Cara Menghitung Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) SPT Tahunan PPh
Badan
Cara Menghitung Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) SPT Tahunan PPh
Badan | Batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Badan selalu membuat Wajib
Pajak spot jantung karena harus mempersiapkan perhitungan PPh Badan yang harus
dibayar dan dilaporkan di dalam SPT Tahunan PPh Badan. Perhitungan Pajak
Penghasilan Badan Tahun 2014 (PPh Badan Tahun 2014) yang harus dilaporkan
dalam SPT Tahunan PPh Badan 2014 harus dilakukan secara tepat dan benar.
Cara Menghitung Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) SPT Tahunan PPh
Badan adalah sebagai berikut :
a. Untuk Peredaran Usaha Bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000,- Tarif PPh Badan
dikenakan sebesar 25 % x 50 % x Penghasilan Kena Pajak
Contoh perhitungan :
PT. ABC yang bergerak dibidang perdagangan dalam Tahun Pajak 2012 mempunyai data sebagai berikut :
Peredaran Bruto dari
penghasilan yang :
- Dikenai PPh bersifat final 1.500.000.000
- bukan objek pajak 500.000.000
- dikenai PPh tidak bersifat 2.500.000.000
final
Jumlah 4.500.000.000
Kompensasi kerugian tahun 700.000.000
2011
Kredit Pajak :
- PPh Pasal 22 22.000.000
- PPh Pasal 23 25.000.000
- PPh Pasal 25 3.000.000
Jumlah 50.000.000
Maka Perhitungan PPh Badan adalah sebagai berikut :
Peredaran Bruto dari
penghasilan yang :
- Dikenai PPh bersifat final 1.500.000.000
- bukan objek pajak 500.000.000
- dikenai PPh tidak bersifat 2.500.000.000
final
Jumlah 4.500.000.000
Biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara
penghasilan usaha yang :
- dikenai PPh bersifat final ( 450.000.000)
- bukan objek pajak ( 200.000.0000)
- dikenai PPh tidak bersifat (1.350.000.000)
final
Jumlah (2.000.000.000)
Laba usaha
2.500.000.000
(penghasilan neto usaha)
2
Jumlah 50.000.000
PPh Kurang Bayar / PPh Pasal
12.500.000
29 (62.500.000 – 50.000.000)
Contoh perhitungan :
PT. ABC yang bergerak dibidang perdagangan dalam Tahun Pajak 2012 mempunyai data sebagai berikut :
Peredaran Bruto dari
penghasilan yang :
- Dikenai PPh bersifat final 1.500.000.000
- bukan objek pajak 500.000.000
- dikenai PPh tidak bersifat 5.500.000.000
final
Jumlah 7.500.000.000
Kompensasi kerugian tahun 700.000.000
2011
Kredit Pajak :
- PPh Pasal 22 22.000.000
- PPh Pasal 23 25.000.000
- PPh Pasal 25 3.000.000
Jumlah 50.000.000
Maka Perhitungan PPh Badan adalah sebagai berikut :
Peredaran Bruto dari
penghasilan yang :
- Dikenai PPh bersifat final 1.500.000.000
- bukan objek pajak 500.000.000
- dikenai PPh tidak bersifat 5.500.000.000
final
Jumlah 7.500.000.000
Biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara
penghasilan usaha yang :
- dikenai PPh bersifat final ( 450.000.000)
4
Setelah dapat dihitung dan diketahui nilai Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)
yang masih harus dibayar maka hasil perhitungan tersebut dapat dilaporkan dalam
SPT Tahunan PPh Badan 2014 paling lambat 30 April 2015. Menghitung Pajak
Penghasilan Badan haruslah dilakukan secara hati-hati agar terhindar dari
kesalahan yang akan mengundang sanksi maupun denda pajak dikemudian hari.
Hal - hal yang harus diketahui dalam menghitung Pajak Penghasilan Badan
(PPh Badan) terutang adalah :
Rekonsiliasi Fiskal, Penyusutan dan Amortisasi serta Kompensasi Kerugian.
