Dosen Pengampu :
Dr. Jumirin Asyikin, M, Si., Ak., CA
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Rizkyyaturraudah 2019310020
Sahla Muthia Faidah 2019310023
Nurul Aulia 2019310036
Ahmad Dinnur Kamil 2019310038
Hilda Tangkin 2019310043
Novia Meriska 2019310068
Devi Permata Sari 2019310080
Puji syukur yang dalam kami ucapkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat
Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dalam makalah ini, kami membahas mengenai PSAK 73 – “ Sewa dan Perbandingan dengan
PSAK 30”
Terima kasih yang dalam kami ucapkan kepada Dr. Jumirin Asyikin, M, Si., Ak., CA.
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Stabdar Akuntansi Keuangan. Tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada teman- teman dan penulis literatur sumber yang telah kami
gunakan untuk membantu kesempurnaan penulisan makalah ini.
Kami berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi
kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Dalam penulisan makalah ini, kami
telah berusaha dengan segenap kemampuan. Tetapi kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan kami, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian sewa.......................................................................................................5
B. Klasifikasi Sewa......................................................................................................5
C. Transaksi jual dan Sewa Balik.................................................................................11
D. Perbedaan PSAK 70 dengan PSAK 30....................................................................14
E. Klasifikasi Leasing..................................................................................................15
F. Perbandingan PSAK 73: SEWA dan PSAK 30: SEWA.........................................17
G. Dampak atas penerapan PSAK 73...........................................................................19
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sewa adalah suatu perjanjian dimana pihak yang menyewakan (lessor) memberikan hak
kepada penyewa atau fessee untuk menggunakan suatu asset selama periode waktu yang
disepakati dengan biaya sewa.
Berdasarkan substansi ekonomi, sewa beragam mulai dari kasus yang tidak lebih dari
perjanjian sewa operasi (misalnya lessee menyewa gedung pertemuan dari lessor selama satu
bulan) hingga kasus yang berujung pada pembelian fasilitas pembiayaan (misalnya lessee
membeli hak untuk menggunakan mesin fotocopy selama umur masa manfaatnya, namun
membayar penggunaannya melalui pembayaran berkala).
Sesuai dengan prinsip "mengutamakan substansi daripada bentuk, setiap sewa harus
ditentukan substansi ekonominya dan mendapat perlakuan akuntansi yang tepat. Di Indonesia,
standar yang mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk sewa adalah PSAK 30.
B. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan Sewa?
b) Apa saja klasifikasidari Sewa?
c) Apa perbedaan PSAK 73 dengan PSAK 30?
d) Bagaimana akuntansi untuk lessee?
e) Bagaimana akuntansi untuk Lessor?
C. Tujuan
1) Mengetahui dan memahami pengertian Sewa
2) Mengetahui dan memahami klasifikasiSewa
3) Mengetahui perbedaan PSAK 73 dengan PSAK 30
4) Mengetahui akuntansi untuk lessee
5) Mengetahui akuntansi untuk Lessor
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sewa
Sewa adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan kepada lessee hak untuk
menggunakan suatu aset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya,
lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.
Suatu perjanjian atau komitmen sewa dapat memuat suatu persyaratan untuk
menyesuaikan pembayaran sewa karena perubahan dalam konstruksi atau biaya akuisisi
properti sewaan atau karena perubahan dalam ukuran biaya atau nilai lainnya, seperti
tingkat harga umum, atau biaya pembiayaan yang dikeluarkan lessor. Perubahan ini terjadi
selama periode antara awal sewa dan awal masa sewa. Dalam hal demikian, untuk tujuan
Pernyataan ini, pengaruh berbagai perubahan tersebut dianggap telah terjadi pada awal
sewa.
Definisi sewa termasuk kontrak untuk menyewa aset dengan suatu persyaratan yang
memberikan opsi kepada penyewa untuk memperoleh hak milik atas aset dengan
memenuhi ketentuan yang disepakati. Kontrak ini sering disebut sebagai kontrak sewa beli.
PSAK 73: Sewa merupakan adopsi dari IFRS 16 Leases, yang telah disahkan oleh
DSAK IAI pada tahun 2017 lalu. PSAK 73 ini memperkenalkan model akuntansi tunggal
khususnya untuk penyewa (lessee) yang memberikan dampak substansial perlakuan
akuntansi atas sewa dan mengharuskan lessee untuk mencatat kontrak sewa dalam model
tunggal sebagai aset hak guna (right-of-use asset) dan liabilitas sewa dalam laporan posisi
keuangan. Dalam PSAK 73 ini ditetapkan prinsip pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan atas sewa dengan memperkenalkan model akuntansi tunggal khususnya
untuk penyewa.
B. Klasifikasi Sewa
Untuk tujuan akuntansi, PSAK 30 membagi sewa ke dalam dua kategori utama:
a. Sewa operasi adalah yang tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
b. Sewa pembiayaan yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat
yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada akhirnya dapat dialihkan,
dapat juga tidak dialihkan.
