Anda di halaman 1dari 84

BAB I

Persekutuan dan Pembentukan Usahanya

1.1 Pengertian Persekutuan


Persekutuan (Partnership) adalah suatu penggabungan
diantara dua orang (badan) atau lebih untuk memiliki bersama-
sama dan menjalankan suatu perusahaan guna mendapatkan
keuntungan atau laba.
Berbagai masalah akuntansi timbul di dalam perusahaan
berbentuk persekutuan. Perlakuan dan prosedur akuntansi yang
spesifik dan tidak bisa dijumpai pada perusahaan – perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas, merupakan problema
tersendiri sesuai dengan karakteristik Persekutuan. Di dalam
Perseroan Terbatas dimana terdapat pemisahan yang tegas antara
pemilik dengan manajemen, dipakai sebagai dasar landasan untuk
meletakkan Prinsip – prinsip Akuntansi yang lazim.
Didalam persekutuan pemisahan pemilik dan manajemen
hampir tidak ada, namun demikian penyelenggaraan akuntansi
harus berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang diatur oleh
prinsip-prinsip yang lazim. Dari segi akuntansinya, persekutuan
sebagai suatu unit usaha harus dianggap mempunyai kedudukan
terpisah dengan para pemiliknya. 

1.2 Karakteristik Persekutuan


Secara umum ada 5 yang menjadi karakteristik persekutuan
yaitu :
a. Berusaha Bersama-sama (Mutual Agency)
Setiap anggota merupakan agen dari pada persekutuan untuk
mencapai tujuan usahanya.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 1 of 84


b. Jangka waktu terbatas (Limited life)
Persekutuan tetap ada selama orang-orang (badan-badan) yang
mengadakan persekutuan itu ada dan masing-masing masih
tetap menghendakinya. Setiap perubahan yang berhubungan
dengan maksud mengkahiri penjanjian dari para anggota berarti
membubarkan persekutuan. Penarikan modal atau kaitan
seorang anggota otomatis membubarkan persekutuan.
c. Tanggung jawab tidak terbatas (Unlimited Liability )
Tangung jawab seorang anggota terbatas pada jumlah yang
ditanam di dalam usaha persekutuan. Apabila di dalam keadaan
tertentu persekutuan tidak dapat membayar hutang-hutangnya
karena jumlah kekayaan tidak cukup, maka kreditur berhak
menagih pada salah satu seorang dari anggota persekutuan
tersebut.
d. Memiliki suatu bagian/hak di dalam persekutuan (Ownership of
an Interest in a Partnership)
Kekayaan yang ditanam di dalam perusahaan tidak lebih dari
hak milik yang  terpisah dari anggota  yang menjadi kekayaan
persekutuan. Anggota yang menanamkan kekayaan ke dalam
persekutuan berarti menyerahkan haknya untuk mengusahakan
dan menggunakan kekayaannya itu, dan sepenuhnya rela untuk
dipakai guna mencapai tujuan-tujuan persekutuan. Hak yang
diberikan kepada persekutuan ini memberikan hak yang sama
dengan anggota lainnya untuk memimpin dan menjalankan
usaha persekutuan.
e. Pengembalian bagian keuntungan persekutuan
Setiap anggota mendapat bagian dari  keuntungan persekutuan.
Suatu persetujuan yang dibuat untuk membagi keuntungan  itu
sendiri, tidak merupakan suatu bentuk persekutuan. Seorang
anggota mungkin hanya menyumbangkan tenaganya, dan yang
lain sebagian harta kekayaannya, maka untuk anggota yang

 Akuntansi Keuangan 2  Page 2 of 84


menyumbangkan tenaganya itu juga harus mendapatkan bagian
keuntungan sesuai dengan imbangan jasa yang diberikan.
Tentang berapa besarnya bagian keuntungan itu tergantung
pada perjanjian yang dibuat diantara para anggota sendiri.
Tetapi ada 3 tambahan karakteristik Persukutuan yan
meliputi : 
a. Participation on Partnership Profit
Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba
atau rugi persekutuan.
b. Right to Dispose of a Partnership Interest
Masing-masing sekutu mempunyai hak untuk menjual atau
memindahkan haknya atas modal dan hak atas laba kepada
orang lain, baik kepada anggota sekutu maupun bukan.
c. Mutual Liabiliy
Semua sekutu bertanggung jawab terhadap utang persekutuan.
Jadi utang persekutuan adalah juga utang seluruh sekutu

1.3 Macam – macam bentuk Persekutuan


Persekutuan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
a. Persekutuan Firma ( Fa ) adalah Suatu usaha kerjasama yang
didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan menggunakan
nama bersama dan semua sekutu dalam usaha tersebut
bertanggung jawab penuh (dan biasanya ikut aktif) mengelola
perusahaan.
b. Persekutuan Komanditer ( CV ) adalah Suatu bentuk perjanjian
kerja sama untuk berusaha di mana salah satu atau lebih dari
anggotanya bertanggung jawab terbatas.
- Sekutu Aktif adalah Sekutu yang ikut aktif mengelola
perusahaan dan bertanggung jawab penuh dengan seluruh
harta pribadinya.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 3 of 84


- Sekutu Pasif (Silent Partner) adalah Sekutu yang hanya
menyetor modal saja tanpa ikut mengelola perusahaan.
c. Joint Stock Company adalah Persekutuan yang struktur
modalnya terbagi atas saham-saham yang dapat dipindah-
tangankan. Besarnya saham masing-masing sekutu didalam
Joint Stock Company tidak menunjukkan besarnya tanggung
jawab sekutu yang bersangkutan melainkan hanya menunjukkan
besarnya kepemilikan.
Persekutuan dapat diklasifikasikan ke dalam :
a. Persekutuan Perdagangan (trading partnership) adalah
persekutuan yang usaha pokoknya adalah pembuatan,
pembelian, dan penjualan barang dagangan.
b. Persekutuan Jasa – jasa (non rading partnership) adalah
persekutuan yang bertujuan untuk memberikan jasa-jasa karena
keahliannya, misalnya persekutuan antara akuntan, advokat dll.

Selain itu persekutuan dapat pula dibedakan antara :


a. Persekutuan Umum (General partnership) adalah suatu bentuk
persekutuan dimana semua anggotanya dapat bertindak atas
nama perusahaan dan kepadanya dapat diminta pertanggung
jawaban atas kewajiban-kewajiban persekutuan. Masing-masing
anggota disebut sekutu umum.
b. Persekutuan Terbatas (Limited partnership) adalah suatu
persekutuan dimana aktivitas angota tertentu dibatasi dan
sebaliknya tanggung jawab masing-masing anggota akan
dibatasi samapi jumlah tertentu, yang mungkin sejumlah
investasi yag telah diberikannya. Angota tersebut disebut sekutu
terbatas.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 4 of 84


1.4 Perjanjian dalam Persekutuan
Dalam persekutuan tentu harus ada perjanjian sebagai
dasar pijakan pembentukan persekutuan tersebut. Pada perjanjian
persektuan berisi tentang, nama persekutuan, anggota, tanggal
berdiri, sifat serta bidang usaha, dan beberapa hal yang harus ada
yaitu :
- Besarnya investasi dari masing-masing anggota
- Hak dan kewajiban anggota
- Buku-buku catatan dan laporan keuangan
- Pembagian keuntungan
- Hal-hal khusus yang  menyangkut masalah pembebanan dan
penerimaan imbalan jasa tertentu diantara para anggota
- Penarikan kembali modal yang disetor
- Asuransi jiwa kematian salah satu anggota
- Penyelesaian apabila ada perselisihan ddiantara para anggota
dan lain-lain.  
Perjanjian persekutuan akan berisi ketentuan-ketentuan
yang disepakati oleh para sekutu mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan persekutuan sampai
pembubarannya. Isi perjanjian antara lain :
a. Ketentuan mengenai persekutuan.
b. Ketentuan mengenai sekutu.
c. Ketentuan yang berhubungan dengan modal persekutuan.
d. Ketentuan mengenai pembagian laba.
e. Ketentuan yang berhubungan dengan pembubaran persekutuan.
f. Ketentuan mengenai pertanggungan ( asuransi ) terhadap
masing-masing sekutu.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 5 of 84


Isi perjanjian persekutuan akan dipakai sebagai :
a. Dasar pencatatan setoran modal.
b. Dasar perhitungan modal.
c. Dasar pembagian laba.
d. Dasar pencatatan transaksi-transaksi persekutuan yang
menyangkut modal.
e. Dasar pembagian aktiva dalam likuidasi.