Pajak Penghasilan Final (PPh Final) adalah pajak yang dikenakan dengan tarif dan
dasar pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
selama tahun berjalan. Pembayaran, pemotongan atau pemungutan Pajak
Penghasilan Final (PPh Final) yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri
bukan merupakan pembayaran dimuka atas PPh terutang akan tetapi merupakan
pelunasan PPh terutang atas penghasilan tersebut, sehingga wajib pajak dianggap
telah melakukan pelunasan kewajiban pajaknya.
6
Pengenaan PPh secara final mengandung arti bahwa atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh akan dikenakan PPh dengan tarif tertentu dan dasar
pengenaan pajak tertentu pada saat penghasilan tersebut diterima atau diperoleh.
PPh yang dikenakan, baik yang dipotong fihak lain maupun yang disetor sendiri,
bukan merupakan pembayaran di muka atas PPh terutang tetapi sudah langsung
melunasi PPh terutang untuk penghasilan tersebut. Dengan demikian, penghasilan
yang dikenakan PPh final ini tidak akan dihitung lagi PPh nya di SPT Tahunan untuk
dikenakan tarif umum bersama-sama dengan penghasilan lainnya. Begitu juga, PPh
yang sudah dipotong atau dibayar tersebut juga bukan merupakan kredit pajak di
SPT Tahunan.
Dengan demikian maka penghasilan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan Final
(PPh final) ini tidak akan dihitung lagi Pajak Penghasilannya pada SPT Tahunan
dengan penghasilan lain yang non final untuk dikenakan tarif progresssif (pasal 17
UU PPh). Namun atas pelunasan pemotongan atau pembayaran PPh final tersebut
juga bukan merupakan kredit pajak pada SPT Tahunan.
3. Jumlah PPh yang dipotong pihak lain atau dibayar sendiri dapat dikreditkan
pada SPT Tahunan Jumlah PPh yang dipotong pihak lain atau dibayar sendiri
tidak dapat dikreditkan pada SPT Tahunan 4 biaya-biaya untuk memperoleh,
menagih dan memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto biaya-biaya untuk memperoleh, menagih dan memelihara penghasilan
tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto 5 Dalam keadaan rugi Wajib
Pajak tidak membayar Pajak Penghasilan bahkan kerugian tersebut dapat
dikompensasikan hingga ke 5 (lima) tahun pajak berikutnya.
Dalam keadaan rugi Wajib Pajak tetap membayar Pajak Penghasilan karena
pengenaan pajak dikenakan pada penghasilan bruto dan bukan penghasilan netto.
17. Penghasilan atas deviden yang diterima oleh Orang Pribadi dalam
negeri.
1. Neraca fiskal;
2. Perhitungan laba rugi dan perubahan laba yang ditahan;
a) Konsep Penyusutan
Perbedaan utama antara akuntansi dengan undang-undang perpajakan adalah
penentuan umur aktiva dan metode penyusutan yang boleh digunakan. Akuntansi
menentukan umur aktiva berdasarkan umur sebenarnya walaupun penentuan umur
tersebut tidak terlepas dari tafsiran Judgement.
Menurut IAI (2007) Akuntansi memiliki beberapa metode penyusutan yaitu:
1. Metode garis lurus (Straight line method) yaitu, menghasilkan pembebanan
yang tetap selama umur manfaat asset jika dinilai residunya tidak berubah.
2. Metode Saldo Menurun (diminishing balance method) yaitu, menghasilkan
pembebanan yang menurun selama umur manfaat asset.
Pajak Penghasilan yaitu berdasarkan metode garis lurus dan metode saldo menurun
yang dilaksanakan secara konsisten, kemudian aktiva (harta berwujud)
dikelompokkan berdasarkan jenis harta dan masa manfaat sebagai berikut:
Penentuan masa manfaat, jenis harta, metode, serta tarif dimaksudkan untuk
memberikan keseragaman bagi wajib pajak dalam melakukan penyusutan maupun
amortisasi.
