000 -
Pajak Masukan  50.000.000 -
Utang PPh 22 - 1. 250.000  
47
  Kas/Bank - 548.750.000
PPh 23 Subjek Pajak
Pemotong (yang dipotong)
(Witholder)
WP dalam negeri
Badan pemerintah membayar Orang Pribadi
WP badan DN Badan
WP OP yang ditunjuk oleh
KPP: BUT
 Akuntan, arsitek,
dokter, notaris, PPAT,
pengacara, konsultan
 OP yang
menyelenggarakan
Bukan Objek
usaha (pembukuan)
BUT Objek
Penghasilan yang dibayar
/ terutang kepada bank
Sewa dengan SGU hak
Dividen opsi
Dividen yang diterima WP
Bunga badan dengan kepemilikan
Royalti / imbalan atas sahamnya > 25%
Bukan Pemotong penggunaan hak Bagian laba yang diterima
Hadiah, penghargaan, bonus anggota perseroan
komanditer
& sejenisnya SHU koperasi
Perwakilan NA Sewa Bunga atas penyaluran
Organisasi Imbalan jasa pinjaman berbasis syariah
Internasional
Tarif PPh 23

 Dividen
 Bunga
 Royalti 15%
 Hadiah & penghargaan

 Sewa
 Imbalan jasa 2%
49
Tarif PPh 23 - lanjutan

 Tarif bagi WP ber-NPWP


 Tarif bagi WP tidak ber-NPWP

Tarif bagi WP tidak ber-NPWP


100% lebih tinggi dibandingkan dengan
tarif bagi WP ber-NPWP
50
PPh 23  Dividen

 Pada 22 Desember 2009 PT Edson membayar dividen


kepada Diestri salah satu pemegang sahamnya senilai
Rp 100.000.000
 Atas pembayaran dividen tersebut PT Edson
memotong PPh Pasal 17 ayat (2c) final  10%
 Penghasilan yang diakui oleh Diestri adalah sebesar
Rp 90.000.000 setelah dipotong PPh final sebesar Rp
10.000.000 oleh PT Edson
 PPh yang dipotong oleh PT Edson, tidak dapat
diperhitungkan pada PPh terutang Diestri pada akhir
tahun pajak. 51
PPh 23  Royalti
PT Akido menerima penghasilan royalti dari PT Bambi sebesar Rp
100.000.000.
PT Akido memungut PPN  10% = Rp 10.000.000 dari PT Bambi.
PT Bambi memotong PPh 23  15% = Rp 15.000.000 dari PT Akido.
 Atas transaksi tersebut dicatat oleh PT Akido adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-09 Kas /Bank 95.000.000  -
PPh 23 dibayar di muka  15.000.000 -
Pajak Keluaran  - 10.000.000 
Pendapatan royalti - 100.000.000

 Sedangkan untuk PT Bambi mencatat :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-09 Beban royalti 100.000.000 -
Pajak Masukan  10.000.000 -
Utang PPh 23 - 15.000.000
  Kas/Bank -  95.000.000 52
PPh 23  Hadiah
Pada tanggal 6 Januari 2009 PT Margaret memberikan hadiah sebesar
Rp 100.000.000 kepada PT Matthew yang telah berhasil dapat
menjualkan produk-produknya.
PT Margaret dipungut PPN  10% = Rp 10.000.000
PT Matthew dipotong PPh 23  15% = Rp 15.000.000
 Jurnal untuk PT Margaret :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
6-Jan-09 Biaya hadiah 100.000.000 -
Pajak Masukan 10.000.000 -
Utang PPh 23  - 15.000.000 
Kas/Bank - 95.000.000
10-Feb-09 Utang PPh 23  15.000.000
Kas/Bank   15.000.000
 Jurnal untuk PT Matthew :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
6-Jan-09 Kas/Bank 95.000.000  -
PPh 23 dibayar di muka  15.000.000 -
Pajak Keluaran  - 10.000.000
Pendapatan lain-lain (hadiah) -   100.000.000 53
PPh 23  Imbalan Jasa
PT Ramli menggunakan jasa akuntan dari KAP Rina, Rini dan Rekan.
Atas penggunaan jasa tersebut PT Ramli membayar fee sebesar Rp
20.000.000 (belum termasuk PPN) pada tanggal 8 Juli 2009.

PPN yang dipungut 10% x Rp 20.000.000 = Rp 2.000.000


PPh 23 yang dipotong dari KAP Rina, Rini dan Rekan  2% x Rp
20.000.000 = Rp 400.000
 Jurnal untuk PT Ramli adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
8-Jul-09 Biaya jasa akuntan 20.000.000 -
Pajak Masukan  2.000.000 -
Utang PPh 23  - 400.000  
Kas/Bank -  21.600.000

 Jurnal untuk KAP Rina, Rini dan Rekan adalah :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
8-Jul-09 Kas/Bank  21.600.000 -
PPh 23 yang dibayar di muka 400.000 -
Pajak Keluaran  - 2.000.000
Pendapatan jasa - 20.000.000 54
Pajak Penghasilan 25
SPT Tahunan PPh Badan Kurang Bayar – Masa 12 bulan
PPh yang terutang berdasarkan SPT PPh tahun 200 9 Rp 50.000.000.

Penghitungan angsuran PPh 25 :


PPh terutang Rp 50.000.000
Dikurangi Kredit pajak :
a.PPh yang dipungut oleh pihak lain (Pasal 22) Rp 10.000.000
b.PPh yang dipotong oleh pihak lain (Pasal 23) Rp 7.500.000
c.Kredit PPh luar negeri (Pasal 24) Rp 17.500.000
---------------------- (+)
Jumlah kredit pajak Rp 35.000.000
----------------------- (-)
PPh dibayar sendiri Rp 15.000.000

Besarnya PPh 25 / angsuran pajak yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk tahun 2010
 Rp 15.000.000 x 1/12 = Rp 1.250.000

Jurnal perusahaan pada saat pembayaran PPh 25 setiap bulannya adalah sebagai berikut :

Keterangan Debet Kredit


PPh 25 dibayar di muka 1.250.000 -
Kas/Bank - 1.250.000 55
PPN Masukan (input tax)