1.5 Penyertaan modal dalam Persekutuan


Proses  akuntansi yang spesifik pada persekutuan adalah
masalah pencatatan pengakuan dan pengukuran milik atau
penyertaan (hak) masing-masing anggota dalam persekutuan. Hak
masing-masing angota diikhtisarkan dalam rekening modal masing-
masing anggota sekutu.

1.5.1 Penyertaan modal dalam persekutuan firma


A. Pengertian Firma
Firma adalah suatu persekutuan antara dua orang
lebih atau lebih yang sepakat untuk secara bersama –
sama berusaha memperoleh keuntungan. Firma didirikan
dengan suatu perjanjian yang disebut persetujuan firma.
Persetujuan firma memuat antara lain mengenai
besarnya penyertaan masing – masing sekutu,
ketentuan pembagian laba atau rugi, serta hak dan
kewajiban sekutu firma. Persetujuan firma batal apabila
salah seorang sekutu meninggal dunia, mengundurkan
diri, atau masuknya sekutu baru sehingga persetujuan
firma harus diubah. Batalnya persetujuan firma tidak
berarti kegiatan usaha perusahaan harus berhenti,
sepanjang sekutu lainnya menghendaki kegiatan usaha
perusahaan dilanjutkan.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 6 of 84


Tanggung jawab keuangan tiap sekutu firma tidak
terbatas pada jumlah penyertaannya, dalam artian jika
kewajiban firma lebih besar daripada aktiva firma atau
dalam keadaaan insolvable maka kekurangannya wajib
ditutup dengan kekayaan pribadi masing – masing
sekutu sesuai dengan ketentuan dalam persetujuan
firma.

B. Pencatatan modal sekutu firma


Modal (penyertaan) sekutu firma bisa disetorkan
dalam bentuk uang tunai (kas), benda – benda nonkas,
atau dalam bentuk kekayaan bersih apabila sekutu firma
yang bersangkutan sebelumnya telah menjalankan
usaha. Apabila setoran modal dalam bentuk benda –
benda nonkas atau dalam bentuk kekayaan bersih
perusahaan yang sudah berjalan, maka nilai setoran
harus mendapat persetujuan terlebih dulu dan sekutu
firma lain. Sebagai ilustrasi, berikut ini beberapa contoh
pencatatan transaksi penerimaan setoran modal sekutu
firma.
Contoh 1
Rifa pemilik Toko ABC dan Fatur pemilik Toko JKL, pada
tanggal 1 April 2008 menggabungkan perusahaan
mereka dalam bentuk persekutuan dengan nama firma
BCKL. Sebagai penyertaan, masing – masing
menyerahkan aktiva dan kewajiban perusahaannya.
Neraca Toko ABC dan Toko JKL pada periode 30 Maret
2008, menunjukkan data sbegai berikut.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 7 of 84


Toko ABC
NERACA
Tanggal 30 Maret 2008
(dalam 000 rupiah)

AKTIVA KEWAJIBAN DAN EKUITAS

Kas 28.500 Utang dagang 23.500

Persediaan Barang 49.000 Modal Rifa 95.000

Sewa dibayar dimuka 12.000

Peralatan toko 35.000

Akum. Peralatan toko (6.000)

Total Aktiva 118.500 Total kewajiban dan ekuitaas 118.500

Toko JKL
NERACA

 Akuntansi Keuangan 2  Page 8 of 84


Tanggal 30 Maret 2008
(dalam 000 rupiah)

AKTIVA KEWAJIBAN DAN EKUITAS

Kas 19.600 Utang dagang 20.000

Piutang dagang 22.600 Modal Fatur 110.000

Persediaan barang 35.800

Kendaraan 80.000

Akum. Peralatan kendaraan (28.000)

Total Aktiva 130.000 Total kewajiban dan ekuitas 130.000

Hasil penilaian yang disepakati atas aktiva dan


kewajiban masing – masing sekutu firma, sebagai
berikut.
1. Aktiva dan kewajiban Toko ABC
- Persediaan disetujui dengan harga Rp
48.000.000,00
- Peralatan toko disetujui dengan nilai Rp
25.000.000,00
- Utang dagang disetujui
2. Aktiva dan kewajiban Toko JKL
- Piutang dagang ditaksir tidak dapat ditagih sebsar
Rp 1.600.000,00
- Persediaan barang dinilai seharga Rp
33.000.000,00
- Kendaraan dinilai seharga Rp 45.000.000,00

 Akuntansi Keuangan 2  Page 9 of 84


Jurnal untuk mencatat setoran modal, bergantung
pada apakah firma menggunakan buku – buku baru,
dalam arti buku – buku Toko ABC dan buku – buku baru
Toko JKL tidak digunakan, atau buku – buku salah satu
sekutu firma dilanjutkan sebgai buku – buku frima.
Apabila frima menggunakan buku – buku baru, aktiva
dan kewajiban yang diterima dari sekutu ABC dan sekutu
JKL semuanya harus dicatat dalam jurnal, sehingga
jurnal yang dibuat Firma BCKL sebagai berikut.

April 1 Kas 48.100.000

2008 Piutang dagang 22.000.000

Persediaan 81.000.000

Sewa dibayar dimuka 12.000.000

Kendaraan 45.000.000

Peralatan toko 25.000.000

- Utang dagang 23.500.000

- Utang bank 20.000.000

- Penyisihan 1.600.000
kerugian piutang

- Modal Rifa 90.000.000

- Modal Fatur 98.600.000

Apabila firma menggunakan buku – buku baru,


baik aktiva maupun kewajiban yang diterima firma
sebagai setoran modal dicatat dengan nilai yang telah
disepakati. Piutang yang diterima dari sekutu Fatur
dicatat sebesar piutang bruto, sementara piutang yang
ditaksir tidak dapat diterima pembayaraannya dicatat
kredit akun Penyisihan Kerugian Piutang, seperti tampak
pada jurnal diatas. Dalam neraca, saldo akun Penyisihan

 Akuntansi Keuangan 2  Page 10 of 84


Kerugian Piutang diperlakukan sebagai pengurang saldo
akun Piutang Dagang.
Setelah setoran modal masing – masing sekutu
dicatat dalam jurnal seperti diatas, aktiva dan kewajiban
Firma BCKL pada tanggal 1 April 2008, disusun dalam
bentuk neraca sebagai berikut.
Firma BCKL
NERACA
Tanggal 1 April 2008
(dalam 000 rupiah)

AKTIVA KEWAJIBAN DAN EKUITAS

Kas 48.100 Utang dagang 23.500

Piutang dagang 22.600 Utang bank 20.000

Penyisihan kerugian Piutang (1.600) Modal Rifa 90.000

Sediaan 81.000 Modal Fatur 98.600

Sewa dibayar dimuka 12.000

Peralatan toko 25.000

Kendaraan 45.000

Total Aktiva 232.100 Total kewajiban dan ekuitas 232.100

Apabila firma menggunakan (melanjutkan) buku –


buku perusahaan salah satu sekutu, aktiva dan
kewajiban sebagai setoran modal sekutu yang
bersangkutan sudah tercatat, sehingga catatan yang

 Akuntansi Keuangan 2  Page 11 of 84


harus dibuat firma sehubungan dengan setoran modal
sekutu terdiri atas :
1. Jurnal untuk mencatat perubahan saldo akun buku
besar yang dilanjutkan penggunaannya, disesuaikan
dengan nilai yang disepakati.
2. Jurnal untuk mencatat penerimaan aktiva dan
kewajiban setoran modal sekutu yang lain.

