Anda di halaman 1dari 30

Marsono
WP OP Usahawan Marsono

• Untuk kemudahan, WP OP yang mendapatkan penghasilan


dari usaha, dapat disebut sebagai WP OP Usahawan
• Usaha bisa berupa manufaktur, perdagangan dan jasa
Marsono

(catatan: bedakan usaha jasa dengan pekerjaan bebas!)


• Bagaimana cara mengetahui WP OP yang tergolong dalam
Usahawan? Secara praktis, usahawan adalah selain
karyawan dan selain pekerjaan bebas
• Berarti, pastikan bisa mengidentifikasi mana WP OP
Karyawan dan mana OP Pekerjaan Bebas. Selain dua hal itu
adalah Usahawan
WP OP Karyawan
• Untuk kemudahan, WP yang mendapatkan penghasilan dari
pekerjaan, dapat disebut sebagai WP OP Karyawan
• Karyawan menurut KBBI: orang yang bekerja pada suatu lembaga
(kantor, perusahaan, dan sebagainya)
Marsono dengan mendapat gaji (upah);
pegawai; pekerja
• Karakteristiknya:
– mendapatkan penghasilan dari pekerjaan bersumber dari pemberi kerja
(dikenal sebagai “orang yang gajian”) Marsono

– mempunyai atasan
– Biasanya diberikan Bukti Potong PPh dari pemberi kerja, jika pegawai
tetap:
• 1721 A1 jika pegawai swasta
• 1721 A2 jika PNS/TNI/Polri/Pejabat Negara/Pensiunannya
PEKERJAAN BEBAS
Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian
khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja
(Pasal 1 angka 24 UU KUP)
Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas meliputi (PP 23 Tahun 2018):
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek,
Marsono
dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan,
sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;
Marsono
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. agen iklan;
g. pengawas atau pengelola proyek;
h. perantara;
i. petugas penjaja barang dagangan;
j. agen asuransi; dan
k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau penjualan langsung
(direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
SPT Tahunan Untuk WP OP

Penghasilan Harus
bruto > 60 juta menggunakan
setahun SPT 1770 S
Karyawan
Penghasilan Disarankan Dalam
efilling
bruto ≤ 60 juta diwajibkan
WP OP setahun SPT 1770 SS 1770 SS

Nonkaryawan Bisa jadi ada juga


(Usaha/ penghasilan dari SPT 1770
Pekerjaan Bebas) pekerjaan

SPT terlengkap,
memuat untuk
usaha, pekerjaan
WP OP yang sumber penghasilannya dari bebas, penghasilan,
lainnya
pekerjaan, lainnya, final, dan usaha/pekerjaan
bebas, menggunakan SPT 1770
Marsono
Contoh WP OP Usahawan
• Pengemudi ojek daring • Petani
• Pedagang nasi udug • Tukang tambal ban
• Pemilik usaha fotokopi Marsono
• Penjual ubi mustofa via daring
• Pemilik usaha restoran atau luring
• Pembuat tempe/tahu • Penjual jamu tradisional
• Tukang urut • dll
• Pemangkas rambut

Dalam ketentuan perpajakan, semua yang di atas termasuk kategori


bukan “OP Karyawan dan juga bukan OP Perkerjaan Bebas”, sehingga
termasuk ke dalam kategori OP Usahawan
Kewajiban Pencatatan dan Pembukuan-1
• Pembukuan adalah suatu proses • Pencatatan terdiri atas data yang
pencatatan yang dilakukan secara dikumpulkan secara teratur tentang
teratur untuk mengumpulkan data dan – peredaran atau penerimaan bruto
informasi keuangan yang meliputi dan/atau
– harta, – penghasilan bruto
– kewajiban, sebagai dasar untuk menghitung jumlah
– modal, pajak yang terutang, termasuk:
– penghasilan dan biaya, serta - penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau
– jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, - yang dikenai pajak yang bersifat final.
yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa:
- neraca dan
- laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak tersebut.
Kewajiban Pencatatan dan Pembukuan-2
• Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan
(Pasal 28 ayat (1) UU KUP)

