Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai lessor adalah
pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) biasanya
memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing, sebagai pemilik
barang modal tersebut, melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal
yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa leasing, lessee melakukan pembayaran nilai
sisa (residual value). Kalau ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal
yang dibiayai serta bunganya, yang merupakan pendapatan perusahaan leasing. Dari pengertian
di atas dapat diambil kesimpulan bahwa finace lease atau kadang-kadang pula disebut full-pay
out leasing adalah suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara lessor dengan lessee di
mana:
a. Lessor sebagai pihak pemilik barang atas objek leasing, dimana objek leasing dapat
berupa barang bergerak ataupun tidak bergerak dan memiliki umur maksimum sama
b. Lessee berkewajiban membayar kepada lessor secara berkala sesuai dengan jumlah dan
jangka waktu yang disetujui. Jumlah yang dibayar tersebut merupakan angsuran atau
lease payment yang terdiri atas biaya perolehan barang ditambah dengan semua biaya
lainnya yang dikeluarkan lessor dan tingkat keuntungan atau spread yang diinginkan
lessor
c. Lessor dalam jangka waktu perjanjian yang disetujui tidak dapat secara sepihak
mengakhiri masa kontrak atau pemakaian barang tersebut. Risiko ekonomis termasuk
biaya pemeliharaan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan barang yang di-lease
d. Lessee pada akhir periode kontrak memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut
sesuai dengan nilai sisa atau residual value yang disepakati, atau mengembalikan pada
lessor, atau memperpanjang masa lease sesuai dengan syarat-syarat yang disetujui
bersama. Pembayaran berkala pada masa perpanjanngan lease tersebut biasanya jauh
e. Lessor tidak dapat secara sepihak mengakhiri masa kontrak (non-cancellablea), atau akan
dikenakan denda
Contoh ilustrasi:
2. Operating Lease
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-lease-kan.
Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala tidak
mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut
dengan bunganya. Operating lease atau kadang-kadang juga disebut dengan sewa guna usaha
biasa adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee di mana:
a. Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak lessee untuk
digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur ekonomis barang
modal tersebut.
b. Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara berkala
kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang
tersebut beserta bunganya atau disebut juga nonfull pay out lease
tersebut
d. Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor
disebut cancelable
untuk pemeliharaannya dan pemasaran kembali barang modal yang di-lease-kan tersebut. Oleh
karena itu berbeda dengan finance lease objek leasing di akhir masa kontrak merupakan hak
milik lessor untuk kemudian dilakukan pemasaran kembali barang modal tersebut. Lessor dalam
operating lease bertanggung jawab atas segala biaya pelaksanaan lease antara lain misalnya,
yaitu diukur sebesar nilai perolehan. Namun, hal ini berbeda pada saat pengukuran setelah
pengakuan awal. Metode penilaian atau pengukuran untuk aset tetap setelah pengukuran awal
yang diperbolehkan di Indonesia terdiri dari dua metode. Hal ini tertuang dalam PSAK No.16
(IAI, 2009:16) mengenai aset tetap, yaitu Suatu entitas harus memilih model biaya (cost model)
dalam paragraf 30 atau model revaluasi (revaluation model) dalam paragraf 31 sebagai kebijakan
akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok
yang sama.
Dalam PSAK No. 16 (IAI, 2009:16) setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat
sebesar biaya perolehannya dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
aset. Menurut Azil (2009) dengan menggunakan 23 model ini total nilai perolehan atas suatu aset
tidak akan berubah selama tidak ada transaksi yang berkaitan dengan aset tetap tersebut.
Transaksi yang dapat mempengaruhi nilai perolehan aset tetap antara lain pembelian, penjualan,
penghapusan, pertukaran aset tetap, dan perbaikan aset tetap. Jadi, nilai perolehan aset tetap tidak
Berdasarkan cost model, aset tetap akan diakui sebagai beban secara bertahap selama
masa manfaatnya. Pengakuan sebagai beban tersebut dilakukan dengan melakukan depresiasi.
