Anda di halaman 1dari 29

PAPER

ANALISIS PERBEDAAN
PENERAPAN PSAK 30 : SEWA DAN PSAK 73 : SEWA

Disusun oleh :
Engelin Tiara Mustikadewi

041711333274

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
LATAR BELAKANG

Laporan keuangan menjadi elemen penting dalam setiap bidang dan lapisan kehidupan
masyarakat, khususnya ketika berbisnis. Setiap laporan keuangan membutuhkan suatu standar
prosedur penyusunan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Indonesia
sendiri memiliki suatu standar prosedur yang dinamakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). Standar akuntansi ini merupakan
terapan dari standar akuntansi yang berlaku di seluruh dunia, seperti IAS, IFRS, ETAP, dan
GAAP. Selain itu, telah disusun pula standar akuntansi berbasis syariah dan SAP.
Seiring dengan berkembangnya zaman, standar akuntansi dituntut untuk mampu
menjadi fleksibel dan menyesuaikan diri dengan tuntutan dari perkembangan itu sendiri.
Perkembangan ini dilakukan agar laporan keuangan dapat tersaji dengan lebih valid dan
berguna bagi mereka yang membutuhkan laporan keuangan tersebut. Penyusun laporan
keuangan juga dituntut untuk selalu peka terhadap perubahan dan mampu dengan cepat
menyesaikan diri dengan perkembangan standar tersebut.
Salah satu contohnya adalah standar mengenai leasing. Sewa-guna-usaha (Leasing)
adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-
usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara berkala.
Selama ini, dalam ha leasing, Indonesia berpedoman pada PSAK 30: Sewa. PSAK 30:
Sewa ini mensyaratkan penyewa dan pesewa untuk mengklasifikasikan sewanya sebagai
sewa pembiayaan atau sewa operasi dan mencatat kedua jenis sewa tersebut secara berbeda.
Model tersebut dikritisi tidak mampu memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan
karena tidak selalu memberikan representasi yang tepat atas transaksi penyewaan.
Khususnya, model tersebut tidak mensyaratkan penyewa untuk mengakui aset dan liabilitas
yang timbul dari sewa operasi.

Namun mulai tahun 2020 ini masyarakat Indonesia harus mampu menyesuaikan diri
dengan menggunakan PSAK 73. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah
mengesahkan PSAK 73 tentang Sewa yang mengadopsi IFRS 16. PSAK ini akan berlaku
efektif 1 Januari 2020 dan wajib diimplementasikan oleh seluruh perusahaan di Indonesia yang
menerapkan PSAK. Diberlakukannya PSAK 73 akan memberikan dampak yang sangat besar
terhadap banyak jenis usaha, baik dari sisi akuntansi maupun perpajakan.

Amandemen ini diadopsi dari IFRS 16 Leases. Amandemen ini mengatur prinsip
perlakuan transaksi pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan sewa untuk
membantu penyewa dan pemilik sewa dalam menyediakan informasi yang relevan terkait
dengan transaksi tersebut pada posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas.
Amandemen ini menggantikan pedoman PSAK 30: Sewa, ISAK 8: Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Suatu Sewa, ISAK 23: Sewa Operasi – Insentif, ISAK 24: Evaluasi
Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa dan ISAK 25: Hak
atas Tanah. PSAK 73 mengubah secara substansial akuntansi untuk penyewa (lessee)
hampir seluruh sewa diperlakukan sebagai sewa pembiayaan (on balance sheet).

Para akuntan dituntut untuk benar-benar memahami perbedaannya dan benar-benar


memahami perbedaan antara PSAK 30 dan PSAK 73 tersebut. Dampak secara keseluruhan
pada organisasi dan system yang berlaku dalam organisasi Anda dapat memperoleh dampak
yang cukup signifikan. Pihak internal perusahaan dan para akuntannya perlu meluangkan
waktu untuk memahami dampak PSAK 73, mengumpulkan dan memvalidasi sewa data dan
melakukn sebuah program orientasi dan implementasi PSAK 73 ini. Melalui paper ini, penulis
berharap dapat memberikan pengetahuan bagi para pembaca mengenai perbedaan
pengimplementasian dan dampak standar penyusunan yang terkandung dalam PSAK 73 atas
perubahannya terhadap PSAK 30.
PEMBAHASAN

1. PSAK 30 : SEWA
1.1 Ruang Lingkup
PSAK No. 30 mendefinisikan sebagai suatu perjanjian dimana lessor memberikan hak
kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Elemen
tanah dan bangunan dalam suatu perjanjian sewa perlu untuk diklafikasikan sebagai sewa
pembiayaan atau sewa operasi secara terpisah, dengan mempertimbangkan sifat tanah yang
memiliki umur ekonomis yang tidak terbatas. IAS 17 mengatur transaksi sewa atas tanah
& bangunan sebagai sewa pembiayaanatau sewa operasi sesuai klasifikasi yang ada . PSAK
menyesuaikan pengaturan dengan ketentuan IAS 17, namun tetap memperhatikan pengaturan
terkait hak atas sewa tanah dalam ISAK 25

1.1.1 Dalam PSAK 30 (Revisi 2007) diterapkan dalam akuntansi untuk semua jenis sewa
kecuali:

a.   Sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak, gas alam
dansumber daya lainnya yang tidak dapat diperbarui; dan
b.   Perjanjian lisensi untuk hal-hal seperti film, rekaman video, karya panggung,manuskrip
(karya tulis), hak paten dan hak cipta

Pernyataan ini tidak diterapkan untuk pengukuran:

a.   Properti investasi yang diserahkan oleh lessor yang dicatat sebagai sewa operasi(PSAK
13: Properti Investasi)
b.   Properti investasi yang dikuasai oleh lessee yang dicatat sebagai sewa operasi(PSAK
13: Properti Investasi)
c.   Aset biologis yang dikuasai oleh lessee yang dicatat sebagai sewa pembiayaan
d.   Aset biologis yang diserahkan oleh lessor yang dicatat sebagai sewa operasi

1.1.2 Indikator-indikator Klasifikasi


a.   Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa
b.   Lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada
awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan
c.   Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak
dialihkan
d.   Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial
mendekati nilai wajar aset sewaan
e.   Aset sewaan bersifat khusus dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa
perlu modifikasi secara material
f.   Jika lessee dapat membatalkan sewa, maka rugi lessor yang terkait dengan pembatalan
ditanggung oleh lessee
g.   Laba atau rugi dari fluktuasi nilai wajar residu dibebankan kepada lessee
h.   Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa untuk periode kedua dengan
nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari nilai rental pasar
Indikator – indikator di atas tidak selalu harus konklusif.