C. Pencatatan transaksi pengambilan pribadi sekutu


firma
Dalam buku besar firma disediakan akun Prive
untuk setiap sekutu firma. Akun tersebut berfungsi
sebagai tempat menampung pengambilan pribadi sekutu
firma diluar penarikan modal, sehingga kewajiban
keuangan sekutu firma sehubungan dengan
pengambilan pribadi (drawing) yang dilakukan suatu
periode, tampak dalam akun Prive masing – masing
sekutu.
Perhitungan pribadi sekutu firma dicatat debit pada akun
Prive sekutu yang bersangkutan, dan kredit akun Kas atau akun
yang terkait. Pada akhir periode, saldo akun Prive dipindahkan ke
dalam akun modal masing – masing. Sebagai contoh, Fatur sekutu
Fa. BCKL pada tanggal 08 November 2008 mengambil uang tunai
dari kas perusahaan sebesar Rp 5.000.000,00 untuk keperluan
pribadi. Jurnal yang dibuat Firma BCKL adalah sebagai berikut.

08 Nov Prive 5.000.000

2008 - Kas 5.000.000

D. Pencatatan keluarnya sekutu firma


Seorang sekutu keluar dari persekutuan firma
apabila sekutu yang bersangkutan menyatakan

 Akuntansi Keuangan 2  Page 12 of 84


mengundurkan diri dan menarik semua yang menjadi
haknya. Bisa juga sekutu yan bersangkutan, menjual
semua haknya kepada sekutu yang lain atau kepada
sekutu baru. Apabila sekutu firma mengundurkan diri dan
menarik semua yang menjadi haknya, saldo semua akun
buku besar yang terkait dengan sekutu yang
bersangkuta dihilangkan dari pembukuan firma.
Sebagai contoh, dalam buku besar Firma Bunga
pada tanggal 4 Mei 2009, akun Modal Dea menunjukkan
saldo Rp 90.000.000,00 dan akun Prive Dea debit Rp
15.000.000,00. Pada tanggal 4 Mei 2009, Dea
menyatakan mengundurkan diri dari persekutuan firma.
Semua yang menjadi hak dan kewajibannya diselesaikan
melalui kas.
Jurnal yang dibuat Firma Bunga untuk mencatat transaksi
di atas adalah sebagai berikut.

04 Mei Modal Dea 90.000.000

2009 - Prive Dea 15.000.000

- Kas 75.000.000

Apabila jumlah yang dibayarkan firma lebih besar


daripada jumlah yang menjadi hak sekutu yang keluar,
kelebihannya bisa diperlakukan sebagai bonus dan
dibebankan pada modal sekutu yang lain. Bisa juga
diperlakukan sebagai goodwill.

E. Pencatatan masuknya sekutu baru

 Akuntansi Keuangan 2  Page 13 of 84


Adakalanya dalam keanggotaan persekutuan
firma terjadi penambahan atau penggantian, misalnya
dengan tujuan penambahan modal atau dengan alas an
lain. Masuknya sekutu baru ke dalam persekutuan firma
dapat dilakukan melalui cara – cara sebagai berikut
1. Pembelian semua atau sebagaian dari modal sekutu
lama
Masuknya sekutu baru melalui pembelian hak (modal)
sekutu lama, tidak mengakibatkan penambahan pada
aktiva firma. Dengan kata lain, hanya mengakibatkan
pemindahan modal yaitu dari modal sekutu lama
menjadi modal sekutu baru.
Sebagai ilustrasi, modal firma AKU terdiri atas modal
sekutu Lia Rp 150.000.000,00 dan modal sekutu Tia
Rp 100.000.000,00. Pada tanggal 10 Juli 2008, Ria
masuk menjadi sekutu baru dengan membeli 30 %
hak atas firma. Akibat transaksi tersebut adalah
sebagai berikut.
- Ria menjadi sekutu baru dalam Firma AKU dengan
setoran modal sebesar :
30% x (Rp 150.000.000 + Rp 100.000.000) = Rp
75.000.0000,00
- Modal sekutu Lia berkurang sebesar 30% x Rp
150.000.000 = Rp 45.000.000
- Modal sekutu Ria berkurang sebesar 30% Rp
100.000.000 = Rp 30.000.000
Dari hasil perhitungan di atas, jurnal yang dibuat Firma Bunga
untuk mencatat masuknya Ria menjadi sekutu firma, sebagai
berikut.

10 Juli Modal Lia 45.000.000

 Akuntansi Keuangan 2  Page 14 of 84


2008 Modal Tia 30.000.000

- Modal Ria 75.000.000

Masuknya Ria sebagai sekutu Firma Bunga,


mengakibatkan susunan modal firma menjadi sebagai
berikut :
Modal Lia Rp 150.000.000 – Rp 45.000.000 = Rp
105.000.000
Modal Tia Rp 100.000.000 – Rp 30.000.000 = Rp
70.000.000
Modal Ria Rp 75.000.0000
Total dari semua modal Rp 105.000.000 + Rp
70.000.000 + Rp 75.000.000 = Rp 250.000.000
2. Penyerahan aktiva sebagai setoran modal
Masuknya sekutu baru dengan cara menyerahkan
aktiva, mengakibatkan penambahan terhadap aktiva
firma yang diimbangi dengan penambahan modal
ekuitas. Apabila nilai aktiva yang diserahkan sekutu
baru lebih besar daripada modal yang disepakati,
kelebihannya bisa diperlakukan sebagai bonus untuk
sekutu lama atau sebagai gooswill.

F. Pembagian dan pencatatan laba – rugi Firma


Laba atau rugi yang diperoleh firma, dibagikan
kepada para sekutu berdasarkan ketentuan yang
tercantum di dalam Persetujuan Firma. Beberapa cara
yang dapat digunakan sebagai ketentuan dalam
pembagian laba – rugi firma, antara lain sebagai berikut :

 Akuntansi Keuangan 2  Page 15 of 84


1. Pembagian laba berdasarkan perbandingan modal
sekutu firma
Apabila laba atau rugi firma dibagikan berdasarkan
perbandingan modal, besarnya laba atau rugi
bergantung pada besarnya modal masing – masing
sekutu. Adakalanya modal sekutu firma tidak disetor
penuh. Dalam hal demikian, laba atau rugi bisa dibagi
berdasarkan perbandingan yaitu :
- Laba dibagikan berdasarkan perbandingan modal
awal periode
- Laba dibagikan berdasarkan perbandingan modal
akhir periode
- Laba dibagikan berdasarkan perbandingan modal
rata – rata
2. Pembagian laba dengan memperhitungkan bunga
investasi sekutu firma
Adakalanya firma memberikan bunga atas investasi
para sekutu. Sebelum pembagian laba atau rugi,
diperhitungkan lebih dulu bunga untuk investasi
masing – masing sekutu
3. Pembagian laba dengan memperhitungkan gaji sekutu
firma
Apabila firma memperhitungkan gaji para sekutu, laba
dibagikan berdasarkan laba bersih setelah dikurangi
dengan jumlah gaji para sekutu.
G. Pencatatan transaksi pembubaran Firma
Pembubaran (likuidasi) firma merupakan
pembatalan persetujuan persekutuan firma, dan
sekaligus penghentian kegiatan usaha. Oleh karena itu,
apabila suatu firma dilukidasi, pembukuan firma harus
ditutup lebih dulu. Artinya akun – akun pendapatan dan

 Akuntansi Keuangan 2  Page 16 of 84


beban harus ditutup, sehingga dalam buku besar hanya
akun – akun neraca yang masih memiliki saldo.
Selanjutnya semua aktiva nonkas dijadikan uang tunai
dan semua utang firma dibayar. Apabila semua utang
telah dibayar, dan kas masih memiliki saldo baru
dibagikan kepada para sekutu firma.
Laba atau rugi yang timbul dalam proses likuidasi
firma, seperti pada transaksi penjualan aktiva tetap dan
transaksi likuidasi lainnya, secara langsung dialokasikan
pada akun modal sekutu firma, berdasarkan ketentuan
pembagian laba.