Jadi entitas melakukan perhitungan depresiasi atas aset yang bersangkutan selama masa
manfaatnya. Depresiasi itulah yang akan menjadi beban tiap periode. Pada umumnya depresiasi
termasuk dalam kategori beban operasi dalam pelaporan keuangan entitas. Pengecualiannya
adalah depresiasi yang berhubungan dengan aset tetap yang berhubungan langsung dengan
aktivitas produksi. Untuk aset tetap yang berhubungan langsung dengan aktivitas produksi
Pada umumnya depresiasi hanya dihitung pada akhir periode akuntansi. Tetapi dalam hal
tertentu depresiasi juga perlu dihitung walaupun bukan pada akhir periode. Contohnya adalah
ketika terjadi transaksi yang berhubungan dengan pelepasan aset tetap. Pelepasan aset biasanya
berhubungan dengan penjualan aset tetap, pertukaran aset, ataupun penghapusan aset yang tidak
digunakan lagi. Depresiasi yang dihitung oleh entitas pada tiap periode akan diakumulasikan
dalam akun khusus yang disebut akumulasi depresiasi. Jadi akumulasi depresiasi 24 dapat
dikatakan sebagai bagian dari nilai aset tetap yang sudah memberikan aliran manfaat ekonomis
Beban depresiasi tersebut akan dilaporkan sebagai beban operasi dalam laporan laba rugi.
Akumulasi depresiasi akan dilaporkan dalam neraca sebagai pengurang nilai perolehan aset
tetap. Nilai perolehan aset tetap dikurangi dengan akumulasi depresiasinya merupakan nilai buku
b. Revaluation Model
Revaluation model yaitu metode pengukuran suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat
diukur secara andal yang dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi
setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler
untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang
Nilai wajar (fair value) didefinisikan dalam PSAK No.16 sebagai jumlah yang dipakai
untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan yang memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arms length transaction).
Menurut Perdana (2010) terdapat tiga hirarki dalam mengestimasi nilai wajar, yaitu dengan
menggunakan nilai pasar, komparasi dengan harga pasar dari aset yang dapat diperbandingkan
dengan aset yang dinilai, dan dengan menggunakan estimasi. Catty (2010) memberikan
There are three internationally recognized approaches to value: market, income, and
cost. Each has certain strengths and weaknesses, and their application depends on the
purpose, type of property involved, nature of the market, and availability of specific data
that a valuator must consider in every project.
Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat tiga pendekatan yang diakui secara internasional
dalam menilai aset tetap yaitu pendekatan pasar, pendekatan pendapatan, dan pendekatan biaya.
Masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan, dan aplikasinya tergantung pada tujuan, jenis
dari aset tetap yang dilibatkan, keadaan pasar, dan ketersediaan data tertentu yang harus
dipertimbangkan oleh penilai dalam setiap proyek. Semua pendekatan ini harus mencerminkan,
1. Pendekatan Pasar
Metode perbandingan penjualan langsung adalah yang paling umum digunakan pada
pendekatan pasar. Hal ini didasarkan pada sebuah asumsi bahwa pembeli tidak akan membayar
lebih untuk suatu barang yang sudah ada melebihi harga perolehannya dengan utilitas yang sama.
Metode perbandingan penjualan lebih disukai dalam semua penilaian dan standar akuntansi; hal
ini terutama berlaku bila ada pasar aktif dengan informasi yang cukup dapat dipercaya. Di pasar
tidak aktif, data yang tersedia relatif tidak memuaskan karena tidak menggambarkan keadaan
beredar.
5. Penurunan signifikan atas volume dan level aktivitas perdagangan.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai fair value apabila pasar yang
aktif tidak tersedia. Cara tersebut antara lain dengan teknik penilaian yang meliputi penggunaan
transaksi-transaksi pasar wajar yang terkini untuk aset yang identik. Jika tersedia, bisa
menggunakan referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama,
memeriksa keandalan harga transaksi dan memastikan aset tersebut adalah aset yang benar-benar
sebanding. Sebuah faktor penting dalam metode ini adalah identifikasi dari pasar yang relevan,
yang bisa berkisar dalam lingkup mulai dari yang sangat lokal ke global. Permintaan dan
penawaran, yang ditandai dengan ketersediaan dan keinginan terhadap aset yang sebanding,
Analisis pasar dapat dibuat baik secara langsung atau secara statistik:
Proses pencocokan langsung memberikan indikasi terbaik dari nilai pasar, sedangkan
proses mencari aset yang identik atau sangat mirip mungkin agak panjang dan membutuhkan
pertimbangan aset yang berbeda dari peralatan yang terlibat, membedakannya dengan model,
ukuran, dan kapasitas. Tidak ada jaminan bahwa penilai akan menemukan perbandingan
langsung. Oleh karena itu, dalam praktek, perbandingan statistik umumnya digunakan karena
memiliki keuntungan bahwa data dapat dikumpulkan dan dianalisa di muka, memberikan
informasi langsung saat dibutuhkan untuk suatu tugas tertentu. Selain itu, informasi tersebut
dapat juga digunakan, dimana tepat, untuk pencocokan langsung. Manfaat tambahan adalah
bahwa data pasar dikumpulkan lebih lama dan atas dasar global yang dapat menyediakan
2. Pendekatan Pendapatan
The income approach is based on the principle that an informed buyer would pay no
more for a property than an amount equal to the present worth of anticipated future
benefits (income) from the same or equivalent property with similar risks. The most
convenient method, discounting future cash flows, is mostly applicable to investment and
general-use properties where ther is an established an identifiable rental market or
where a specific measureable stream of benefits may be attributed to the subject. In
appliying this method to plant and equipment, consideration is given to either the
income-generating or the cost-savings potential of the item and the associated risks and
uncertainties.
