Anda di halaman 1dari 46

PENGANTAR PERPAJAKAN

Ketentuan Umum dan Tata Cara


Perpajakan (KUP)
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007
NPWP dan Pengukuhan
PKP
NPWP dan NPPKP

Pengusaha Wajib Pajak Bukan


Pengusaha

NPWP dan
NPPKP NPWP
Siapakah yang Wajib Mendaftarkan
diri untuk Memperoleh NPWP?

Orang Pribadi
• Menjalankan Usaha dan Pekerjaan Bebas
• Tidak Menjalankan Usaha, Penghasilan > PTKP
• Wanita Kawin Pisah Harta

Badan

OP dan Badan sebagai


pemungut/pemotong pajak
Pengusaha
Orang Pribadi Badan

Dalam Kegiatan Usaha atau


Pekerjaannya

Menghasilkan barang
Mengimpor barang
Mengekspor barang
Melakukan Usaha Perdagangan
Melakukan Usaha Jasa
Memanfaatkan Barang Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean
Memanfaatkan Jasa dari Luar Daerah Pabean
Siapa yang Wajib Dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak????????

Orang Pribadi Sebagai pengusaha yang


menyerahkan BKP/JKP yang
Badan dikenakan PPN

Kecuali

Pengusaha Kecil
 Omsetnya < Rp600jt per tahun
 Tidak ingin dikukuhkan sebagai
PKP
T E M PAT P E N DA F TA R A N WA J I B PA J A K

Orang Pribadi Wajib Pajak Badan

K A N T O R P E L AYA N A N PA J A K
Pengusaha
Tertentu

Tempat Tinggal Tempat Kedudukan

Dan Tempat Kegiatan Usaha


Struktur NPWP
Contoh Kepemilikan NPWP Wajib
Pajak Badan
PT Matahari Putra Prima, sebuah usaha retail kebutuhan
sehari-hari, didirikan dan berkedudukan di Jl. Petai 12,
Menteng. Perusahaan tersebut memiliki cabang di Jl.
Gejayan 100, Sleman; Jl. Kaliurang Km 5, Sleman, dan Jl.
Malioboro 10, Yogyakarta.

NPWP Pusat: 01.234.567.0.025.000

NPWP Sleman 1: 01.234.567.0.542.001

NPWP Sleman 2: 01.234.567.0.542.002

NPWP Yogyakarta: 01.234.567.0.541.001


Contoh Kepemilikan NPWP Wajib
Pajak Orang Pribadi
Bp. Gigih memiliki usaha pembuatan tas, yang tinggal di
Serangan, Yogyakarta. Selain di rumahnya, produksi tas juga
dilakukan di Godean, Sleman. Untuk pemasaran, dia memiliki
outlet di Mal Menteng, Jakarta.

NPWP Pusat: 08.123.456.7.541.000

NPWP Sleman: 01.234.567.0.542.001

NPWP Menteng: 01.234.567.0.025.001


Penerbitan NPWP & Pengukuhan
PKP Secara Jabatan
KPP dapat menerbitkan NPWP dan
Pengukuhan PKP secara jabatan,
apabila WP tidak mendaftarkan diri
untuk diberikan NPWP atau tidak
melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagi PKP.
Sanksi Yang Berhubungan Dengan
NPWP & Pengukuhan PKP
Setiap orang yang dengan sengaja tidak
mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak NPWP atau
Pengukuhan PKP, sehingga dapat merugikan
pada pendapatan negara dipidana
pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling tinggi 4
(empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang bayar.
Alasan Penghapusan NPWP
 Wajib Pajak orang pribadi yang meninggal dunia dan tidak
meninggalkan warisan  pemberitahuan tertulis dari ahli waris,
dilampiri fotokopi akte kematian;
 Wanita Kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan,  fotokopi surat nikah atau akte perkawinan;
 Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak
sesudah selesai terbagi  surat pernyataan dari ahli waris;
 Wajib Pajak Badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku  akte
pembubaran dan neraca likuidasi;
 Bentuk Usaha Tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya
sebagai bentuk usaha tetap,  surat atau dokumen lain yang
mendukung hal tersebut;
 Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Wajib Pajak  laporan Pemeriksaan Lapangan
Alasan Pencabutan NPPKP
Pencabutan Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak dilakukan dalam
hal:
 Pengusaha Kena Pajak pindah ke KPP lain.
 Pengusaha Kena Pajak bubar.
 Pengusaha Kena Pajak tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP.
 Pengusaha Kena Pajak yang jumlah peredaran dalam 1 tahun pajak
tidak melebihi batasan Pengusaha Kecil PPN, dengan ketentuan:
 Mengajukan permohonan pencabutan PKP.
 Diajukan setelah lewat jangka waktu 3 bulan setelah akhir tahun
pajak