1.5.2 Pencatatan ekuitas dalam persekutuan Perseroan


Komanditer atau CV (Comanditaire Vennootschap)
A. Pengertian Persekutuan Komanditer (CV)
Persekutuan komanditer (CV) adalah firma yang
mempunyai satu ataubeberapa orang sekutu
komanditer.Sekutu komanditer (silent partner) adalah
sekutu yang hanya menyerahkan uang, barang, atau
tenaga sebagai pemasukan pada persekutuan, dan tidak
turut campur dalam pengurusan atau penguasaan
persekutuan.Dia hanya memperoleh keuntungan dari
pemasukannya itu.Tanggung jawabnya terbatas pada
jumlah pemasukannya itu. Persekutuan komanditer
mempunyai dua macam sekutu, yaitu:
1. Sekutu Komplementer (complementary partner)
Sekutu komplementer adalah sekutu aktif yang
menjadi pengurus persekutuan.
2. Sekutu Komanditer (silent partner)
sekutu komanditer adalah sekutu pasif yang tidak ikut
mengurus persekutuan.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 17 of 84


Kedua macam sekutu ini menyerahkan
pemasukan pada persekutuan secara bersama untuk
memperoleh keuntungan bersama dan kerugian juga
dipikul bersama secara berimbang dengan pemasukan
masing-masing.
       Apabila dikaji, ketentuan Pasal 19 – Pasal 21 KUHD
yang mengatur tentang firma, jelas bahwa persekutuan
komanditer adalah firma dalam bentuk khusus .
kekhususan itu terletak pada eksistensi sekutu
komanditer yang tidak ada pada firma. Firma hanya
mempunyai sekutu aktif yang disebut firmant.

B. Definisi Perseroan Komanditer (CV)


Pasal 19 KUHD mengatakan bahwa perseroan
komanditer adalah perseroan menjalankan suatu
perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau
beberapa orang pesero yang secara lansung
bertanggung jawab untuk seluruhnya pada satu pihak,
dan satu orang atau lebih sebagai pelepasan uang pada
pihak lain.
CV berada di antara Firma dan Perseroan
Terbatas, dengan demikian, CV adalah perekutuan
dengan setoarn uang, barang tenaga atau sebagai
pemasukan para sekutu, dibentuk oleh satu orang atau
lebih anggota aktif yang bertanggung jawab secara
renteng, di satu pihak dengan satu atau lebih orang lain
sebagai pelepas uang.

C. Jenis – jenis Persekutuan Komanditer (CV)


1. CV diam – diam

 Akuntansi Keuangan 2  Page 18 of 84


Jenis CV ini belum menyatakan diri secara terbuka
sebagai CV. Bagi orang luar jenis  usaha ini masih
dianggap usaha dagang biasa.
2. CV terang – terangan
CV ini telah menyatakan diri secara terbuka kepada
pihak ketiga.Hal ini terlihat dengan dibuatnya akta
pedirian CV oleh Notaris dan akta pendirian, telah
didaftarkan di daftar perusahaan.
3. CV dengan saham
Munculnya CV jenis ini karena dalam perkembangan
CV membutuhkan modal.Untuk mengatasi masalah
kekurangan modal dapat dibagi atas beberapa saham
masing-masing komandataris dapat memiliki satu atas
beberapa saham.

D. Berakhirnya Persekutuan Komanditer (CV)


Karena Persatuan Komanditer pada hakikatnya
adalah firma maka cara berahirnya Firma juga berlaku
pada Perseroan Komanditer, yaitu :
1. Berahirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam
anggaran dasar.
2. Sebelum berakhir jangka waktu yang ditetapkan
akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu.
3. Dengan demikian ketentuan Pasal 1646-1652 KUH
Perdata dan Pasal KUHD dapat berlaku juga.

E. Tujuan pendirian CV
Setiap CV mempunyai tujuan dalam setiap
pendiriannya, salah satunya agar dapat melakukan
kegiatan usaha yang sama dengan perseroan lain atau
berbeda, bersifat khusus atau umum sesuai dengan

 Akuntansi Keuangan 2  Page 19 of 84


keinginan para pendiri persero. Namun ada beberapa
bidang usaha yang hanya bisa dilaksanakan dengan
ketentuan harus berbadan hukum PT. Selain itu tujuan
dari pendirian CV adalah sebagai Badan usaha agar
suatu usaha memiliki wadah resmi dan legal untuk
memudahkan pergerakan badan usaha itu sendiri,
misalnya “pengadaan barang”, perlu suatu sarana
melakukan kerjasama, selain itu biasanya juga
diisyaratkan apabila akan menjalin kerjasama dengan
suatu instansi pemerintah atau pihal lain adanya
pembentukan suatu badan usaha. Contohnya : untuk
pengadaan barang di kantor atau instansi pemerintah
dengan nilai s/d Rp 200 juta, harus menggunakan CV
atau PT dengan klasifikasi kecil.

F. Syarat mendirikan CV
Syarat-syarat untuk mendirikan CV adalah :
- Adanya perjanjian (pasal 15 KUHD) yakni
kesepakatan dari para pihak yang mau mendirikan
usaha
- Pendirian oleh minimal 2 (dua) orang dalam di mana
dari antara pendiri tersebut ada yang bertindak
sebagai penyuplai modal dan ada yang menyumbang
semua potensi (tenaga dan pikiran) untuk mengurus
dan mengelola perusahaan.
- Adanya akta notaris yang berbahasa Indonesia. Pada
waktu pendirian CV, yang harus dipersiapkan sebelum
datang ke notaris adalah :
a. Calon nama CV
b. Tempat kedudukan CV
c. Nama persero aktif dan persero diam

 Akuntansi Keuangan 2  Page 20 of 84


d. Maksud dan tujuan yang spesifik dari CV

G. Prosedur Mendirikan CV
Prosedur mendirikan CV adalah sebagai berikut :
Mendaftarkan akta pendiriannya kepada panitera PN
setempat (pasal 23 KUHD). Dalam pendaftaran tersebut
para pihak yang termasuk dalam keanggotaan CV
mendaftarkan akta pendirian CV atau dapat juga berupa
ikhtisar resminya saja (Pasal 24 KUHD) Mengumumkan
akta pendirian atau ikhtisar resmi (Pasal 28 KUHD) Para
pendiri CV wajib mengumumkan ikhtisar resmi akta
pendirian CV dalam Tambahan Berita Negara RI.

H. Organisasi Dalam CV
1. Sekutu Pasif bertugas :
- Wajib menyerahkan uang, benda ataupun tenaga
kepada persekutuan sebagaimana yang telah
disanggupkan
- Berhak menerima keuntungan
- Tanggung jawab terbatas pada jumlah pemasukan
yang telah disanggupkan
- Tidak boleh campur tangan dalam tugas sekutu
aktif (Pasal 20 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang), bila dilanggar maka tanggung jawabnya
menjadi tanggung jawab secara pribadi untuk
keseluruhan (tanggung jawab sekutu aktif)
berdasarkan pasal 21 Kitab Undang-undang
Hukum Dagang
2. Sekutu Aktif bertugas :
- Mengurus CV
- Berhubungan hukum dengan pihak ketiga

 Akuntansi Keuangan 2  Page 21 of 84


- Bertanggung jawab secara pribadi untuk
keseluruhan

I. Kelebihan dan Kelemahan CV


1. Kelebihan CV antara lain :
- Prosedur pendiriannya relatif mudah
- Modal yang dapat dikumpulkan lebih banyak,
karena didirikan banyak pihak (modal  gabungan)
- Kemampuan untuk memperoleh kredit lebih besar
- Kemampuan manajemen lebih luas
- Manajemen dapat didiversifikasikan
- Struktur organisasi yang tidak terlau rumit
- Kemampuan untuk berkembang lebih besar
2. Kelemahan CV antara lain :
- Sebagian anggota memiliki tanggung jawab tidak
terbatas
- Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin
- Sulit untuk menarik kembali investasinya
- Apabila perusahaan berutang/merugi, maka semua
sekutu bertanggung jawab secara bersama – sama

J. Tanggung Jawab Pengurus CV


Pengurus CV mempunyai tanggung jawab secara
pribadi untuk keseluruhan sekutu yang berada dalam CV
tersebut. Pasal 19 KUHD mengatur bahwa pihak yang
bertanggung jawab dan berurusan dengan urusan di luar
adalah sekutu kerja atau sekutu komplementer.Namun
pihak sekutu komanditer bertanggung jawab juga ke luar,
bila sekutu komanditer tersebut melanggar pasal 20
KUHD. Wewenang sekutu komanditer hanya tertuju
pada urusan intern persekutuan CV (pasal 20

 Akuntansi Keuangan 2  Page 22 of 84


KUHD).Sekutu komanditer juga bertanggung jawab
kepada sekutu kerja terkait penyuplaian modal (pasal 19
KUHD).

