Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PSAK 73 – “ SEWA DAN PERBANDINGAN DENGAN PSAK 30”

Dosen Pengampu :
Dr. Jumirin Asyikin, M, Si., Ak., CA

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Rizkyyaturraudah 2019310020
Sahla Muthia Faidah 2019310023
Nurul Aulia 2019310036
Ahmad Dinnur Kamil 2019310038
Hilda Tangkin 2019310043
Novia Meriska 2019310068
Devi Permata Sari 2019310080

Program Studi Akuntansi


SEKOLAH ILMU EKONOMI INDONESIA
(STIE INDONESIA) BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam kami ucapkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat
Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai PSAK 73 – “ Sewa dan Perbandingan dengan
PSAK 30”
Terima kasih yang dalam kami ucapkan kepada Dr. Jumirin Asyikin, M, Si., Ak., CA.
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Stabdar Akuntansi Keuangan. Tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada teman- teman dan penulis literatur sumber yang telah kami
gunakan untuk membantu kesempurnaan penulisan makalah ini.

Kami berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi
kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Dalam penulisan makalah ini, kami
telah berusaha dengan segenap kemampuan. Tetapi kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan kami, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Demikian makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Banjarmasin , November 2021

Penulis

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian sewa.......................................................................................................5
B. Klasifikasi Sewa......................................................................................................5
C. Transaksi jual dan Sewa Balik.................................................................................11
D. Perbedaan PSAK 70 dengan PSAK 30....................................................................14
E. Klasifikasi Leasing..................................................................................................15
F. Perbandingan PSAK 73: SEWA dan PSAK 30: SEWA.........................................17
G. Dampak atas penerapan PSAK 73...........................................................................19
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sewa adalah suatu perjanjian dimana pihak yang menyewakan (lessor) memberikan hak
kepada penyewa atau fessee untuk menggunakan suatu asset selama periode waktu yang
disepakati dengan biaya sewa.
Berdasarkan substansi ekonomi, sewa beragam mulai dari kasus yang tidak lebih dari
perjanjian sewa operasi (misalnya lessee menyewa gedung pertemuan dari lessor selama satu
bulan) hingga kasus yang berujung pada pembelian fasilitas pembiayaan (misalnya lessee
membeli hak untuk menggunakan mesin fotocopy selama umur masa manfaatnya, namun
membayar penggunaannya melalui pembayaran berkala).
Sesuai dengan prinsip "mengutamakan substansi daripada bentuk, setiap sewa harus
ditentukan substansi ekonominya dan mendapat perlakuan akuntansi yang tepat. Di Indonesia,
standar yang mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk sewa adalah PSAK 30.

B. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan Sewa?
b) Apa saja klasifikasidari Sewa?
c) Apa perbedaan PSAK 73 dengan PSAK 30?
d) Bagaimana akuntansi untuk lessee?
e) Bagaimana akuntansi untuk Lessor?
C. Tujuan
1) Mengetahui dan memahami pengertian Sewa
2) Mengetahui dan memahami klasifikasiSewa
3) Mengetahui perbedaan PSAK 73 dengan PSAK 30
4) Mengetahui akuntansi untuk lessee
5) Mengetahui akuntansi untuk Lessor
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sewa
Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan kepada lessee hak untuk
menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya,
lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.
Suatu perjanjian atau komitmen sewa dapat memuat suatu persyaratan untuk
menyesuaikan pembayaran sewa karena perubahan dalam konstruksi atau biaya akuisisi
properti sewaan atau karena perubahan dalam ukuran biaya atau nilai lainnya, seperti
tingkat harga umum, atau biaya pembiayaan yang dikeluarkan lessor. Perubahan ini terjadi
selama periode antara awal sewa dan awal masa sewa. Dalam hal demikian, untuk tujuan
Pernyataan ini, pengaruh berbagai perubahan tersebut dianggap telah terjadi pada awal
sewa.
Definisi sewa termasuk kontrak untuk menyewa aset dengan suatu persyaratan yang
memberikan opsi kepada penyewa untuk memperoleh hak milik atas aset dengan
memenuhi ketentuan yang disepakati. Kontrak ini sering disebut sebagai kontrak sewa beli.
PSAK 73: Sewa merupakan adopsi dari IFRS 16 Leases, yang telah disahkan oleh
DSAK IAI pada tahun 2017 lalu. PSAK 73 ini memperkenalkan model akuntansi tunggal
khususnya untuk penyewa (lessee) yang memberikan dampak substansial perlakuan
akuntansi atas sewa dan mengharuskan lessee untuk mencatat kontrak sewa dalam model
tunggal sebagai aset hak guna (right-of-use asset) dan liabilitas sewa dalam laporan posisi
keuangan. Dalam PSAK 73 ini ditetapkan prinsip pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan atas sewa dengan memperkenalkan model akuntansi tunggal khususnya
untuk penyewa.