• Dikecualikan dari kewajiban


menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud di atas, tetapi wajib
melakukan pencatatan, adalah:
– Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
diperbolehkan menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto (peredaran bruto < Rp4,8
miliar), dan
– Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
(karyawan).
(Pasal 28 ayat (2) UU KUP)
Norma Penghitungan Penghasilan Neto -1
▪ Acuan di Pasal 14 UU PPh dan PER-17 • Pemberitahuan penggunaan NPPN yang
Tahun 2015 disampaikan dalam jangka waktu tersebut
dianggap disetujui kecuali berdasarkan hasil
▪ Norma Penghitungan Penghasilan Neto pemeriksaan ternyata Wajib Pajak tidak
(NPPN) adalah pedoman untuk menentukan memenuhi persyaratan untuk menggunakan
besarnya penghasilan neto yang diterbitkan NPPN.
oleh Direktur Jenderal Pajak dan
disempurnakan terus-menerus • Penghitungan penghasilan neto Wajib Pajak
tidak dilakukan atas penghasilan yang
▪ WP OP yang melakukan kegiatan usaha atau dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final
pekerjaan bebas yang peredaran brutonya
dalam satu tahun kurang dari • Penghitungan penghasilan neto Wajib Pajak
Rp4.800.000.000,00 boleh menghitung yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha
penghasilan neto, dengan menggunakan atau pekerjaan bebas, dilakukan terhadap
NPPN dengan syarat memberitahukan masing-masing jenis usaha atau pekerjaan
kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka bebas dengan memperhatikan
waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak pengelompokan wilayah
yang bersangkutan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto -2
▪ Wajib Pajak yang menghitung • Wajib Pajak yang wajib
penghasilan netonya dengan menyelenggarakan pembukuan
menggunakan NPPN wajib atau pencatatan, yang ternyata
menyelenggarakan pencatatan – tidak atau tidak sepenuhnya
menyelenggarakan pencatatan atau
▪ Wajib Pajak di atas yang tidak pembukuan atau
memberitahukan kepada Direktur – tidak memperlihatkan pencatatan
Jenderal Pajak untuk menghitung atau bukti-bukti pendukungnya
penghasilan neto dengan maka penghasilan netonya dihitung
menggunakan NPPN, dianggap berdasarkan NPPN dan peredaran
memilih menyelenggarakan brutonya dihitung dengan cara lain yang
pembukuan. diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Norma Penghitungan Penghasilan Neto -3
▪ Daftar Persentase NPPN dikelompokkan
menurut wilayah sebagai berikut:
a. 10 (sepuluh) ibukota provinsi yaitu
Medan, Palembang, Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya,
Denpasar, Manado, Makassar, dan
Pontianak;
b. ibukota provinsi lainnya;
c. daerah lainnya. ……………………………………………………………………………………………………………

▪ Contoh:
Orang Pribadi yang membuka usaha jasa
juru kamera di Depok maka NPPN-nya
adalah 31,5%. Jika omzet dia tahun 2019
adalah Rp100.000.000,00 maka
penghasilan netonya adalah 31,5% x
Rp100.000.000,00 = Rp31.500.000,00