Klasifikasi sewa yang digunakan dalam PSAK 30 ini di dasarkan atas sejauh
mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan asset sewaan berada pada
lessor atau lessee.
Klasifikasi sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan pada substansi
transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Indikator dalam menentukan klasifikasi
sewa ini sendiri terdiri atas:
a.Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa
b. Lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah
dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada
awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan.
c.Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik
tidak diahlikan
d. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minuman secara
substansial mendekati nilai wajar aset sewaan.
e.Aset sewaan bersifat khusus dimana hanya sessee yang dapt menggunakannya tanpa
perlu modifikasi secara material.
PSAK 30 lebih jauh menyebutkan indicator dari situasi secara individual atau
gabungan dapat juga menunjukkan bahwa sewa diklasifikasikan sabagai pembiayaan
adalah:
Jika lessee dapat membatalkan sewa maka rugi lessor yang terkait dengan
pembatalan ditanggung oleh lessee
Laba atau rugi dari fluktuasi nilai wajar nilai residu dibebankan kepada lessee
Lessee memiliki kemampuan untuk melanjutkan sewa pada periode kedua
dengan nilai rental yang secara substansial lebih rendah dari pasar rental
a. Sewa Operasi
Perlakuan Akuntansi oleh Lessee
Dalam pembukuan lessee PSAK 30 mensyaratkan bahwa pembayaran sewa
diakui sebagai beban sewa dalam laporan laba rugi komprehensif. PSAK 30 lebih
lanjut mensyaratkan bahwa beban ke laporan laba rugi komprehensif diakui dengan
dasar garis lurus selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih
mencerminkan pola waktu dari manfaat asset yang dinikmati pengguna. Dengan
demikian, jumlah yang diakui bisa tidak sama dengan jumlah yang dibayarkan untuk
setiap periode periode akuntansi. Hal ini demi menjamin prinsip penandingan yang
memadai.
b. Sewa Pembiayaan
Dalam sewa pembiayaan, prosedur akuntansinya adalah sebgai berikut:
1) Asset sewaan dilakukan seolah-olah asset itu telah dijual kepada lessee. Aseet
itupun dicatat sebagai asset tetap dalam pembukuan lessee.
2) Fasilitas pembiayaan terkait dicatat sebagai liabilitas (utang sewa) dalam
pembukuan lessee, dan sebagai asset (piutang usaha) dalam pembukuan
lessor.
PSAK 30 lebih lanjut mensyaratkan bahwa piutang itu disajikan dalam laporan
posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto', yang
didefinisikan dalam paragraph 4 sebagai 'investasi sewa bruto penghasilan biaya
tangguhan”
Dalam praktiknya, akun piutang sewa biasanya dicatat sebesar jumlah yang
sama dengan investasi sewa bruto. yang didefinisikan dalam paragraph 4 sebagai
'penjumlahan agregat dari pembayaran sewa minimum yang akan diterima lessor dan
nilai residu yang tidak dijamin yang menjadi hak lessor. Penghasilan pembiayaan
tangguhan (yang didefinisikan dalam paragraph 4 sebagai 'selisih antara investasi
sewa bruto dan nilai kininya) dicatat dan diperhitungkan secara terpisah. Diakhir
setiap periode, akun penghasilan pembiayaan tangguhan dikurangkan dari akun
piutang sewa untuk menghasilkan jumlah investasi sewa neto.
Menurut PSAK 73, suatu kontrak merupakan atau mengandung sewa jika kontrak
tersebut memberikan hak untuk mengendalikan penggunaan aset identifikasian selama suatu
jangka waktu untuk dipertukarkan dengan imbalan. Berbeda halnya dengan PSAK 30,
hampir dapat dipastikan bahwa semua sewa masuk kategori sewa pembiayaan karena syarat
untuk menjadi sewa operasi menurut analisa peneliti menjadi lebih ketat. Sewa
dikategorikan menjadi sewa operasi apabila memenuhi 2 syarat, yaitu:
1) Sewa jangka pendek
Sewa jangka pendek merupakan sewa yang lamanya kurang dari atau sama dengan 12
bulan.
2) Sewa yang aset pendasamya bernilai rendah.
Aset pendasar dianggap bernilai rendah hanya jika penyewa mendapat manfaat dari
pengunaan aset pendasar secara terpisah atau bersamaan dengan sumber daya lain
yang telah tersedia untuk penyewa: dan aset pendasar tidak memiliki ketergantungan
yang tinggi, atau memiliki interelasi yang tinggi dengan aset lain. Contoh aset
pendasar bemilai rendah dapat mencakup komputer tablet dan komputer personal,
furnitur kantor yang ringkas, dan telepon.