1.2 Komponen Terkait Periode Sewa


1.   Awal Sewa (Inception of the lease) adalah tanggal yang lebih awal antara tanggal
perjanjian sewa dan tanggal pihak-pihak menyatakan komitmen terhadap ketentuan-
ketentuan pokok sewa. Pada tanggal ini:
a.   Sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi atau sewa pembiayaan
b.   Untuk sewa pembiayaan, jumlah yang diakui pada awal masa sewa ditentukan
2.   Awal Masa Sewa (commencement of the lease term) adalah tanggal saat lessee mulai
berhak untuk menggunakan aset sewaan.
Tanggal ini merupakan tanggal pertama kali sewa diakui (yaitu pengakuan aset,
kewajiban, penghasilan atau beban sewa)

1.3 Mengidentifikasi Sewa : Sewa Tanah dan Bangunan


a.   Perjanjian sewa mengandung elemen tanah dan bangunan à diklasifikasikan sebagai
sewa pembiayaan atau sewa operasi.
b.   Dalam menentukan klasifikasi à pada umumnya tanah memiliki umur ekonomik yang
tidak terbatas.
c.   Pembayaran sewa dialokasikan antara elemen tanah dan bangunan secara proporsional
sesuai nilai wajar relatif bagian perjanjian sewa pada awal kontrak.
d.   Apabila tidak dapat dialokasikan, seluruh sewa diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan kecuali sangat jelas bahwa kedua elemen tersebut adalah sewa operasi.
Seluruh sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi.
e.   Tanah dianggap tidak material, maka tanah dan bangunan dapat diakui sebagai unit
tunggal untuk tujuan klasifikasi sewa dan diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan
atau sewa operasi.
f.   Umur ekonomik bangunan dianggap sebagai umur ekonomik seluruh aset sewaan.
g.   Pengukuran elemen tanah dan bangunan secara terpisah tidak diperlukan apabila bagian
lessee atas tanah dan bangunan diklasifikasikan sebagai properti investasi PSAK 13
dan metode nilai wajar diadopsi.
Apabila pengklasifikasian tidak jelas, maka perlu dibuat suatu perhitungan secara rinci
untuk penilaian ini.

1.4 Laporan Keuangan Lessee


1.4.1 Pengakuan Awal
a.   Aset dan kewajiban diakui sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari
pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar.
b.   Tingkat diskonto yang digunakan adalah tingkat suku bunga implisit dalam sewa, jika
dapat ditentukan secara praktis; jika tidak, digunakan tingkat suku bunga pinjaman
inkremental lessee.
c.   Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessee ditambahkan ke dalam jumlah yang
diakui sebagai aset, termasuk biaya sehubungan dengan aktivitas sewa tertentu, seperti
negosiasi dan pemastian pelaksanaan sewa.
d.   Pembayaran sewa minimum harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban
keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban.
e.   Beban keuangan harus dialokasikan ke setiap periode selama masa sewa.

1.4.2 Pengukuran setelah Pengakuan Awal (Par. 21)


a.   Pembayaran sewa minimum harus dipisahkan antara bagian yang merupakan beban
keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban.
b.   Beban keuangan harus dialokasikan ke setiap periode selama masa sewa.
1.4.3 Penyusutan dan Penurunan nilai
1.   Penyusutan (Par. 23 – 24)
a.   Kebijakan penyusutan untuk aset sewaan harus konsisten dengan aset yang dimiliki
sendiri, berdasarkan PSAK 16 dan PSAK 19.
b.   Jika tidak terdapat kepastian yang memadai bahwa lessee akan mendapatkan hak
kepemilikan pada akhir masa sewa, maka aset sewaan disusutkan selama periode yang
lebih pendek antara masa sewa dan umur manfaat aset sewaan.
2.   Penurunan Nilai (Par. 26)
Untuk menentukan apakah suatu aset sewaan mengalami penurunan nilai, entitas
menerapkan PSAK 48: Penurunan Nilai

1.4.4 Pengakuan dan Pengukuran


Pembayaran sewa diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus selama masa sewa kecuali
terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset
yang dinikmati pengguna (par. 29).

1.4.5 Penyajian dan Pengungkapan


Selain harus memenuhi ketentuan PSAK 50, hal-hal berikut ini harus diungkapkan oleh Lessee
(Par. 27):
1.   Jumlah neto nilai tercatat untuk setiap kelompok aset pada tanggal neraca
2.   Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum di masa depan pada tanggal
neraca, dengan nilai kininya untuk setiap periode berikut:
a.   Sampai dengan satu tahun
b.   Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
c.   Lebih dari lima tahun
3.   Rental kontijen yang diakui sebagai beban periode tersebut
4.   Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa lanjut di masa depan dari
kontrak sewa lanjut tidak dapat dibatalkan pada tanggal neraca.
5.   Penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material:
a.   Dasar penentuan utang rental kontinjen
b.   Opsi perpajangan atau pembelian
c.   Pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa, misalnya yang
terkait dengan dividen, tambahan utang, dan sewa lanjut.

1.5 Laporan Keuangan Lessor


1.5.1 Pengakuan Awal
1.   Lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan di neraca sebesar jumlah yang
sama dengan investasi sewa neto aset tersebut (par 32).
2.   Investasi sewa neto adalah investasi sewa bruto yang didiskontokan dengan tingkat
bunga implisit dalam sewa.
3.   Investasi sewa bruto adalah penjumlahan agregat dari:
a.   Pembayaran sewa minimum yang akan diterima lessor, dan
b.   Nilai residu yang tidak dijamin, yang menjadi hak lessor.
4.   Investasi sewa neto = PV (MLP + unguaranteed residual value).
5.   Nilai investasi sewa neto ini biasanya sama dengan nilai wajar aktiva pada awal sewa
(inception of the lease)
6.   Selisih antara nilai Investasi sewa bruto dan nilai Investasi sewa neto adalah
Penghasilan pembiayaan tangguhan (unearned finance income).
7.   Untuk sewa pembiayaan selain yang melibatkan lessor pabrikan atau dealer, biaya
langsung awal diperhitungkan sebagai bagian dari pengukuran awal piutang sewa
pembiayaan dan mengurangi penghasilan yang diakui selama masa sewa (par 34).
8.   Tingkat bunga implisit dalam sewa ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak
diperlukan pengungkapan yang terpisah (par 34).

