Pengujian
tambahan
Peristiwa
untuk
setelahneraca
penyajian dan
pengungkapan
MATERI
AUDIT
Kewajiban Penanggalan
koninjen dan gnnda dan
komitmen langkah akhir
Auditor melakukan pendekatan untuk memperoleh bukti
untuk tujuan audit yang berhubungan penyajian dan
pengungkapan, konsisten dengan bagaimana mereka
melakukan pendekatan untuk memperoleh bukti untuk
tujuan audit yag berkaitan dengan transaksi saldo.
1. Melaksanakan prosedur untuk memahami pengendalian
yang berkaitan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan sebagai bagian dari prosedur penilaian
risiko.
2. Melakukan uji pengendalian dan hubungan dengan
pengungkapan ketika penilaian awal atas risiko
pengendalian berada di bawah maksimum.
3. Melaksanakan prosedur substantive untuk memperoleh
assurance bahwa semua tujuan audit dicapai untuk
informasi dan jumlah yang disajikan dan diungkapkan
dalam laporan keuangan.
Salah satu kekhawatiran utama auditor
berkenaan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan adalah menentukan apakah
manajemen telah mengungkapkan semua
informasi yang diperlukan (tujuan kelengkapan
penyajian dan pegungkapan). Untuk menilai
risiko bahwa tujuan kelengkapan untuk
penyajian dan pengungkapan tidak dipenuhi,
auditor mempertimbangkan informasi yang
diperolehnya selama tiga tahap pertama
pengujian audit untuk menentukan apakah
mereka menyadari fakta dan situasi yang
seharusnya diungkapkan.
Review Kewajiban Kontinjen dan Komitmen
Kewajiban Kontinjensiadalah potensi utang di masa depan kepada pihak luar atas
jumlah yang belum dapat ditentukan yang dihasilkan dari aktivitas yang telah
dilakukan. Terdapat tiga kondisi yang diperlukan atas munculnya kewajiban
kontijensi, yaitu :
1) Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK menemukan bahwa terdapat aset/
tanah yang digunakan oleh YLPPI. BI juga menyediakan modal awal YLPPI,
memberikan bantuan biaya operasionalnya serta mengawasi manajemennya.
2) Berkaitan dengan dibuatnya peraturan tahun 1993 tentang penggunana
asset/tanah oleh YLPPI serta hubungan terafiliasi antara YLPPI dengan BI,
maka Tim Audit BPK meminta laporan keuangannya agar dapat diungkapkan
dalam Laporan Keuangan BI
3) Dari perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi
keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai aset sebesar
Rp 93 miliar (Informasi mengenai kekayaan YPPI per 31 Desember 2003 ini
diperoleh dari Laporan Keuangannya yang diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik Mohammad Toha)
4) Juni 2005-Oktober 2006: Tim Audit BPK melakukan pendalaman dengan
kasus dengan menetapkan sendiri metode, teknik, objek pengungkapan
kasus, analisis, serta penetapan opini pemeriksaan.
5) Mei 2005: Tim Audit BPK melaporkan kasus Aliran Dana YPPI kepada
Ketua BPK, Anwar Nasution. c.
Temuan Penyimpangan
1) Manipulasi pembukuan, baik buku YPPI maupun buku Bank Indonesia. Pada saat
perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama ke UU No 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan, kekayaan dalam pembukuan YPPI berkurang Rp 100 miliar. Jumlah Rp 100
miliar ini lebih besar dari penurunan nilai aset YPPI yang diduga semula sebesar Rp
93 miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI sebesar Rp 100 miliar tersebut tidak
tercatat pada pembukuan BI sebagai penerimaan atau utang.
2)Menghindari Peraturan Pengenalan Nasabah Bank serta UU tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang. Dimana dana tersebut dipindahkan dulu dari rekening YPPI di
berbagai bank komersil, ke rekening yang terdapat BI, baru kemudian ditarik
keseluruhan secara tunai.
3) Penarikan dan penggunaan dana YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan pendirian
yayasan semula. Ini bertentangan dengan UU Yayasan, dan putusan RDG tanggal 22
Juli 2003 yang menyebutkan bahwa dana YPPI digunakan untuk pembiayaan kegiatan
sosial kemsyarakatan.
4) Penggunaan dana Rp 31,5 miliar yang diduga untuk menyuap oknum anggota DPR.
Sisanya, Rp 68,5 miliar disalurkan langsung kepada individu mantan pejabat BI, atau
melalui perantaranya. Diduga, dana ini digunakan untuk menyuap oknum penegak
hukum untuk menangani masalah hukum atas lima orang mantan Anggota Dewan
Direksi/ Dewan Gubernur BI. Padahal, kelimanya sudah mendapat bantuan hukum dari
sumber resmi anggaran BI sendiri sebesar Rp 27,7 miliar. Bantuan hukum secara
resmi itu disalurkan kepada para pengacara masing-masing. Dan dana Rp 68,5 miliar
Pengujian subtantif tentang piutang
a. Prosedur Audit Awal
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan
akuntansi piutang usaha yang diselenggarakan oleh klien, dengan
cara mengusut saldo piutang usaha yang dicantumkan di neraca ke
dalam akun piutang usaha yang diselenggarakan di dalam buku
besar, membuktikan ketelitian penghitungan saldo akun piutang
usaha di dalam buku besar, dan membuktikan sumber pendebitan
dan pengkreditan akun piutang usaha di dalam buku besar ke
dalam jurnal penjualan keluar dan jurnal retur penjualan, dan jurnal
umum.
b. Prosedur Analitis
Dalam prosedur analitis, auditor menghitung berbagai ratio: tingkat
perputaran piutang usaha, ratio piutang usaha dengan aktiva lancar,
rate of return on net sales, ratio kerugian piutang usaha dengan
pendapatan penjualan bersih, ratio kerugian piutang usaha dengan
c. Pengujian terhadap rincian transaksi Dalam
pengujian atas rincian transaksi, auditor
melaksanakan prosedur audit berikut ini :