K. Risiko bagi Pengurus CV


Risiko bagi pengurus CV adalah menyangkut
kinerja perusahaan.Apabila perusahaan yang
dikelolanya mengalami kerugian, maka penguruslah
yang paling banyak menanggung beban untuk melunasi
utang perusahaan.Risiko paling besar adalah harta
kekayaannya bisa menjadi jaminan untuk menutupi
utang perusahaan.

L. Perbedaan Antara CV dengan PT


Kekhasan CV adalah memiliki Pesero Aktif
(pesero pengurus) dan Peseroan Komanditer (pesero
diam). Pesero aktif menjalankan pengurusan dan
pengelolaan perusahaan sementara kehadiran pesero
pasif atau komanditer berlaku sebagai penyuplai modal.
Konsekuensinya adalah pesero aktif akan bertanggung
jawab secara penuh terhadap seluruh harta pribadinya
untuk mengganti kerugian yang dituntut oleh pihak ketiga
sekiranya terjadi kerugian dalam perusahaan.
Sedangkan Perseroan Komanditer, hanya bertanggung
jawab sebesar modal yang disetorkannya ke dalam
perseroan.
Perbedaan lain antara CV dengan PT adalah :
1. Status perusahaan
PT merupakan bentuk usaha yang berbadan hukum
sedangkan CV merupakan badan usaha yang tidak
berbadan hukum.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 23 of 84


2. Pemisahan kekayaan pribadi
Karena statusnya berbadan hukum, maka PT
mempunyai kekayaan yang terpisah dengan kekayaan
para pendirinya.Jadi, PT dapat memiliki harta
kekayaan sendiri.Sementara itu, CV yang berstatus
tidak berbadan hukum, kekayaan para pendirinya
tidak terpisahkan dari kekayaan CV.
3. Modal perusahaan
Modal untuk pendirian sebuah CV tergantung
seberapa besar modal yang disetor oleh pesero pasif,
sementara modal untuk sebuah PT dikumpulkan dari
para pendiri dengan persentasenya masing-masing.

M. Modal Untuk Pendirian CV


Karena CV adalah suatu bentuk usaha yang
merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh
para pengusaha yang ingin melakukan usaha dengan
modal yang terbatas, maka untuk CV tidak ditentukan
jumlah modal minimalnya.Didalam anggaran dasar
perseroan komanditer (AKTA PENDIRIAN) juga tidak
disebutkan besarnya jumlah Modal dasar, modal
ditempatkan atau modal disetor.Penyebutan besarnya
modal perseroan dapat dicantumkan dalam SIUP (Surat
Izin Usaha Perdagangan) atau Izin Operasional
lainnya.Jadi misalnya, seorang pengusaha ingin
berusaha di industri rumah tangga, percetakan, biro jasa,
perdagangan, dll dengan modal awal yang tidak terlalu
besar, dapat memilih CV sebagai alternatif Badan Usaha
yang memadai.
BIAYA PAKET PROSES PENDIRIAN CV
GOLONGAN BIAYA PER PAKET MASA

 Akuntansi Keuangan 2  Page 24 of 84


PROSES

SIUP BESAR     Rp. 6.750.000,- 30 HARI KERJA

SIUP Rp. 5.750.000,- 30 HARI KERJA


MENENGAH       

SIUP KECIL Rp. 4.750.000,- 30 HARI KERJA

Syarat pembayaran :

- 50% uang muka pada saat dokumen lengkap dan siap


diproses

- 50% sisa pembayaran setelah proses Tahap 4 selesai

1.6 Alasan pemilihan Persekutuan atau Bentuk Badan Usaha


lainnya
Pertimbangan untuk memilih bentuk badan usaha berupa
persekutuan atau bukan adalah berdasarkan kelemahan dan
kelebihan persekutuan dibandingkan bentuk badan usaha lainnya
seperti perseroan terbatas dan lain-lain. Oleh karena itu perlu
dibahas mengenai kelebihan dan kelemahan persekutuan.

Kelebihan Bentuk Usaha Persekutuan:

1. Bentuk persekutuan seperti firma lebih mudah dalam


pendiriannya.
2. Bentuk persekutuan seperti firma juga lebih mudah dalam
pembubarannya misalkan akan berubah menjadi bentuk
perseroan terbatas.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 25 of 84


3. Bentuk persekutuan juga mempunyai kebebebasan dan
keluwesan dalam menentukan bentuk usahanya.
4. Kebebasan masing-masing sekutu dalam pengambilan
keputusan.
5. Persekutuan hanya wajib melaporkan pajaknya tetapi bukan
pembayar pajaknya karena yang membayar pajak adalah para
sekutu yang memperoleh laba persekutuan. Pajaknya berupa
pajak penghasilan.
Kelemahan Bentuk Usaha Persekutuan:
1. Tanggung jawab pribadi sekutu akan hutang perusahaan.
2. Kelangsungan hidup perusahaan biasanya terbatas karena ikut
ditetukan oleh perjanjian dalam pendirian persekutuan.
3. Kesulitan dalam memindahtangankan kepentingan pemilik.

BAB II
Pembubaran Persekutuan

2.1 Pengertian Pembubaran Persekutuan

 Akuntansi Keuangan 2  Page 26 of 84


Suatu persekutuan dinyatakan dibubarkan apabila perjanjian
bersama yang semula diadakan untuk menjalankan usaha bersama
– sama telah berakhir.
Misalnya, kematian seorang anggota berakibat dengan
sendirinya perjanjian kerjasama berakhir dan dengan demikian
persekutuan dinyatakan dibubarkan. Adanya persengketaan di
antara para anggota pengadilan dapat memutuskan pembubaran
atas permintaan seorang atau lebih dari anggota. Demikian pula
pengunduran diri seorang anggota dengan menjual haknya juga
membubarkan persekutuan yang semula.

Dengan kematian seorang anggota, anggota – anggota lain


yang masih hidup dapat bertindak atas nama persekutuan untuk
melanjutkan transaksi yang sudah dimulai dan menyelesaikan
sama sekali transaksi – transaksi perdagangan lainnya.
Usaha perusahaan tetap dapat berjalan, karena
pengunduran diri seorang anggota tanpa adanya gangguan
terhadap rnasuknya anggota baru sebagai pengganti. Namun
demikian persekutuan semula harus dianggap berakhir dan (usaha)
perusahaan berada di bawah pengelolaan persekutuan yang baru.

2.2 Keadaan – keadaan yang menyebabkan terjadinya


pembubaran persekutuan
a. Pembubaran atas dasar perjanjian persekutuan (act of the
parties) karena :
- Berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian
atau tercapainya tujuan
- Persetujuan bersama
- Pengunduran diri seorang anggota persekutuan
b. Pembubaran atas dasar bekerjanya undang-undang karena :
- Kematian seorang atau beberapa anggota persekutuan

 Akuntansi Keuangan 2  Page 27 of 84


- Bangkrutnya seorang atau lebih anggota atau persekutuan
- Kejadian-kejadian tertentu yang mengakibatkan tidak dapat
bertindaknya perusahaan yang disebabkan oleh perbuatan
individu anggota yang membawa nama persekutuan
- Ada perang di dalam suatu negara dari salah seorang anggota
(persekutuan).
c. Pembubaran atas dasar keputusan pengadilan, antara lain
dalanr keadaan sebagai berikut :
- Ketidakmampuan seorang anggota untuk memenuhi
kewajibannya terhadap perjanjian persekutuan
- Tindakan seorang anggota yang mengakibatkan tidak ada
keserasian dalam usaha yang sedang berjalan
- Perselisihan intern di antara anggota
- Tidak mungkin lagi untuk mendapatkan keuntungan secara
kontinyu dari usaha perusahaan
- Alasan lainnya yang mengakibatkan pembubaran misalnya
kecurangan atau penyajian yang keliru di dalam
pembentukan formasi persekutuan

2.3 Persoalan akuntansi dalam pembubaran persekutuan


- Masalah masuknya seorang atau lebih anggota baru
- Pengunduran diri seorang anggota
- Kematian seorang anggota atau lebih
- Penyatuan dan atau perubahan bentuk badan usaha