1.5.2 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal


1.   Penerimaan pembayaran dari piutang sewa diperlakukan sebagai pembayaran pokok
dan penghasilan pembiayaan (par 33).
2.   Pengakuan penghasilan pembiayaan didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan
suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih lessor dalam
sewa pembiayaan (par 35).

1.5.3 Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan


1.   Pengungkapan yang dipersyaratkan dalam PSAK 50
2.   Rekonsiliasi antara investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa
minimum pada tanggal neraca
3.   Klasifikasi investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa minimum:
a.   Kurang dari 1 tahun
b.   1 – 5 tahun
c.   Lebih dari 5 tahun
4.   Penghasilan pembiayaan tangguhan
5.   Nilai residu yang tidak dijamin yang diakru sebagai laba lessor
6.   Akumulasi penyisihan piurang tidak tertagih atas pembayaran sewa minimum
7.   Rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan
8.   Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor yang material.

1.6 Lessor Pabrikan


1.   Lessor pabrikan atau dealer mengakui laba atau rugi atas penjualan pada suaru periode
sesuai kebijakan entitas atas penjualan biasa.
2.   Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lessor pabrikan atau dealer sehubungan dengan
negosiasi dan pengaturan sewa diakui sebagai beban ketika laba penjualan diakui.

1.7 Lessor Sewa Operasi


1.   Lessor menyajikan aset untuk sewa operasi di neraca sesuai sifat aset tersebut (par 46)
2.   Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan garis lurus
selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih mencerminkan pola
waktu dimana manfaat penggunaan aset menurun (par 47)
3.   Biaya Langsung Awal yg dikeluarkan oleh lessor ditambahkan ke jumlah tercatat aset
sewaan dan diakui sebagai beban selama masa sewa dengan dasar yang sama dengan
pendapatan sewa (par 49)
4.   Kebijakan penyusutan untuk aset sewaan harus konsisten dengan kebijakan penyusutan
normal untuk aset sejenis, dan dihitung sesuai PSAK 16 dan PSAK 19 (par 50)
5.   Hal yang dipersyaratkan dalam PSAK 50
6.   Jumlah agregat pembayaran sewa minimum di masa depan dalam sewa operasi yang
tidak dapat dibatalkan untuk setiap periode berikut:
7.   Sampai dengan satu tahun
8.   Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
9.   Lebih dari lima tahun
10.   Total rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan

1.8 Sales and Leaseback (Dicatat sebagai Sewa Pembiayaan)


1.   Selisih lebih hasil penjualan dari nilai tercatat tidak dapat diakui segera sebagai
pendapatan oleh lessee
2.   Selisih tersebut akan ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa
1.8.1 Sales and Leaseback - OPERASI
1.   Apabila harga jual = nilai wajar aset, maka laba atau rugi harus diakui segera.
2.   Apabila harga jual < nilai wajar aset,
a.   Rugi tersebut dapat segera diakui, atau
b.   Rugi tersebut dikompensasikan dengan pembayaran sewa di masa depan yang
lebih rendah dari harga pasar, maka rugi tersebut harus ditangguhkan dan
diamortisasi secara proporsional dengan pembayaran sewa selama periode
penggunaan aset
3.   Dicatat sebagai SEWA OPERASI (par 58) cont..
a.   Apabila harga jual > nilai wajar, maka selisih lebih dari nilai wajar tersebut
ditangguhkan dan diamortisasi selama periode penggunaan aset.
b.   Apabila nilai wajar aset < nilai tercatat, maka kerugian sebesar selisih antara nilai
tercatat dan nilai wajar harus diakui segera.

1.9 Klasifikasi Kegiatan Leassing

Kegiatan leasing erat kaitannya dengan istilah lessor dan lessee. Lessor adalah
perusahaan pembiayaan atau perusahaan leasing dalam konteks Sewa Guna Usaha (SGU)
menyewakan suatu asset kepada pihak yang membutuhkan. Sedangkan Lessee adalah pihak
yang menyewa guna usaha barang modal dari lessor(seperti nasabah pada bank).
Kegiatan menyewa itu sendiri terdiri dari :

1.   Finance Lease .

Finance Lease adalah suatu kegiatan Sewa Guna Usaha yang memindahkan seluruh
risiko dan manfaat yang terkandung dalam asset tersebut dari seorang pemilik sewa guna
usaha lessor kepada lessee. Finance Lease dipecah lagi menjadi

a.   Sales Type Lease

Lease penjualan ini biasanya dilakukan oleh perusahaan industry yang menjualn lease
barang dari hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease, ada dua macam pendapatan
yang diakui, yaitu pendapatan penjualan barang dan pendapatan bunga atas pembelanjaan
selama jangka waktu lease.
b.   Direct Finance Lease

Direct Finance Lease merupakan suatu bentuk transaksi leasing dimana lessor suatu barang
atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang tersebut kepada
lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi barang yang akan di-leasetersebut termasuk
penentuan harga dan penentuan supplier dapat dilakukan oleh lessee.Tujuan
utama lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk mendapatkan pembiayaan dengan
cara leasing, guna memperoleh barang modal yang dapat digunakan dalam
proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas produksi. edangkan
proses pembelian mulaidari order pembelian dilakukan pihak lessor dan semata-mata untuk
kebutuhan lessee. Transaksi ini terjadi jika lesse meminta lessor untuk membelikan suatu
barang.

2.   Operating Lease

Operating Lease adalah kegiatan sewa yang tidak memindahkan semua elemen
substansial seperti risiko dan manfaat atas asset yang disewa melainkan mencatatanya
hanya sebagai beban penyewaan.

Pihak lessee dan lessor harus memiliki kesepakatan terlebih dahulu mengenai jenis
asset yang akan disewakan, yaitu berupa Operating Lease/Finance Lease karena
berpengaruh pada model penghitungan dan pencatatan pengakuan atas asset tersebut.
Suatu transaksi leasing dapat dikatakan sebagai sebuah Finance Lease apabila memenhi
setidaknya 1 dari 4 kriteria berikut :

1.   Kegiatan leasing tersebut memungkinkan terjadinya pengalihakn hak kepemilikan


atas kekayaan kepada penyewa pada akhri masa penyewaan
2.   Adanya kemungkinan bagi penyewa untuk membeli asset tersebut (mengandung
persyaratan pembelian di bawah harga)
3.   Masa penyewaan tersebut adalah sama dengan 75% atau lebih dari perkiraan umur
ekonomis asset
4.   Nilai sekarang (present value) pada awal masa penyewaan sama dengan 90% atau
lebih dari Fair Value asset tersebut

