Anda di halaman 1dari 24

ASET LANCAR

KAS/BANK ; INVESTASI JANGKA


PENDEK ; PIUTANG USAHA &
CADANGAN PENGHAPUSAN
PIUTANG ; PIUTANG WESEL ;
PERSEDIAAN ; UANG MUKA

Dosen :
Dr. H. Heru Tjaraka, SE, MSi, BKP Ak, CA
KAS DAN BANK
 Menunjukkan informasi tentang saldo uang kas dan
simpanan di bank yg dimiliki oleh suatu perusahaan.

KAS =
Uang tunai yg paling likuid sehingga akun ini
ditempatkan pada urutan yg teratas pada akiva
lancar.
 Yg termasuk kas = uang kertas/logam ; giro di
bank.

BANK =
saldo perusahaan di bank yg dpt dipakai untuk
kepentingan perusahaan.
 Tidak termasuk dlm Kas & Bank = persediaan
perangko & materai, giro di bank LN, cek mundur,
cek kosong, kas bon/uang muka, deposito.
Kas Kecil
 Kas kecil  utk membayar
pengeluaran2 yg jumlahnya relatif
kecil.
 Kasir kas kecil bertanggung jawab
thd pembayaran kas kecil.
 Terdapat 2 metode pengelolaan kas
kecil, yaitu :
1. Metode Imprest
2. Metode Fluktuasi.
Akuntansi Perpajakan Kas/Bank
 Perlakuan akuntansi perpajakan atas
kas/bank tidak diatur tersendiri di UU
Perpajakan yg berlaku.
 Penyajian akun “KAS DAN BANK” di
neraca komersial atau fiskal dicantumkan
sebesar nilai nominal.
 Bila tdp Kas dan bank dlm mata uang
asing  dijabarkan dlm mata uang Rupiah
dan kurs yg dipakai = nilai kurs tetap
(historis) atau kurs pada tgl neraca yg
dilakukan WP secara taat azas.
INVESTASI JANGKA PENDEK
 Kriterianya ada 3 syarat :
a) Memiliki pasaran dan dpt diperjual belikan dengan
segera,
b) Dimaksudkan utk dijual dlm jangka waktu dekat bila
dibutuhkan dan utk kegiatan operasional perush,
c) Tdk dimaksudkan utk menguasai perush. lain

 Dlm Perpajakan tidak diatur secara khusus kriteria


tersebut.
 Penilaian investasi jk. Pendek dlm perpajakan
didasarkan pada NILAI PEROLEHANNYA dan bukan
berdasarkan HARGA PASAR.
 Bila tdp Surat Berharga dlm mata uang asing 
dijabarkan dlm mata uang Rupiah dan kurs yg
dipakai = nilai kurs tetap (historis) atau kurs pada tgl
neraca yg dilakukan WP secara taat azas