aliran laba berdasarkan proporsi badan secara keseluruhan, penilai harus mengurangi
pengembalian aset iuran. Hal tersebut termasuk modal kerja bersih, properti nyata, merek dagang
dan nama barang, hubungan dengan pelanggan, tenaga kerja, dan aset tak berwujud lainnya yang
melekat.
3. Pendekatan Biaya
Pendekatan biaya didasarkan pada prinsip bahwa penurunan nilai aset melalui proses
penuaan, perubahan dalam utilitas fungsional, serta dari pengaruh eksternal yang negatif. Asumsi
yang mendasarinya adalah bahwa pembeli tidak akan membayar lebih untuk aset dari biaya
Titik awal dari pendekatan biaya adalah penentuan Duplikasi Biaya Baru (DCN) atau
biaya penggantian baru (RCN). Yang termasuk dalam DCN dan RCN adalah biaya langsung
Untuk menentukan DCN atau RCN dari pabrik dan peralatan, dapat menggunakan
metode-metode berikut:
1. Trending method atau metode tren. Dengan menggunakan metode ini nilai lancar dari
pabrik dan peralatan dapat diperoleh dari biaya akuisisi asli (historis), yang biasanya
dicatat dalam catatan entitas, melalui penyesuaian dengan indeks harga yang sesuai.
Metode ini berlaku umum dan memberikan hasil yang dapat diandalkan ketika subjek
aset diestimasi dari harga barang yang diketahui dengan karakteristik fisik, fungsi, dan
menganalisis kekuatan dan kelemahan masing-masing dan harus mempertimbangkan faktor yang
relevan untuk mencapai kesimpulan pendukung. Secara teoritis, semua metode akan
menghasilkan hasil yang sama, tetapi dalam kenyataannya, hal ini sering tidak terjadi. Penilai
harus mempertimbangkan fakta-fakta dan keadaan yang berlaku dan mempertimbangkan data,
Hal di atas tidak jauh berbeda dengan yang diungkapkan dalam PSAK. Prosedur
pengukuran dan teknik penilaian pada pencatatan aset tetap dengan model revaluasi diatur dalam
1. Nilai wajar dari tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang
dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar,
2. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh
penilai.
3. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat dari
aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis
Setidaknya terdapat tiga aspek objek yang perlu diperhatikan pada standar di atas.
Pertama, nilai wajar yang diperuntukkan untuk tanah dan bangunan, kedua nilai wajar
diperuntukkan untuk pabrik dan peralatan, dan ketiga, nilai wajar diperuntukkan untuk aset tetap
khusus yang tidak memiliki basis data pasar. Ketiga aspek yang mendasari nilai wajar tersebut
bila dihubungkan dengan basis nilai dalam pemahaman Standar Penilaian Indonesia (SPI)
langsung. Teknik ini dalam penilaian properti sebagai aset tetap sering dikenal sebagai
pendekatan data pasar (market data approach), karena menggunakan data pembanding yang
Untuk hirarki kedua, nilai wajar dapat diperoleh dari suatu teknik penilaian yang tidak
menggunakan data pasar langsung, namun hasil penilaian yang diharapkan tetap
manggambarkan nilai pasar yang ditentukan seorang penilai secara professional. Memahami hal
tersebut, penilai dapat saja menggunakan pendekatan penilaian lainnya, seperti pendekatan
pendapatan (income approach) atau pendekatan biaya (cost approach). Meskipun kedua
pendekatan ini tidak menggunakan data pasar langsung, tetapi penilai dapat menggunakan data
pasar tidak langsung (hasil analisis dan riset) sebagai inputan sehingga nilai yang dikeluarkan
Untuk hirarki ketiga, nilai wajar diperoleh dari suatu kondisi properti yang jarang atau
tidak dapat diperjualbelikan secara langsung, kecuali sebagai entitas usaha. Untuk itu, inputan
data yang terbatas lebih dilihat dari kepentingan entitas dan tetap menggunakan pendekatan
pendapatan atau pendekatan biaya dengan metode biaya pengganti terdepresiasi (depreciated
replacement cost).
