Anda di halaman 1dari 20

PEMERIKSAAN AKUNTANSI II

Aldo Julio 02415054


Dimas Bayu Himawan 02415073
Ignatius Wisnu Ardhian 02415074
Meilina Try Maharani 02415075
STUDI
KASUS

Pengujian
tambahan
Peristiwa
untuk
setelahneraca
penyajian dan
pengungkapan
MATERI
AUDIT

Kewajiban Penanggalan
koninjen dan gnnda dan
komitmen langkah akhir
Auditor melakukan pendekatan untuk memperoleh bukti
untuk tujuan audit yang berhubungan penyajian dan
pengungkapan, konsisten dengan bagaimana mereka
melakukan pendekatan untuk memperoleh bukti untuk
tujuan audit yag berkaitan dengan transaksi saldo.
1. Melaksanakan prosedur untuk memahami pengendalian
yang berkaitan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan sebagai bagian dari prosedur penilaian
risiko.
2. Melakukan uji pengendalian dan hubungan dengan
pengungkapan ketika penilaian awal atas risiko
pengendalian berada di bawah maksimum.
3. Melaksanakan prosedur substantive untuk memperoleh
assurance bahwa semua tujuan audit dicapai untuk
informasi dan jumlah yang disajikan dan diungkapkan
dalam laporan keuangan.
Salah satu kekhawatiran utama auditor
berkenaan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan adalah menentukan apakah
manajemen telah mengungkapkan semua
informasi yang diperlukan (tujuan kelengkapan
penyajian dan pegungkapan). Untuk menilai
risiko bahwa tujuan kelengkapan untuk
penyajian dan pengungkapan tidak dipenuhi,
auditor mempertimbangkan informasi yang
diperolehnya selama tiga tahap pertama
pengujian audit untuk menentukan apakah
mereka menyadari fakta dan situasi yang
seharusnya diungkapkan.
Review Kewajiban Kontinjen dan Komitmen

Kewajiban Kontinjensiadalah potensi utang di masa depan kepada pihak luar atas
jumlah yang belum dapat ditentukan yang dihasilkan dari aktivitas yang telah
dilakukan. Terdapat tiga kondisi yang diperlukan atas munculnya kewajiban
kontijensi, yaitu :

1. Terdapat potensi pembayaran di masa mendatang kepada pihak luar atau


penurunan nilai asset yang dihasilkan dari kondisi sekarang.
Terdapat ketidakpastian jumlah pembayaran atau penurunan nilai di masa
mendatang.