 Atas keuntungan transaksi penjualan saham =


OBJEK PPh.
PIUTANG
 Hak perusahaan kpd pihak lain yg akan
diterima dlm bentuk kas.
 Berdasarkan sumber terjadinya, piutang
ada 2 macam :
1. PIUTANG USAHA
2. PIUTANG LAIN-LAIN
 Utk kep. Pajak, sebaiknya bisa disajikan
saldo piutang kpd pihak-2 yg ada hub.
Istimewa. Mengapa ? Utk penghindaran
praktek transfer pricing.
 Utk kep. Pajak, pembukuan piutang harus
memiliki daftar piutang dan utang
Pembukuan Piutang dalam
Perpajakan
 Harus dpt memberikan keterangan sbb :
 Nama & alamat lengkap debitur,
 Jumlah piutang masing-2 debitur,
 Saat timbulnya/berkurangnya piutang,
 Jenis piutang,
 Hak penerimaan bunga,
 Tanggal jatuh tempo piutang,
 Jumlah piutang yg dpt dihapuskan,
 Keterangan lain yg berkaitan dg piutang.
Piutang Dalam Hubungan Istimewa
 Mrp. Saldo tagihan dari transaksi yg dilakukan dg
pihak-2 yg memiliki hubungan istimewa dg
perusahaan.
 Sesuai ketentuan pasal 18 UU PPh  ada 2
macam hubungan istimewa :
(1) perorangan ;
(2) badan.
 Penyajian piutang dalam hubungan istimewa
TIDAK DIHARUSKAN dalam akuntansi komersial
dan tidak lazim.
 Utk kep.tk kep. Perpajakan  transaksi yg
dilakukan oleh WP dg pihak yg memiliki hub.
Istimewa harus diperhitungkan dgn HARGA
WAJAR.
Nilai Piutang di Neraca
 Sebesar nilai piutang neto
 Saldo Piutang neto di neraca fiskal =
saldo piutang dikurangi dgn piutang yg
benar-2 tidak dpt ditagih lagi (metode
penghapusan langsung), sedangkan Saldo
piutang neto di neraca komersial = saldo
piutang yg ditaksir tidak dapat tertagih
(piutang ragu-2) (metode pencadangan
piutang).
Nilai Piutang dalam Hubungan
Istimewa di Neraca
 harus disajikan dalam jumlah neto
(dalam satu rek.) di neraca fiskal.
 Agar penyajiannya lebih jelas,
piutang dlm hub. Istimewa yg timbul
dari penyerahan barang/jasa dlm
usaha normal harus disejikan dalam
akun ini.  dimaksudkan agar tiap
pengalihan harta secara transfer
pricing dpt terlihat dg jelas.
Akuntansi Perpajakan Piutang
1. Ketentuan agar penghapusan piutang
bisa menjadi pengurang penghasilan di
laporan laba/rugi fiskal  harus
memenuhi persyaratan ketentuan pasal
6 ayat (1) huruf h UU PPh 2008.
2. WP tidak diperkenankan membentuk
atau memupuk dana cadangan utk
dibebankan sbg biaya  kecuali yg
diatur dlm ketentuan pasal 9 ayat (1)
huruf c UU PPh 2008
PIUTANG TAK TERTAGIH
(Pasal 6 ayat (1) huruf h) UU PPh 2008
 Syarat untuk membiayakan piutang yang nyata-nyata
tidak dapat ditagih dipermudah menjadi:
• telah dibiayakan dalam laporan laba rugi komersial;
• WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada DJP; dan
• telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang
negara; atau ada perjanjian tertulis dengan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus; atau ada pengakuan dari debitur bahwa
utangnya telah dihapuskan.
• Syarat nomor 3 tidak berlaku bagi piutang debitur kecil
yang dihapuskan.
 Alasan Perubahan:
Memberikan keringanan syarat penghapusan piutang tak
tertagih untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan yang
timbul karena syarat yang berlaku sekarang.
PEMUPUKAN DANA CADANGAN
(Pasal 9 ayat (1) huruf c) UU PPh 2008
 Pembentukan cadangan diperluas meliputi:
• cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
• cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial
yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
• cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
• cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
• cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
• cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri,
 Alasan Perubahan:
• Memberikan perlakuan yang sama bagi badan usaha yang
menyalurkan kredit
• Mengakomodir pembentukan sistem jaminan sosial nasional dan
pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan
• Mengakomodir kewajiban pencadangan yang harus dialokasikan
oleh WP yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan,
kehutanan, dan pengolahan limbah industri.
PERSEDIAAN

 Kriteria persediaan sesuai PSAK :


a. tersedia utk dijual dlm kegiatan usaha normal.
b. dlm proses prod./dlm perjalanan,
c. dlm bentuk bahan/perlengkapan utk digunakan
dlm proses prod./pemberian jasa.
 Persediaan dpt pula dikaitkan dg hak kepemilikan
brg sesuai dgn penyerahan pada saat transaksi 
Brg Dlm Perjalanan & Brg Konsinyasi
 Jenis persediaan :
1) Bahan Baku & Bahan pembantu
2) Barang Dlm proses
3) Barang Jadi.
Sistem pencatatan dan penilaian
Persediaan
 Tdp 2 sistem pencatatan persediaan yaitu :
1. Sistem Perpetual
2. Sistem Periodik
 Metode Penilaian Persediaan Akhir :
1) Berdasarkan Harga Perolehan :
Metode Identifikasi Khusus, FIFO,
LIFO, Average.
2) Berdasarkan Estimasi :
Metode Laba Kotor, Metode Eceran (Ritel)
3) Metode Lainnya :
COMWIL, Harga Jual
Akuntansi Perpajakan Persediaan

 Di UU Pajak, tidak mewajibkan


menggunakan metode fisik tetapi
menyarankan utk menggunakan metode
perpetual.
 Metode Penilaian Persediaan yang
diperkenankan adalah FIFO dan AVERAGE.
 Pelaporan persediaan di neraca
dinyatakan sebesar harga pokok atau
harga perolehan (at cost)
UANG MUKA