……………………………………………………………………………………………………………
Cara Menghitung PPh Akhir Tahun WP OP
Usahawan (Tidak terkena PP 23/2018)
• Prinsip penghitungannya sama, mengikuti • Perbedaan dengan WP OP Karyawan
alur berikut: adalah pada penghitungan penghasilan
neto
• Bagi WP OP yang berhak dan
menggunakan pencatatan, perhitungan
penghasilan neto menggunakan NPPN
• Misal:
Contoh di samping adalah WP OP yang
membuka usaha restoran di Bandung
dengan omzet (penghasilan bruto) sebesar
Rp1 miliar dan NPPN restoran di Bandung
• . adalah 20%, sehingga penghasilan
netonya adalah:
20% x Rp1 miliar = Rp200 juta.
▪ Bedakan dengan usaha yang terkena PP
23/2018. Kasus ini adalah bukan PP
23/2018
Contoh Perhitungan PPh OP Usahawan
▪ Yosimin, pemuda yang ulet, belum menikah. Usaha yang Analisis:
digeluti adalah penjualan martabak manis/asin di ▪ Usaha di 2019 tidak terkena PP 23/2018 (tidak final)
rumahnya kalau malam hari. ▪ Berhak dan menggunakan pencatatan
▪ Omzet tahun 2019 sebesar Rp680.801.600,00. Biaya ▪ Dalam menghitung penghasilan neto menggunakan
yang dikeluarkan sebesar Rp280 juta setahun. NPPN
▪ Yosimin tidak mampu melakukan pembukuan sehingga
pada awal tahun 2019 telah menyampaikan Penghasilan Bruto 680,801,600
pemberitahuan penggunaan norma ke KPP. Pada akhir Penghasilan Neto (25% x 680 juta) 170,200,400
2018 dia menyampaikan pemberitahuan untuk terkena Zakat/Sumbangan Keagamaan Wajib 2,000,000
tarif umum (bukan Final PP 23/2018)
Ph. neto setelah zakat/sumbangan keagamaan 168,200,400
▪ Dalam tahun 2019, Yosimin telah menyetorkan PPh Pasal
Kompensasi kerugian -
25 sebesar Rp6,2 juta (Jan dan Feb masing-masing
Ph. neto setelah kompensasi kerugian 168,200,400
600rb, dan Maret s.d Desember masing-masing 500rb),
dan pernah dipotong PPh Pasal 22 oleh Bendahara PKN PTKP (TK/0) 54,000,000
STAN sebesar Rp1.100.000,00. Penghasilan Kena Pajak (PhKP) 114,200,000
▪ NPPN untuk usahanya adalah 25% PPh Terutang (tarif x PhKP) 12,130,000
▪ Yosimin membayar zakat sebesar 2 juta ke BAZNAS dan Kredit Pajak : a. dipotong/pungut pihak lain 1,100,000
mendapatkan tanda terima PPh yang harus dibayar sendiri (lebih dipotong) 11,030,000
▪ Yosimin membayar dan melaporkan SPT Tahunan PPh b. PPh yang dibayar sendiri (PPh Pasal 25) 6,200,000
OP pada tanggal 27 Maret 2020 PPh Kurang (Lebih) Bayar 4,830,000
Tarif Khusus
Final PP
23/2018