Misal:
PT. Bagas Farel berdasarkan SPT Tahunan tahun 2014 melaporkan Peredaran
brutonya sebesar Rp. 3.650.750.000,- (Tiga Miliar Enam Ratus Lima Puluh Juta Tujuh
Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Karena Peredaran bruto tahun 2014 PT.Bagas Farel di bawah Rp. 4.800.000.000,-
maka untuk tahun pajak 2015 PT. Bagas Farel harus melaksanakan kewajiban
perpajakannya sesuai PP 46.
contoh untuk masa januari 2015 peredaran bruto PT. Bagas Farel sebesar Rp.
375.685.000,- maka pajak terutangnya = Rp. 375.685.000,- X 1% = Rp.
3.756.850,-
Pajak terutang sebesar Rp. 3.756.850,- disetorkan ke Bank persepsi pajak dengan
menggunakan media Surat Setoran Pajak (SSP) dengan Kode Akun Pajak 4111128
dan Kode Jenis Setoran 420 dan disetorkan paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya (Februari).
12
Demikian contoh perhitungan PPh WP badan yang peredaran brutonya dibawah Rp.
4.800.000.000,-
Kedua, untuk wajib pajak yang peredaran bruto dalam satu tahun pajak diatas Rp.
4.800.000.000,- s/d Rp. 50.000.000.000,- maka perhitungan pajak terutangnya
sesuai dengan pasal 17 dan 31E Undang-Undang No 36 Tahun 2008 tentang pajak
penghasilan.
Cara menghitungnya sebagai berikut:
Mendapat Fasilitas = 4.800.000.000 / Peredaran Bruto x Penghasilan Kena Pajak
=yyyyyyyyy
PPh yg mendapat Fasilitas = (50% X 25%) X yyyyyyyyy
= zzzzzzzz
Contoh Penghitungan PPh WP Badan Yang Peredaran Brutonya Di Atas Rp. 4,8 Milyar
s/d Rp. 50 Milyar
Untuk wajib pajak yang dalam satu tahun pajak peredaran bruto nya di atas
4.800.000.000 sampai dengan 50.000.000.000,-penghitungan pajak terutangnya
seperti terlihat dalam contoh soal di bawah ini:
Contoh:
Peredaran Bruto PT. Bagas Farel tahun 2014 sebesar Rp. 5.275.500.000,- karena
peredaran bruto untuk tahun 2014 ini melebihi Rp. 4.800.000.000,- maka untuk
tahun pajak 2015 PT. Bagas Farel menggunakan perhitungan yang umum untuk
menghitung pajak terutangnya.
Selama tahun 2015 peredaran bruto PT. Bagas Farel diketahui sebesar Rp.
6.355.875.000,- dengan laba sebelum pajak (Penghasilan Kena Pajak) sebesar
Rp.953.400.000,-
13
Hitung berapa Pajak terutang PT. Bagas Farel untuk tahun pajak 2015?
Jawaban:
PKP Mendapat Fasilitas = 4.800.000.000 / 6.355.875.000 X 953.400.000
= 720.014.160,-
PKP Tidak Mendapat Fasilitas = 953.400.000 - 720.014.160
= 233.385.840,-
PPh Terutang:
Mendapat Fasilitas = 50% X 25% X 720.014.160
= 90.001.770,-
Keterangan :
PPh Terutang Mendapat Fasilitas:
50% = Fasilitas pengurangan Tarif
25% = Tarif PPh WP Badan Sesuai Pasal 17 ayat (1) hururf B
Contoh Penghitungan PPh WP Badan Yang Peredaran Brutonya Di atas Rp. 50 Milyar
Untuk wajib pajak yang dalam satu tahun pajak peredaran bruto nya di
14
Contoh :
Peredaran Bruto PT. Bagas Farel tahun 2014 sebesar Rp. 45.275.500.000,- karena
peredaran bruto untuk tahun 2014 ini melebihi Rp. 4.800.000.000,- maka untuk
tahun pajak 2015 PT. Bagas Farel menggunakan perhitungan yang umum untuk
menghitung pajak terutangnya.
Selama tahun 2015 peredaran bruto PT. Bagas Farel diketahui sebesar Rp.
67.850.000.000,- dengan laba sebelum pajak (Penghasilan Kena Pajak) sebesar
Rp.15.750.500.000,-
Hitung berapa Pajak terutang PT. Bagas Farel untuk tahun pajak 2015?