B. Klasifikasi Sewa

Untuk tujuan akuntansi, PSAK 30 membagi sewa ke dalam dua kategori utama:
a. Sewa operasi adalah yang tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
b. Sewa pembiayaan yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat
yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan,
dapat juga tidak dialihkan.
Klasifikasi sewa yang digunakan dalam PSAK 30 ini di dasarkan atas sejauh
mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan asset sewaan berada pada
lessor atau lessee.
Klasifikasi sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan pada substansi
transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Indikator dalam menentukan klasifikasi
sewa ini sendiri terdiri atas:
a.Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa
b. Lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada
awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan.
c.Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik
tidak diahlikan
d. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minuman secara
substansial mendekati nilai wajar aset sewaan.
e.Aset sewaan bersifat khusus dimana hanya sessee yang dapt menggunakannya tanpa
perlu modifikasi secara material.
PSAK 30 lebih jauh menyebutkan indicator dari situasi secara individual atau
gabungan dapat juga menunjukkan bahwa sewa diklasifikasikan sabagai pembiayaan
adalah:
 Jika lessee dapat membatalkan sewa maka rugi lessor yang terkait dengan
pembatalan ditanggung oleh lessee
 Laba atau rugi dari fluktuasi nilai wajar nilai residu dibebankan kepada lessee
 Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa pada periode kedua
dengan nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari pasar rental
a. Sewa Operasi
Perlakuan Akuntansi oleh Lessee
Dalam pembukuan lessee PSAK 30 mensyaratkan bahwa pembayaran sewa
diakui sebagai beban sewa dalam laporan laba rugi komprehensif. PSAK 30 lebih
lanjut mensyaratkan bahwa beban ke laporan laba rugi komprehensif diakui dengan
dasar garis lurus selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih
mencerminkan pola waktu dari manfaat asset yang dinikmati pengguna. Dengan
demikian, jumlah yang diakui bisa tidak sama dengan jumlah yang dibayarkan untuk
setiap periode periode akuntansi. Hal ini demi menjamin prinsip penandingan yang
memadai.

Perlakuan Akuntansi oleh Lessor


Bagi lessor, asset yang dimiliki oleh sewa operasi harus tetap dicatat dalam
pembukuan sebagai asset tetap. Oleh karena itu asset ini harus diperlakukan sesuai
dengan PSAK I dan kebijakan akuntansi (misalnya metode penyusuta) serupa yang
digunakan untuk memperhitungkan asset tetap lain yang sifatnya sama. Pembayaran
sewa yang diterima harus diakui sebagai pendapatan sewa dalam laporan laba rugi
komprehensif. PSAK 30 mensyaratkan hahwa pendapatan sewa diakui dengan dasar
garis lurus selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain byang lebih
mencerminkan pola waktu dimana manfaat penggunaan asset sewaan menurun.
Untuk biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh lessor dalam proses negosiasi dan
pengaturan sewa operasi, PSAK 30 mensyaratkan bahwa biaya itu ditambahkan
kejumlah tercatat dari asset sewaan dan diakui sebagai beban selama masa sewa
dengan dasar yang sama dengan pendekatan sewa.

Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Lessee


Dalam sewa operasi, PSAK 30 mensyaratkan bahwa lessee minimal mengungkapan
komitmen modal terkait pembayaran sewa di masa depan, beban sewa yang
dibebankan ke laporan laba rugi, dan penjelasan umum tentang perjanjian sewa.
Secara khusus. paragraph 3 PSAK 30 mensyaratkan pengungkapan berikut.
1. Jumlah pembayaran sewa minimum di masa depan dalam sewa operasi yang tidak
dapat dibatalkan untuk setiap periode berikut.
 Sampai dengan satu tahun
 Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
 Lebih dari lima tahun
2. Jumlah pembayaran sewa lanjut minimum di masa depan, yang dihitung pada
tanggal pelaporan, yang diperkirakan akan diterima dalam kontrak sewa lanjut
yang tidak dapat dibatalkan.
3. Pembayaran sewa dan sewa lanjut yang diakui sebagai beban dalam periode
berjalan. dengan pengungkapan terpisah untuk masing masing jumlah pembayaran
sewa minimum. rental kontinjen, dan pembayaran sewa lanjut.
4. Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessee yang material, yang meliputi namun
tidak terbatas dalam hal hal berikut.
 Dasar penentuan utang rental kontinjen.
 Ada atau tidaknya klausl klausul yang berkaitan dengan opsi
perpanjangan atau opsi pembelian dan eskalasi beserta persyaratannya.
 Pembatasan pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa seperti
pembatasan dividen, utang tambahan, dan sewa lanjutan.

Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Lessor


Dalam sewa operasi, PSAK 30 mensyaratkan bahwa lessor minimal
mengungkapkan perincian asset sewaan dan penjelasan umum tentang perjanjian
sewa. Secara khusus paragraph (lima enam) PSAK 30 mensyaratkan pengungkapan
berikut.
1) Jumlah pembayaran sewa minimum di masa depan dalam sewa operasi yang tidak
dapat dibatalkan untuk setiap periode berikut.
 Sampai dengan satu tahun
 Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
 Lebih dari lima tahun
2) Jumlah rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan c.
Penjelasan umum isi perjanjian lessor yang material

b. Sewa Pembiayaan
Dalam sewa pembiayaan, prosedur akuntansinya adalah sebgai berikut:
1) Asset sewaan dilakukan seolah-olah asset itu telah dijual kepada lessee. Aseet
itupun dicatat sebagai asset tetap dalam pembukuan lessee.
2) Fasilitas pembiayaan terkait dicatat sebagai liabilitas (utang sewa) dalam
pembukuan lessee, dan sebagai asset (piutang usaha) dalam pembukuan
lessor.

Perlakuan Akuntansi oleh lessee


PSAK 30 mensyaratkan bahwa asset sewa pembiayaan dicatat sebagai asset
tetap dalam pembuaan lessee. Jumlah yang dikapatalisasi adalah nilai wajar asset pada
awal masa sewa atau nilai kini dari pembayaran sewa minuman, jika nilai kini lebh
rendah dari nilai wajar.
Tingkat diskonto yang digunakan dalam perhiungan nilai kini dari pembayaran
sewa minuman adalah tingkat bunga implicit dan sewa. Namun, jika tingkat bunga
implicit tidak dapat ditentukan secara praktis, maka tingkat pinjaman incremental
lessee digunakan sebagai factor dikonto.
Aset sewaan dalam sewa pembiayaan yang dicatat sebagai asset tetap dalam
pembukuan lessee harus diperlakukan sesuai dengan PSAK 16 dan kebijakan
akuntansi serupa yang digunakan untuk memperhitungkan asset tetap lain yang
sifatnya sama.
Aset sewaan harus disusutkan selama umur manfaatnya jika lessee akan
mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa. Jika tidak, asset itu harus
disusulkan secara penuh selama jangka waktu yang lebih pendek antara periode masa
sewa atau umur manfaatnya.
PSAK 30 juga mensyaratkan bahwa lessee mencatat kewajiban yang timbul
dari sewa pembiayaan dalam jumlah yang sama dengan asset sewaan. Untuk
pembayaran sewa berkala. PSAK 30 mensyaratkan bahwa pembayaran harus
dipisahkan menjadi bagian yang merupakan beban keuangan (beban bunga) dan
bagian yang merupakan pelunasan liabilitas.
Pada umumnya, beban bungan harus dialokasikan menggunakan metode suku
bunga efektif agar menghasilkan suku bunga periodic konstan untuk sisa liabilitas
pada setiap periode selama masa sewa. Dalam praktiknya, beberapa bentuk
aproksimasi (misalnya 'metode jumlah-angaka-tahun' atau 'metode garis lurus) dapat
pula digunakan.
Dengan demikian, dalam sewa pembiayaan, lessee akan mencatat asset sewaan
dan liabilitas terkait seolah-olah asset itu dibeli dengan fasilitas pembiayaan.
Pembayaran sewa berkala harus diperhitungkan sebagai pembayaran jumlah pokok
dalam utang sewa dan juga pembayaran beban bunga. Dapat dilihat bahwa dalam sewa
pembiayaan, lessee mencatat dua unsur beban terkait sewa pembiayaan: beban bunga
dan beban penyusutan.

Perlakuan Akuntansi oleh Lessor


Untuk lessor, asset sewa pembiayaan pada dasarnya dijual kepada lessee. Oleh
karenanya, PSAK 30 menyatakan bahwa asset yang dimiliki dalam sewa pembiayaan
harus dicatat dalam pembukuan lessor bukan sebagai asset tetap, melainkan sebagai
piutang.

PSAK 30 lebih lanjut mensyaratkan bahwa piutang itu disajikan dalam laporan
posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto', yang
didefinisikan dalam paragraph 4 sebagai 'investasi sewa bruto penghasilan biaya
tangguhan”

Dalam praktiknya, akun piutang sewa biasanya dicatat sebesar jumlah yang
sama dengan investasi sewa bruto. yang didefinisikan dalam paragraph 4 sebagai
'penjumlahan agregat dari pembayaran sewa minimum yang akan diterima lessor dan
nilai residu yang tidak dijamin yang menjadi hak lessor. Penghasilan pembiayaan
tangguhan (yang didefinisikan dalam paragraph 4 sebagai 'selisih antara investasi
sewa bruto dan nilai kininya) dicatat dan diperhitungkan secara terpisah. Diakhir
setiap periode, akun penghasilan pembiayaan tangguhan dikurangkan dari akun
piutang sewa untuk menghasilkan jumlah investasi sewa neto.