Catatan :
DJP harus memberi keputusan dalam jangka waktu 3 bulan sejak
permohonan diterima (dengan pemeriksaan). Jika lewat jangka waktu
tersebut keputusan tidak diberikan maka permohonan dianggap
dikabulkan dan surat pencabutan NPPKP harus diterbitkan dalam
waktu selambat-lambatnya satu bulan setelah jangka waktu tersebut
berakhir.
PEMBAYARAN PAJAK
Fungsi Surat Setoran Pajak (SSP)

 Surat atau dokumen untuk


melakukan pembayaran atau
penyetoran pajak yang terutang.
 Untuk beberapa jenis pajak
tertentu, SSP dapat berfungsi
sebagai pengganti bukti potong,
bukti pungut atau pengganti SPT
Masa.
SSP Standar yang berfungsi
sebagai bukti potong/bukti pungut
1. Pembayaran PPN Impor
2. Pembayaran PPN Bendaharawan
3. Pembayaran PPh Pasal 22 Impor
4. Pembayaran PPh Pasal 22 Bendaharawan
5. Pembayaran PPh Final atas Transaksi Pengalihan
Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
6. Pembayaran sendiri PPh Final atas Persewaan Tanah
dan/atau Bangunan
7. Khusus untuk PPh Pasal 25 (angsuran PPh), SSP
juga berfungsi sebagai SPT Masa.
TEMPAT PEMBAYARAN PAJAK
 Kantor pos
 Bank-bank yang ditunjuk oleh Dirjen
Anggaran
 Untuk pembayaran fiskal Luar Negeri selain
ditempat-tempat tersebut dapat dilakukan
pada loket-loket pembayaran yang telah
disediakan di Pelabuhan keberangkatan.

Direktorat Jenderal Pajak tidak dibenarkan


menerima setoran pajak dari Wajib Pajak.
BATAS WAKTU PEMBAYARAN
PAJAK
 SPT Masa ►paling lambat 15 hari setelah Masa
Pajak berakhir (tanggal 15 bulan berikutnya).
 SPT Tahunan (PPh ps 29) ►paling lambat sebelum
SPT disampaikan
 Sanksi keterlambatan ►sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% sebulan
 STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK
Keberatan, SK Banding ►1 bulan sejak tanggal
diterbitkan.
PELAPORAN PAJAK
FUNGSI SPT
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang terutang
Melaporkan tentang pemenuhan pembayaran pajak yang
telah dilaksanakan sendiri
Melaporkan pembayaran dari pemotong pajak atau
pemungut pajak tentang pemotongan/ pemungutan dan
pembayaran yang telah dilakukan kepada orang atau
badan lain

Dari SPT tersebut akan dapat diketahui jumlah Pajak terutang,


jumlah pajak yang telah dipotong oleh pihak lain dan berapa
kekurangan/kelebihan pembayaran pajak pada tahun tersebut
Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran
pajak, objek pajak, bukan objek pajak, harta dan
kewajiban,

Masa Tahunan

Untuk suatu Untuk suatu tahun


masa pajak pajak atau bagian
tahun pajak
Karakteristik SPT PPh OP
SPT 1770 SPT 1770 S SPT 1770 SS
bagi Wajib Pajak yang mempunyai bagi Wajib Pajak yang mempunyai bagi Wajib Pajak yang mempunyai
penghasilan: penghasilan: penghasilan:
1. dari usaha/pekerjaan bebas 1. dari satu atau lebih pemberi 1. hanya dari satu pemberi kerja
yang menyelenggarakan kerja; dengan jumlah penghasilan
pembukuan atau 2. dari dalam negeri lainnya; bruto dari pekerjaan tidak lebih
NormaPenghitungan dan/atau dari Rp60.000.000 (enam puluh
Penghasilan Neto; 3. yang dikenakan PPh Final juta rupiah) setahun dan
2. dari satu atau lebih pemberi dan/atau Bersifat Final. 2. tidak mempunyai penghasilan
kerja; lain kecuali penghasilan bunga
3. yang dikenakan PPh Final bank dan/atau bunga koperasi
dan/atau Bersifat Final; Ket:
dan/atau Formulir 1721-A1 dan/atau Formulir
4. penghasilan lain. 1721-A2 merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari SPT Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi Sangat Sederhana (Formulir
1770 SS).
Masa Jenis SPT Tahunan