2.4 Masuknya seorang atau lebih anggota baru


Apabila seorang atau lebih anggota baru diperbolehkan
masuk ke dalam persekutuan, berarti satu persekutuan yang baru
telah dibentuk. Pembentukan sebuah persekutuan yang baru

 Akuntansi Keuangan 2  Page 28 of 84


otomatis membubarkan persekutuan yang lama. Oleh karena itu
perjanjian persekutuan harus dirubah atau dibuatkan suatu
perjanjian persekutuan yang baru. Satu hal yang penting dalam hal
ini adalah ditentukannya pembagian laba (rugi) yang baru, karena
dengan dibubarkannya persekutuan yang lama berarti
membatalkan ketentuan pembagian laba (rugi) yang telah diatur.
Apabila tidak ada persetujuan yang baru, maka ketentuan
undang – undang tentang persekutuan akan dilaksanakan, dimana
pembagian keuntungan diantara para anggota adalah sama.
Masuknya anggota baru di dalam persekutuan dalam
keadaan bagaimanapun juga harus mendapatkan persetujuan
anggota yang ada.
Seseorang yang akan masuk ke dalam persekutuan dapat
memasukkan modal dengan cara :
a. Membeli sebagian atau seluruhnya dari bagian modal
(penyertaan) seorang atau lebih anggota lama (tidak ada
kekayaan baru yang diterima oleh persekutuan)
b. Menanamkan kekayaan pada persekutuan, sehingga kekayaan
persekutuan bertambah

2.4.1 Pembelian sebagian Hak Penyertaan dari anggota


Persekutuan
Apabila salah satu anggota persekutuan menjual hak
penyertaan modal dan pembagian laba (rugi) kepada pihak
lain, maka pembukuan di dalam persekutuan terbatas pada
pemindahan saldo rekening modal pihak penjual ke rekening
modal pihak pernbeli.
Trasaksi pembayaran antara pihak pembeli kepada
pihak penjual merupakan transaksi pribadi pemilik dan tidak
perlu dicatat oleh perusahaan. Transaksi jual beli hak
pernyertaan dan pembagian laba (rugi) di dalam perusahaan

 Akuntansi Keuangan 2  Page 29 of 84


itu, dilihat dari segi persekutuan sebagai unit usaha yang
terpisah merupakan pemindahan kekayaan pribadi masing –
masing anggota. Bagi persekutuan transasksi itu cukup
besar dicatat mengenai berapa besarnya bagian penyertaan
(saldo modal) tersebut yang dipindah tangkan. Sebagi
ilustrasi K dan L adalah anggota – anggota persekutuan
yang membagi laba (rugi) dengan perbandingan yang sama.
Berikut ini neraca persekutuan K& L pada akhir tahun buku
2000
Contoh

"Persekutuan K & L"


Neraca
periode 3l Desember 2000
(Dalam Rupiah)

Macam-macam Macam - macam


1.250.000 250.000
Aktiva Utang

 
Modal A 600.000

Modal B 400.000

   
Jumlah Utang &
Jumlah Aktiva 1.250.000
Modal 1.250.000

Pada saat itu O ingin masuk dalam keanggotaan


persekutuan dengan membeli l/4 bagian hak penyertaan K
dan L dengan membayar Rp 250.000,-

 Akuntansi Keuangan 2  Page 30 of 84


Pencatatan di dalam persekutuan atas transaksi
tersebut hanya berupa pemindahan l/4 hak penyertaan K
dan L kepada O tanpa memperhatikan berapa besarnya
pembayaran oleh O kepada K dan L sebagai berikut :
Modal K Rp 150.000
Modal L Rp 100.000
Modal O Rp 250.000
Sebagai akibat masuknya O di dalam persekuruan
tidak mempengaruhi besarnya jumlah modal persekutuan.
Dengan masuknya O di dalam persekutuan hanya komposisi
hak penyertaan masing – masing anggota yang berubah
sedangkan jumlah totalnya tetap tidak berubah seperti
ternyata pada tabel berikut ini :
sebelum setelah O masuk di
masuknya O dalam persekutuan

Modal K 600.000 450.000


Modal L 400.000 300.000
Modal O 0 250.000

Modal Perskutuan 1.000.000 1.000.000


Narnun demikian persoalan akan timbul, jika
masuknya anggota baru tersebut dengan memberi sebagian
hak penyertaan lebih dari seorang anggota dan dengan
harga berbeda dari nilai bukunya. Persoalan itu adalah
berhubungan dengan alokasi jumlah uang dari anggora yang
baru kepada anggota – anggota lama yang menjual
sebagian hak penyertaannya.
Oleh karena itu biasanya dianggap perlu adanya
penilaian kembali terhadap harta kekayaan persekutuan
sebelum transaksi itu terjadi. Dengan penilaian kembali ini

 Akuntansi Keuangan 2  Page 31 of 84


dimaksudkan agar hak – hak penyertaan anggota dapat
diukur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga
pembayaran dari anggota yang baru tiddak perlu berbeda
dengan nilai yang tercantum dalam rekening – rekening
pembukuan. Adanya goodwill jika dianggap perlu harus
diperhitungkan dalam rangka penilaian kembali tersebut.
Rugi – laba akibat penilaian kembali harus
dialokasikan kepada saldo modal masing – masing anggota
sesuai dengan ketentuan pembagian laba – rugi yang
bersangkutan.
Pada akhirnya keputusan apakah goodwill akan diakui
dan dicatat dalam rekening – rekening pembukuan sangat
tergantung kepada persetujuan yang dibuat baik oleh
anggota yang lama maupun anggota yang baru. Pada
umunya pertimbangan tentang perlu atau tidaknya goodwill
dicatat, disamping tingkat kepastian realisasinya juga
proporsi pembagian laba – rugi setelah masuknya anggota
yang baru.

2.4.2 Suatu penyertaan (investasi) dengan memberikan bonus


dan atau goodwill kepada anggota pemilik yang lama
Apabila sebuah persekutuan telah berjalan dengan
sukses, maka biasanya kepada anggota baru yang akan
masuk dibebani kewajiban-kewajiban terhadap antara lain :
- Bagian penyertaan daripada anggota baru harus dikurangi
dengan lumlah tertentu sebagai bonus kepada anggota
pemilik lama
- Goodwill persekutuan harus diadakan dan dikredit sebagai
penambahan modal anggota-anggota pemilik yang lama.

A. Pemberian bonus kepada anggota pemilik lama

 Akuntansi Keuangan 2  Page 32 of 84


Misalnya L, M dan N adalah anggota-anggota
persekutuan pembagian laba (rugi) masing-masing
sebagai ::

Saldo modal Pembagian Laba(Rugi)


Tuan L 50.000 45%
Tuan M 30.000 35%
Tuan N 20.000 20%
Jumlah Rp 1.000.000 100%
Pada saat itu Tuan O, ingin masuk dalam
keanggotaan persekutuan dan diterima oleh anggota-
anggota pemilik lama. untur itu tuan O menyerahkan
uang sebesar Rp 40.000,00 untuk peflyertaan
modalsebanyak 25 % dari modal persekutuan yang baru.
Kelebihan setoran modal tuan O, merupakan bonus
yang dibagikankepada pemilik lama sesuai dengan
ketentuan pembagian laba (rugi) yang ada.
Jurnal untuk mencatat masuknya Tuan O, adalah
sebagai berikut :
Kas Rp 40.000,00
Modal L Rp 2.250,00
Modal M Rp 1.750,00
Modal N Rp. 1.000,00
Modal O Rp 35.000,00

Jumlah modal persekutuan Rp. 100.000,00


(sebelum masuknya Tuan O)
Setoran Modal Tuan O  Rp. 40.000,00
Jumlah modal persekutuan yang baru Rp. 140.000.00

 Akuntansi Keuangan 2  Page 33 of 84


Maka modal Tuan O dinilai 25% dari modal
persekutuan yang baru 25 % * Rp 140.000,00 = Rp
35.000,00
Setoran Modal Yuan O Rp 40.000,00
Bagun modal yang diperhitungkan (Rp 35.000,00)
Bonus untuk anggota pemilik lama Rp 5.000,00
Bonus tersebut dibagi sesuai dengan perbandingan
pembagian laba (rugi) sbb ;
Tuan L menerima : 45% x Rp 5.000 = Rp 2.250
Tuan M menerima : 35% x Rp 5.000 = Rp 1.750
Tuan N menerima : 20% x Rp 5.000 = Rp 1.000
Jumlah Rp 5.000