Saat Pengusaha Kena Pajak (PKP)


membeli BKP atau menerima JKP dari
PKP lain, juga membayar pajak yang
terutang, yang dinamakan

PPN Masukan (input tax)


56
 Hak pengkreditan PPN Masukan yang melekat pada setiap
PKP maka secara legal UU PPN 2009 memberikan peluang
untuk mengatur pembayaran PPN dengan memaksimalkan
jumlah kredit PPN Masukan.
 Mekanisme pengkreditan PPN Masukan dilakukan setiap
akhir masa per bulan.
 PPN Masukan yang wajib dibayar tersebut dapat
dikreditkan oleh PKP dengan PPN Keluaran yang dipungut
dalam masa pajak yang sama.
 PKP berhak mengkreditkan PPN Masukan sepanjang
berhubungan dengan kegiatan usaha. 57
 Perolehan BKP / JKP sebelum pengusaha dikukuhkan
sebagai PKP;
 Perolehan BKP / JKP yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha;
 Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa
sedan dan station wagon, kecuali merupakan barang
dagangan /disewakan;
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud / JKP dari luar daerah
pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP;
 Perolehan BKP / JKP yang Faktur Pajak-nya tidak
memenuhi ketentuan secara formal dan material / tidak
mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP /
penerima JKP;
58
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud / JKP dari luar daerah
pabean yang Faktur Pajak-nya tidak memenuhi
ketentuan;
 Perolehan BKP / JKP yang PPN Masukan-nya ditagih
dengan penerbitan ketetapan pajak;
 Perolehan BKP / JKP dimana PPN Masukan-nya tidak
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu
pemeriksaan; dan
 Perolehan BKP selain barang modal / JKP sebelum PKP
berproduksi. 59
Bab 7
INVESTASI JANGKA PANJANG

< 20% → Cost

Tingkat
Kepemilikan 20% < x < 50% → Equity
Saham

> 50% → Konsolidasi

60
Cost Method
Jurnal untuk membukukan transaksi investasi
dalam saham dengan menggunakan cost method
adalah sebagai berikut:

Transaksi Keterangan Debet Kredit


Pembelian investasi  Investasi dalam saham - PT…..  xxx -
Kas/Bank - xxx
Pengumuman laba  / rugi Tidak ada jurnal - -
Pembagian dividen   Kas/Bank xxx -
PPh 23 dibayar di muka xxx -
Pendapatan Dividen - xxx

61
EQUITY METHOD
Jurnal untuk transaksi investasi dalam saham dengan menggunakan
equity method adalah sebagai berikut :
Transaksi Equity Method Debet Kredit
(Kepemilikan saham < 25 %)
Pembelian investasi  Investasi dalam saham - PT….. xxx -
Kas/Bank - xxx
Pengumuman laba  Investasi dalam saham - PT….. xxx -
Pendapatan Investasi - xxx
Pembagian dividen   Kas/Bank xxx -
PPh 23 dibayar di muka xxx -
Investasi dalam saham- - xxx
PT…
Transaksi Equity Method Debet Kredit
(Kepemilikan saham >= 25 %)
Pembelian investasi  Investasi dalam saham - PT….. xxx -
Kas/Bank - xxx
Pengumuman laba  Investasi dalam saham - PT….. xxx -
Pendapatan Investasi - xxx
Pembagian dividen   Kas/Bank xxx -
Investasi dalam saham- - xxx 62
PT…
Bab 8
ASET TETAP
Pembelian Dalam Negeri

Pembelian
Aset Tetap Pembelian Impor

Akuntansi
Leasing
Pajak
63
Pembelian Dalam Negeri
Tanggal 1 Januari 2009 PT Sisi (PKP) membeli
kendaraan operasional seharga Rp 200.000.000
belum termasuk PPN 10%.

Maka jurnal yang dibuat oleh PT Sisi adalah :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


1-Jan-09 Kendaraan 200.000.000 -
Pajak Masukan 20.000.000 -
Kas/Bank - 220.000.000

64
Pembelian Impor
Tanggal 1 Januari 2009 PT Sisi (PKP yang mempunyai
API) mengimpor komputer dari Taiwan dengan nilai
impor sebesar Rp 150.000.000 dan PPN sebesar 10%.

Jurnal yang dibuat oleh PT Sisi adalah :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


1-Jan-09 Peralatan kantor 150.000.000 -
Pajak Masukan 15.000.000 -
PPh 22 dibayar dimuka 3.750.000 -
Kas/Bank - 168.750.000

65
Leasing
PT Jocelyn membeli aset berupa mesin produksi dengan cara
leasing pada tanggal 11 Maret 2009 dimana pembelian ini
merupakan capital lease. Periode leasing selama 4 tahun. Pada
akhir masa leasing ada opsi pembelian dengan harga Rp
2.000.000 tingkat bunga implisit 10%. Pembayaran pertama
dilakukan pada tanggal 11 Maret 2009.
Jurnal yang dibuat PT Jocelyn selaku lessee :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


11-Mar- Aset tetap leasing 6.596.350 -
09 Utang leasing jangka pendek - 1.374.239,58
- 5.222.110,42
Utang leasing jangka panjang -
Utang leasing jangka pendek 137.423,96
Kas/Bank - 137.423,96
11-Apr-09 Utang leasing 137.423,96 -
Biaya bunga leasing 645.892,60 -
Kas/Bank - 783.316,56

66
Penyusutan Aset Tetap

Akuntansi

Metode Penyusutan :

 Metode garis lurus (Straight Line Method)

 Metode saldo menurun (diminishing balance method)

 Metode jumlah unit (sum of the unit method)

67
Penyusutan Aset Tetap - lanjutan

Pajak
Metode penyusutan :
 Metode garis lurus (straight line method)
 Metode saldo menurun (declining balance method)

Kelompok Masa Tarif Penyusutan


Harta Berwujud Manfaat
Garis Lurus Saldo Menurun

I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25 % 50 %
Kelompok 2 8 tahun 12,5 % 25 %
Kelompok 3 16 tahun 6,25 % 12,5 %
Kelompok 4 20 tahun 5% 10 %

II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Tidak Permanen  10 tahun  10% - 68
Penjualan Aset Tetap
Sebuah mobil box yang diperoleh perusahaan pada tanggal 12 Juli 2007
dengan harga Rp 48.000.000.
Estimasi masa manfaat mobil box menurut akuntansi  6 tahun, sedangkan
menurut pajak  8 tahun.
Pada tanggal 31 Desember 2008, mobil box tersebut dijual dengan harga Rp
40.000.000.
Metode penyusutan menurut akuntansi dan pajak adalah metode garis lurus.