Jawaban:
Untuk menghitung pajak terutang WP Badan yang peredaran brutonya di atas
50.000.000.000,- sangatlah mudah, setelah diketahui laba sebelum pajak
(Penghasilan Kena Pajak) tinggal dikalikan dengan tarif pajak pasal 17 ayat (1) huruf
B yaitu sebesar 25%.
1. Melapor dan atau membayar PPh pasal 25 atau disebut angsuran pph
pasal 25.
Bagi WP badan baru yang belum beroperasi komersial atau beroperasi komersial
kurang dari 1 tahun maka penghitungan pajaknya menggunakan tarif umum.
Misal CV Maju Jaya terdaftar NPWP tanggal 15 Juni 2014, mulai beroperasi komersial
( mulai saat pertama kali ada penjualan barang atau jasa atau saat memperoleh
penghasilan ) pada tanggal 03 Agustus 2014.
Maka kewajiban CV Maju Jaya melaporkan pph pasal 25 nihil untuk masa pajak
juni 2014 dan juli 2014 ( perusahaan belum ada kegiatan komersial).
Sedangkan untuk masa pajak agustus karena sudah ada kegiatan komersial, maka
penghitungan PPh pasal 25 adalah Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas proyeksi laba-rugi fiskal pada laporan berkala pertama
yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas). (KMK no 208/PMK.03/2009 pasal 2 huruf
4)
Misal :
Maka pph pasal 25 masa pajak agustus 2014 s.d desember 2014 masing-masing
sebesar 1.250.000
Sedangkan penghitungan PPh pasal 25 untuk bulan jan 2015 s.d desember 2015
menunggu penghitungan SPT Tahunan tahun pajak 2014, yaitu sebesar pph
terutang selama tahun 2014 dibagi 12. –baca di bagian pelaporan spt tahunan–
Sanksi keterlambatan lapor pph pasal 25 = 100.000 ( UU KUP 16 TAHUN 2009 pasal
3 dan 7 ).
Setelah berlalu satu tahun sejak kegiatan komersial perusahaan, dalam contoh
diatas CV maju jaya memulai kegiatan komersial sejak 03 Agustus 2014, maka
setahunnya adalah 02 Agustus 2015 , krn berada di bagian tahun , maka di
genapkan s.d akhir desember 2015.
Untuk menghitung apakah masa pajak januari 2016 masih menggunakan tarif
umum ( pasal 25 ) atau menggunakan PPH Final 1% ( PP No 46 tahun 2013) maka di
lihat omzet tahun sebelumnya yaitu omzet tahun 2015,
jika omzet tahun 2015 dibawah 4.8 milyar maka penghitungan pajak penghasilan
masa januari 2016 menggunakan PPH Final 1% ( PP No 46 tahun 2013) yaitu pajak
penghasilan = 1% x omzet januari 2016
adapun jika omzet tahun 2015 diatas 4.8 milyar maka untuk menghitung pajak
penghasilan masa januari 2016 menggunakan tarif umum ( pasal 25)
2. Melapor dan atau membayar PPh pasal 21 (SPT Masa pph pasal 21)
Andi seorang karyawan tetap dari PT ABC dan sudah mempunyai NPWP, Andi
dengan status menikah dan mempunyai 1 orang anak mendapatkan penghasilan
sebesar 3.000.000,. setiap bulan, berapakah PPh pasal 21 yang harus di potong
oleh PT ABC atas gaji yang diterima andi?
Jadi perusahaan setiap bulan memotong pajak Andi sebesar 24.375 dari total
gajinya sebesar 3.000.000
Bagi karyawan yang tidak mempunyai npwp maka pajaknya 20% lebih tinggi (UU 36
TAHUN 2008 pasal 21 ayat 5a ).
Dalam contoh diatas, misal Andi belum mempunyai npwp maka pajakya
Jika belum ada karyawan atau tidak ada karyawan yang kena pajak tetap wajib
lapor nihil.