Pajak Penghasilan
UMKM Indonesia bagi UMKM
1. PP Nomor 23 Tahun 2018
ttg Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
2. PMK-99/PMK.03/2018
ttg Pelaksanaan PP Nomor 23 Tahun 2018
tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Pokok Pengaturan PP 23/2018
Subjek Pajak Objek Pajak Pemberitahuan ke DJP
• WP OP Penghasilan dari usaha tidak melebihi
• WP Badan tertentu (Koperasi, CV, Firma) Rp4,8M dalam 1 (satu) Tahun Pajak. Bila WP memilih untuk dikenai PPh sesuai
• PT ketentuan umum.
Kecuali:
dgn peredaran bruto s/d Rp 4,8 Miliar / a) Jasa sehubungan Pekerjaan Bebas
Tahun Pajak. b) Penghasilan di LN Pelunasan Pajak
c) Penghasilan yg dikenai PPh Final
Kecuali: Disetor sendiri oleh WP; atau
tersendiri
a. Yang memilih untuk dikenai PPh d) Penghasilan yang bukan Objek Pajak
berdasarkan ketentuan umum; Dipotong atau dipungut oleh pihak lain.
b. WP Badan yang memperoleh fasilitas PPh Terutang
Tax Holiday dan Tax Allowance;
c. BUT; atau PPh Final = 0,5% X Peredaran Bruto Surat Keterangan
d. CV, Firma yang dibentuk:
• beberapa WPOP dengan keahlian Bila WP menerima penghasilan dari
khusus dan Jangka Waktu pemotong atau pemungut PPh
• menyerahkan jasa sejenis dengan PT 3 Tahun Pajak
pekerjaan bebas.
CV, Firma, Koperasi 4 Tahun Pajak
Amanat
WP OP 7 Tahun Pajak pengaturan
Final PP
23/2018 dalam PMK
15
Pokok Pengaturan PMK 99/PMK.03/2018 Final PP
23/2018
1 Pemberitahuan 3 Surat Keterangan
Disampaikan ke : KPP tempat WP Pusat terdaftar, KP2KP atau KPP Mikro Permohonan Surat Keterangan diajukan ke:
yang berada dibawah wilayah kerja KPP Pusat terdaftar, Saluran tertentu 1. KPP tempat WP Pusat terdaftar
yang ditetapkan DJP PPh Umum berlaku Tahun Pajak berikutnya 2. KP2KP atau KPP Mikro yang berada dibawah wilayah kerja KPP
Pusat terdaftar;
• WP yg awal Th Pajak 2018 sd 30 Juni 2018 dikenai PPh Umum, dapat 3. Saluran tertentu yang ditetapkan DJP
dikenai PPh umum sd akhir Tahun Pajak 2018 pemberitahuan p.l tgl Persyaratan:
31 Des 2018 1. permohonan ditandatangani oleh WP
• WP terdaftar tgl 1 Juli 2018 - 31 Des 2018, dapat dikenai PPh umum 2. telah menyampaikan SPT Tahunan terakhir, kecuali WP baru atau
mulai Tahun Pajak terdaftar pemberitahuan p.l tgl 31 Des 2018 atau WP yang tidak wajib SPT Tahunan.
p.l akhir Tahun Pajak terdaftar. 3. memenuhi kriteria subjek PP 23
• WP terdaftar 1 Jan 2019 dst, dapat dikenai PPh umum mulai Tahun Pajak Surat Keterangan atau penolakan permohonan diterbitkan dalam jangka
terdaftar pemberitahuan saat pendaftaran
waktu 3 hari kerja sejak permohonan diterima.
2 Pemotongan/Pemungutan Surat keterangan berlaku sampai dengan jangka waktu sesuai diatur
• Pelunasan dilakukan melalui: dalam PP 23, kecuali:
✓ disetor sendiri → untuk setiap tempat kegiatan usaha ✓ WP memilih dikenai ketentuan umum PPh;
✓ pemotongan/pemungutan jika bertransaksi dengan ✓ tidak memenuhi kriteria subjek PP 23.
Pemotong/Pemungut Pajak
• Pemotongan sesuai PP 23 dilakukan terhadap WP yang menyerahkan 4 Angsuran PPh Pasal 25
fotokopi Surat Keterangan
• Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 atas transaksi impor atau Penghitungan angsuran PPh Pasal 25 bagi WP yang memilih dikenai
pembelian barang dengan menyerahkan fotokopi Surat Keterangan. ketentuan umum PPh atau tidak lagi memenuhi kriteria sebagai