 Laba / rugi atas penjualan mobil box baik secara akuntansi maupun perpajakan :

Keterangan Akuntansi (Rp) Perpajakan (Rp)


Harga perolehan 48.000.000 48.000.000
Akumulasi penyusutan (12.000.000) ( 8.500.000)
Nilai buku 36.000.000 39.500.000
Harga Pasar 40.000.000 40.000.000
Laba penjualan aset 4.000.000 500.000
69
Penjualan Aset Tetap – lanjutan
 Jurnal atas penjualan aset tersebut :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-08 Kas / Bank 44.000.000 -
Akumulasi penyusutan kendaraan 12.000.000 -
Kendaraan - 48.000.000
PPN 16D - 4.000.000
Laba penjualan kendaraan - 4.000.000

 Besarnya koreksi fiskal pada saat pengisian SPT :


Perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan aset yang terjadi antara
akuntansi dan pajak, maka perusahaan tidak perlu membuat jurnal
penyesuaian.
Perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan aset tersebut menimbulkan
beda tetap / beda permanen antara pajak dan akuntansi.
Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan koreksi negatif pada rekonsiliasi
fiskal saat pengisian SPT  Rp 4.000.000 – Rp 500.000 = Rp 3.500.000 70
 Akuntansi (PSAK 16)

Mulai 1 Januari 2008, perusahaan


diperbolehkan untuk memilih model
pencatatan aset tetap (setelah
pengakuan awal), model biaya atau
model revaluasi. Model yang dipilih harus
diterapkan terhadap seluruh aset tetap
dalam kelompok yang sama.
71
Aset Tetap –
Model Revaluasi
 Akuntansi

Nilai wajar pada jumlah revaluasi  nilai wajar


pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan
yang cukup reguler.
Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai
72
wajar dari suatu aset tetap yang direvaluasi.
Revaluasi Aset Tetap - pajak
PMK-79/PMK.03/2008 jo. PER-12/PJ/2009
WP wajib mengajukan permohonan kepada Kepala KanWil
DJP yang membawahi KPP Domisili, untuk mendapatkan
Persetujuan Dirjen Pajak terlebih dahulu.

 Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingkan:


Harga pasar (penilaian dari jasa penilai atau ahli penilai) xxx
Nilai buku fiskal xxx
Selisih lebih revaluasi aset tetap untuk perpajakan xxx

dikenakan PPh Final  10%


73
Bab 9
ASET LAIN-LAIN

 Goodwill
 Biaya Pendirian dan Perluasan Modal
 Biaya Pra-operasi

74
Amortisasi
Aset Tidak Berwujud
 Akuntansi
Amortisasi dengan metode garis lurus (straight line method).

 Pajak
Amortisasi dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode saldo
menurun (double declining method) dan metode garis lurus
(straight line method).
Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif Amortisasi Berdasarkan
tak Berwujud Metode
Garis Lurus Saldo Menurun

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%


Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10% 75
Amortisasi  Waralaba
Tanggal 1 Januari 2009 PT Herluces mengeluarkan uang sebesar Rp 200.000.000
(belum termasuk pajak) untuk memperoleh waralaba dari McDonalds selama 4 tahun.
PT Hercules menggunakan metode garis lurus.

Jurnal untuk membukukan transaksi tersebut adalah :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


1-Jan-09  Waralaba 200.000.000 -
Pajak Masukan 20.000.000 -
Utang PPh 26 - 40.000.000
Kas/Bank - 180.000.000
31-Dec-09 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Dec-10 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Dec-11 Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
31-Dec-12  Beban amortisasi 50.000.000 -
Waralaba - 50.000.000
76
Bab 10
KEWAJIBAN
 Kewajiban Jangka Pendek
 Kewajiban Jangka Panjang

77
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
 Utang Bank
 Utang Usaha
 Biaya yang Masih Harus Dibayar
 Utang Pajak
PPh 21  Dividen
 Bunga
 Royalti
PPh 23
 Hadiah
 Sewa
PPh 26  Imbalan Jasa

PPN Keluaran
 Utang Dividen
 Utang Wesel
 Pendapatan Diterima di Muka 78
Utang Bank
SE-46/PJ.4/1995
Pada tahun 1998, PT Ako mendapat pinjaman dari pihak
ketiga dengan batas maksimum sebesar Rp 200.000.000
dan tingkat bunga pinjaman 20%.
Pada bulan Februari telah diambil sebesar Rp 125.000.000,
pada bulan Juni diambil lagi sebesar Rp 25.000.000 dan
sisanya (Rp 50.000.000) diambil pada bulan Agustus.

Disamping itu PT Ako mempunyai dana yang ditempatkan


dalam bentuk deposito dengan perincian sebagai berikut :
 Februari s/d Maret Rp 25.000.000
 April s/d Agustus Rp 46.000.000
 September s/d Desember Rp 50.000.000
79
Utang Bank - lanjutan
Bulan Jumlah Pinjaman Jangka Waktu Rata-rata Pinjaman
Januari 0 1 bulan 0
Februari s/d Mei Rp 125.000.000 4 bulan Rp 500.000.000
Juni s/d Juli Rp 150.000.000 2 bulan Rp 300.000.000
Agustus s/d Desember Rp 200.000.000 5 bulan Rp 1.000.000.000
Rp 1.800.000.000
Rata-rata pinjaman per bulan  Rp 1.800.000.000 : 12 = Rp 150.000.000

Bulan Jumlah Deposito Jangka Rata-rata Deposito


Waktu
Januari 0 1 bulan 0
Februari s/d Maret Rp 25.000.000 2 bulan Rp 50.000.000
April s/d Agustus Rp 46.000.000 5 bulan Rp 230.000.000
September s/d Desember Rp 50.000.000 4 bulan Rp 200.000.000
Rp 480.000.000
Rata-rata deposito per bulan  Rp 480.000.000 : 12 = Rp 40.000.000