1.10 Perlakuan Perpajakan


Pencatatan transaksi leasing diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1169/KMK.01/1991 dan Surat Edaran Dirjen Pajak No SE-10/PJ.42/1994. Menurut Keputusan
Menteri Keuangan ini hanya mengatur mengenai tatacra pencatatan transaksi leasing secara
sale and lease back dengan hak opsi sehingga untuk jenis leasing lainnya misalnya Pembiayaan
Konsumen harus mengacu kepada PSAK No. 30
Berdasarkan Ketentuan Pasal 14 huruf c Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
1169/KMK.01/1991, dinyatakan apabila masa SGU dengan hak opsi ternyata lebih pendek dari
masa SGU menurut Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan dimaksud, maka Direktur Jenderal
Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.
Berdasarkan Ketentuan Pasal 16 huruf d Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1169/KMK.01/1991, dinyatakan apabila masa SGU dengan hak opsi ternyata lebih pendek dari
masa SGU menurut Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan dimaksud, maka Direktur Jenderal
Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya SGU. Berdasarkan penegasan dalam butir 8
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-29/PJ.42/ 1992 tanggal 19 Desember 1992 bahwa
dalam hal perjanjian finance lease menyatakan jangka waktu yang lebih pendek atau pada
pelaksanaannya berakhir dalam jangka waktu yang lebih pendek dari jangka waktu minimum
yang disyaratkan perlakuan perpajakannya disamakan dengan operating lease.

1.10.1 Pajak Penghasilan (PPh)

Pengakuan penghasilan dan pembebanan biaya bagi lessor dan lessee diatur sebagai
berikut:
1. Finance Lease dengan masa yang lebih singkat karena default.
a. Pihak lessor maupun pihak lessee harus membetulkan SPT Tahunan yang telah
dimasukkan dengan melakukan pembetulan atas penghasilan atau biaya sebagai
akibat perubahan perlakuan dari SGU finance lease menjadi SGU operating lease.
b. Pihak lessor melakukan penyusutan atas harta yang dileasingkan. Pihak lessee tidak
boleh melakukan penyusutan.
c. Atas masa SGU yang telah lewat, lessee harus memotong PPh Pasal 23 sebesar
pembayaran bruto berupa sewa (lease payment).
2. Finance Lease dengan masa yang lebih singkat karena sebab ekonomis.
a. Pihak lessor maupun pihak lessee harus membetulkan SPT Tahunan yang telah
dimasukkan dengan melakukan pembetulan atas penghasilan atau biaya sebagai
akibat perubahan perlakuan dari SGU finance lease menjadi SGU operating lease,
sampai dengan saat opsi dilaksanakan. Perlakuan PPh atas pelaksanaan opsi adalah
sama dengan perlakuan atas jual-beli aktiva biasa.
b. Pihak lessor melakukan penyusutan atas harta yang dileasingkan sampai dengan opsi
dilakukan oleh lessee. Pihak lessee melakukan penyusutan atas harta tersebut sejak
opsi dilakukan dan dasar penyusutan adalah nilai perolehan yang terdiri dari
akumulasi sisa angsuran,penalti dan harga residu yang harus dibayar.
c. Atas masa SGU yang telah lewat, lessee harus memotong PPh Pasal 23 sebesar
pembayaran bruto berupa sewa (lease payment).

1.10.2 Pajak Pertambahan Nilai (PPn)


Berdasarkan Pasal 1 angka 2 huruf d Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1988 jo. Pasal
15 Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991, atas penyerahan jasa dalam
transaksi SGU dengan hak opsi dari lessor kepada lessee merupakan jasa financial leasing yang
dikecualikan dari pengenaan PPN, dengan demikian lessor bukan merupakan Pengusaha Kena
Pajak (PKP).
Perlakuan PPN terhadap SGU tanpa hak opsi (Operating Lease).
1. Perlakuan PPN atas transaksi SGU tanpa hak opsi :
a. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1988 jis huruf d dan Pengumuman
Dirjen Pajak No. PENG-139/PJ.63/1989 dan Pasal 1 angka 4 dan 5 Keputusan Dirjen
Pajak Nomor : KEP - 05/PJ./1994, penyerahan jasa dalam transaksi SGU tanpa hak
opsi dari Lessor kepada lessee adalah penyerahan jasa yang terutang PPN, karena
lessor sebagai perusahaan jasa persewaan barang dengan demikian merupakan
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
b. Pengalihan barang dalam transaksi SGU tanpa hak opsi bukan merupakan penyerahan
Barang Kena Pajak karena pengalihan barang tersebut adalah dalam rangka persewaan
biasa.
c. Besarnya PPN yang terutang adalah 10% dari Nilai Penggantian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 huruf p Undang-undang PPN 1984.
d. PPN sebagaimana dimaksud pada butir 4.1.3. merupakan PPN Pajak Keluaran bagi
lessor dan merupakan PPN Pajak Masukan bagi lessee dalam hal lessee adalah PKP.
PPN yang dibayar atas perolehan BKP yang disewa guna usahakan merupakan PPN
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan PPN Pajak Keluaran Lessor.
Dalam hal transaksi Sale and Lease Back tanpa hak opsi, PPN Pajak Masukan atas
perolehan barang yang telah dikreditkan oleh lessee harus dibayar kembali seperti halnya
pembayaran kembali dalam pemindahtanganan barang modal sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan No.1441b/KMK.04/1989. Dalam hal lessee kemudian menyewa
guna usaha kembali (leased back) barang tersebut, maka lessor harus mengenakan PPN yang
terutang atas jasa persewaan barang yang dilakukannya dengan pengaturan seperti tersebut
pada butir 1

2. Pembaharuan yang terjadi dalam PSAK 73 : SEWA

2.1   Pendahuluan
2.1.1   Tujuan Standar

PSAK 73: Sewa merupakan adopsi dari IFRS 16 Leases, yang telah disahkan oleh
DSAK IAI pada tahun 2017 lalu. PSAK 73 ini memperkenalkan model akuntansi tunggal
khususnya untuk penyewa (lessee) yang memberikan dampak substansial perlakuan akuntansi
atas sewa dan mengharuskan lessee untuk mencatat kontrak sewa dalam model tunggal sebagai
aset hak guna (right-of-use asset) dan liabilitas sewa dalam laporan posisi keuangan. Dalam
PSAK 73 ini ditetapkan prinsip pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan atas
sewa dengan memperkenalkan model akuntansi tunggal khususnya untuk penyewa.