• PPh Final disetor menggunakan SSP atas nama WP dan ditandatangani subjek PP 23 --→ sesuai PMK 255/PMK.03/2008 dan perubahannya
Pemotong/Pemungut dan diserahkan kepada WP sebagai bukti potong.
16
Contoh 1: Usaha yang terkena
PP 23 Tahun 2018 (Final 0,5%)
Boncil, pedagang gorengan di Kantin sebuah kampus. Omzet ▪ Dengan menyerahkan surat keterangan tersebut kepada
tahun lalu (2018) adalah Rp120 juta, dan tidak mengajukan Kementerian X, maka Kementerian X tidak memungut
pemberitahuan untuk memilih tarif umum. Oleh karena itu, sebesar 1,5%, melainkan 0,5% dan bersifat final. Yang
pada tahun 2019, usaha Boncil dikenakan PP 23 Tahun dipotong dan disetorkan melalui Kementerian X adalah
2018, yaitu dikenakan PPh Final sebesar 0,5% x omzet tiap 0,5% x Rp15 juta = Rp75.000,00
bulan. Dia harus menyetorkan paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya. Misal: ▪ Karena untuk omzet Maret 2019 sebesar Rp15 juta telah
▪ Januari 2019, omzetnya sebesar Rp12 juta, maka dia disetorkan melalui pemotongan oleh Kementerian X
harus menyetorkan PPh sebesar 0,5% x Rp12 juta = sebesar Rp75.000,00 maka setoran PPh Final yang
Rp60.000,00. Jumlah ini disetorkan paling lambat pada 15 harus dilakukan oleh Boncil untuk masa itu cukup dari
Februari 2019 dengan kode 411128 420 sisa omzet yang nonpemotongan, yaitu dari Rp10 juta.
Yang disetor sendiri = 0,5% x Rp10.000.000,00 =
▪ Bulan Februari 2019, omzetnya sebesar Rp10 juta, maka Rp50.000,00
PPh Final yang harus disetor adalah 0,5% x Rp10 juta = ▪ Total setoran PPh Final untuk masa Maret 2019 =
Rp50.000,00 paling lambat 15 Maret 2020 Rp75.000,00 + Rp50.000,00 = Rp125.000,00
▪ Bulan Maret 2019, omzetnya Rp25 juta. Dari jumlah itu, ▪ Mekanisme pemajakannya akan seperti itu setiap
Rp15 juta berasal dari penjualan ke Kementerian X. bulannya, dan tidak perlu membayar angsuran PPh
Seharusnya, penjualan ke Kementerian akan dipungut PPh Pasal 25.
Pasal 22 sebesar 1,5%.
▪ SPT Tahunan PPh Boncil berisi rekap omzet dan PPh
▪ Agar Boncil tidak dipungut sebesar 1,5% (karena dia yang telah dibayar selama setahun (ada di 1770 III, huruf
adalah WP OP yang dikenakan PPh Final 0,5%), Boncil A, no.16). Selain itu, dilampirkan rekapitulasi omzet per
meminta surat keterangan ke KPP setempat yang isinya tempat kegiatan usaha dan PPh 0,5% yang telah dibayar.
bahwa Boncil termasuk dalam WP dengan penghasilan Karena semua penghasilannya adalah Final, maka SPT
bruto tertentu (maksudnya: termasuk WP yang kena 0,5%). Tahunannya akan NIHIL.
Contoh 2: Usaha yang terkena
PP 23 Tahun 2018 (Final 0,5%)
Precil, tukang pangkas terkenal di Madiun. Baru buka usaha jasa ▪ SPT Tahunan PPh Boncil berisi rekap omzet dan PPh yang telah
pemangkasan rambut sejak awal 2019, sehingga baru memiliki NPWP dibayar selama setahun (ada di 1770 III, huruf A, no.16).
pada saat membuka usaha. ▪ Selain itu, dilampirkan rekapitulasi omzet per tempat kegiatan
Saat pendaftaran NPWP, dia tidak memilih tarif umum. Oleh karena usaha dan PPh 0,5% yang telah dibayar.
itu, pada tahun 2019, usaha Precil dikenakan PP 23 Tahun 2018, yaitu ▪ Karena semua penghasilannya adalah Final, maka SPT
dikenakan PPh Final sebesar 0,5% x omzet tiap bulan Tahunannya akan NIHIL.
Rekap penghasilan dia di tahun 2019 adalah sebagai berikut: ▪ Tidak ada kewajiban angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun pajak
berikutnya