PSAK 30 menyatakan bahwa pengakuan penghasilan pembiayaan didasarkan


pada pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodic yang konstan
atas investasi neto lessor dalam sewa pembiayaan. Untuk mencerminkan tingkat hasil
periodic konstan, metode suku bunga efektif harus digunakan. Dengan demikian,
dalam sewa pembiayaan lessor harus:
a) Menentukan investasi bruto dan nilai kininya untuk menghitung nilai tercatat
piutang sewa (investasi bruto) dan jumlah pendapatan bunga yang diakui selama
masa sewa (selisih antara investasi bruto dan nilai kininya); dan
b) Membuat schedule amortisasi menentukan jumlah pendapatan bungan yang
diakui disetiap periode. Perlu diperhatikan bahwa dari sudut pandang lessor,
pengaruh penghasilan dari sewa pembiayaan hanya berupa penghasilan
pembiayaan yang diakui disetiap periode. Tidak ada beban penyusutan karena
tidak ada asset tetap yang dicatat.

Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Lessee


Dalam sewa pembiayaan, PSAK 30 mensyaratakan lessee minimal
mengungkapkan asset sewaan, analisis liabilitas sewa, dan penjelasan umum tentang
perjanjian sewa. Secara khusus. paragraph 31 PSAK 30 mensyaratkan pengungkapan
berikut.
1. Jumlah neto nilai tercatat untuk setiap kelompok asset pada tanggal pelaporan
2. Rekonsiliasi antara pembayaran sewa minimum pada tanggal pelaporan dengan
nilai kininya.
3. Jumlah agregat pembayaran sewa minimum pada tanggal pelaporan dan nilai
kininya
untuk setiap periode berikut
 Sampai dengan satu tahun
 Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
 Lebih dari lima tahun
4. Rental kontinjen yang diakui sebagai behan dalam periode berjalan
5. Total perkiraan penerimaan pembayaran sewa lanjut minimum di masa depan
dari kontrak sewa lanjut yang tidak dapat dibatalkan pada tanggal pelaporan
6. Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessee yang material yang meliputi namun
tidak terbatas pada hal hal berikut.
 Dasar penentuan utang rental kontinjen.
 Ada atau tidaknya klausl klausul yang berkaitan dengan opsi perpanjangan
atau opsi pembelian dan eskalasi beserta persyaratannya.
 Pembatasan pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa seperti
pembatasan dividen, utang tambahan, dan sewa lanjutan..

Lebih lanjut, paragraph 23 tidak memperbolehkan saling hapus asset sewaan


terhadap debilitas sewa dalam laporan posisi keuangan. Selain itu, jika pembedaan
menjadi lancar/ tidak lancar disertakan dalam laporan posisi keuangan, pembedaan
yang sama harus disertakan untuk liabilitas sewa.

Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Lessor


PSAK 30 mensyaratkan bahwa lessor minimal mengungkapkan analisis piutang
sewa dan penjelasan umum tentang perjanjian sewa secara khusus, paragraph 4lima
PSAK 30 mensyaratkan pengungkapan berikut.
a) Rekonsiliasi antara investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa
minimum pada tanggal pelaporan.
b) Jumlah investasi secara bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa minimum
pada tanggal pelaporan untuk setiap periode berikut.
 Sampai dengan satu tahun
 Satu tahun sampai dengan lima tahun
 Lebih dari lima tahun 1
c) Penghasilan pembiayaan tangguhan
d) Nilai residu yang tidak dijamin yang diakru sebagai laba lessor
e) Akumulasi penyisihan piutang tak tertagih atas pembayaran sewa minimum
f) Rental kontinjen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan
g) Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor yang material.

