Anda di halaman 1dari 4

AKUNTANSI PAJAK JENIS USAHA TERTENTU

Oleh

Nama : I Kadek Angga Wijaya


Kelas : D9 Akuntansi
Npm : 1833121434

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN AJARAN 2019/2020
1. AKUNTANSI SEWA
Akuntansi sewa adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang - barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka
waktu secara berskala, disertai dengan hak pilih (option) bagi perusahaan untuk membeli
barang – barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu sewa
berdasarkan nilai sisa yg telah disepakati bersama.
Lease adalah suatu perjanjian di mana lessor (yang menyewakan) memberikan kepada
lessee (penyewa) hak untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati.
Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada
lessor. Lessor adalah pemilik sah dari aset (legal owner) yang disewakan, lessee adalah pihak
yang akan menggunakan aset yang disewa.
Untuk tujuan akuntansi, sewa diklasifikasikan menjadi dua bagian:
a. Sewa pembiayaan
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan atau sewa modal (finance lease
atau capital lease) jika sewa mengalihkan secara substansial seluruh manfaat (benefit)
dan risiko (risk) kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan, dapat
juga tidak dialihkan. Sewa pembiayaan dicatat seolah-olah perjanjian sewa mengalihkan
kepemilikan aset dari lessor kepada lessee.
b. Sewa operasi
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi (operating lease) jika sewa tidak
mengalihkan secara substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan aset. Sewa
operasi dicatat sebagai perjanjian sewa, tanpa pengalihan kepemilikan efektif yang
berkaitan dengan sewa tersebut.
Klasifikasi sewa dibuat pada awal sewa dan berubah selama masa sewa kecuali lessee dan
lessor sepakat untuk mengubah persyaratan sewa (selain melalui pembaruan sewa), di mana
klasifikasi sewa harus dievaluasi ulang. Dengan demikian, perlu untuk menelaah semua syarat-
syarat sewa sehingga substansi perjanjian sewa dapat diidentifikasi apakah sewa merupakan
sewa pembiayaan atau sewa operasi.
1. Akuntansi Untuk Sewa—Lessee
Terdapat dua klasifikasi sewa ditinjau dari lessee, yaitu sewa operasi dan sewa
pembiayaan. Perlakuan akuntansi atas sewa operasi adalah relatif sederhana, beban rental
(rental expense) akan dibebankan ke laba rugi saat pembayaran atau pada saat terutang
dan pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus
selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan
pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna. Pembayaran sewa minimum
(minimum lease payment) adalah pembayaran selama masa sewa yang harus dibayar
(atau dapat diwajibkan untuk membayar) oleh lessee, tidak meliputi rental kontinjen,
biaya jasa dan pajak yang dibayar oleh dan diberikan gantinya kepada lessor, ditambah
dengan:
a. bagi lessee, jumlah yang dijamin (amounts guaranteed) oleh lessee atau oleh pihak
yang terkait dengan lessee; atau
b. bagi lessor, nilai residu yang dijamin (any residual value guaranteed)
Akan tetapi, jika lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang diperkirakan
lebih rendah dibanding nilai wajar pada tanggal opsi dapat dilaksanakan, sehingga pada
awal sewa hampir dapat dipastikan bahwa opsi tersebut akan dilaksanakan,
2. Akuntansi Untuk Sewa—Lessor
Lessor mengklasifikasikan sewa sebagai sewa operasi dan sewa pembiayaan. a.
Sewa operasi
Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis
lurus selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih
mencerminkan pola waktu di mana manfaat penggunaan aset sewaan menurun.
b. Sewa pembiayaan
Sewa pembiayaan dicatat oleh lessor sebagai berikut:
 Sewa pembiayaan regular (disebut juga sebagai sewa pembiayaan langsung—
direct financing lease).
 Sewa pembiayaan oleh pabrikan atau dealer (disebut juga sebagai sewa tipe
penjualan - sales type lease).
B. AKUNTANSI KONTRAK KONSTRUKSI
Kontrak konstruksi (constructions contract) adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan
secara khusus untuk konstruksi suatu aset tunggal, misalnya untuk membangun jembatan,
bangunan, bendungan, pipa, jalan, kapal, dan terowongan ; atau suatu kombinasi aset yang
berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan
fungsi atau tujuan pokok penggunaan, misalnya konstruksi kilang-kilang minyak atau
bagianbagian lain yang kompleks dari pabrik atau peralatan.
1. Metode Akuntansi Kontrak Konstruksi
PSAK No 34 (revisi 2010): Kontrak Konstruksi, mengatur perlakuan akuntansi pendapatan
dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi. Oleh karena sifat dari aktivitas
yang dilakukan pada kontrak konstruksi, tanggal saat aktivitas kontrak mulai dilakukan
dan tanggal saat aktivitas tersebut diselesaikan biasanya jatuh pada periode akuntansi yang
berlainan. Oleh karena itu, masalah utama dalam akuntansi kontrak konstruksi adalah
alokasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak pada periode di mana pekerjaan konstruksi
tersebut dilaksanakan. a. Pendapatan Kontrak
Pendapatan kontrak (contract revenue) terdiri dari:
 nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak; dan
 penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif b. Biaya
Kontrak
Biaya suatu kontrak (contract cost) konstruksi terdiri dari:
 biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu;
 biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapatn
dialokasikan pada kontrak tersebut; dan
 biaya lain yang secara spesifik dapat ditagihkan ke pelanggan sesuai isi kontrak.
2. Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak
Dalam menentukan pengakuan pendapatan dan biaya kontrak, pertanyaan kunci adalah
apakah hasil kontrak dapat diestimasi secara andal.
C. AKUNTANSI MURABAHAH
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 102: Akuntansi Murabahah (PSAK 102)
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)
pada 27 Juni 2007. PSAK 102 menggantikan pengaturan mengenai akuntansi murabahah
dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/ XI/2013 maka
seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan
kewenangannya kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI. Setelah pengesahan
awal di tahun 2007, PSAK 102 mengalami perubahan sebagai berikut:
1. 13 November 2013 sehubungan dengan keluarnya Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) No. 84/DSNMUI/ XII/2012 tentang Metode
Pengakuan Keuntungan Tamwil Bi Al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di Lembaga
Keuangan Syariah.
2. 06 Januari 2016 terkait terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68:
Pengukuran Nilai Wajar. Perubahan ini berlaku efektif 1 Januari 2017 secara retrospektif.

Anda mungkin juga menyukai