Kalau melihat lebih jauh dari ketiga hirarki di atas, hirarki pertama tidak hanya
diperuntukkan untuk tanah dan bangunan saja. Hirarki pertama diperuntukkan juga untuk jenis
aset yang bersifat likuid seperti motor yang tentu saja dapat diukur dengan data pasar langsung.
Bagan hirarki seperti yang dimaksud oleh PSAK 16 dalam konteks
Hasil yang diperoleh bila menggunakan proses seperti gambar di atas akan dapat
berpengaruh dalam penentuan dasar penilaian yang dikeluarkan. Catatan untuk hal ini adalah:
1. Dasar penilaian seperti nilai pasar atau nilai lainnya, terikat kepada seorang penilai
dapat saja berbeda dengan penilaian untuk tujuan lainnya seperti untuk tujuan
penjaminan;
4. Penilai seharusnya memahami benar apa yang dimaksud oleh standar akuntansi keuangan
dalam penentuan nilai wajar. Dengan menggunakan bagan proses seperti gambar di atas
bahwa apakah nilai pasar sama dengan nilai wajar? maka secara prinsip nilai pasar
sama dengan nilai wajar. Namun nilai wajar belum tentu sama dengan nilai pasar. Karena
direvaluasi. Jika nilai wajar dari suatu aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap mengalami perubahan
nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Revaluasi
tahunan seperti ini tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan. Namun
demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali
Apabila suatu aset tetap direvaluasi, akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi
1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto dari
aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasian.
Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk
eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini
Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokan aset yang memiliki sifat dan kegunaan
yang serupa dalam operasi normal entitas. Kelompok dari aset yang terpisah seperti tanah, tanah
dan bangunan, mesin, kapal, pesawat udara, kendaraan bermotor, perabotan, dan peralatan
kantor.
Aset-aset dalam suatu kelompok aset harus direvaluasi secara bersamaan untuk
menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainnya
pada saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara bergantian
(rolling basis) sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut dapat diselesaikan secara lengkap
ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan
laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui
Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporan
laba rugi. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebit ke ekuitas pada
bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus untuk aset
tersebut.
Surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas dapat dipindahkan
langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi
pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau pelepasan aset tersebut.
Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan aset
oleh entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar
perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dengan jumlah
penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi ke saldo
Jika dalam suatu entitas terdapat aset tetap yang tersedia untuk dijual, maka perlakuan
(a) disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset
sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya.
Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk
(b) dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi
disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering
3. ASET DENGAN MASA MANFAAT LEBIH DARI SATU TAHUN TETAPI TIDAK
UNTUK DIGUNAKAN
Beberapa perusahaan memiliki aset yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun,
tetapi perusahaan tidak menggunakan aset tersebut dalam operasi perusahaan sehari-hari, maka
properti (tanah atau bangunan-atau bagian dari bangunan-atau keduanya) yang dikuasai
(oleh pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau
Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya transaksi termasuk
Setelah pengukuran awal perusahaan dapat memilih menggunakan metode biaya atau
nilai wajar.