• Catatan: Pada tahun 2020 terbit PMK-44/PMK.03/2020 tentang


Insentif Pajak untuk WP Terdampak Pandemi Corona Virus
Disease 2019. Dalam ketentuan tersebut disebutkan bahwa PPh
Final sebagaimana dimaksud dalam PP 23 Tahun 2018
ditanggung pemerintah untuk masa pajak April 2020 s.d.
September 2020.
.
• Cakupan pembelajaran kita tidak membahas insentif ditanggung
pemerintah tersebut.

.
Membedakan Usaha yang Terkena PP 23/2018
dan yang Tidak
Usaha yang dimaksud di sini adalah jenis usaha yang tidak dikenakan PPh Final tersendiri*)

Dikenakan PP 23/2018 pada tahun ini: Dikenakan Tarif Umum pada tahun ini:
▪ Penghasilan bruto tahun sebelumnya ▪ Penghasilan bruto tahun lalu sudah di
tidak lebih dari 4,8 miliar, dan atas 4,8 miliar, atau
▪ Pada tahun lalu tidak menyampaikan ▪ Pada tahun lalu telah menyampaikan
pemberitahuan bahwa dia memilih tarif pemberitahuan memilih tarif umum, atau
umum, dan ▪ Sudah tidak berada dalam periode yang
▪ Masih dalam periode yang diperbolehkan diperbolehkan memakai PP 23/2018,
memakai PP 23/2018, dan atau
▪ Belum pernah memilih dan ▪ Pernah memilih dan menggunakan tarif
menggunakan tarif umum sesuai umum sesuai ketentuan
ketentuan.

*) Usaha yang dikenakan PPh Final tersendiri, maksudnya adalah seperti yang pernah kita pelajari sebelumnya, yaitu
konstruksi, sewa tanah/bangunan, penjualan properti, dll. Jenis usaha final ini telah ada sebelum ketentuan Final dalam
PP 23/2018 (dulu PP 46/2013). Dengan demikian, PP 23/2018 dapat dikatakan sebagai ketentuan Final yang baru.
OPPT
▪ Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha ▪ Bukan OPPT:
Tertentu (OPPT) adalah Wajib Pajak orang – Tuan Rifki, dokter yang tinggal di Ciledug dan praktik di
pribadi yang melakukan kegiatan usaha Cipulir
perdagangan atau jasa, tidak termasuk jasa – Tuan Bismar, tinggal di Gambir, berpraktik notaris di
sehubungan dengan pekerjaan bebas, pada 1 Senen
(satu) atau lebih tempat kegiatan usaha yang – Afgan, tinggal di Kemang, tiap Sabtu malam pentas
musik di Cikini
berbeda dengan tempat tinggal Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud dalam peraturan ▪ Kewajiban pajak OPPT:
perundang-undangan di bidang perpajakan. ✓ Sama dengan WP OP Usahawan, hanya beda di
angsuran PPh Pasal 25
▪ Contoh OPPT: ✓ Angsuran PPh Pasal 25 sebesar 0,75% dari omzet
– Tuan Sandi, tinggal di Depok dan memiliki toko baju di setiap bulan
Tanah Abang ✓ Pada akhir tahun dihitung Penghasilan neto dan
– Tuan Kirno, domisili Bintaro dan memiliki kios HP di ITC seterusnya sampai dengan PPh terutang, lalu Angsuran
Kuningan dan ITC Depok PPh Pasal 25 tersebut (0,75%) menjadi kredit pajak
– Nyonya Arifiani, tinggal di Pondok Indah dan memiliki ✓ Penghitungan angsuran tidak mengikuti 1/12 x
salon kuku kaki di Tebet penghasilan yang harus dibayar sendiri (karena
ditetapkan sebesar 0,75% dari omzet tiap bulan).

• Rujukan: PMK- 215/PMK.03/2018


Kewajiban Pajak OPPT
(dengan adanya PP 23/2018)
Kasus I (Omzet > 4,8 M) a. Jika memilih dikenakan tarif umum dan tidak
menyelenggarakan pembukuan maka cara
a. Jika omzet lebih dari 4,8 M dalam satu tahun, perhitungan penghasilan neto menggunakan
maka kewajiban perpajakan akhir tahunnya NPPN. Angsuran PPh Pasal 25 tiap bulan
dihitung menggunakan pembukuan (revenues – sebesar 0,75% x omzet per bulan. Angsuran
expenses). Setelah diketahui PPh terutang, tersebut akan menjadi kredit pajak.
dikurangi dengan PPh Pasal 25 yang telah
dibayarkan. b. Jika tidak memilih dikenakan tarif umum, maka
dikenakan PP 23/2018 yang final, maka tidak
b. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 bagi OPPT ada penghasilan neto yang terkena pajak akhir
adalah 0,75% x omzet per bulan (tidak final). tahun, SPT Tahunan Nihil, tidak ada kewajiban
Pembayaran inilah yang akan menjadi kedit angsuran PPh Pasal 25 (kecuali akan beralih ke
pajak di akhir tahun tarif umum pada tahun selanjutnya). WP harus
membayar PPh terutang sebesar 0,5% dari
omzet tiap bulan. Pembayaran ini bersifat final,
Kasus II (Omzet ≤ 4,8) bukan angsuran PPh Pasal 25. Tidak berlaku
a. Jika omzet s.d. 4,8 M dalam setahun maka angsuran 0,75%!
OPPT bisa memilih untuk terkena PP 23/2018
yang final, atau memilih dikenakan tarif umum.