Catatan : Biaya jabatan adalah suatu komponen pengurang yang diberikan oleha
negara sebesar 5% x penghasilan bruto atau maksimal 6.000.000 setahun
Sanksi keterlambatan lapor pph pasal 21 = 100.000 ( UU KUP 16 TAHUN 2009 pasal
3 dan 7 ).
3. Melapor dan atau membayar PPN (SPT masa PPN) Khusus yang sudah
terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Cara menghitung PPN yang harus dibayar tiap bulan adalah = Pajak keluaran
dikuragi pajak Masukan.
17
Ketika kita menjual barang/jasa kita membuat pajak keluaran, ketika kita membali
barang kita mendapat pajak masukan, nilai dari pajak keluaran atau pajak masukan
adalah 10% dari Dasar pengenaan pajak ( atau mudahnya harga barang atau jasa
tsb).
Contoh :
Pada tanggal 5 Juli 2015 menjual laptop kepada pembeli seharga 5 juta, karena CV
Maju mundur sudah pkp maka wajib menambahkan PPN sebesar 10% dari harga
jual, sehingga harga ke konsumen sebesar 5 juta + 500 ribu = 5.500.000.
Pada tanggal 10 Juli 2015 CV Maju Mundur membeli mesin bor seharga 3.300.000
( harga mesin 3.000.000 + ppn 300.000 ).
Maka PPN yang harus dibayar CV Maju mundur selama masa pajak bulan juli 2015
adalah ; Pajak keluaran – pajak masukan >>= 500.000 – 300.000 = 200 ribu
Pembayaran PPN paling lambat akhir bulan berikutnya dan pelaporan juga paling
lambat akhir bulan berikutnya sebelum Surat Pemberitahuan Masa PPN
disampaikan.
Sanksi keterlambatan bayar = 2% per bulan x banyak bulan x nilai kurang bayar
Sanksi keterlambatan lapor PPN = 500.000 ( UU KUP 16 TAHUN 2009 pasal 3 dan
7 ).
Setelah tutup buku akhir tahun (akhir desember) maka perusahaan wajib membuat
spt tahunan badan. Jika ada kekurangan bayar wajib di bayarkan sebelum spt
tahunan disampaikan., paling lambar lapor spt tahunan tanggal 30 April.
Sanksi jika terlambat lapor dikenakan denda 1 juta ( UU KUP 16 TAHUN 2009 pasal 3
dan 7 ).
Untuk membuat SPT Tahunan badan syaratnya harus membuat minimal laporan
keuangan ( laporan rugi laba dan neraca).
Jika Omzet < 4,8 Milyar = PPh terutang = 12,5 % x penghasilan netto
Jika omzet 0 s.d 50 Milyar, maka yang omzet s.d 4.8 milyar mendapat fasilitas
faktor pengkali 12.5 %, sisanya kena 25 %
Contoh :
18
CV ABC mempunyai omzet 5 milyar selama tahun 2014 dengan laba bersih 200
juta, hitung pph terutang ?
PPh terutang :
5 milyar
ditambah dengan
5 milyar
Kewajiban2 dibawah ini melekat jika pada bulan yang bersangkutan ada kegiatan,
maka pada bulan depannya perlu dibayarkan pajaknya dan dilaporkan SPT nya. Jika
tidak ada kegiatan maka tidak perlu bayar atau lapor.
PPh pasal 4 ayat 2 bersifat final artinya penghasilan yang sudah dipotong pajak
dengan tarif tertentu dan tidak perlu lagi diperhitungkan dalam penghitungan pph
terutang yang harus dibayar dalam SPT.
Contohnya :
1. penghasilan atas transaksi penjualan tanah atau bangunan (tarif 5%) (PP
NOMOR 71 TAHUN 2008 )
2. Penghasilan atas transaksi persewaan tanah atau bangunan (tarif 10%) (KMK
NOMOR 120/KMK.03/2002)
3. Penghasilan atas hadiah undian (tarif 25% ) (PER Dirjen Pajak No- 11/PJ/2015)
2. PPh Pasal 23
PPh pasal 23 bersifat tidak final, artinya penghasilan harus diperhitungkan dalam
penghitungan pph terutang yang harus dibayar dalam SPT.
Contohnya :