C. Transaksi Jual dan Sewa Balik


Transaksi jual dan sewa balik adalah transaksi yang didalamnya pemilik suatu asset
menjual asset itu kepada pihak lain dan segera menyewanya kembali.
Pada praktiknya, transaksi penjualan dan penyewaan kembali biasanya dilakukan
oleh lessor untuk mengatasi masalah arus kas. Lessee menerima harga borongan
untuk hasil penjualan pada saat asset itu dijual, namun hanya perlu membayar biaya
rental secara periodic dalam kontrak sewa, disamping memegang hak untuk
menggunakan asset yang sama.
Persoalan akuntansi utama yang berhubungan dengan transaksi jual dan sewa
halik muncul dalam pembukuan lessee. Terdapat dua permasalahan utama antara
lain:
1. Apabila harga jual ditetapkan pada nilai pasar wajar bagaimana keuntungan
maupun kerugian transaksi penjualan harus diperhitungkan
a) Sewa Operasi
Jika suatu transaksi jual dan sewa balik tidak mengembalikan resiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan asset kepada lessee, maka
transaksi penjualan itu pada dasarnya merupakan transaksi penjualan.
Sehubungan dengan hal itu, PSAK 30 menyatakan bahwa semua laba
atau rugi transaksi penjualan itu harus diakui segera.
b) Sewa Pembiayaan
Jika suatu transaksi jual dan sewa balik mengalihkan semua resiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan asset sewaan kepada lessee,
maka pada dasarnya tidak ada transaksi penjualan yang terjadi.
Sebagaimana diatur dalam PSAK 30, jika transaksi jual dan sewa balik
merupakan sewa pembiayaan, maka selisih lebih hasil penjualan dari
nilai tercatat (nilai buku) tidak dapat diakui segera sebagai pendapatan
dalam laporan laha rugi lessee. Kelebihan itu justru harus ditangguhkan
dan diamortisasi selama masa sewa.
2. Apabila harga jual sengaja ditetapkan lebih rendah atau lebih tinggi dari nilai
pasar wajar guna mengakomodasi biaya rental yang lebih tinggi atau lebih
rendah dari harga pasar, bagaimana laba atau rugi pada penjualan awal dan sewa
selanjutnya atau penyewaan asset harus diperhitungkan.
 Sewa Operasi
Jika harga jual sengaja ditetapkan diatas nilai wajar guna
mengakomodasi biaya rental yang lebih rendah atau lebih tinggi dari
harga pasar, PSAK 30 menyatakan bahwa kelebihan atas nilai wajar
harus ditangguhkan dan diamortisasi selama periode penggunaan asset.
Dengan demikian, dalam kasus semacam itu laba atau rugi yang timbul
dari transaksi penjualan harus mencakup kelebihan harga jual atas nilai
wajar harus ditangguhkan dan diamortisasi dan selisih antara nilai wajar
dan nilai tercatat asset harus diakui segera. Dilain pihak jika harga jual
sengaja ditetapkan dibawah nilai wajar guna mengakomodasi, biaya
rental yang lebih rendah dari harga pasar PSAK 30 menyatakan bahwa
semua bentuk laba atau rugi harus ditangguhkan dan diamortisasi secara
proporsional dengan pembayaran sewa selama periode penggunaan
asset ]. Jiks rugi tidak dikompensasi dalam sewa di masa depan dibawah
nilai pasar, maka rugi itu barus diakui segera. Umumnya situasi ini
jarang terjadi dan terbatas pada kasus kasus per antara harg jual dan nilai
wajar tidak material akibat ketidaksempurnaan pasar.
 Sewa Pembiayaan
Jika transaksi jual dan sewa balik menipakan sewa pembiayaan dan
khususnya apabila harga jual sengaja ditetapkan maka transaksi tersebut
merupakan alat bagi lessor untuk memberikan pembiayaan bagi lessee
dengan asset sebagai jaminan. Oleh kerana itu dalam kasus ini selisih
antara hasil penjualan dan nilai tercatat ditangguhkan dan diamortisasi
selama masa sewa. Namu jika terdapat penurunan nilai yang tidak
bersifat sementara maka nilai tercatat asset itu harus diturunkan pada
nilai yang dapat dipulihkannya sesuai dengan ketentuan PSAK 16.

D. Perbedaan PSAK 73 dengan PSAK 30


PSAK 73 atas Sewa merupakan adopsi dari IFRS 16 Leases yang berisi standar tunggal
atas sewa karena akan menggantikan seluruh standar yang terkait dengan pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas sewa yang ada selama ini, salah satu
diantaranya yaitu PSAK 30 mengenai Sewa. PSAK 73 atas sewa bertujuan untuk
melaporkan model akuntansi tunggal untuk penyewa (lessee) dengan mengklasifikasikan
sewa sebagai sewa pembiayaan dan bagi pesewa (lessor) tidak ada perubahan aturan,
sehingga tetap mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi.