2.1.2   Pokok Pengaturan

1. Penyewa disyaratkan untuk mengakui aset hak-guna (right-of-use assets) dan liabilitas
sewa. Pengecualian:

a.   sewa jangka-pendek dan


b.   sewa yang aset pendasarnya (underlying assets) bernilai-rendah.

2.Pesewa mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa operasi atau sewa pembiayaan dan
mencatat kedua jenis sewa tersebut secara berbeda.

2.1.3   Dengan disahkannya PSAK 73, maka akan mencabut :


a.   PSAK 30 Sewa
b.   ISAK 8 Penentuan Apakah suatu Perjanjian Mengandung suatu Sewa
c.   ISAK 23 Sewa Operasi – Insentif
d.   ISAK 24 Evaluasi Substansi Beberapa Transaski yang Melibatkan Bentuk Legal
Sewa
e.   ISAK 25 Hak atas Tanah

Meskipun PSAK 73 disyaratkan untuk berlaku efektif per tanggal 1 Januari 2020 namun
opsi penerapan dini diperkenankan

2.2   Ruang Lingkup

Mengatur seluruh sewa termasuk sewa aset hak-guna dalam subsewa masuk dalam ruang
lingkup PSAK 73, kecuali:

a.   sewa dalam rangka eksplorasi atau penambangan mineral, minyak, gas alam, dan
sumber daya serupa yang tidak dapat diperbarui;
b.   sewa aset biologis (PSAK 69);
c.   perjanjian konsesi jasa (ISAK 16);
d.   lisensi kekayaan intelektual (PSAK 72)
e.   Hak yang dimiliki oleh penyewa dalam perjanjian lisensi (PSAK 19) untuk item
seperti film, rekaman video, karya panggung, manuskrp, hak paten dan hak cipta.

2.3   Pengecualian Pengakuan


1.   Penyewa dapat memilih untuk tidak menerapkan persyaratan dalam paragraf 22–49
untuk:
a.   sewa jangka-pendek; dan
b.   sewa yang aset pendasarnya bernilai-rendah (sebagaimana dideskripsikan dalam
paragraf PP03–PP08).
2.   Jika paragraf 06 diterapkan untuk sewa jangka pendek, maka penyewa
mempertimbangkan sewa tersebut sebagai sewa baru untuk tujuan Pernyataan ini, jika:
a.   terdapat modifikasi sewa
b.   terdapat perubahan masa sewa (sebagai contoh, penyewa mengeksekusi opsi yang
sebelumnya tidak termasuk dalam penentuan masa sewanya).
3.   Pemilihan sewa jangka-pendek dibuat berdasarkan kelas aset pendasar yang terkait
dengan hak guna.
4.   Kelas aset pendasar adalah pengelompokan aset pendasar dengan sifat dan penggunaan
yang serupa dalam operasi entitas.
5.   Pemilihan untuk sewa yang aset pendasarnya bernilai rendah dapat dilakukan atas dasar
sewa-per-sewa

2.4   Mengidentifikasi Sewa

a.   Kontrak merupakan, atau mengandung, sewa, jika memberikan hak untuk


mengendalikan penggunaan aset identifikasian selama suatu jangka waktu untuk
dipertukarkan dengan imbalan.
b.   Jangka waktu dapat dideskripsikan sebagai jumlah penggunaan aset indetifikasian
misal unit produksi. Entitas menilai kembali kontrak jika syarat dan ketentuan kontrak
berubah. Untuk kontrak yang mengandung komponen sewa dan tambahan komponen
sewa atau nonsewa à penyewa mengalokasi imbalan dalam kontrak ke komponen
sewa berdasarkan harga tersendiri relatif komponen sewa dan harga tersendiri
agregat dari komponen nonsewa.
c.   Harga tersendiri ditentukan berdasarkan harga yang akan dibebankan oleh pesewa, atau
pemasok serupa, kepada entitas, secara terpisah.
d.   Jika harga tersendiri yang dapat diobservasi tidak tersedia, à penyewa
mengestimasi dengan memaksimalkan penggunaan informasi yang dapat diobservasi.

*sumber : www.iaiglobal.or.id

Aset Identifikasian
1.   Ditetapkan secara eksplisit atau implisit
2.   Pemasok (supplier) tidak memiliki hak substitusi substantive
3.   Bagian kapasitas asset secara fisik dapat dibedakan

2.5   Masa Sewa


Untuk kontrak yang merupakan, atau mengandung sewa, entitas mencatat masing-
masing komponen sewa dalam kontrak sebagai sewa secara terpisah dari komponen nonsewa
dari kontrak, kecuali cara praktis. Entitas menentukan masa sewa sebagai Periode yang tidak
dapat dibatalkan (noncancellable periods) dan juga periode yang dicakup oleh opsi untuk:
1. Mengeksekusi opsi memperpanjang sewa
2. Tidak mengeksekusi opsi mengakhiri sewa

Entitas merevisi masa sewa jika terdapat perubahan dalam periode sewa yang tidak
dapat dibatalkan. Sebagai contoh, periode sewa yang tidak dapat dibatalkan akan berubah
jika:

a.   penyewa mengeksekusi opsi yang sebelumnya tidak termasuk dalam penentuan masa
sewa
b.   penyewa tidak mengeksekusi opsi yang sebelumnya termasuk dalam penentuan masa
sewa
c.   suatu peristiwa terjadi yang secara kontraktual mewajibkan penyewa untuk
mengeksekusi opsi yang sebelumnya tidak termasuk dalam penentuan masa sewa;
atau
d.   suatu peristiwa terjadi yang secara kontraktual membatasi penyewa untuk
mengeksekusi opsi yang sebelumnya termasuk dalam menentuan masa sewa.

2.6   Laporan Keuangan Lessee


2.6.1   Untuk kontrak yang mengandung komponen sewa dan tambahan komponen sewa
atau nonsewa à penyewa mengalokasi imbalan dalam kontrak ke komponen sewa
berdasarkan harga tersendiri relatif komponen sewa dan harga tersendiri agregat
dari komponen nonsewa. Harga tersendiri ditentukan berdasarkan harga yang akan
dibebankan oleh pesewa, atau pemasok serupa, kepada entitas, secara terpisah.
2.6.2   Jika harga tersendiri yang dapat diobservasi tidak tersedia, à penyewa
mengestimasi dengan memaksimalkan penggunaan informasi yang dapat
diobservasi. Cara praktis, penyewa dapat memilih, berdasarkan kelas asset
pendasar, untuk tidak memisahkan komponen nonsewa dari komponen sewa, dan
memilih mencatat sebagai komponen sewa tunggal. Penyewa tidak menerapkan
cara praktis untuk derivatif lekatan yang memenuhi kriteria PSAK 71. Kecuali cara
praktis dalam paragraf 15 diterapkan, penyewa mencatat komponen nonsewa
dengan menerapkan Pernyataan relevan lainnya.