 PPh pasal 21/26  PPh Badan (1771)


 PPh pasal 22  PPh Orang Pribadi
 PPh pasal 23/26 (1770/1770S/1770SS)
 PPh pasal 25
 PPh pasal 4(2)
 PPh pasal 15
 PPN dan PPnBM (1995)
 PPN Pemungut (1101 PUT)
PIHAK YANG WAJIB MENGISI
DAN MENYAMPAIKAN SPT
 Orang pribadi yang menerima penghasilan
dari usaha atau pekerjaan bebas;
 Orang pribadi yang menerima penghasilan
lebih dari satu pemberi kerja;
 Setiap badan

Apabila WP memperoleh penghasilan hanya dari satu pemberi


kerja dan atau tidak menerima penghasilan dari usaha atau
pekerjaan bebas, maka WP tidak wajib mengisi dan
menyampaikan SPT  kecuali ber-NPWP
CARA MEMPEROLEH SPT
 Kantor Pelayanan Pajak;
 Kantor Penyuluhan Pajak;
 Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan;
 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;
 Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak; atau
 Melalui sistem komputer dengan alamat situs internet
atau Homepage Direktorat Jenderal Pajak, yaitu:
http://www.pajak.go.id atau mencetak/menggandakan/
fotokopi sendiri dengan bentuk dan isi yang sama
dengan aslinya. Surat pemberitahuan yang didapatkan
melalui sistem komputer dan penggandaan memiliki
kekuatan hukum yang sama dengan Surat
Pemberitahuan yang diambil dari tempat-tempat yang
ditetapkan.
Ketentuan Pengisian SPT
(ps 3 (1) UU KUP)
 Setiap wajib pajak harus mengambil sendiri SPT ke Kantor
Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak seperti diatas.
 SPT harus diisi dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah secara benar, jelas, dan lengkap sesuai dengan
petunjuk yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku, kemudian
menandatangani dan menyampaikan ke Kantor
Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Ketentuan Pengisian SPT
(ps 3 (1) UU KUP)
 Untuk Wajib Pajak badan, Surat Pemberitahuan harus
ditandatangani oleh pengurus atau direksi.
 Apabila Surat Pemberitahuan yang mengisi dan
menandatangani orang lain bukan Wajib Pajak, harus
melampirkan surat kuasa khusus.
 Surat Pemberitahuan Wajib dilengkapi dengan lampiran
yang ditentukan menurut perundang-undangan
perpajakan yang berlaku, termasuk neraca dan
perhitungan rugi laba (bagi wajib pajak yang wajib
melakukan pembukuan).
 Setelah Surat Pemberitahuan tersebut diatas telah diisi
lengkap beserta lampiran-lampirannya, diserahkan
kembali ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas waktu
yang telah ditentukan dengan tanda bukti penerimaan.
Ketentuan Pengisian SPT
(ps 3 (1) UU KUP)
 Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila
tidak ditandatangani atau tidak sepenuhnya dilampiri
dengan keterangan atau dokumen yang harus dilampirkan
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.
 Kalau dikirim melalui pos, harus tercatat dan bukti tercatat
tersebut adalah bukti penerimaan.
 Tidak / terlambat menyampaikan SPT Masa dikenakan
denda
 Angsuran PPh Pasal 25 nihil, tetap wajib menyampaikan
SPT Masa PPh.
 Kewajiban penyampaian SPT Tahunan tidak dipengaruhi
oleh kondisi ada atau tidaknya pajak yang harus dibayar.
Batas Waktu Penyampaian SPT
 SPT Masa > paling lama 20 hari setelah
akhir masa pajak