2. Hasilnya akan diperoleh dari kejadian di masa mendatang.

Ketidakpastian atas pembayaran di masa mendatang dapat bervariasi dari sangat


mungkin terjadi sampai kemungkinan besar tidak terjadi. SAK 57 menjelaskan tiga
tingkatan kemungkinan keterjadian dan perlakuan atas laporan keuangan yang dapat
digunakan sebagai standard evaluasi dalam mempertimbangkan dan melakukan
penilaian secara profesional bagi auditor terhadap kondisi pelaporan klien.
Standar audit mensyaratkan bahwa manajemen, bukan
auditor, bertanggung jawab atas identifikasi dan
penetuan perlakuan akuntansi yang tepat untuk
kewajiban kontinjensi dan pada dasarnya dalam
pengungkapan atas kontijensi dapat dilakukan atas
kerjasama pihak manajemen dengan auditor. Tujuan
utama auditor dalam melakukan verifikasi kewajiban
kontijensi adalah :
1. Mengevaluasi perlakuan akuntansi atas kewajiban
kontinjensi yang diketahui untuk menentukan apakah
manajemen telah mengklasifikasikan kontijensi
dengan benar (tujuan penyajian dan pengungkapan
untuk klasifikasi).
2. Mengidentifikasi praktek kontinjensi yang belum
diidentifikasi manajemen (tujuan penyajian dan
pengungkapan untuk kelengkapan).
Komitmensangat berkaitan erat dengan kewajiban
kontinjensi. Komitmen meliputi hal-hal seperti perjanjian
untuk membeli bahan baku atau melakukan sewa guna
usaha suatu fasilitas pada harga tertentu dan penjualan
barang dagangan pada harga yang sudah ditentukan.
Karakteristik dalam komitmen yaituperusahaan setuju
berada dalam kondisi tertentudi masa mendatang, tanpa
memperhatikan apa yang terjadi dengan laba perusahaan
atau perekonomian keseluruhan. Perusahaan biasanya
menjelaskan seluruh komitmen, baik dalam penjelasan
tambahan terpisah maupun digabungkan, dengan sebuah
catatan mengenai kontinjensi.
1. Prosedur Audit Untuk Menemukan Kontijensi
Langkah pertama dalam melakukan audit kontijensi adalahmenentukan apakah
terdapat kontijensi(tujuan penyajian dan pengungkapan atas keterjadian). Seperti
pada kenyataannya lebih sulit menemukan transaski yang tidak tercatat daripada
melakukan verifikasi atas informasi yang tercatat. Saat auditor mengetahui terjadi
kontijensi mereka akan melakukanevaluasi Materialitas dan Pengungkapan
Penjelasan Tambahan.Berikut adalah prosedur audit yang biasa digunakan oleh
para auditor dalam mengaudit kewajiban kontijensi, yaitu
1. Melakukan Tanya-Jawab dengan pihak manajemen (langsung / tertulis)
tentang tercatatnya kontijensi.
2. Menelaah laporan agen penerimaan internal pada tahun berjalan dan
tahun sebelumnya atas penentuan PPh.
3. Menelaah notulensi pertemuan direktur dan pemegang saham bila ada
indikasi tuntutan hukum atau kontijensi lainnya.
4. Menelaah kondisi hukum untuk periode audit dan menelaah tagihan dan
pernyataan dari penasihat hukum atas terjadinya kewajiban kontijensi.
5. Memperoleh surat dari penasihat hukum atas status kewajiban kontijensi
6. Menelaah dokumentasi audit bila terdapat informasi yang
mengindikasikan terjadinya kontijensi.
7. Memeriksa perjanjian kredit tanggal neraca dan meminta konfirmasi
saldo yang terpakai atau tidak.
2.Evaluasi Kewajiban Kontijensi Yang Telah Diketahui
Jika auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontijensi, maka
harus mengevaluasi signifikansi potensi utang dan sifat pengungkapan
yang diperlukan dalam laporan keuangan untuk memperoleh bukti atas
keterjadian atas hak dan kewajiban dalam tujuan penyajian dan
pengungkapan

3.Prosedur Audit Untuk Menemukan Komitmen


Penelitian untuk mencari komitmen yang belum diketahui biasanya
dilakukan sebagai bagian dari audit atas masing-masing area audit.
Misalkan, dalam melakukan verifikasi penjualan, auditor seharusnya
waspada atas adanya komitmen penjualan.

4.Tanya Jawab Dengan Pengacara Klien


Prosedur utama yang diandalkan auditor untuk mengungkapkan
tuntutan hukum yang diketahui atau klaim lain terhadap klien dan
mengidentifikasi klaim tambahan yaitu Tanya jawab dengan pengacara
klien. Auditor mengandalkan keahlian dan pengetahuan pengacara
mengenai masalah hukum guna memberikan pendapat professional
atas hasil tuntutan hukum yang diharapkan dan kemungkinan jumlah
kewajiban kewajiban termasuk biaya sidang.
REVIEW PASCA NERACA UNTUK PERISTIWA
KEMUDIAN