2.6.3   Akuntansi Lessee


a.   Penyewa mengakui aset dan liabilitas untuk seluruh sewa dengan masa sewa lebih
dari 12 bulan, kecuali aset pendasarnya bernilai-rendah.
b.   Penyewa mengakui aset hak-guna yang merepresentasikan haknya untuk menggunakan
aset pendasar sewaan dan liabilitas sewa yang merepresentasikan kewajibannya untuk
membayar sewa.
c.   Penyewa mengukur aset hak-guna dengan cara yang serupa dengan aset non-keuangan
lain (seperti aset tetap) dan liabilitas sewa dengan cara yang serupa dengan liabilitas
keuangan lainnya.
d.   Penyewa mengakui penyusutan aset hak-guna dan bunga atas liabilitas sewa, dan juga
mengklasifikasi pembayaran kas untuk liabilitas sewa menjadi bagian pokok dan
bagian bunga dan menyajikannya dalam laporan arus kas dengan menerapkan PSAK
2: Laporan Arus Kas.

2.6.4   Biaya Perolehan


a.   Jumlah pengukuran awal liabilitas sewa, sebagaimana dideskripsikan dalam
paragraf 26;
b.   Pembayaran sewa yang dilakukan pada atau sebelum tanggal permulaan,
dikurangi dengan insentif sewa yang diterima;
c.   Biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh penyewa; dan
d.   Estimasi biaya yang akan dikeluarkan oleh penyewa dalam membongkar dan
memindahkan aset pendasar, merestorasi tempat di mana aset berada atau
merestorasi aset pendasar ke kondisi yang disyaratkan oleh syarat dan ketentuan
sewa, kecuali biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk menghasilkan persediaan.
Penyewa dikenai kewajiban atas biaya-biaya tersebut baik pada tanggal permulaan
atau sebagai konsekuensi dari telah menggunakan aset pendasar selama periode
tertentu.
2.6.5   Teknik Pengukuran
a.   Aset dan liabilitas yang timbul dari sewa pada awalnya diukur berdasarkan nilai kini.
b.   Pengukuran tersebut termasuk pembayaran sewa yang tidak dapat dibatalkan
(termasuk pembayaran terkait-inflasi), dan juga termasuk pembayaran yang akan
dilakukan pada periode opsional jika penyewa cukup pasti untuk mengeksekusi opsi
perpanjangan sewa atau tidak mengeksekusi opsi penghentian sewa.

2.6.6   Pengakuan dan Pengukuran Awal

Pengukuran Selanjutnya

a.   Aset Hak-Guna (model biaya)

1. Penyusutan sesuai PSAK 16: Aset Tetap


2. Periode penyusutan: mana yang lebih pendek antara masa sewa dan umur manfaat
3. Uji penurunan nilai sesuai PSAK 48: Penurunan Nilai Aset

b.   Asset Hak Guna (model alternative)


1.   Model revaluasi sesuai PSAK 16: Aset Tetap

2.   Model nilai wajar sesuai PSAK 13: Properti Investasi

c.   Liablitas Sewa : Biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode


bunga efektif

2.6.7   Tingkat Diskonto


d.   Jika dapat ditentukan : Suku bunga implisit dalam sewa

e.   Jika tidak dapat ditentukan : Suku bunga pinjaman incremental

2.6.8   Pembayaran Sewa


a.   pembayaran tetap (termasuk pembayaran tetap secara-substansi sebagaimana
dideskripsikan dalam paragraf PP42), dikurangi dengan piutang insentif sewa;
b.   pembayaran sewa variabel yang bergantung pada indeks atau suku bunga yang
pada awalnya diukur dengan menggunakan indeks atau suku bunga pada tanggal
permulaan (sebagaimana dideskripsikan dalam paragraf 28);
c.   jumlah yang diperkirakan akan dibayarkan oleh penyewa dalam jaminan nilai
residual;
d.   harga eksekusi opsi beli jika penyewa cukup pasti untuk mengeksekusi opsi
tersebut (dinilai dengan mempertimbangkan faktor yang dideskripsikan dalam
paragraf PP37–PP40); dan
e.   pembayaran penalti karena penghentian sewa, jika masa sewa merefleksikan
penyewa mengeksekusi opsi untuk menghentikan sewa.
2.7   Laporan Keuangan Lessor

Secara substansial perlakuan akuntansi lessor masih mengikuti prinsip pengaturan


dalam PSAK 30: Sewa.

2.8   Sales and Leaseback

1.   Jika entitas (penjual–penyewa) mengalihkan aset kepada entitas lain (pembeli–


pesewa) dan menyewa aset tersebut kembali dari pembeli–pesewa, maka baik penjual–
penyewa maupun pembeli–pesewa mencatat kontrak pengalihan dan sewa
2.   Entitas menerapkan persyaratan penentuan kapan kewajiban pelaksanaan dalam PSAK
72: Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan telah terpenuhi untuk menentukan
apakah pengalihan aset dicatat sebagai penjualan aset tersebut.
3.   Jika pengalihan aset memenuhi PSAK 72, maka:

a.   penjual–penyewa mengukur aset hak-guna yang timbul dari sewa-balik pada


proporsi jumlah tercatat aset sebelumnya yang terkait dengan hak guna yang
dipertahankan oleh penjual–penyewa.Penjual–penyewa mengakui hanya jumlah
untung atau rugi yang terkait dengan hak yang dialihkan ke pembeli–pesewa.
b.   pembeli–pesewa mencatat pembelian aset dengan menerapkan Pernyataan yang
relevan, dan untuk sewa dengan menerapkan persyaratan akuntansi pesewa dalam
Pernyataan ini.

4.   Jika nilai wajar imbalan untuk penjualan aset tidak sama dengan nilai wajar aset, atau
jika pembayaran untuk sewa tidak sama dengan harga pasar, maka entitas melakukan
penyesuaian di bawah ini untuk mengukur hasil penjualan pada nilai wajar:

a.   jika di bawah harga pasar, maka dicatat sebagai pembayaran sewa dibayar di muka;
dan
b.   jika di atas harga pasar, maka dicatat sebagai tambahan pembiayaan yang diberikan
oleh pembeli–pesewa kepada penjual–penyewa.