B. Pembentukan Goodwill untuk anggota pemilik lama :


Misalnya persekutuan Tuan L, M dan N tersebut di
atas setuju untuk memasukkan Tuan O dengan
ketentuan bahwa : Tuan O menyetorkan uangnya
sebesar Rp 40,000,00 untuk l/4 bagian dari modal
persekutuan yang baru. Kelebihan perhitungan saldo
modalnya yang baru merupakan goodwill yang harus
dibentuk di dalam persekutuan.
Dalam hal ini setoran modal Tuan O sebesar Rp
40.000,00 dinilai sebesar 25 % dari modal persekutuan
yang baru sehingga modal persekutuan yang baru harus
berjumlah :
= 100 x Rp 40.000,00 = Rp. 160.000,00
25
Jumalah modal anggota pemilik lama + (L, M dan N ) =
Rp 100.000,00
Ditambah setoran modal tuan O =
Rp 40.000,00

 Akuntansi Keuangan 2  Page 34 of 84


Modal persekutuan yg riel (Rp 140.000,00)
Goodwill yang harus dibentuk Rp . 20.000,00
Goodwill itu dibagi antara anggota pemilik lama
sesuai dengan perbandingan pembagian laba ( rugi)
sebagai berikut :

Tuan L : 45% x 20.000,00 = Rp 9.000,00


Tuan M : 35% x 20.000,00 = Rp 7.000,00
Tuan N : 20% x 20.000,00 = Rp 4.000,00
Jumlah = Rp 20.000,00

Maka jurnalnya untuk mencata masuknya Tuan O


adalah sebagai berikut :
- Pembentukan goodwill ;
Goodwill Rp 20.000,00
Modal L Rp 9.000,00
Modal M Rp 7.000,00
Modal N Rp 4.000,00
- Setoran Modal tuan O
Kas Rp 40.000,00
Modal Rp 40.000,00

C. Penilaian Kembali Aktiva


Apabila masuknya anggota baru didasarkan pada
fakta bahwa aktiva yang sebenarnya tercatat di dalam
pembukuan terlalu rendah, maka perlu diadakan
penilaian kembali dengan menaikkan nilai aktiva yang
bersangkutan.
Demikian sebaliknya apabila nilai bukunya terlalu
tinggi. Dengan menaikkan atau menurunkan nilai aktiva
yang ada tidak akan timbul persoalan pemberian bonus

 Akuntansi Keuangan 2  Page 35 of 84


dan pembentukan goodwill pada saat masuknya anggota
yang baru

D. Suatu penyertaan (investasi) dengan memberikan bonus


atau goodwill kepada anggota yang baru
Bonus atau goodwill yang diberikan kepada
anggota yang baru timbul karena persekutuan yang ada
mungkin mengharapkan adanya keuntungan yang lebih
besar apabila calon anggota tertentu masuk ke dalam
persekutuannya.
Dalam hal ini akan terjadi kemungkinan-
kemungkinan sebagai berikut :
- Bagian modal anggota pemilik lama dikurangi dan
diberikan sebagai bonus kepada anggota yang baru,
atau
- Goodwill harus dibentuk dan dikredit pada rekening
modal anggota yang baru.

E. Pemberian bonus kepada anggota baru


Misalnya persekutuan Tuan L, M dan N tersebut di
muka, setuju tuan O masuk kedalam persekutuan. Tuan
O menyerahkan uang sebesar Rp. 40.000 untuk
penyerahan 40% dari modal persekutuan yang baru.

Perhitungan :
Saldo modal Rp 100.000,00
(sebelum masuknya
Tuan O)
Setoran modal tuan O Rp 40.000.00

 Akuntansi Keuangan 2  Page 36 of 84


Jumlah Rp 140.000.00
Hak penyertaan tuan O, dihitung 40% dari :
Saldo modal yang baru : 40% x Rp. 140.000,00 Rp. 56.000,00
Setoran modal tuan O Rp. 40.000.00
Bonus kepada Tuan O Rp. 16.000.00

Bonus sebesar Rp. 16.000,00 dikurangkan dari saldo


modal anggota pemilik lama, dengan perhitungan
sebagai berikut:
Tuan L : 45% x Rp. 16.000 Rp. 7.200,00
Tuan M : 35% x Rp. 16.000 Rp. 5.600,00
Tuan N : 20% x Rp. 16.000 Rp. 3.200,00
Jumlah Rp. 16.000,00

F. Pembentukan goodwill untuk anggota yang baru


Misalnya persekutuan Tuan L, M dan N setuju
Tuan O masuk kedalam persekutuan dengan ketentuan
bahwa : Tuan O menyerahkan uang sebesar Rp.
40.000,00. setoran modal Tuan O ini merupakan 37,50%
dari modal persekutuan yang baru. Sedang Tuan L, M
dan N masing-masing tidak bersedia untuk dikurangi
saldo modalnya.
Karena tuan L, M dan N tidak bersedia dikurangi
modalnya, maka jumlah modal Tuan L, M dan N yang
jumlahnya sebesar Rp. 100.000,00 itu akan merupakan
62 ½ dari modal persekutuan yang baru, sedang bagian
modal Tuan O adalah 37 ½ %. Dengan demikian jumlah
modal persekutuan yang baru adalah :
Rp. 160.000,00 ( 100/62,5 x Rp. 100.000,00)

 Akuntansi Keuangan 2  Page 37 of 84


Modal Tuan O sebagai penyertaan terhadap 37 ½ % dari
modal persekutuan yang baru adalah :

37½x Rp. 160.000,00 Rp. 60.000,00


Setoran modal Rp. 40.000,00
Goodwill Rp. 20.000,00

Jurnal untuk mencatat masuknya tuan O, adalah :


Kas Rp 40.000,00
Goodwill Rp 20.000,00
Modal Tuan O Rp 60.000,00

2.5 Pengundaran Diri Anggota


Setiap anggota di dalam persekutuan mempunyai hak untuk
menarik diri atau mengundurkan diri setiap saat dari organisasi
persekutuan. Pengunduran diri seorang anggota berarti
pembubaran persekutuan , tetapi tidak berarti perusahaan juga
bubar. Perusahaan dapat berjalan sebagaimana biasa.
Penyelesaian pengunduran diri anggota dapat dilakukan dengan
cara :
- Bagian penyertaan anggota yang mengundurkan diri dijual
kepada anggota lain atau anggota baru
- Bagian peyertaan dikembalikan dalam bentuk uang tunai atau
aktiva lain sesuai dengan perhitungan bagian penyertaannya
Di dalam perjanjian persekutuan biasanya harus sudah
diatur tentang procedure tertentu di dalam pengukuran dan

 Akuntansi Keuangan 2  Page 38 of 84


penilaian bagian hak penyertaan dari anggota yang mengundurkan
diri.
A. Pembayaran kepada anggota yang mengundurkan diri
dengan jumlah yang melampaui saldo modalnya
Hal ini dapat terjadi apabila penilaian kembali kekayaan
perusahaan ternyata lebih tinggi dari apa yang tercatat dalam
buku. Dengan demikian anggota yang akan meneruskan usaha
berani memberikan bonus atau goodwill kepada anggota yang
mengundurkan diri.
- Pemberian Bonus
Tuan S, T dan U adalah anggota – anggota persekutuan
yang mempunyai saldo modal masing-masing Rp.
200.000,00. Perjanjian pembagian keuntungan di antara
mereka adalah berbanding sebagai berikut : 50 %, 25%,
25%.
Tuan U menyatakan mengundurkan diri dan diterima baik
oleh semua anggota. Para anggota setuju untuk membayar
kepada Tuan U sebanyak Rp. 230.000,00. Kelebihan
pembayaran kepada Tuan U diberikan sebagai bonus.
Atas dasar data tersebut, maka jurnal untuk mencatat
pengunduran diriTuan U adalah sebagai berikut :
Modal U Rp 200.000.000,00
Modal S Rp 20.000,00
Modal T Rp 10.000,00
Hutang Tuan U (Kas) Rp 230.000.000,00
- Pembentukan Goodwill
Misalnya pada contoh tersebut di atas, Tuan S dan T tidak
ingin saldo modalnya dikurangi, meskipun mereka bersedia
membayar sebsar Rp 230.000,00 kepada Tuan U, sebagai
penyelesaian pengunduran diri Tuan U.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 39 of 84