Auditor harus mereview transaksi dan peristiwa yang muncul


setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah terdapat
transaksi atau peristiwa yang muncul yang mungkin
mempengaruhi penyajian dan pengungkapan wajar dari laporan
periode saat ini. Prosedur audit yang dimaksud yaitu untuk
memverifikasi transaksi dan peristiwa tersebut sering kali
disebut review untuk peristiwa kemudian atau review pasca
tanggal neraca. Tanggung jawab auditor atas telaah kejadian
setelah tanggal neraca biasanya terbatas pada periode awal, yaitu
pada tanggal neraca dan berakhir pada tanggal laporan auditor.
Oleh karena tanggal laporan auditor merupakan saat
penyelesaian prosedur audit yang penting di kantor klien, maka
telaah kejadian setelah tanggal neraca harus diselesaikan
mendekati akhir audit.
Jenis-Jenis Kejadian
Setelah Tanggal
Neraca

1. Peristiwa yang 2. Peristiwa yang tidak


memiliki dampak memiliki dampak
langsung terhadap langsung terhadap
laporan keuangan laporan keuangan
dan memerlukan tetapi memerlukan
penyesuaian pengungkapan
Pengujian Audit

2. Prosedur yang dilaksanakan


1. Prosedur ini meliputi terutama untuk tujuan
pengujian dan mengungkapkan peristiwa
penilaian yang atau transaksi yang harus
dilakukan sebagai diakui sebagai peristiwa
bagian dari pengujian lanjutan.
perincian saldo
PENANGGALAN GANDA
Auditor menentukan bahwa peristiwa
kemudian yang mempengaruhi laporan
keuangan periode berjalan terjadi setelah
pekerjaan lapangan diselesaikan tetapi
sebelum laporan audit diterbitkan. Auditor
memiliki dua pilihan sebanding yang dapat
diterima untuk memperluas pengujian
peristiwa kemudian :
1. Memperluas semua pengujian peristiwa kemudian
hingga ke tanggal yang baru
2. Membatasi review peristiwa kemudian pada
persoalan yang berhubungan dengan peristiwa
lanjutan yang baru
AKUMULASI BUKTI AKHIR
Empat jenis pengumpulan bukti akhir

1. Melaksanakan Prosedur Analitis Akhir


Ketika melaksanakan prosedur analitis selama tahap review akhir, yang
diharuskan oleh standar audit, partner pada umumnya membaca laporan keuangan,
termasuk catatan kaki, dan mempertimbangkan

2. Mengevaluasi Asumsi Kelangsungan Usaha


Auditor membuat penilaian pada awalnya sebagai bagian dari perencanaan,
tetapi bisa saja mengubah hasil penilaian bila ada informasi baru

3. Memperoleh Surat Representasi Manajemen


auditor diharuskan memperoleh surat representasi yang mendokumentasikan
representasi lisan yang paling penting selama audit
4. Mempertimbangkan Informasi Yang Menyertai Laporan Keuangan Dasar
Merujuk pada informasi tambahan tersebut sebagai informasi yang menyertai
laporan keuangan dasar dalam dokumen yang diserahkan auditor
STUDI KASUS
Kronologis

1) Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK menemukan bahwa terdapat aset/
tanah yang digunakan oleh YLPPI. BI juga menyediakan modal awal YLPPI,
memberikan bantuan biaya operasionalnya serta mengawasi manajemennya.
2) Berkaitan dengan dibuatnya peraturan tahun 1993 tentang penggunana
asset/tanah oleh YLPPI serta hubungan terafiliasi antara YLPPI dengan BI,
maka Tim Audit BPK meminta laporan keuangannya agar dapat diungkapkan
dalam Laporan Keuangan BI
3) Dari perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi
keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai aset sebesar
Rp 93 miliar (Informasi mengenai kekayaan YPPI per 31 Desember 2003 ini
diperoleh dari Laporan Keuangannya yang diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik Mohammad Toha)
4) Juni 2005-Oktober 2006: Tim Audit BPK melakukan pendalaman dengan
kasus dengan menetapkan sendiri metode, teknik, objek pengungkapan
kasus, analisis, serta penetapan opini pemeriksaan.
5) Mei 2005: Tim Audit BPK melaporkan kasus Aliran Dana YPPI kepada
Ketua BPK, Anwar Nasution. c.
Temuan Penyimpangan
1) Manipulasi pembukuan, baik buku YPPI maupun buku Bank Indonesia. Pada saat
perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama ke UU No 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan, kekayaan dalam pembukuan YPPI berkurang Rp 100 miliar. Jumlah Rp 100
miliar ini lebih besar dari penurunan nilai aset YPPI yang diduga semula sebesar Rp
93 miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI sebesar Rp 100 miliar tersebut tidak
tercatat pada pembukuan BI sebagai penerimaan atau utang.
2)Menghindari Peraturan Pengenalan Nasabah Bank serta UU tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang. Dimana dana tersebut dipindahkan dulu dari rekening YPPI di
berbagai bank komersil, ke rekening yang terdapat BI, baru kemudian ditarik
keseluruhan secara tunai.
3) Penarikan dan penggunaan dana YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan pendirian
yayasan semula. Ini bertentangan dengan UU Yayasan, dan putusan RDG tanggal 22
Juli 2003 yang menyebutkan bahwa dana YPPI digunakan untuk pembiayaan kegiatan
sosial kemsyarakatan.
4) Penggunaan dana Rp 31,5 miliar yang diduga untuk menyuap oknum anggota DPR.
Sisanya, Rp 68,5 miliar disalurkan langsung kepada individu mantan pejabat BI, atau
melalui perantaranya. Diduga, dana ini digunakan untuk menyuap oknum penegak
hukum untuk menangani masalah hukum atas lima orang mantan Anggota Dewan
Direksi/ Dewan Gubernur BI. Padahal, kelimanya sudah mendapat bantuan hukum dari
sumber resmi anggaran BI sendiri sebesar Rp 27,7 miliar. Bantuan hukum secara
resmi itu disalurkan kepada para pengacara masing-masing. Dan dana Rp 68,5 miliar
Pengujian subtantif tentang piutang
a. Prosedur Audit Awal
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan
akuntansi piutang usaha yang diselenggarakan oleh klien, dengan
cara mengusut saldo piutang usaha yang dicantumkan di neraca ke
dalam akun piutang usaha yang diselenggarakan di dalam buku
besar, membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun piutang
usaha di dalam buku besar, dan membuktikan sumber pendebitan
dan pengkreditan akun piutang usaha di dalam buku besar ke
dalam jurnal penjualan keluar dan jurnal retur penjualan, dan jurnal
umum.

b. Prosedur Analitis
Dalam prosedur analitis, auditor menghitung berbagai ratio: tingkat
perputaran piutang usaha, ratio piutang usaha dengan aktiva lancar,
rate of return on net sales, ratio kerugian piutang usaha dengan
pendapatan penjualan bersih, ratio kerugian piutang usaha dengan
c. Pengujian terhadap rincian transaksi Dalam
pengujian atas rincian transaksi, auditor
melaksanakan prosedur audit berikut ini :

1. Memeriksa sampel transaksi piutang usaha yang tercatat ke


dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha
2. Melakukan pengujian pisah batas (cutoff) transaksi penjualan,
retur penjualan, dan transaksi penerimaan kas.

d. Pengujian rincian saldo Dalam pengujian rincian


saldo, auditor melakukan konfirmasi piutang usaha
secara langsung antara pelanggan dan auditor
e. Prosedur Penyajian dan pengungkapan

Dalam prosedur penyajian dan pengungkapan, auditor


membandingkan penyajian laporan dengan prinsip
akuntansi berterima umum (GAAP). Informasi
mengenai hal ini diperoleh auditor dengan cara :

1. Memeriksa klasifikasi piutang usaha di neraca ke dalam


kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak lancar
2. Memeriksa jawaban konfirmasi bank
3. Memeriksa klasifikasi piutang ke dalam kelompok piutang usaha
dan piutang nonusaha
4. Memeriksa kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk
piutang antar pihak yang memiliki hubungan istimewa, piutang
yang digadaikan atau dibebankan.
5. Memeriksa surat representasi klien mengenai piutang.

Anda mungkin juga menyukai