Jadi bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya yaitu sebesar :


 20% x (Rp 150.000.000 - Rp 40.000.000) = Rp 22.000.000 80
Utang Usaha
Pada tanggal 31 Januari 2009 perusahaan melakukan
pembelian barang dagang sebesar Rp 15.000.000 dan
utang tersebut dilunasi pada tanggal 28 Februari 2009.
Jurnal atas transaksi tersebut yaitu :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31-Jan-09 Pembelian 15.000.000 -
Pajak Masukan 1.500.000 -
Utang Usaha - 16.500.000
28-Feb-09 Utang Usaha 16.500.000 -
Kas/Bank - 16.500.000

81
Penghitungan PPh 21
Penghasilan Bruto

Pegawai Tetap Pensiunan Pegawai


Distributor &
tidak tetap,
Direct Selling,
pemagang,
Gaji, Tunjangan Uang Pensiun Kegiatan
calon
Terkait dgn Gaji Bln, Tunjangan Sejenis
pegawai

Dikurangi:
Dikurangi: Honorarium Honorarium
• Biaya jabatan, 5% dari Biaya pensiun, 5%
penghasilan bruto maks. dari penghasilan
Rp 6.000.000 / thn atau Rp bruto maks. Rp
500.000 / bln 2.400.000 / thn
• Iuran yang terkait dengan
atau Rp 200.000 /
penghasilan tetap
bln

Penghasilan Netto dikurangi PTKP PTKP Bulanan

Tarif Ps.17 ayat (1) UU PPh Penghasilan Kena Pajak


(dibulatkan ke bawah ribuan hidup)
URAIAN SETAHUN
(Rp)
SEBULAN
(Rp)
WP 54.000.000.- 4.500.000,-

WP KAWIN 58.500.000.- 4.875.000,-

ISTERI BEKERJA 54.000.000.- 4.500.000,-

TANGGUNGAN 4.500.000.- 375.000,-

MAKS. TANGGUNGAN K/3

83
Tarif PPh 21
 Tarif bagi WP ber-NPWP
 Tarif bagi WP tidak ber-NPWP

Tarif bagi WP tidak ber-NPWP


20% lebih tinggi dibandingkan dengan
tarif bagi WP ber-NPWP

84
Tarif PPh 21 - lanjutan
Tarif
Lapisan
Penghasilan Kena Pajak (ber- (Tidak ber-NPWP)
NPWP)

5% 6%
s.d. Rp 50.000.000,-
(5% + 20%x 5%)

Di atas 15% 18%


Rp 50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 (15% + 20%x 15%)

Di atas 25% 30%


Rp 250.000.000,- s.d. Rp (25% + 20%x 25%)
500.000.000,-

Di atas 30% 36%


85
Rp 500.000.000,- (30% + 20%x 30%)
Pajak Penghasilan 21 - lanjutan
Fernando bekerja pada PT Asia dan memperoleh gaji
sebulan sebesar Rp 18.000.000.
Dia sudah memiliki NPWP.
Statusnya menikah, memiliki 2 orang anak dan
menanggung kedua orang tuanya yang sudah tidak
bekerja lagi.
PT Asia mengikuti program Jamsostek dimana PT Asia
membayar premi asuransi kecelakaan kerja dan premi
asuransi kematian sebesar Rp 150.000 dan Rp 80.000 PT
Asia memberikan tunjangan transport Rp 1.000.000 per
bulan.
Fernando membayar uang pensiun Rp 50.000 per bulan
dan iuran THT 1% dari gaji sebulan.

86
Pajak Penghasilan 21 - lanjutan
Perhitungan yang dibuat oleh PT Asia pada tahun 2009 setiap bulannya :

Gaji / bulan 18.000.000


+ premi asuransi kecelakaan 150.000
+ premi asuransi kematian 80.000
+ Tunjangan transport 1.000.000
Penghasilan bruto/ bulan 19.230.000
-- Biaya jabatan (5 % max =500.000) ( 500.000)
-- Iuran pensiun ( 50.000)
-- Iuran THT ( 180.000)
Penghasilan neto / bulan 18.500.000
Penghasilan neto / tahun = 18.500.000 x 12 = 222.000.000
-- PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
Wajib Pajak 54.000.000
Status Kawin 4.500.000
Tanggungan (max 3,@4.500.000) 13.500.000 = ( 72.000.000)
Penghasilan Kena Pajak = 150.000.000
PPh pasal 21 / tahun
5% x 50.000.000 = 2.500.000
15%x 100.000.000 = 15.000.000
17.500.000
PPh pasal 21 / bulan = 17.500.000 / 12 = 1.458.333
87
Pajak Penghasilan 21 - lanjutan
Uang yang dibawa pulang oleh Fernando / Take home pay 
gaji bulanan + tunjangan – (iuran pensiun + iuran THT yang dibayarkan oleh karyawan
sendiri) – PPh 21 bulanan = 18.000.000 + 1.000.000 - 50.000 – 180.000 – 1.458.333
= Rp 17.311.667

 Jurnal yang dibuat oleh PT Asia pada saat pembayaran gaji :


Keterangan Debet Kredit
Biaya gaji 19.230.000 -
Kas/Bank - 1.311.667
Utang PPh 21 - 1.458.333
Utang premi asuransi - 230.000
Utang iuran pensiun - 50.000
Utang iuran THT - 180.000

 Jurnal saat penyetoran pajak dan iuran lainnya :


Keterangan Debet Kredit
Utang PPh 21 1.458.333 -
Utang premi asuransi 230.000 -
Utang iuran pesiun 50.000 -
Utang iuran THT 180.000 -
Kas/Bank - 1.918.333 88
Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan
Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang
Tidak Dikenakan Pemotongan PPh
(PMK-254/PMK.03/2008 jo. PER-31/PJ/2009)
Mulai berlaku 1 Januari 2009

dibayar
harian
lebih kecil sd lebih besar dari
Rp 450.000 Rp 450.000

Penghasilan bruto
dikurangi
Rp 450.000

tidak dipotong
PPh 21 dipotong PPh
5%

jumlah sebulan tidak melebihi Rp 4.500.000


PPh 23  Dividen
Pada bulan Maret 2009 PT Wisata melakukan pembayaran dividen tahun
2008 kepada pemiliknya yaitu : PT Jaya (20%), PT Ancol (30%), PT
Pembangunan (40%) dan sisanya kepada OP masyarakat umum.
Jumlah seluruh dividen yang dibayar Rp 200.000.000