Menurut PSAK 73, suatu kontrak merupakan atau mengandung sewa jika kontrak
tersebut memberikan hak untuk mengendalikan penggunaan aset identifikasian selama suatu
jangka waktu untuk dipertukarkan dengan imbalan. Berbeda halnya dengan PSAK 30,
hampir dapat dipastikan bahwa semua sewa masuk kategori sewa pembiayaan karena syarat
untuk menjadi sewa operasi menurut analisa peneliti menjadi lebih ketat. Sewa
dikategorikan menjadi sewa operasi apabila memenuhi 2 syarat, yaitu:
1) Sewa jangka pendek
Sewa jangka pendek merupakan sewa yang lamanya kurang dari atau sama dengan 12
bulan.
2) Sewa yang aset pendasamya bernilai rendah.
Aset pendasar dianggap bernilai rendah hanya jika penyewa mendapat manfaat dari
pengunaan aset pendasar secara terpisah atau bersamaan dengan sumber daya lain
yang telah tersedia untuk penyewa: dan aset pendasar tidak memiliki ketergantungan
yang tinggi, atau memiliki interelasi yang tinggi dengan aset lain. Contoh aset
pendasar bemilai rendah dapat mencakup komputer tablet dan komputer personal,
furnitur kantor yang ringkas, dan telepon.
PSAK 73 berbeda cukup signifikan dengan PSAK 30 baik sebelum maupun sesudah
adopsi IFRS. Pada PSAK 30 sebelum adopsi IFRS, kategori sewa menjadi sewa pembiayaan
dari sisi lessee cukup ketat yaitu harus memenuhi seluruh kriteria sewa pembiayaan,
sementara PSAK 30 sesudah adopsi IFRS apabila satu kriteria saja sudah memenuhi maka
klasifikasi sewa menjadi sewa pembiayaan. PSAK 73 klasifikasi yang lebih ketat
diperlakukan untuk sewa operasi dimana seluruh kriteria harus terpenuhi untuk menjadi
sewa operasi dimana hampir otomatis sewa akan masuk kategori sewa pembiayaan, yang
artinya lessee harus mengakui aset sewa hak guna, liabilitas sewa hak guna, depresiasi aset
sewa hak guna, serta pengakuan biaya bunga.

Sebelumnya pada PSAK 30, sewa mensyaratkan penyewa dan pesewa untuk
mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi dan mencatat
kedua jenis sewa tersebut secara berbeda. Model tersebut dikritisi tidak mampu memenuhi
kebutuhan pengguna laporan keuangan karena tidak selalu memberikan representasi yang
tepat atas transaksi penyewaan. Khususnya, model tersebut tidak mensyaratkan penyewa
untuk mengakui aset dan liabilitas yang timbul dari sewa operasi.
Sedangkan pada PSAK 73, sewa menetapkan prinsip pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan atas sewa dengan memperkenalkan model akuntansi tunggal
khususnya untuk penyewa (lessee). Penyewa disyaratkan untuk mengakui aset hak-guna
(right-of-use assets) dan liabilitas sewa.

E. Klasifikasi Leasing
Kegiatan leasing erat kaitannya dengan istilah lessor dan lessee. Lessor adalah.
perusahaan pembiayaan atau perusahaan leasing dalam konteks Sewa Guna Usaha (SGU)
menyewakan suatu asset kepada pihak yang membutuhkan. Sedangkan Lessee adalah
pihak yang menyewa guna usaha barang modal dari fessor(seperti nasabah pada bank).
Kegiatan menyewa itu sendiri terdiri dari :
1. Finance Lease
Finance Lease adalah suatu kegiatan Sewa Guna Usaha yang memindahkan seluruh
risiko dan manfaat yang terkandung dalam asset tersebut dari seorang pemilik sewa
guna usaha lessor kepada lessee. Finance Lease dipecah lagi menjadi
a. Sales Type Lease Lease penjualan ini biasanya dilakukan oleh perusahaan industry
yang menjualn lease barang dari hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease,
ada dua macam pendapatan yang diakui, yaitu pendapatan penjualan barang dan
pendapatan bunga atas pembelanjaan selama jangka waktu lease. Direct Finance
Lease merupakan suatu bentuk transaksi leasing dimana lessor
b. Direct Finance Lease.
Direct Finance Lease merupakan suatu bentuk transaksi leasing dimana lessor suatu
barang atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang
tersebut kepada lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi barang yang akan di-
leasetersebut termasuk penentuan harga dan penentuan supplier dapat dilakukan
oleh lessee. Tujuan utama lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk
mendapatkan pembiayaan dengan cara leasing, guna memperoleh barang modal
yang dapat digunakan dalam proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas
produksi. edangkan proses pembelian mulaidari order pembelian dilakukan pihak
lessor dan semata-mata untuk kebutuhan lessee. Transaksi ini terjadi jika lesse
meminta lessor untuk membelikan suatu barang.
2. Operating Lease
Operating Lease adalah kegiatan sewa yang tidak memindahkan semua elemen
substansial seperti risiko dan manfaat atas asset yang disewa melainkan mencatatanya
hanya sebagai beban penyewaan.
Pihak lessee dan lessor harus memiliki kesepakatan terlebih dahulu mengenai jenis
asset yang akan disewakan, yaitu berupa Operating Lease/Finance Lease karena
berpengaruh pada model penghitungan dan pencatatan pengakuan atas asset tersebut.
Suatu transaksi leasing dapat dikatakan sebagai sebuah Finance Lease apabila memenhi
setidaknya 1 dari 5 kriteria berikut:
 Kegiatan leasing tersebut memungkinkan terjadinya pengalihakn hak kepemilikan
atas kekayaan kepada penyewa pada akhri masa penyewaan
 Adanya kemungkinan bagi penyewa untuk membeli asset tersebut (mengandung
persyaratan pembelian di bawah harga)
 Masa penyewaan tersebut adalah sama dengan 75% atau lebih dari perkiraan umur
ekonomis asset
 Nilai sekarang (present value) pada awal masa penyewaan sama dengan 90% atau
lebih dari Fair Value asset tersebut
 Apabila pada akhir masa sewa, asset tersebut tidak memilik kegunan alternative,
maka diasumsikan bahwa lessor telah mentransfer kepemilikan asset tersebut
kepada lessee.
F. Perbandingan Antara PSAK 73: SEWA dan PSAK 30: SEWA