 Mrp pos/akun yg pada awalnya dicatat


sbg harta tetapi diharapkan menjadi
beban di kemudian hari setelah
melampaui kegiatan normal perusahaan.
 Uang Muka termasuk ke kel. CURRENT
ASSETS.
 Terdiri dari : Asuransi Dibayar Dimuka ;
Sewa Dibayar Dimuka ; Pajak Dibayar
Dimuka (PPh Pasal 22,23,25)
Asuransi Dibayar Dimuka
 Tidak ada pengenaan PPN maupun
PPh.
 Pencatatan Jurnal Akt. Pajaknya :
Asuransi Dibayar Dimuka xx --
Kas -- xx
Sewa Dibayar Dimuka
 Atas penghasilan dari sewa tanah
dan/atau bangunan yg diterima/
diperoleh WP OP/Badan  dikenakan
PPh Pasal 4 ayat (2) dg tarif 10%
bersifat FINAL. (PP No. 29/1996 stdd
PP No. 5/2002)
 Disetorkan plg lambat tgl. 10 bulan
berikutnya dan dilaporkan paling
lambat tgl. 20 bulan berikutnya.
Pembukuan transaksi sewa
 Saat menerima uang sewa jika pemilik tanah/gedung (penerima
uang sewa) sudah PKP :
Kas xx --
PPh Pasal 4 ayat (2) xx --
PPN Keluaran -- xx
Pendapatan Sewa -- xx
 Saat menerima uang sewa jika pemilik tanah/gedung (penerima
uang sewa) belum PKP:
Kas xx --
PPh Pasal 4 (2) xx --
Pendapatan sewa -- xx
 Saat membayar uang sewa jika penyewa telah PKP :
Sewa Dibayar Dimuka xx --
PPN Masukan xx --
PPh Pasal 4 (2) -- xx
Kas -- xx
 Saat membayar uang sewa jika penyewa belum PKP :
Sewa Dibayar Dimuka xx --
PPh Pasal 4 (2) -- xx
Kas -- xx
Pajak Dibayar Dimuka
 Mrp pembyrn pajak yg dilakukan melalui
pemotongan/pemungutan oleh pihak lain serta
pembayaran pajak yg dilakukan sendiri oleh WP,
yg dpt diperhitungkan dgn pajak terutang (PPh
Badan/OP atau PPN Keluaran).
 Pembyrn pajak dibayar dimuka diakui sbg asset
bagi WP.
 Pajak Dibayar Dimuka bisa berupa :
a. PPh Pasal 22,
b. PPh Pasal 23,
c. PPh Pasal 24,
d. PPh Pasal 25,
e. PPN Masukan
Pembukuan Pajak Dibayar Dimuka
 Untuk PPh Pasal 22 Bendaharawan :
Pembukuan Rekanan Pemerintah :
Kas xx --
PPh 22 Dibayar Dimuka xx --
PPN Pemungut*) xx --
Penjualan -- xx
PPN Keluaran*) -- xx

 Untuk PPh Pasal 22 Impor :


Pembukuan Importir :
Persediaan Brg Dagangan/BB xx --
PPN Masukan xx --
PPh 22 Impor xx --
Kas/Utang Dagang -- xx

 Untuk PPh Pasal 22 penjualan hasil produksi kertas :


Pembukuan pembeli kertas :
Pembelian Kertas xx --
PPN Masukan xx --
PPh pasal 22 xx --
Kas -- xx
Pembukuan Pabrikan kertas :
Kas xx --
PPN Keluaran -- xx
Utang PPh 22 -- xx
Penjualan kertas -- xx
Pembukuan Pajak Dibayar Dimuka
 Untuk PPh Pasal 23 :
Pembukuan Pemotong Pajak :
Kas xx --
PPh 23 xx --
PPN Keluaran -- xx
Pendapatan Jasa/Royalti -- xx
Pembukuan WP :
Beban Jasa Konsultan/Ryalti/Hadiah xx --
PPN Masukan xx --
Utang PPh 23 -- xx
Kas -- xx
 Untuk PPh pasal 24 :
Pembukuan WP :
PPh 24 xx --
Kas -- xx
 Untuk PPh Pasal 25 :
Pembukuan WP :
PPh 25 Dibayar Dimuka xx --
Kas -- xx
TUGAS KE-2
1. Kerjakan soal latihan Bab Aktiva Lancar Buku Aktiva Lancar Sukrisno
Agoes
2. Bagaimanakah perlakuan fiskal piutang hubungan istimewa, persediaan,
uang muka asuransi dan Kas/bank ?
3. PT HERIKO di Bandung dalam perhitungan harga pokoknya menggunakan
metode LIFO dan sistem perpetual. Berikut ini rincian data transaksi yang
terkait dengan persediaan :
01-01-2017 Persediaan 350 unit @ Rp 250.000,00
02-04-2017 Pembelian 260 unit @ Rp 280.000,00
25-05-2017 Penjualan 435 unit @ Rp 450.000,00
01-06-2017 Retur tanggal 25-5-2017 55 unit
20-08-2017 Pembelian 250 unit @ Rp 310.000,00
21-10-2017 Pembelian 245 unit @ Rp 350.000,00
02-11-2017 Pembelian 310 unit @ Rp 360.000,00
15-12-2017 Penjualan 475 unit @ Rp 480.000,00
Diminta :
 Hitunglah Laporan L/R menggunakan metode yang dianut oleh PT
HERIKO?
 Hitunglah HPP menggunakan metode FIFO sesuai ketentuan perpajakan
dan tentukan berapakah koreksi fiskalnya ?

Anda mungkin juga menyukai