PPh 23 yang harus dipotong, disetorkan dan dilaporkan atas :

 Apabila WP memiliki NPWP 


Dividen PT Jaya  15% x (20% x Rp 200.000.000) = Rp 6.000.000
Dividen PT Ancol dan PT Pembangunan tidak dipotong PPh 23 karena
kepemilikan saham > 25%.
Untuk dividen ke masyarakat (OP)  PPh Pasal 4 ayat (2) dengan tarif
Pasal 17 ayat (2c) UU PPh  10% x (10% x Rp 200.000.000) = Rp
2.000.000, bersifat final sehingga tidak dapat dikreditkan pada akhir tahun
pajak.

 Apabila WP tidak memiliki NPWP  maka besarnya pajak akan


dikenakan kenaikan 100% daripada WP yang memiliki NPWP. 90
PPh 23  Dividen - lanjutan
 Jurnal bagi PT Wisata:
Tanggal Keterangan Debet Kredit
Mar-09 Dividen - PT Jaya 40.000.000 -
Dividen - PT Ancol 60.000.000 -
Dividen - PT Pembangunan 80.000.000 -
Dividen – Masyarakat 20.000.000 -
Utang PPh 23 - 6.000.000
Utang PPh Ps.17 ayat (2c) - 2.000.000
Kas/Bank - 192.000.000

 Sedangkan jurnal bagi PT Jaya:


Tanggal Keterangan Debet Kredit
Mar-09 Kas/Bank 34.000.000 -
PPh 23 dibayar dimuka   6.000.000 -
Pendapatan dividen - 40.000.000

 Sedangkan pembukuan bagi PT Ancol:

Tanggal Keterangan Debet Kredit


Mar-09 Kas/Bank 60.000.000 -
Investasi dalam saham PT Wisata - 60.000.000 91
PPh 23  Bunga
Pada bulan April 2009 PT Wisata membayar bunga pinjaman kepada Bank
Mandiri Rp 70.000.000 dan kepada PT Sinar sebesar Rp 40.000.000.

PPh 23 yang harus dipotong, disetorkan dan dilaporkan :


 Bunga ke Bank Mandiri  bukan objek PPh 23.
 Bunga ke PT Sinar  15% x Rp 40.000.000 = Rp 6.000.000

 Jurnal bagi PT Wisata :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
Apr-09 Biaya Bunga 40.000.000 -
Utang PPh 23 - 6.000.000
Kas/Bank - 34.000.000

 Jurnal bagi PT Sinar :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
Apr-09 Kas/Bank 34.000.000 -
PPh 23 Dibayar di muka 6.000.000 -
Pendapatan bunga - 40.000.000 92
PPh 23  Royalti / Imbalan atas
Penggunaan Hak

PT KanKan sebagai penerbit yang membayar royalti


kepada RonRon (ber-NPWP) salah seorang
pengarangnya sebesar Rp 40.000.000 dan dipotong
PPh 23 sebesar 15% maka PT KanKan akan
mencatat transaksi tersebut :
Keterangan Debet Kredit
Beban Royalti 40.000.000 -
Utang PPh 23 - 6.000.000
Kas/Bank - 34.000.000

93
PPh 23  Sewa
PT Winnie menyewakan bus kepada PT Pooh untuk jangka waktu 6
bulan dengan biaya sewa perbulan Rp 10.000.000 pada 1 Mei 2009.

Berikut ini adalah jurnal yang dilakukan oleh kedua perusahaan :


 PT Winnie :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Mei-09 Kas/Bank 64.800.000 -
PPh 23 Dibayar di Muka 1.200.000 -
Pajak Keluaran - 6.000.000
Pendapatan sewa - 60.000.000

 PT Pooh :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Mei-09 Sewa Dibayar di muka 60.000.000 -
Pajak Masukan 6.000.000 -
Utang PPh 23 - 1.200.000
 Kas/Bank - 64.800.000
94
PPh 26
Pada tanggal 18 Oktober 2009, PT Diestri membayar gaji
kepada karyawan asing Kwee Lie Siang sebesar Rp
100.000.000 dan PPh 26 dibayar oleh perusahaan.

Besarnya biaya yang dapat dibebankan oleh PT Diestri dapat


dihitung sebagai berikut :
Gaji yang diterima  Rp 100.000.000
PPh 26  100/80 x Rp 100.000.000 = Rp 125.000.000.

Jurnal yang dicatat PT Diestri atas transaksi tersebut adalah :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
18-Okt-09 Beban Gaji 125.000.000 -
Utang PPh 26 - 25.000.000
Kas/Bank - 100.000.000
10-Nov-09 Utang PPh 26 25.000.000 -
Kas/Bank - 25.000.000
95
PPN Keluaran (output tax)
Pengusaha yang melakukan :
(a) penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean, dan/atau
(b) penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean, dan/atau
(c) melakukan ekspor BKP berwujud;
(d) ekspor JKP, dan/atau
(e) ekspor BKP tidak berwujud wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP),
dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang.

Pajak yang dipungut ini dinamakan


Pajak Keluaran (output tax). 96
1. Jika PPN Keluaran > PPN Masukan  PPN terutang
dibayar ke Kas Negara.
2. Penyetoran dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya masa pajak dan sebelum Surat
Pemberitahuan Masa / Tahunan (SPT) Masa PPN
disampaikan.
3. Pelaporan dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak.
4. Jika PPN Keluaran < PPN Masukan  PPN dikompensasi ke
masa berikutnya /direstitusi sesuai ketentuan di atas.