Simpulan: OPPT yang memenuhi dan menggunakan PP 23/2018, pemajakannya mengikuti PP 23 Tahun 2018, yaitu
Final 0,5%. Jika OPPT tidak memenuhi PP 23/2018 dan masih menggunakan pencatatan, maka menggunakan NPPN,
dikenakan tarif umum dan kewajiban angsuran PPh Pasal 25 tiap bulan adalah 0,75% dari omzet per bulan.
Menghitung Angsuran PPh Pasal 25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak ▪ Besarnya angsuran pajak yang harus
berjalan yang harus dibayar sendiri oleh dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk
Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah bulan-bulan sebelum SPT Tahunan PPh
sebesar Pajak Penghasilan yang terutang disampaikan sebelum batas waktu
menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang penyampaian Surat Pemberitahuan
lalu dikurangi dengan: Tahunan Pajak Penghasilan sama dengan
a. PPh yang dipotong sebagaimana besarnya angsuran pajak untuk bulan
dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 terakhir tahun pajak yang lalu.
serta PPh yang dipungut sebagaimana ▪ Khusus Angsuran PPh Pasal 25 untuk
dimaksud dalam Pasal 22; dan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha
b. PPh yang dibayar atau terutang di luar Tertentu (OPPT), ditetapkan sebesar
negeri yang boleh dikreditkan 0,75% dari jumlah peredaran bruto setiap
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, bulan dari masing-masing tempat usaha
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan yang berbeda dengan tempat tinggal Wajib
dalam bagian tahun pajak. Pajak.
▪ Lihat penjelasan pada tayangan berikutnya
Kondisi I:
Penghasilan WP OP Angsuran PPh yang
semuanya Penghasilan PPh Pasal Harus dibayar
Teratur 25 sendiri

Penghasilan teratur
merupakan penghasilan
yang lazimnya diterima atau
diperoleh secara berkala
sekurang-kurangnya sekali
dalam setiap tahun pajak,
yang bersumber dari
kegiatan usaha, pekerjaan
bebas, pekerjaan, harta dan
atau modal, kecuali
penghasilan yang telah
Marsono dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat
final.
Kondisi II:
Terdapat Penghasilan Angsuran
PPh Pasal PPh yang Harus
Neto Tidak Teratur dibayar sendiri
(termasuk kredit 25
pajaknya)

Contoh penghasilan tidak


teratur: keuntungan selisih
kurs dari utang/ piutang dalam
mata uang asing dan
keuntungan dari pengalihan
harta (capital gain) sepanjang
bukan merupakan
penghasilan dari kegiatan
usaha pokok, serta
penghasilan lainnya yang
Marsono bersifat insidentil.
CONTOH: PERHITUNGAN PPh OP 2018
Penghasilan Neto 572.500.600
- Zakat/Sumbangan Keagamaan Wajib 5.000.000 -
Ph. neto setelah zakat/sumbangan keagamaan 567.500.600
- Kompensasi kerugian (hanya jika pembukuan) 0 -
Ph. neto setelah kompensasi kerugian 567.500.600
- Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) K/2 67.500.000 -
Penghasilan Kena Pajak (PhKP) 500.000.000
PPh Terutang (Tarif Pasal 17 x PhKP) Marsono 95.000.000
- Kredit Pajak: a. dipotong/pungut pihak lain 71.000.000 -
PPh yang harus dibayar sendiri (lebih dipotong) 24.000.000
b. PPh yang dibayar sendiri (PPh Pasal 25) 20.000.000 -
PPh Kurang (Lebih) Bayar 4.000.000
Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak 2019
Kondisi I:
Penghasilan WP OP Angsuran PPh yang
semuanya Penghasilan PPh Pasal Harus dibayar
25 sendiri
Teratur