5.   Entitas mengukur kemungkinan penyesuaian berdasarkan mana yang lebih dapat


ditentukan dari:

a.   selisih antara nilai wajar imbalan penjualan dan nilai wajar aset; dan
b.   selisih antara nilai kini pembayaran kontraktual sewa dan nilai kini pembayaran
sewa pada harga pasar.

6.   Jika pengalihan aset oleh penjual–penyewa tidak memenuhi persyaratan dalam PSAK
72, maka:

a.   penjual–penyewa melanjutkan pengakuan aset alihan dan mengakui liabilitas


keuangan sebesar hasil pengalihan. Penjual-penyewa mencatat liabilitas keuangan
dengan menerapkan PSAK 71: Instrumen Keuangan.
b.   pembeli–pesewa tidak mengakui aset alihan dan mengakui aset keuangan sebesar
hasil pengalihan. Pembeli-pesewa mencatat aset keuangan dengan menerapkan
PSAK 71: Instrumen Keuangan.
2.9  Klasifikasi Leasing

Kegiatan leasing erat kaitannya dengan istilah lessor dan lessee. Lessor adalah
perusahaan pembiayaan atau perusahaan leasing dalam konteks Sewa Guna Usaha (SGU)
menyewakan suatu asset kepada pihak yang membutuhkan. Sedangkan Lessee adalah pihak
yang menyewa guna usaha barang modal dari lessor(seperti nasabah pada bank).
Kegiatan menyewa itu sendiri terdiri dari :
2.9.1 Finance Lease
Finance Lease adalah suatu kegiatan Sewa Guna Usaha yang memindahkan seluruh
risiko dan manfaat yang terkandung dalam asset tersebut dari seorang pemilik sewa guna usaha
lessor kepada lessee. Finance Lease dipecah lagi menjadi

a.   Sales Type Lease

Lease penjualan ini biasanya dilakukan oleh perusahaan industry yang menjualn lease
barang dari hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease, ada dua macam pendapatan
yang diakui, yaitu pendapatan penjualan barang dan pendapatan bunga atas pembelanjaan
selama jangka waktu lease.
Direct Finance Lease merupakan suatu bentuk transaksi leasing dimana lessor

b.   Direct Finance Lease

Direct Finance Lease merupakan suatu bentuk transaksi leasing dimana lessor suatu barang
atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang tersebut kepada
lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi barang yang akan di-leasetersebut termasuk
penentuan harga dan penentuan supplier dapat dilakukan oleh lessee.Tujuan
utama lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk mendapatkan pembiayaan dengan
cara leasing, guna memperoleh barang modal yang dapat digunakan dalam
proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas produksi. edangkan
proses pembelian mulaidari order pembelian dilakukan pihak lessor dan semata-mata untuk
kebutuhan lessee.Transaksi ini terjadi jika lesse meminta lessor untuk membelikan suatu
barang.
2.9.2 Operating Lease
Operating Lease adalah kegiatan sewa yang tidak memindahkan semua elemen
substansial seperti risiko dan manfaat atas asset yang disewa melainkan mencatatanya
hanya sebagai beban penyewaan.

Pihak lessee dan lessor harus memiliki kesepakatan terlebih dahulu mengenai jenis
asset yang akan disewakan, yaitu berupa Operating Lease/Finance Lease karena
berpengaruh pada model penghitungan dan pencatatan pengakuan atas asset tersebut.
Suatu transaksi leasing dapat dikatakan sebagai sebuah Finance Lease apabila memenhi
setidaknya 1 dari 5 kriteria berikut :

1.   Kegiatan leasing tersebut memungkinkan terjadinya pengalihakn hak kepemilikan atas


kekayaan kepada penyewa pada akhri masa penyewaan
2.   Adanya kemungkinan bagi penyewa untuk membeli asset tersebut (mengandung
persyaratan pembelian di bawah harga)
3.   Masa penyewaan tersebut adalah sama dengan 75% atau lebih dari perkiraan umur
ekonomis asset
4.   Nilai sekarang (present value) pada awal masa penyewaan sama dengan 90% atau lebih
dari Fair Value asset tersebut
5.   Apabila pada akhir masa sewa, asset tersebut tidak memilik kegunan alternative, maka
diasumsikan bahwa lessor telah mentransfer kepemilikan asset tersebut kepada lessee.

3.   Perbandingan antara PSAK 30 : SEWA dan PSAK 73 : SEWA

No. Perbedaan PSAK 30 : SEWA PSAK 73 : SEWA


Penentuan Sebuah lease agreement dapat Dalam PSAK 73, segala bentuk
klasifikasi leasing : dikatakan sebagai finance lease lease agreement yang memiliki
Finance/Operating hanya ketika memenuhi 1 dari 4 jangka waktu lebih dari 1 tahun,
1
Lease kriteria yang tersedia. Ketika sudah dianggap sebagai finance
tidak memenuhi satupun dari 4 lease. PSAK 73 juga
kriteria tersebut, maka kegiatan menambahkan satu kriteria baru,
leasing tersebut hanya dianggap yaitu Alternative Use. Apabila
sebagai kegiatan menyewa pada akhir masa sewa, asset
biasa sehingga diakui sebagai tersebut tidak memilik kegunan
beban sewa alternative, maka diasumsikan
bahwa lessor telah mentransfer
kepemilikan asset tersebut
kepada lessee. Sehingga
peristiwa leasing yang terjadi
termasuk finance lease. Khusus
leasing jangka pendek dapat
dikecualikan yaitu Lessee dapat
mengadopsi kebijakan akuntansi
untuk tidak mencatat transaksi
leasing yang berjangka waktu 12
bulan atau kurang.

2 Penyebab ISAK 25 Belum ada kejelasan/ Melalui PSAK 73 ini telah


dicabut klarifikasi apakah kontrak dipaparkan dengan jelas/adanya
tertentu yang tidak klarifikasi mengenai apakah
mengalihkan hak legal atas suatu kontrak tertentu yang tidak
tanah merupakan transaksi mengalihkan hak legal atas
sewa atau transaksi pembelian tanah merupakan transaksi sewa
tanah. atau transaksi pembelian tanah.
Hal ini relevan dalam konteks
perlakuan akuntansi untuk ha
katas tanah di Indonesia yang
telah ada dalam ISAK 25
3 Pengakuan atas Dalam PSAK 30, dalam Dalam PSAK 73, dalam
sewa penjurnalannya, kegiatan penjurnalannya, leasing
leasing menyebabkan adanya mengisyaratkan untuk mengakui
pengakuan atas beban sewa dan asset melalui right-of-use assets
hutang. dan liabilitas sewa.
Terdapat 2 pengecualian
opsional dalam pengakuan aset
dan liabilitas sewa, yakni untuk:
à sewa jangka-pendek
à sewa yang aset pendasarnya
(underlying assets) bernilai-
rendah.