97
PPN Keluaran
PT Vanno melakukan penyerahan BKP Rp 10.000.000 secara tunai pada tanggal 27
Juni 2010 yang sebelumnya telah melakukan pembelian BKP sebesar Rp 8.000.000
pada tanggal 9 Juni 2010.
Sistem pencatatan dengan menggunakan metode sistem periodik.
 Pembukuan yang dilakukan oleh PT Vanno adalah :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
09-Jun-10 Pembelian 8.000.000 -
Pajak Masukan 800.000 -
Kas/Bank - 8.800.000
27-Jun-10 Kas/Bank 11.000.000 -
Penjualan - 10.000.000
Pajak Keluaran - 1.000.000

 Saat penyetoran PPN :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
22-Jul-10 Pajak Keluaran 1.000.000 -
Pajak Masukan - 800.000
PPN yang masih harus dibayar - 200.000
PPN yang masih harus dibayar 200.000 -
Kas/Bank - 200.000
98
Utang Dividen
Pada tanggal 22 Desember 2009 PT Christiani mengumumkan akan membayar dividen tunai
sebesar Rp 15.000.000 pada tanggal 6 Januari 2010 kepada PT Yolan, PT Christie, PT Aldo dan
PT Nada; dimana masing-masing penyertaannya10%, 24%, 30% dan 36%.
 Jurnal mencatat pengumuman pembagian dividen :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
22-Des-09 Dividen 15.000.000 -
Utang dividen - 15.000.000

 Jurnal mencatat terutangnya PPh 23 :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
22-Des-09 Utang Dividen 2.250.000 -
 Utang PPh 23 - 2.250.000
 Jurnal mencatat pembayaran dividen :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
6-Jan-10 Utang Dividen  12.750.000 -
Kas/Bank - 12.750.000
 Jurnal mencatat penyetoran PPh 23
Tanggal Keterangan Debet Kredit
10-Jan-10 Utang PPh 23  2.250.000 -
Kas/Bank - 2.250.000 99
Utang Dividen - lanjutan
Apabila PT Yolan memiliki kepemilikan atas PT Christiani sebesar 10% maka PT
Yolan menggunakan cost method sehingga jurnal yang dibuat sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


22-Des-09 Piutang Dividen 1.275.000 -
PPh 23 dibayar di muka 225.000 -
Penghasilan Dividen - 1.500.000
6-Jan-10 Kas/Bank 1.275.000 -
Piutang Dividen - 1.275.000

Berbeda halnya bila PT Yolan memiliki kepemilikan atas PT Christiani sebesar 20%
maka PT Yolan menggunakan equity method sehingga jurnal yang dibuat sebagai
berikut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


22-Des-09 Piutang Dividen 2.550.000 -
PPh 23 dibayar di muka 450.000 -
Investasi pada PT - 3.000.000
Christiani
6-Jan-10 Kas/Bank 2.550.000 -
100
Piutang Dividen - 2.550.000
Utang Wesel
Pada tanggal 5 Mei 2007 PT Dolly meminjam uang dari bank
dengan menyerahkan promes dengan nominal Rp 8.000.000,
bunga diskonto 15% dan jangka waktu 12 bulan.
 Jurnal atas transaksi tersebut :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
5-Mei-07 Bank 8.000.000 -
Wesel Bayar - 8.000.000
31-Des-07 Biaya Bunga 800.000 -
Diskonto wesel bayar - 800.000
Saldo Laba 800.000 -
Biaya bunga - 800.000

 Jurnal pada saat pelunasan :

Keterangan Debet Kredit


Wesel Bayar  8.000.000 -
Bank - 8.000.000

101
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG

 Utang Obligasi
 Utang Hipotik

102
Utang Obligasi
Pada 1 Oktober 2009, PT Eka menerbitkan pinjaman 12% obligasi dengan nilai
nominal Rp 12.000.000. Pembayaran bunga setiap tanggal 1 April dan 1 Oktober,
dengan jangka waktu 5 tahun.
Pada tanggal penerbitannya PT Aybert membeli obligasi tersebut dengan harga
Rp 10.000.000.
Berikut adalah jurnal yang dibuat PT Eka untuk mencatat transaksi tersebut.

 Jurnal mencatat penerbitan dan pemotongan PPh :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Okt-09 Kas/Bank 10.300.000 -
Diskonto Obligasi 2.000.000 -
  Utang PPh Ps. 4 ayat (2) - 300.000
  Utang Obligasi - 12.000.000

 Jurnal mencatat penyetoran PPh :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
10-Nov-09 Utang PPh Ps.4 ayat (2) 300.000 -
Kas/Bank - 300.000 103
Utang Obligasi - lanjutan
 Jurnal mencatat penyesuaian bunga :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-09 Beban bunga 360.000 -
Utang PPh Ps. 4 ayat (2) - 54.000
  Utang bunga - 306.000

 Jurnal mencatat amortisasi diskonto :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
31-Des-09 Beban bunga  100.000 -
Diskonto obligasi - 100.000

104
Bab 11
EKUITAS
PT Calvin menjual saham biasa dengan harga Rp
12.000 per lembar dengan nilai nominal Rp 10.000
sebanyak 1000 lembar pada tanggal 10 Januari
2007.

Pembukuan yang dilakukan oleh PT Calvin :


Tanggal Keterangan Debet Kredit
10-Jan-07 Kas/Bank 12.000.000 -
Saham biasa - 10.000.000
Agio saham biasa - 2.000.000

105
Ekuitas - lanjutan
PT Melina mempunyai 2000 lembar saham preferen convertible dengan
nilai nominal Rp 10.000. Agio saham tersebut Rp1.000.000.
Pada tanggal 31 Desember 2009 diumumkan bahwa saham tersebut dapat
ditukarkan dengan saham biasa dengan nilai nominal Rp 5.500 dimana
proporsi setiap 1 lembar saham preferen mendapat 2 lembar saham biasa.