 SPT Tahunan WP Pribadi > paling lama


3 bulan setelah akhir tahun pajak

 SPT Tahunan WP Badan > paling lama 4


bulan setelah akhir tahun pajak
Dokumen yang dilampirkan dalam
Surat Pemberitahuan (KEP-214/PJ/2001)
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan
 Neraca dan Laporan laba rugi Tahun Pajak yang bersangkutan
beserta rekonsiliasi laba rugi fiskal.
 Daftar penghitungan penyusutan dan atau amortisasi fiskal.
 Penghitungan kompensasi kerugian dalam hal terdapat sisa
kerugian tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat
dikompensasikan.
 SSP PPh pasal 29 yang seharusnya dalam hal terdapat
kekurangan pajak yang terutang -Surat Kuasa Khusus, apabila
SPT ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak.
 Lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk
menjelaskan penghitungan besarnya PKP atau besarnya PPh
Pasal 25.
 Khusus untuk WP Bank, wajib melampirkan daftar debitur yang
kreditnya digolongkan kurang lancar, diragukan dan macet. (SE-
08/PJ.42/2002)
Dokumen yang dilampirkan dalam
Surat Pemberitahuan (KEP-214/PJ/2001)
SPT Tahunan PPh wajib Pajak Orang Pribadi yang menyelenggarakan
pembukuan
 Neraca dan Laporan Laba Rugi tahun yang bersangkutan beserta rekonsiliasi fiskal
 Daftar penghitungan penyusutan dan atau amortisasi fiskal.
 Penghitungan kompensasi kerugian, dalam hal terdapat sisa kerugian tahun-tahun
sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.
 SSP PPh pasal 29 yang seharusnya dalam hal terdapat kekurangan pajak yang
terutang, kecuali ada izin untuk mengangsur/menunda pembayaran PPh 29.
 Surat Kuasa Khusus dalam hal SPT ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, atau
Surat Keterangan Kematian dari instansi yang berwenang dalam hal ditandatangani
oleh Ahli Waris.
 Fotocopy formulir 1721- A1 dan atau 1721- A2, dalam hal wajib pajak menerima
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yang sudah dipotong pajaknya oleh
pemberi kerja.
 Penghitungan PPh terutang oleh masing-masing Wajib Pajak yang kawin dengan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.
 Daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungan Wajib Pajak.
 Bukti setoran zakat atas penghasilan yang dibayar WP orang pribadi pemeluk agama
Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk dan disahkan
oleh Pemerintah.
 Lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskan penghitungan
besarnya PKP atau besarnya PPh Pasal 25.
Dokumen yang dilampirkan dalam
Surat Pemberitahuan (KEP-214/PJ/2001)
SPT Tahunan PPh wajib Pajak Orang Pribadi yang menyelenggarakan
pencatatan
 Jumlah peredaran atau penerimaan bruto setiap bulan selama setahun.
 SSP PPh pasal 29 yang seharusnya dalam hal terdapat kekurangan pajak
yang terutang.
 Fotocopy formulir 1721- A1 dan atau 1721 - A2, dalam hal wajib pajak
menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yang sudah
dipotong pajaknya oleh pemberi kerja.
 Daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungan Wajib Pajak.

SPT Tahunan PPh pasal 21


 SSP PPh pasal 29 yang seharusnya dalam hal terdapat kekurangan pajak
yang terutang.
 Laporan Keuangan atas kegiatan kerjasama operasi bagi Wajib Pajak
Kerjasama Operasi.
 Surat Kuasa Khusus dalam hal SPT Tahunnan ditandatangani oleh bukan
WP, atau Surat Keterangan Kematian dari Instansi yang berwenang
dalam hal WP orang pribadi telah meninggal dunia dan SPT Tahunan
ditandatangani oleh Ahli Waris.
SANKSI TIDAK
MENYAMPAIKAN SPT
 Rp500.000 untuk SPT Masa PPN;
 Rp100.000 untuk SPT Masa
Lainnya;
 Rp1.000.000 untuk SPT Tahunan
WP Badan
 Rp100.000 untuk SPT Tahunan
WP Pribadi
PEMBETULAN SENDIRI SPT
TAHUNAN PPh
Apabila SPT yang telah dilaporkan ternyata ada
kesalahan, WP dapat membetulkan sendiri
SPT-nya dengan syarat:
 Belum dilakukan tindakan pemeriksaan
 Bila terjadi rugi atau lebih bayar, WP
menyampaikan pernyataan secara
tertulis dalam jangka waktu dua tahun
sebelum daluarsa penetapan
Pembetulan Sendiri...lanjutan
Atas kurang bayar akibat pembetulan, maka kekurangan
pajak dilunasi dengan denda bunga 2% per bulan.