Marsono
Kondisi II: Misal: Dari penghasilan neto tersebut (Rp572.500.600)
Terdapat Penghasilan terdapat penghasilan neto berupa penghargaan senilai
Neto Tidak Teratur Rp40.000.000,00 dan dari jumlah tersebut dipotong PPh
(termasuk kredit Pasal 21 sebesar Rp2.000.000,00 (artinya dari kredit pajak
pajaknya) senilai Rp71.000.000,00 ternyata terdapat Rp2.000.000,00
yang berasal dari penghasilan tidak teratur)

Marsono
A
- Berapakah angsuran PPh Pasal 25 untuk Januari dan Februari 2020?
- Berapakah angsuran PPh Pasal 25 untuk Maret s.d. Desember 2020?

Marsono
Menghitung Angsuran PPh Pasal 25 Yosimin
• Untuk Kasus Yosimin di atas, semua penghasilannya bersifat • Untuk Kasus Yosimin, semua penghasilannya bersifat teratur
teratur
• Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2020, sebelum Yosimin
menyampaikan SPT Tahunan 2019 (yaitu bulan Januari dan • Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2020, sebelum Yosimin
Februari 2020) adalah Rp500.000,00. (sama dengan angsuran menyampaikan SPT Tahunan 2019 (yaitu bulan Januari dan
pada akhir Desember 2019) Februari 2020) adalah Rp500.000,00. (sama dengan angsuran
pada akhir Desember 2019)
• Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2020, setelah Yosimin
menyampaikan SPT Tahunan (Maret sd Desember 2020) adalah
= [PPh terutang dikurangi kredit pajak selain Pasal 25] dibagi 12 • Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2020, setelah Yosimin
menyampaikan SPT Tahunan (Maret sd Desember 2020) adalah
= [12.130.000 – 1.100.000] / 12
= [PPh terutang dikurangi kredit pajak selain Pasal 25] dibagi 12
= 919.166
= [12.130.000 – 1.100.000] : 12
• Pembayaran PPh Pasal 25 bulan Januari dan Februari 2020
mengikuti bulan-bulan sebelumnya di tahun 2019, yaitu 500rb per = 11.030.000 : 12
bulan = 919.166

• Catatan: Pada tahun 2020 terbit PMK-44/PMK.03/2020 tentang


Insentif Pajak untuk WP Terdampak Pandemi Corona Virus
Disease 2019. Dalam ketentuan tersebut disebutkan bahwa WP
dengan klasifikasi tertentu dapat diberikan pengurangan angsuran
PPh Pasal 25 sebesar 30% dari yang seharusnya, melalui
mekanisme pemberitahuan.

• Cakupan pembelajaran kita tidak membahas insentif


pengurangan tersebut.
SPT 1770
• Induk SPT: 1 halaman • Lampiran IV: 1770-IV
– Harta
• Lampiran I: 1770-I ada 2 halaman:
– Utang
– Halaman 1 Perhitungan Penghasilan Neto jika
pembukuan – Keluarga
– Halaman 2: • Jika OPPT, ada lampiran lagi untuk OPPT
• Perhitungan penghasilan neto usaha/pekerjaan bebas jika
pencatatan, • Jika WP PP 23/2018, ada lampiran lagi
• Penghasilan neto dari pekerjaan • Jika PH/MT, ada lampiran lagi
• Penghasilan neto DN lainnya

• Lampiran II: 1770-II Daftar Pemotongan/ • Lihat Draft Bahan Ajar Perpajakan II
Pemungutan PPh oleh Pihak Lain (Asqolani, 2020)
• Lampiran III: 1770-III • Lihat Petunjuk Pengisian SPT 1770
– Final • Lihat Tutorial Pengisian SPT di KLC
– Bukan Objek Pajak https://klc.kemenkeu.go.id/pknstan-pengisian-
– Penghasilan Pasangan yang dikenakan pajak spt-tahunan-pph-orang-pribadi-1770-latihan-
secara terpisah contoh-kasus/

Marsono

Anda mungkin juga menyukai