PSAK 73 berbeda cukup signifikan dengan PSAK 30 baik sebelum maupun sesudah
adopsi IFRS. Pada PSAK 30 sebelum adopsi IFRS, kategori sewa menjadi sewa pembiayaan
dari sisi lessee cukup ketat yaitu harus memenuhi seluruh kriteria sewa pembiayaan,
sementara PSAK 30 sesudah adopsi IFRS apabila satu kriteria saja sudah memenuhi maka
klasifikasi sewa menjadi sewa pembiayaan. PSAK 73 klasifikasi yang lebih ketat
diperlakukan untuk sewa operasi dimana seluruh kriteria harus terpenuhi untuk menjadi
sewa operasi dimana hampir otomatis sewa akan masuk kategori sewa pembiayaan, yang
artinya lessee harus mengakui aset sewa hak guna, liabilitas sewa hak guna, depresiasi aset
sewa hak guna, serta pengakuan biaya bunga.
Sebelumnya pada PSAK 30, sewa mensyaratkan penyewa dan pesewa untuk
mengklasifikasikan sewanya sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi dan mencatat
kedua jenis sewa tersebut secara berbeda. Model tersebut dikritisi tidak mampu memenuhi
kebutuhan pengguna laporan keuangan karena tidak selalu memberikan representasi yang
tepat atas transaksi penyewaan. Khususnya, model tersebut tidak mensyaratkan penyewa
untuk mengakui aset dan liabilitas yang timbul dari sewa operasi.
Sedangkan pada PSAK 73, sewa menetapkan prinsip pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan atas sewa dengan memperkenalkan model akuntansi tunggal
khususnya untuk penyewa (lessee). Penyewa disyaratkan untuk mengakui aset hak-guna
(right-of-use assets) dan liabilitas sewa.
E. Klasifikasi Leasing
Kegiatan leasing erat kaitannya dengan istilah lessor dan lessee. Lessor adalah.
perusahaan pembiayaan atau perusahaan leasing dalam konteks Sewa Guna Usaha (SGU)
menyewakan suatu asset kepada pihak yang membutuhkan. Sedangkan Lessee adalah
pihak yang menyewa guna usaha barang modal dari fessor(seperti nasabah pada bank).
Kegiatan menyewa itu sendiri terdiri dari :
1. Finance Lease
Finance Lease adalah suatu kegiatan Sewa Guna Usaha yang memindahkan seluruh
risiko dan manfaat yang terkandung dalam asset tersebut dari seorang pemilik sewa
guna usaha lessor kepada lessee. Finance Lease dipecah lagi menjadi
a. Sales Type Lease Lease penjualan ini biasanya dilakukan oleh perusahaan industry
yang menjualn lease barang dari hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease,
ada dua macam pendapatan yang diakui, yaitu pendapatan penjualan barang dan
pendapatan bunga atas pembelanjaan selama jangka waktu lease. Direct Finance
Lease merupakan suatu bentuk transaksi leasing dimana lessor
b. Direct Finance Lease.
Direct Finance Lease merupakan suatu bentuk transaksi leasing dimana lessor suatu
barang atas permintaan pihak lessee dan sekaligus menyewagunausahakan barang
tersebut kepada lessee yang bersangkuatan. Spesifikasi barang yang akan di-
leasetersebut termasuk penentuan harga dan penentuan supplier dapat dilakukan
oleh lessee. Tujuan utama lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk
mendapatkan pembiayaan dengan cara leasing, guna memperoleh barang modal
yang dapat digunakan dalam proses produksi dan atau meningkatkan kapasitas
produksi. edangkan proses pembelian mulaidari order pembelian dilakukan pihak
lessor dan semata-mata untuk kebutuhan lessee. Transaksi ini terjadi jika lesse
meminta lessor untuk membelikan suatu barang.
2. Operating Lease
Operating Lease adalah kegiatan sewa yang tidak memindahkan semua elemen
substansial seperti risiko dan manfaat atas asset yang disewa melainkan mencatatanya
hanya sebagai beban penyewaan.
Pihak lessee dan lessor harus memiliki kesepakatan terlebih dahulu mengenai jenis
asset yang akan disewakan, yaitu berupa Operating Lease/Finance Lease karena
berpengaruh pada model penghitungan dan pencatatan pengakuan atas asset tersebut.
Suatu transaksi leasing dapat dikatakan sebagai sebuah Finance Lease apabila memenhi
setidaknya 1 dari 5 kriteria berikut:
Kegiatan leasing tersebut memungkinkan terjadinya pengalihakn hak kepemilikan
atas kekayaan kepada penyewa pada akhri masa penyewaan
Adanya kemungkinan bagi penyewa untuk membeli asset tersebut (mengandung
persyaratan pembelian di bawah harga)
Masa penyewaan tersebut adalah sama dengan 75% atau lebih dari perkiraan umur
ekonomis asset
Nilai sekarang (present value) pada awal masa penyewaan sama dengan 90% atau
lebih dari Fair Value asset tersebut
Apabila pada akhir masa sewa, asset tersebut tidak memilik kegunan alternative,
maka diasumsikan bahwa lessor telah mentransfer kepemilikan asset tersebut
kepada lessee.
F. Perbandingan Antara PSAK 73: SEWA dan PSAK 30: SEWA