N Perbedaan PSAK 30: SEWA PSAK73: SEWA


O
1 Penentuan klasifikasi leasing : sebuah lease agreement dapat Dalam PSAK 73, segala bentuk
finance/operating lease dikatakan sebagai finance lease lease agreement yang memiliki
hanya ketika memenuhi I dari jangka waktu lebih dari 1 tahun,
4 kriteria yang tersedia. Ketika sudah dianggap sebagai finance
tidak memenuhi satupun dari 4 lease. PSAK 73 juga menambahkan
kriteria tersebut, maka kegiatan satu kriteria baru. yaitu Alternative
leasing tersebut hanya Use. Apabila pada akhir masa sewa,
dianggap sebagai kegiatan asset tersebut tidak memilik
menyewa biasa sehingga kegunan alternative, maka
diakui sebagai beban sewa diasumsikan bahwa lessor telah
mentransfer kepemilikan kepada
asset lessee. tersebut. Sehingga
peristiwa leasing yang terjadi
termasuk finance lease. Khusus
leasing jangka pendek dapat
dikecualikan yaitu Lessee dapat
mengadopsi kebijakan akuntansi
untuk tidak mencatat transaksi
leasing yang berjangka waktu 121
bulan atau kurang.
2 Penyebab ISAK 25 dicabut Belum ada Melalui PSAK 73 ini telah
kejelasan/klasifikasi apakah dipaparkan dengan jelas/adanya
kontrak tertentu yang tidak klarifikasi mengenai apakah suatu
mengallihkan hak legal atas kontrak tertentu yang tidak
tanah merupakan transaksi mengalihkan hak legal atas tanah
sewa atau transaksi sewa atas merupakan transaksi sewa atau
transaksi pembelian tanah transaksi pembelian tanah. Hal ini
relevan dalam konteks perlakuan
akuntansi untuk ha katas tanah di
Indonesia yang telah ada dalam
ISAK 25
3 Pengakuan atas sewa Dalam PSAK 30, operating Dalam PSAK 73, dalam
leaser tidak masuk dalam penjurnalannya, leasing
balance sheet mengisyaratkan untuk mengakui
asset melalui right-of-use assets dan
liabilitas sewa terhadap 2
pengecualian opsional dalam
pengakuan aset dan liabilitas sewa,
yakni untuk:
 Sewa jangka-pendek
 Sewa yang aset pendasaranya
(underlying assets) bernilai-
rendah.
4 Ketentuan balance sheet Dalam PSAK 30 pemberitaan Dalam PSAK 73, yang tidak masuk
kriteria yang sama antara lease dalam balance sheet adalah short
dan lessor dalam menentukan term leases (<12bulan) dan low
suatu sewa value assets leases
5 Pedoman pengakuan atas sewa Dalam PSAK 30 pemberitaan PSAK 73 memperlakukan lessee
kriteria yang sama antara lease untuk melakukan pencatatan PSAK
dan lessor dalam menentukan 73 tidak memberikan pedoman yang
suatu sewa sama antara lessee dan lessor.
Lessee wajib melakukan kapitalisasi
atas sewa walaupun masa sewa
hanya 2 tahun dengan melakukan
pengakuan atas aset hak guna
6 Perlakuan perpajakan
7 Pencatatan sewa PSAK 30 memberikan opsi PSAK 73 mewajibkan menyewa
kepada perusahaan untuk untuk mencatat seluruh sewa, baik
memilih melaksanakan financial lease ataupun operating
pencatatan dengan metode lease untuk memanfaatkan suatu
financial lease ataupun asset selama masa manfaatnya.
operational lease

