Anda di halaman 1dari 3

Nurul Aulia

2019310036

PSAK 72  Pendapatan Kontrak dari Pelanggan

PSAK 72 Tentang Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan telah disahkan oleh Dewan
StandarAkuntansi Keuangan pada tanggal 26 Juli 2017.
PSAK 72: Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan merupakan adopsi dari IFRS
15 Revenue from Contracts with Customers. PSAK 72 menetapkan prinsip yang diterapkan
entitas untuk melaporkan informasi yang berguna kepada pengguna laporan keuangan tentang
sifat, jumlah, waktu, dan ketidakpastian pendapatan dan arus kas yang timbul dari kontrak
dengan pelanggan.
PSAK 72 akan menggantikan seluruh standar yang terkait dengan pengakuan pendapatan yang
ada saat ini, yaitu:

a. PSAK 23: Pendapatan;
b. PSAK 34: Kontrak Konstruksi;
c. ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan,
d. ISAK 21: Perjanjian Konstruksi Real Estat,
e. ISAK 27: Pengalihan Aset Dari Pelanggan, dan
f. PSAK 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estate.

Untuk dapat menentukan pengakuan pendapatan, Pernyataan ini mensyaratkan entitas untuk
melakukan analisis transaksi berdasarkan kontrak terlebih dahulu, yang terdiri dari 5 (lima)
tahapan berikut:

a. Mengidentifikasi kontrak dengan pelanggan;


b. Mengindentifikasi kewajiban pelaksanaan;
c. Menentukan harga transaksi;
d. Mengalokasikan harga transaksi terhadap kewajiban pelaksanaan; dan
e. Mengakui pendapatan ketika (atau selama) entitas telah menyelesaikan kewajiban
pelaksanaan.

Pertanyaan teknis terkait PSAK: http://iaiglobal.or.id/v03/kontak-kami/home


Pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebagaimana yang dimaksud dalam PSAK 72/IFRS
15 menganut pendekatan aset-liabilitas sebagai dasar pengakuan pendapatan. Menurut
pendekatan aset-liabilitas, pendapatan diakui dan diukur berdasarkan perubahan yang terjadi
dalam aset dan liabilitas.
Pendekatan aset-liabilitas dalam pengakuan pendapatan berarti pendapatan dilaporkan
berdasarkan pada aset atau liabilitas yang timbul dari kontrak dengan pelanggan. Pendekatan ini
dianggap lebih konsisten dengan pendekatan yang dianut dalam kerangka konseptual pelaporan
keuangan.
Kontrak dengan pelanggan selalu mengawali transaksi pendapatan. Kontrak itu pula yang harus
mendasari pengakuan pendapatan. Kontrak menunjukkan syarat dan ketentuan transaksi,
mengatur besaran imbalan terkait penyerahan barang atau jasa kepada pelanggan, serta hak dan
kewajiban masing-masing pihak (entitas dan pelanggan).
Menurut PSAK 72/IFRS 15, pendapatan diakui untuk menunjukkan terjadinya penyerahan
barang atau jasa kepada pelanggan. Jumlahnya merefleksikan imbalan yang diterima, atau yang
akan diterima, terkait barang atau jasa yang diserahkan.
Lima tahap proses pengakuan pendapatan:

1. Identifikasi kontrak dengan pelanggan.


2. Identifikasi tiap-tiap kewajiban kinerja yang tertuang dalam kontrak dengan pelanggan.
3. Tentukan harga transaksi kontrak dengan pelanggan.
4. Alokasi harga transaksi ke tiap-tiap kewajiban kinerja.
5. Akui pendapatan ketika kewajiban kinerja terpenuhi.

Tahap-tahap tersebut bisa dirumuskan menjadi satu prinsip pengakuan pendapatan: pendapatan
harus diakui dalam periode akuntansi yang sesuai dengan terpenuhinya kewajiban kinerja.

Contoh penerapan lima langkah proses pengakuan pendapatan


PT Gatot Kaca mengikat kontrak penjualan dengan PT Rajawali senilai Rp2 triliun.

Identifikasi kontrak dengan pelanggan


Kontrak adalah kesepakatan antara dua pihak yang mengakibatkan timbulnya hak dan kewajiban
yang bisa dipaksakan. Dalam kasus PT Gatot Kaca, kontrak yang dimaksud adalah antara PT
Gatot Kaca dengan PT Rajawali. PT Gatot Kaca akan menyerahkan pesawat terbang kepada PT
Rajawali.

Identifikasi tiap-tiap kewajiban kinerja yang tertuang dalam kontrak dengan pelanggan
PT Gatot Kaca hanya memiliki satu kewajiban kinerja—menyerahkan pesawat terbang kepada
PT Rajawali. Jika PT Gatot Kaca juga sepakat untuk melaksanakan pemeliharaan pesawat
terbang, kontrak akan mencakup dua kewajiban kinerja.

Tentukan harga transaksi kontrak dengan pelanggan


Harga transaksi adalah jumlah imbalan yang diharapkan akan diterima perusahaan dari
pelanggan sebagai penukar barang atau jasa yang diserahkan. Dalam contoh PT Gatot Kaca,
harga transaksi yang dimaksud adalah Rp2 triliun.

Alokasi harga transaksi ke tiap-tiap kewajiban kinerja


Dalam kasus ini, PT Gatot Kaca hanya memiliki satu kewajiban kinerja—menyerahkan pesawat
terbang kepada PT Rajawali.

Akui pendapatan ketika kewajiban kinerja terpenuhi


PT Gatot Kaca mengakui pendapatan Rp2 triliun terkait penjualan pesawat terbang kepada PT
Rajawali ketika PT Gatot Kaca menyelesaikan kewajiban kinerja—penyerahan pesawat terbang
kepada PT Rajawali. Pada tahap inilah perubahan, atau peralihan, kontrol terjadi dari PT Gatot
Kaca ke PT Rajawali.

Anda mungkin juga menyukai