Pembukuan yang dilakukan oleh PT Melina adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debet Kredit


31-Des-09 Kas/Bank 150.000 -
Saham preferen 20.000.000 -
Agio saham preferen 1.000.000 -
Saldo laba 1.000.000 -
  Saham biasa - 22.000.000
  Utang PPh 23 - 150.000
106
Bab 12
PENDAPATAN, PENGHASILAN,
& PENJUALAN

 Penghasilan Objek Pajak  Pasal 4 ayat (1)


 Penghasilan Dikenai PPh Final  Pasal 4 ayat (2)
 Penghasilan Bukan Objek Pajak  Pasal 4 ayat (3)

107
Penghasilan Objek Pajak
Pasal 4 ayat (1) UU PPh

108
Penghasilan Objek Pajak - lanjutan
Pasal 4 ayat (1) UU PPh
 sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
 penerimaan / perolehan pembayaran berkala;
 keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan PP;
 keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
 selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
 premi asuransi, termasuk premi reasuransi;
 iuran yang diterima / diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari WP yang menjalankan usaha / pekerjaan bebas;
 tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak;
 penghasilan dari usaha yang berbasis syariah;
 imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP; dan
 Surplus Bank Indonesia. 109
Penghasilan dikenakan PPh Final
Pasal 4 ayat (2) UU PPh

1. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya,


bunga obligasi dan SUN, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi OP;
2. penghasilan berupa hadiah undian;
3. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya,
transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan
transaksi penjualan saham / pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura;
4. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah
dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate,
dan persewaan tanah dan bangunan; dan
5. penghasilan tertentu lainnya,
pengenaan pajaknya diatur dengan PP. 110
Penghasilan Bukan Objek Pajak
Pasal 4 ayat (3) UU PPh
 bantuan / sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,
dikecualikan sebagai objek PPh sepanjang tidak ada hubungan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak
yang bersangkutan;
 harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima oleh keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat; badan
keagamaan; badan pendidikan; badan sosial termasuk yayasan dan
koperasi; atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, dikecualikan sebagai objek PPh sepanjang tidak ada hubungan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan dengan penerima
hibah, bantuan, atau sumbangan; OP yang menjalankan usaha
mikro dan kecil
 warisan;
 harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham / pengganti penyertaan modal; 111
Penghasilan Bukan Objek Pajak - lanjutan
Pasal 4 ayat (3) UU PPh

 penggantian / imbalan sehubungan dengan pekerjaan / jasa yang


diterima / diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari
WP / Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP yang
dikenakan pajak secara final / WP yang menggunakan norma
perhitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15;
 pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
 dividen / bagian laba yang diterima / diperoleh PT sebagai WP dalam
negeri, koperasi, BUMN/D, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat tinggal di Indonesia;
 iuran yang diterima / diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan; 112
Penghasilan Bukan Objek Pajak - lanjutan
Pasal 4 ayat (3) UU PPh

 penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana


pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan KMK;
 bagian laba yang diterima / diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
 penghasilan yang diterima / diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha
yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia;
 beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan / berdasarkan PMK;
113
Penghasilan Bukan Objek Pajak - lanjutan
Pasal 4 ayat (3) UU PPh

 sisa lebih yang diterima / diperoleh badan / lembaga


nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau
bidang penelitian dan pengembangan, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut; dan
 bantuan / santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada WP tertentu yang
tidak mampu, yang sedang mengalami bencana alam,
dan/atau yang tertimpa masalah.
114
Bab 13
HARGA POKOK PENJUALAN
& BEBAN OPERASIONAL

Harga Pokok Penjualan  Pasal 10 ayat (6)

 Biaya yang boleh dikurangkan  Pasal 6 ayat (1)


 Biaya yang tidak diperbolehkan Pajak  Pasal 9
ayat (1)

115
Biaya yang Boleh Dikurangkan
Pasal 6 ayat (1) UU PPh

 Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan


dengan kegiatan usaha, antara lain: biaya pembelian bahan;
biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang; bunga, sewa, dan royalti; biaya
perjalanan; biaya pengolahan limbah; premi asuransi; biaya
promosi penjualan; biaya administrasi; dan pajak kecuali PPh
pajaknya diatur dengan PP.
 Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun; sepanjang harta yang disusutkan /
diamortisasi tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan. 116
Biaya yang Boleh Dikurangkan - lanjutan
Pasal 6 ayat (1) UU PPh

 Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah


disahkan oleh Menteri Keuangan.
 Kerugian karena penjualan / pengalihan harta yang
dimiliki dan digunakan dalam perusahaan / yang dimiliki
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
 Kerugian selisih kurs mata uang asing.
 Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia.
 Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
 Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
 Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana
nasional yang ditetapkan dengan PP. 117
Biaya yang Boleh Dikurangkan - lanjutan
Pasal 6 ayat (1) UU PPh

 Sumbangan dalam rangka penelitian dan


pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan PP.
 Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang
ketentuannya diatur dengan PP.
 Sumbangan fasilitas pendidikan yang
ketentuannya diatur dengan PP.
 Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
yang ketentuannya diatur dengan PP.
118
Biaya yang Tidak Diperbolehkan Pajak
Pasal 9 ayat (1) UU PPh

 Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
 Biaya yang dibebankan / dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota.
 Pembentukan / pemupukan dana cadangan.
 Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh WP OP, kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan
bagi WP yang bersangkutan (wajib dipotong PPh 21).
 Penggantian / imbalan sehubungan dengan pekerjaan / jasa yang diberikan
dalam bentuk natura / kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan
minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian / imbalan dalam bentuk
natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan PMK.
119
Biaya yang Tidak Diperbolehkan Pajak - lanjutan
Pasal 9 ayat (1) UU PPh

 Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada


pemegang saham / pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan
yang dilakukan.
 Harta yang dihibahkan, bantuan / sumbangan, dan warisan,
kecuali sumbangan serta zakat yang diterima oleh badan
amil zakat / lembaga amil zakat yang dibentuk / disahkan
oleh pemerintah / sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk / disahkan
oleh Pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan PP.
 Pajak Penghasilan.
 Biaya yang dibebankan / dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi WP / orang yang menjadi tanggungannya. 120
Biaya yang Tidak Diperbolehkan Pajak - lanjutan
Pasal 9 ayat (1) UU PPh

 Gaji yang dibayarkan kepada anggota


persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham.
 Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikkan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundang-undangan di bidang perpajakan.