G. Dampak atas penerapan PSAK 73


a. Melalui pembaharuan regulasi SEWA melalui PSAK 73. perusahaan mendapat pedoman dan
ketentuan yang lebih jelas dalam pencatatan terutama yang berhubungan dengan asset
perusahaan. Sehingga, secara otomatis PSAK 73 menjadi controller bagi perusahaan agar
semakin patuh terutama dalam melakukan tindakan yang sejalan dengan etika keprofesian
b. Pembaharuan ini menuntut adanya penghitungan kembali atas key ratios dan KPIs perusahaan
sehingga akan secara otomatis sebagai pengukur kinerja perusahaan selama ini (apakah masih
on plan/tidak)
c. Peninjauan dan penghitungan kembali karena adanya regulasi yang baru ini, membuat
perusahaan semakin mengetahui kondisi/permasalahan antar departemen seperti bendahara
perusahaan, human resource, IT perusahaan, transfer pricing, bagian pajak,penjualan,
pembelian, dan sebagainya.
d. Perusahaan harus mengidentifikasi apakah suatu kontrak mengandung unsur leasing/tidak.
Kontrak bisa didefinisikan sebagai leasing jika memberikan pelanggan hak untuk mengontrol
penggunaan aset, properti, pabrik, atau peralatan yang diidentifikasi sebagai barang leasing
untuk setiap periode. Lebih detailnya, kontrol barang leasing dianggap berlaku jika pelanggan
memiliki hak untuk memperoleh semua manfaat substansial ekonomi dari penggunaan aset
dan hak untuk mengendalikan penggunaan barang leasing.
e. Ketidakpatuhan akan penerapan requirements yang baru dalam PSAK 73 akan menimbulkan
dampak yang lebih signifikan akrena sebagian besar leasing diakui di balance sheet
f. Hampir sebagian besar leasing dianggap sebagai finance lease. Finance Lease mensyaratkan
Lessee untuk mengakui beban bunga dan biaya amortisasinya. Akibatnya, Lessee biasanya
akan mencatat biaya yang lebih besar pada awal masa sewa untuk Finance Lease (jika
dibandingkan operating lease yang mensyaratkan biaya leasing harus diakui dengan metode
penyusutan garis lurus selama masa sewa).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara PSAK 30 dan
perubahannya, yaitu PSAK 73. PSAK 73 memperketat persyaratan sewa operasi dimana
syarat klasifikasi sewa pembiayaan menjadi lebih mudah dimana syarat untuk sewa operasi
harus memenuhi seluruh kriteria yaitu sewa aset herjangka pendek (kurang dari atau sama
dengan 12 bulan) dan aset bernilai rendah, jika tidak memenuhi 2 kriteria tersebut maka
otomatis diakui sebagai sewa pembiayaan.
Penerapan pedoman-pedoman dalam PSAK 73 dapat secara signifikan akan
mempengaruhi pendapatan, arus kas, total asset, perjanjian pinjaman, dan sebagainya, Cara
pengakuan atas asset yang berbeda akan berpengaruh pada produktifitas asset PSAK 73
memberikan kecenderungan untuk mengkapitalisasi semua asset sehingga akan
mempengaruhi nilai asset itu sendiri. PSAK 73 yang secara efektif akan diterapkan pada
Januaeri 2020 ini harus benar-benar dipelajari oleh perusahaan. Perusahaan setidaknya harus
mulai bersiap merencanakan mulai dari sekarang untuk menerapkan atau mengubah metode
pencatatan dan kontrol internal transaksi leasing sesuai dengan panduan kebijakan akuntansi
leasing yang baru. Sebaiknya, semua perusahaan menyediakan waktu/kesempatan khusus
untuk mempelajari PSAK 73 ini secara benar-benar matang mengingat pengaruh atas
pembaharuan ini sangat signifikan bagi hidup perusahaan. Pembelajaran secara lebih dini
akan membantu pihak perusahaan untuk mengetahui risiko potensial secara lebih awal dan
sehingga dapat merumuskan tindakan prefentif yang tentunya akan dapat menyelamatkan
berbagai aspek, seperti biaya, waktu dan tenaga dalam internal perusahaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/452146432/PERBANDINGAN-PSAK-30-DAN-PSAK-73-
041811333084
https://id.scribd.com/document/484734816/Perbandingan-PSAK-Pasal-30-and73
https://id.scribd.com/document/408354006/Psak-30-Dan-73-Makalah

Anda mungkin juga menyukai