bahwa, Impairment atau penurunan nilai terjadi apabila nilai tercatat aset lebih besar dari nilai
yang terpulihkan. Nilai terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar setelah
Menurut Kieso dkk (2011:571) berbagai kejadian dan perubahan situasi yang mungkin mengarah
c. Suatu perubahan terbalik yang signifikan dalam factor-faktor hukum atau iklim usaha
d. Suatu akumulasi biaya yang secara signifikan melebihi jumlah biaya awal yang
e. Suatu proyeksi atau peramalan yang menunjukkan kerugian terus menerus yang
Jika peristiwa atau perubahan situasi ini menunjukkan bahwa jumlah tercatat aset tidak
dapat dipulihkan, maka pengujian atas kemampuan pemulihan akan digunakan untuk
menentukan apakah suatu penurunan nilai telah terjadi. Dalam hal ini perusahaan harus
mengestimasi arus kas bersih masa depan yang diharapkan dari penggunaan aset tetap. Jika
jumlah arus kas bersih masa depan yang diharapkan (yang belum didiskonto) lebih kecil dari
jumlah tercatat aset, maka nilai aset menurun atau telah terjadi penurunan nilai aset. Sebaliknya,
jika jumlah arus kas bersih masa depan yang diharapkan (yang belum didiskonto) sama dengan
atau lebih besar dari jumlah tercatat aset, maka tidak ada terjadi penurunan nilai.
adanya penurunan nilai aset maka langkah selanjutnya adalah menghitung kerugian. Kerugian
penurunan nilai adalah jumlah dimana jumlah tercatat aset melebihi nilai wajarnya. Nilai wajar
aset dapat diukur dengan nilai pasar aset jika aset memiliki nilai pasar aktif. Jika tidak ada, maka
nilai sekarang dari arus kas bersih masa depan yang diharapkan harus digunakan. Kerugian
penurunan nilai ini tidak boleh dicatat sebagai pos luar biasa. Setelah kerugian penurunan nilai
dicatat, maka penurunan nilai tercatat aset digunakan untuk menjadi dasar biaya yang baru.
Kerugian penurunan nilai tidak dapat direstorasi atas aset yang ditahan untuk digunakan.
Ilustrasi 4.1. Apabila tidak terjadi penurunan nilai
PT Bumi Cipta Persada memiliki sebuat aset yang karena perubahannya memperlihatkan
adanya kemungkinan terjadinya penurunan nilai. Jumlah tercatat aset tersebut adalah Rp
2.000.000). Arus kas bersih yang diharapkan (yang belum didiskontokan) dari penggunaan aset
tetap dan disposisi akhirnya adalah Rp 6.500.000. Diasumsikan nilai pasar dari aset tersebut Rp
5.500.000.
Pengujian tentang kemampuan pemulihan menujukkan bahwa arus kas bersih masa depan
yang diharapkan sebesar Rp 6.500.000 adalah lebih besar dari jumlah tercatatnya sebesar Rp
PT Bumi Cipta Persada memiliki sebuat aset yang karena perubahannya memperlihatkan
adanya kemungkinan terjadinya penurunan nilai. Jumlah tercatat aset tersebut adalah Rp
2.000.000). Arus kas bersih yang diharapkan (yang belum didiskontokan) dari penggunaan aset
tetap dan disposisi akhirnya adalah Rp 5.800.000. Diasumsikan nilai pasar dari aset tersebut Rp
5.500.000.
Pengujian tentang kemampuan pemulihan menunjukkan bahwa arus kan bersih masa
depan yang diharapkan sebesar Rp 5.800.000 adalah lebih kecil dari jumlah tercatatnya sebesar
PT Bumi Cipta Persada membeli peralatan pada tanggal 1 januari 2010 sebesar Rp
3.000.000 dan umur ekonomisnya 3 tahun dan tidak memiliki nilai residu.
Pada tanggal 31 Desember 2010, Perusahaan mengakui kerugian penurunan nilai sebesar Rp
Beban penyusutan dan nilai wajar setelah penurunan nilai dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
960.000 dan lebih besar dari nilai wajarnya sebesar Rp 900.000 dan perusahaan mengakui
Restorasi dari kerugian penurunan nilai dimasukkan ke dalam akun pendapatan lain dan beban di
laporan laba rugi komprenhensif. Nilai wajar dari peralatan sekarang sebesar Rp 960.000 (Rp
Perhitungan restorasi kerugian penurunan nilai dibatasi dengan nilai wajar yang hasil
penurunannya tidak terjadi. Misalnya, nilai wajar dari peralatan tersebut pada akhir tahun 2011
seharusnya Rp 1.000.000 dan diasumsikan tidak ada penurunan nilai. Restorasi sebesar Rp
60.000. diizinkan karena nilai wajar dari perlatan sebesar Rp 960.000 apabila nilai restorasi
diatas Rp 100.000 maka restorasi tidak diizinkan karena nilai wajar perlatan tersebut diatas nilai
perolehan.