121
Bab 14
REKONSILIASI FISKAL

Laba Akuntansi Vs Laba Fiskal

SAK Peraturan Pajak

122
Beda Tetap & Beda Waktu

 Pasal 4 ayat (2)


Beda Tetap  Pasal 4 ayat (3)
 Pasal 9 ayat (1)

Beda Waktu

123
Koreksi Positif & Koreksi Negatif
Koreksi Positif
Koreksi positif terjadi apabila laba menurut fiskal bertambah.
Koreksi positif biasanya dilakukan akibat adanya
 Beban yang tidak diakui oleh pajak (non-deductible expense) – Pasal 9 ayat
(1)
 Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal
 Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal
 Penyesuaian fiskal positif lainnya
Koreksi Negatif
Koreksi negatif terjadi apabila laba menurut fiskal berkurang.
Koreksi negatif biasanya dilakukan akibat adanya :
 Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak – Pasal 4 ayat (3)
 Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final – Pasal 4 ayat (2)
 Penyusutan komersial lebih kecil daripada penyusutan fiskal
 Amortisasi komersial lebih kecil daripada amortisasi fiskal
 Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
 Penyesuaian fiskal negatif lainnya 124
Perhitungan PPh Badan
PPh Badan → tarif Pasal 17 UU PPh x PKP xxx
ˉ/- Kredit Pajak (PPh 22, 23, 24, 25) (xxx) PPh Kurang / Lebih Bayar xxx

Tarif PPh Pasal 31E untuk WP badan dengan


peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000 mendapatkan fasilitas
pengurangan tarif 50% dari tarif PPh 17 yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000 (SE-66/PJ/2010)

125
Contoh perhitungan PPh Badan

Peredaran bruto PT Yoyo dalam tahun pajak 2009


sebesar Rp 4.200.000.000 dengan Penghasilan Kena
Pajak sebesar Rp 500.000.000, maka jumlah PPh yang
terutang adalah sebesar (50% x 28%) x Rp 500.000.000
= Rp 70.000.000.

Peredaran bruto PT Arles dalam tahun pajak 2009


sebesar Rp 200.000.000.000 dengan Penghasilan Kena
Pajak sebesar Rp 12.000.000.000, maka jumlah PPh
yang terutang adalah sebesar 28% x Rp 12.000.000.000
= Rp 3.360.000.000.
126
Contoh perhitungan PPh Badan -
lanjutan
Peredaran bruto PT Xaxa dalam tahun pajak 2009 sebesar
Rp 30.000.000.000 dengan PKP sebesar Rp 3.000.000.000,
maka jumlah PPh yang terutang adalah sebesar Rp
772.800.000 yang terdiri dari:

(50% x 28%) x Rp 480.000.000 = Rp 67.200.000; untuk


jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto
yang memperoleh fasilitas sebesar (Rp 4.800.000.000 : Rp
30.000.000.000) x Rp 3.000.000.000 = Rp 480.000.000; dan
28% x Rp 2.520.000.000 = Rp 705.600.000; untuk jumlah
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
tidak memperoleh fasiltas sebesar Rp 3.000.000.000 – Rp
480.000.000 = Rp 2.520.000.000
127
Jurnal perhitungan PPh Badan
 Apabila untuk suatu tahun pajak Kredit Pajak < PPh
Terutang, timbul PPh Kurang Bayar sebesar selisihnya
yang dicatat perusahaan dengan jurnal sebagai berikut :
Keterangan Debet Kredit
PPh Badan xxx -
PPh 22 dibayar dimuka - xxx
PPh 23 dibayar dimuka - xxx
PPh 24 dibayar dimuka - xxx
PPh 25 dibayar dimuka - xxx
Utang PPh 29 - xxx

 Jurnal pada saat pembayaran PPh kurang bayar :


Keterangan Debet Kredit
Utang PPh 29 xxx -
Kas/Bank - xxx
128
Jurnal perhitungan PPh Badan
Apabila untuk suatu tahun pajak Kredit Pajak >
PPh Terutang, timbul PPh Lebih Bayar sebesar
selisihnya yang dicatat perusahaan dengan jurnal
sebagai berikut :

Keterangan Debet Kredit


PPh Badan xxx -
PPh Ps. 28A xxx -
- xxx
PPh 22 dibayar dimuka
- xxx
PPh 23 dibayar dimuka
- xxx
PPh 24 dibayar dimuka - xxx
PPh 25 dibayar dimuka - Xxx

129
Bab 15
AKUNTANSI PAJAK
PENGHASILAN (PSAK 46)

 Terjadinya pajak tangguhan


 Pencatatan pajak tangguhan
 Penyajian pajak tangguhan

130
SKEMA KETERKAITAN ANTARA KOREKSI POSITIF,
KOREKSI NEGATIF, PERBEDAAN TEMPORER, DTA & DTL
Tax Base Accounting Base
(per SPT) (per Books)

Temporary
Differences

Taxable Temporary Deductible Temporary


Tax Loss
Difference Difference
Carry Forward
(berasal dari koreksi fiskal negatif) (berasal dari koreksi fiskal positif)

X tax rate X tax rate


Future Tax Liability Future Tax Asset Refundable
(potensi penambahan PPh di (potensi penghematan PPh di
masa datang) masa datang)
X tax rate

Deferred Tax Deferred Tax


Liability Net Deferred Asset
Tax
(Ending)

Deferred Tax Expense


VS
(Income)

Balance Net Deferred Tax Income 131


Sheet (Beginning) Statement
Aset & Kewajiban Pajak Tangguhan
 Jurnal mencatat timbulnya aset pajak tangguhan yaitu :

Keterangan Debet Kredit


Aset pajak tangguhan xxx -
Pendapatan pajak tangguhan - xxx

 Jurnal mencatat timbulnya kewajiban pajak tangguhan yaitu :

Keterangan Debet Kredit


Beban pajak tangguhan xxx -
Kewajiban pajak tangguhan - xxx

132
Penyajian Pajak Tangguhan
dalam laporan keuangan :
Laporan Laba Rugi

Laba sebelum PPh xxx


PPh:
Pajak Kini xxx
Pajak Tangguhan xxx

(xxx)
Laba setelah PPh xxx
133
TERIMA KASIH

134

Anda mungkin juga menyukai