Walaupun sudah dilakukan pemeriksaan tetapi belum ada


SKP, WP diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
ketidakbenaran, tetapi terbatas pada:
 Pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar
 Rugi menjadi lebih kecil
 Jumlah harta menjadi lebih besar
 Jumlah modal menjadi lebih besar

Untuk hal demikian WP tetap dikenakan sanksi 50% dari pajak


yang kurang bayar
Surat Ketetapan Pajak
Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka
akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak
terutang menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil.Penerbitan suatu Surat
Ketetapan Pajak (SKP) hanya terbatas kepada WP tertentu yang disebabkan oleh
ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data fiskal yang
tidak dilaporkan oleh WP.
1. Fungsi Surat Ketetapan Pajak
Surat ketetapan pajak berfungsi sebagai :
a. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata
atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau
kewajiban materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.
e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang
Surat Ketetapan Pajak
2. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar.
b. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.
c. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif
0% (nol persen).
d. Apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak
dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang,atau
e. Apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).
Surat Tagihan Pajak
Surat tagihan pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga
dan/atau denda.
1. Fungsi Surat Tagihan Pajak
Fungsi Surat Tagihan Pajak adalah:
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutan menurut Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak .
b. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda .
c. Sarana untuk menagih pajak
2. Penerbitan Surat Tagihan Pajak
Yang menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) adalah Kantor Pelayanan pajak (KPP) tempat seseorang atau badan
terdaftar sebagai Wajib Pajak. Terbitnya Surat Tagihan Pajak (STP) ini biasanya disebabkan Wajib Pajak (WP)
tidak melakukan satu atau beberapa kewajiban pajak yang diamanatkan oleh Undang-Undang.
Direktorat Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Pajak apabila:
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung.
c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
d. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau
membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu.
e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara
lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya.
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak,atau
g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
Surat Ketetapan Pajak

SKPKBT SKPN

SKPKB SKPLB
Surat
ketetapan
pajak
SKPKB
Definisi SKPKB

Menurut UU No.28 Tahun 2007 Pasal 1(16), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
Penerbitan SKPKB
Menurut No.28 Tahun 2007 Pasal 13(1), SKPKB diterbitkan apabila :
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar
b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis
tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol
persen)
d. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatn tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak
yang terutang ;atau,
e. kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara
jabatan.

Sanksi Administrasi
a. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin 2a dan 2e, maka jumlah kekurangan pajak terutang ditambah
dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
b. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alas an pada poin 2b, 2c, dan 2d, maka dikenakan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar :
ü 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak
ü 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor dan dipotong atau
dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan.
ü 100% dari PPN dan PPn BM yang tidak atau kurang bayar
Fungsi SKPKB
a. Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya
b. Sarana untuk mengenakan sanksi
c. Alat untuk menagih
SKPKBT
Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan .Penerbitan
SKPKBT ini didasarkan pada :
· Hasil pemeriksaan atau pemeriksaan ulang terhadap data baru yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang termasuk data yang
semula belum terungkap atau penerbitan SKPKBT ini dalam jangka waktu 5 tahun
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak,bagian tahun pajak
atau tahun pajak.Sebagai konsekuensinya jumlah pajak yang tidak atau kurang
dibayar dalam SKPKBT ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
· Hasil penelitian atau putusan pengadilan yang telah memperoleh keuatan hukum
tetap terhadap wajib pajak yang dipidanakarena melakukan tindak tindak pidana di
bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara.SKPKBT ini diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak,bagian tahun
pajak,tahun pajak sebagai konsekuensinya bahwa jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar dalam SKPKBT ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 100% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
SKPN
· Definisi SKPN
Menurut UU No.28 Tahun 2007 Pasal 1(18), SKPN adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak terutang dan tidak
ada kredit pajak.
· Penerbitan SKPN
SKPN diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah
pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak atau tidak ada pembayaran pajak.
SKPLB
· Surat ketetapan pajak lebih bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak lebih besar daripada
pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.Dirjen pajak dapat
menerbitkan surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB) berdasarkan:
· Hasil penelitian terhadap kebenaran pembayaran pajak atas permohonan
wajib pajak (pasal 17 UU KUP) terdapat kelebihan pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang
· Hasil pemeriksaan terhadap surat pemberitahuan terhadap jumlah kredit
pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang (Pasal 17 ayat 1 UU KUP)
· Hasil pemeriksaan terhadap permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak (pasal 17B UU KUP) terdapat jumlah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang.
Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma
perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi.

Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam


sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.

 Sanksi administrasi: merupakan pembayaran kerugian


kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan
kenaikan. Menurut ketentuan dalam undang-undang
perpajakan ada 3 macam sanksi administrasi, yaitu
berupa denda, bunga dan kenaikan.

 Sanksi pidana: merupakan siksaan atau penderitaan.

Anda mungkin juga menyukai