4 Ketentuan Balance Dalam PSAK 30, operating Dalam PSAK 73, yang tidak
Sheet leases tidak masuk dalam masuk dalam Balance Sheet
Balance Sheet adalah short term leases (<12
bulan) dan low value assets
leases
5 Pedoman PSAK 30 memberikan kriteria PSAK 73 memperlakukan lessee
pengakuan atas yang sama untuk melakukan pencatatan.
sewa antara lessee dan lessor dalam PSAK 73 tidak memberikan
menentukan suatu sewa pedoman yang sama antara
lessee dan lessor. Lessee wajib
melakukan kapitalisasi atas sewa
walaupun masa sewa hanya 2
tahun dengan melakukan
pengakuan atas Aset Hak Guna
6 Perlakuan
Perpajakan
7 Pencatatatn Sewa PSAK 30 memberikan opsi PSAK 73 mewajibkan penyewa
kepada perusahaan untuk untuk mencatat seluruh sewa,
memilih melaksanakan baik financial lease ataupun
oencatatan dengan metode operating lease untuk
financial lease ataupun memanfaatkan suatu asset
operational lease selama masa manfaaatnya.
Penyewa juga harus mengakui
liabilitas untuk membayar sewa.

4.   Dampak atas penerapan PSAK 73


a.   Melalui pembaharuan regulasi SEWA melalui PSAK 73, perusahaan mendapat
pedoman dan ketentuan yang lebih jelas dalam pencatatan terutama yang berhubungan
dengan asset perusahaan. Sehingga, secara otomatis PSAK 73 menjadi controller bagi
perusahaan agar semakin patuh terutama dalam melakukan tindakan yang sejalan
dengan etika keprofesian
b.   Pembaharuan ini menuntut adanya penghitungan kembali atas key ratios dan KPIs
perusahaan sehingga akan secara otomatis sebagai pengukur kinerja perusahaan selama
ini (apakah masih on plan/tidak)
c.   Peninjauan dan penghitungan kembali karena adanya regulasi yang baru ini, membuat
perusahaan semakin mengetahui kondisi/permasalahan antar departemen seperti
bendahara perusahaan, human resource, IT perusahaan, transfer pricing, bagian pajak,
penjualan, pembelian, dan sebagainya.
d.   Perusahaan harus mengidentifikasi apakah suatu kontrak mengandung unsur
leasing/tidak. Kontrak bisa didefinisikan sebagai leasing jika memberikan pelanggan
hak untuk mengontrol penggunaan aset, properti, pabrik, atau peralatan yang
diidentifikasi sebagai barang leasing untuk setiap periode. Lebih detailnya, kontrol
barang leasing dianggap berlaku jika pelanggan memiliki hak untuk memperoleh
semua manfaat substansial ekonomi dari penggunaan aset dan hak untuk
mengendalikan penggunaan barang leasing.

e.   Ketidakpatuhan akan penerapan requirements yang baru dalam PSAK 73 akan


menimbulkan dampak yang lebih signifikan akrena sebagian besar leasing diakui di
balance sheet

f.   Hampir sebagian besar leasing dianggap sebagai finance lease. Finance Lease
mensyaratkan Lessee untuk mengakui beban bunga dan biaya amortisasinya.
Akibatnya, Lessee biasanya akan mencatat biaya yang lebih besar pada awal masa
sewa untuk Finance Lease (jika dibandingkan operating lease yang mensyaratkan
biaya leasing harus diakui dengan metode penyusutan garis lurus selama masa sewa)
5.   Kesimpulan dan Saran

Penerapan pedoman-pedoman dalam PSAK 73 dapat secara signifikan akan


mempengaruhi pendapatan, arus kas, total asset, perjanjian pinjaman, dan sebagainya. Cara
pengakuan atas asset yang berbeda akan berpengaruh pada produktifitas asset. PSAK 73
memberikan kecenderungan untuk mengkapitalisasi semua asset sehingga akan
mempengaruhi nilai asset itu sendiri. PSAK 73 yang secara efektif akan diterapkan pada
Januaeri 2020 ini harus benar-benar dipelajari oleh perusahaan. Perusahaan setidaknya harus
mulai bersiap merencanakan mulai dari sekarang untuk menerapkan atau mengubah metode
pencatatan dan kontrol internal transaksi leasing sesuai dengan panduan kebijakan akuntansi
leasing yang baru. Sebaiknya, semua perusahaan menyediakan waktu/kesempatan khusus
untuk mempelajari PSAK 73 ini secara benar-benar matang mengingat pengaruh atas
pembaharuan ini sangat signifikan bagi hidup perusahaan. Pembelajaran secara lebih dini
akan membantu pihak perusahaan untuk mengetahui risiko potensial secara lebih awal dan
sehingga dapat merumuskan tindakan prefentif yang tentunya akan dapat menyelamatkan
berbagai aspek, seperti biaya, waktu dan tenaga dalam internal perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

2019. https://www.bdo.co.id/en-gb/events/lokakarya-sehari-isu-isu-dan-implementasi-
akuntansi-sewa-sesuai-psak-73 diakses pada Maret 2020.

https://bppk.kemenkeu.go.id/id/berita-medan/12042-perlakuan-akuntansi-leasing-menurut-
psak-30-dan-menurut-peraturan-perpajakan diakes pada Maret 2020.

https://hsmco.webs.com/download/psak/PSAK30Leasing.pdf diakses pada Maret 2020.

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/sak diakses pada Maret 2020.

https://www.bdo.co.id/en-gb/events/implikasi-penerapan-psak-73,-sewa%E2%80%9D-(psak-
73)-terhadap-pelaporan-keuangan diakses pada Maret 2020.

Irwanto, Budi. 2019. https://www.thinktax.id/blog/implikasi-pajak-penerapan-psak-73


Diakses pada Maret 2020.

Saputra, Muchlis Ade. https://www.academia.edu/32466505/a._Direct_Financial_Lease


diakes pada Maret 2020

Utami, Novita Widia. 2018. https://www.jurnal.id/id/blog/2018-pahami-aturan-baru-


penerapan-akuntansi-leasing-yang-berlaku-pada-akhir-tahun-2018/ diakses pada Maret 2020.
Zainul, Huda. 2012. http://hudazainul.blogspot.com/2012/08/leasing.html diakses pada Maret
2020

Anda mungkin juga menyukai