PSAK 48 diterapkan untuk akuntansi penurunan nilai terhadap aset tetap. Penurunan nilai
terhadap unsur-unsur aset lain memiliki standarnya masing-masing seperti berikut ini:
2. Aset yang timbul dari kontrak konstruksi (PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi)
4. Aset yang timbul dari imbalan kerja (PSAK 24: Imbalan kerja)
5. Aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan:
6. Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (PSAK 13: Properti Investasi)
7. Biaya Akuisisi tangguhan dan aset tidak berwujud, yang timbul dari hak kontraktual
penanggung berdasarkan kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup (PSAK 28:
Kontrak Asuransi)
8. Aset tidak lancer (atau kelompok lepasan) yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual
sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan.
BERWUJUD
Pengeluaran ini bertujuan untuk memperpanjang masa manfat ekonomi di masa yang akan
datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi atau peningkatan kinerja. Menurut
Kieso dkk (2011:531) pengeluaran ini dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu pengeluaran
a. Revenue Expenditure
akan memberi manfaat dalam periode berjalan atau biaya-biaya yang terjadi untuk
mempertahankan efisiensi aset tetap dalam operasi perusahaan yang normal. Pengeluaran ini
dicatat sebagai beban dalam laporan laba-rugi periode berjalan dan tidak dikapitalisasi sebagai
b. Capital Expenditure
Capital Expenditure atau pengeluaran modal adalah pengeluaran yang dikeluarkan dalam
rangka memperoleh aset tetap dan memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Berikut ini
adalah empat jenis biaya yang termasuk kedalam pengeluaran modal yaitu:
1. Biaya penambahan
Biaya ini bertujuan untuk memperluas dan peningkatan fasilitas yang sudah ada.
Perusahaan harus mengkapitalisasi biaya ini. Contoh dari biaya ini adalah penambahan suatu
sayap bangunan pada rumah sakit dan penambahan sistem pendingin pada sebuah kantor.
Ilustrasi 5.1. PT Bumi Cipta Persada menambah teras pada gedung yang telah dimiliki sebesar
Biaya ini akan meningkatkan potensi pelayanan masa depan dari aset tetap tersebut dan
pengeluaran ini harus dikapitalisasi. Biaya perbaikan (improvements) adalah penggantian aset
yang sekarang dengan aset lain yang lebih baik seperti penggantian pipa plastik dengan pipa
besi. Sedangkan biaya penggantian (replacement) adalah subsitusi dari aset yang sama seperti
Ilustrasi 5.2. PT Bumi Cipta Persada mengganti mesin produksi perusahaannya sebesar Rp
Biaya ini merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk memberikan manfaat diperiode
masa depan. Namun, hal yang penting disini adalah apakah biaya yang terjadi akan dikapitalisasi
atau diakui sebagai beban. Jika biaya ini terjadi sebelum aset tetap tersebut berada dilokasi dan
pada kondisi yang diperlukan memulai operasi maka dilakukan kapitalisasi. Misalnya
penyusunan kembali dan pemasangan kembali sekelompok mesin untuk memudahkan produksi
dimasa depan.
Reparasi biasa adalah pengeluaran yang dilakukan untuk digunakan. Pengeluaran ini
dapat dibebankan ke akun beban selama periode terjadinya, atas dasar bahwa periode
Bangunan tersebut tidak pernah dicat sejak pembangunannya ditahun 2010. Maka ayat
Reparasi besar mengakui keuntungan dan kerugian serta mengkapitalisasi biaya reparasi
besar.
Ilustrasi 5.4. gudang dari sebuah perusahaan produsen barang-barang teknologi memiliki
trails jendela dari besi biasa yang kemudian diganti menjadi besi baja sebesar Rp
150.000.000.
Ayat jurnal untuk mencatat transaksi reparasi besar tersebut adalah sebagai berikut:
Secara umum pengeluaran pada kelompok ketiga dan keempat terdiri dari dua jenis yaitu
6. PENGUNGKAPAN
Terkait Property, Plant dan Equipment, Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto
b. metode depresiasi yang digunakan
c. masa manfaat dari tarif penyusutan yang digunakan;
d. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi kerugian
pembuangan diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5 dan
pelepasan lainnya
akuisisi melalui kombinasi bisnis
bertambah atau berkurang akibat revaluasi bawah paragraf 31, 39 dan 40
dan dari kerugian penurunan nilai diakui atau terbalik di pendapatan komprehensif