Dalam hal ini kelebihan Rp 30.000,00 yang akan diterima
Tuan U, dibayarkan sebagai perwujudan adanya goodwill
yang dibentuk. Goodwill yang dibentuk bisa untuk
keseluruhan anggota pemilik atau hanya bagi anggota yang
mengundurkan diri. Dalam hal goodwill dibentuk untuk
keseluruhan anggota, maka jurnal yang diperlukan adalah
Goowill Rp 120.000,00
Modal S Rp 60.000,00
Modal T Rp 30.000,00
Modal U Rp 30.000,00
- Pembayaran kepada Tuan U

Modal, U Rp. 230.000 -

Hutang, Tn U (Kas) - Rp. 230.000


Goodwill pengunduran diri seorang anggota telah dibeli oleh
anggota-anggota pemilik yang masih tinggal, maka jurnal
pembentukan goodwill dan pengunduran diri tuan U tersebut
adalah :
Modal U Rp 200.000,00
Goodwill Rp 30.000,00
Hutang Tuan U (Kas) Rp 230.000,00

B. Pembayaran kepada anggota yang mengundurkan diri


dengan jumlah lebih rendah dari saldo modalnya
- Pemberian Bonus
Misalnya pada contoh di atas, Tuan U menyetujui untuk
menerima Rp. 170.000,00 guna menyelesaikan
pengunduran diri dari jumlah penyertaan sebesar Rp.
200.000,00. Jika perbedaan sejumlah Rp. 30.000,00 dihitung
sebagai bonus untuk anggota – anggota yang melanjutkan
usaha, maka jurnal untuk mencatat pengunduran diri tuan U
adalah :

 Akuntansi Keuangan 2  Page 40 of 84


Modal U Rp 200.000,00
Hutang Tuan U (kas) Rp 170.000,00
Modal S Rp 20.000,00
Modal T Rp 10.000,00
- Pembentukan Goodwill
Misalnya dalam buku persekutuan memperlihatkan adanya
sejumlah goodwill. Tuan U bersedia menerima lebih kecil
dari saldo modalnya, sebab modalnya itu merefleksikan
adanya goodwill tersebut.
Apabila Tuan U dibayar sebesar Rp. 170.000,00 untuk
bagian penyertaan yang sebesarnya Rp. 200.000,00 dengan
kelebihan saldo kredit dimasukkan sebagai kompensasi
terhadap adanya goodwill, maka jurnal pengunduran diri tuan
U adalah :
Modal U Rp 200.000,00
Goodwill Rp 30.000,00
Hutang Tuan U (kas) Rp 170.000,00
Ada kemungkinan pula untuk mengakui pengurangan
goodwill persekutuan bersama-sama dengan penyelesaian
keluarnya Tuan U. selama pengurangan sejumlah Rp.
30.000,00 itu merupakan 25%, maka jumlah pengurangan
goodwill seluruhnya akan berjumlah :
100% / 25% x Rp. 30.000 = Rp. 120.000
Sehingga jurnal untuk mencatat pengunduran Tuan U
adalah :
Modal S Rp 60.000,00
Modal T Rp 30.000,00
Modal U Rp 200.000,00
Goodwill Rp 120.000,00
Hutang Tuan U (kas) Rp 170.000,00

 Akuntansi Keuangan 2  Page 41 of 84


2.6 Kematian Seorang atau Lebih Anggota
Apabila tidak ada suatu hal yang khusus, maka rugi-laba
sampai dengan saat itu harus ditentukan. Aktiva dan hutang-hutang
persekutuan harus dinilai kembali dan bagian hak penyertaan dari
anggota yang meninggal harus ditentukan hingga saat
kematiannya.
Para anggota persekutuan dapat mengadakan penyelesaian
(yang disetujui) atas bagian penyertaan (modal) anggota yang mati
sebagai berikut :
a. Dengan pembayaran dari harta persekutuan.
b. Dengan pembayaran oleh salah seorang anggota yang ada
yang bersedia membeli bagian penyertaan (modal) anggota
yang mati.
c. Dengan pembayaran dari hasil assuransi persekutuan dengan
pembelian bagian penyertaan anggota yang mati oleh anggota-
anggota yang masih ada. Apabila perusahaan diteruskan oleh
anggota-anggota yang ada, kematian seorang anggota
berakibat pembubaran persekutuan semula dan suatu
persekutuan yang baru harus dibentuk.

2.7 Penyatuan dan Peleburan Persekutuan ke dalam Bentuk


Perseroan
Para anggota pemilik dapat memutuskan untuk meleburkan
diri dalam bentuk perseroan agar terjamin adanya keuntungan yang
diperoleh di dalam bentuk organisasi perseroan itu. Apabila buku-
buku Persekutuan tetap dipertahankan, maka pencatatan
hendaknya menunjukkan adanya :
a. Perubahan nilai aktiva, hutang dan bagian penyertaan masing-
masing anggota sebelumnya kepada bentuk perseroan.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 42 of 84


b. Perubahan di dalam bentuk pemilikan. Dalam mencatat
perubahan nilai aktiva dan hutang, mungkin terdapat
keuntungan (kerugian) akibat penilaian kembali. Keuntungan
atau kerugian itu dibagi sesuai dengan perbandingan
pembagian laba dan dipindahkan ke rekening modal masing-
masing. Untuk mencatat perubahan-perubahan nilai aktiva dan
hutang itu dapat melalui sebuah “rekening antara” yang
dinamakan “Rekening penyesuaian modal”. Pengeluaran
saham-saham di dalam pertukaran bagian penyertaan para
anggota yang telah disesuaikan, dicatat dengan mendebit
rekening modal para anggota dan mengkredit rekening modal
saham (perseroan).
 Apabila membuka buku-buku baru maka pencatatan yang
pertama-tama harus diadakan adalah penyesuaian aktiva dan
bagian penyertaan para anggota, kemudian diikuti dengan
pencatatan-pencatatan :
a. Pemindahan aktiva dan hutang ke dalam perseroan
b. Penerimaan saham-saham sebagai pembayaran terhadap
kekayaan bersih yang dipindahkan dan
c. Pembagian saham kepada para anggota pemilik
Dalam hal ini transaksi-transaksi yang berhubungan dengan
penyelesaian pembubaran pada waktu membuka buku-buku
perseroan tidak dilaporkan.
Contoh :
Tuan V dan W adalah anggota – anggota persekutuan yang
membagi laba (rugi) dengan perbandingan yang sama. Mereka
memutuskan untuk melebur persekutuannya menjadi sebuah
perseroan dengan modal statutair yang terbagi dalam 500 saham
biasa nominal @ Rp. 1.000,00. Posisi keuangan persekutuan
sebelum diadakan peleburan adalah sebagai berikut :

 Akuntansi Keuangan 2  Page 43 of 84


Tuan V dan W sebelum diadakan peleburan atau perubahan
bentuk persekutuan menjadi prseroan, menghendaki agar ada
pernilaian kembali terhadap beberapa jenis aktiva, sebagai berikut :
Piutang Dagang …………. Rp. 36.000,00
Gedung ………………….. Rp. 130.000,00
Tanah ……………………. Rp. 84.000,00

Jurnal yang diperlukan apabila perseroan melanjutkan buku-


buku persekutuan
A. Penyesuaian rekening dan penilaian kembali aktiva

Tanah Rp 44.000
Akumulasi penyusutan gedung Rp 10.000
Cadangan kerugian piutang Rp 2000
Rekening Penyesuaian modal Rp 52.000
B. Pembagian keuntungan (kerugian) karena penilaian kembali
Rekening penyesuaian Modal Rp 52.000,00
Modal V Rp 26.000,00
Modal W Rp 26.000,00

C. Pengeluaran saham-saham untuk Tuan V dan W

 Akuntansi Keuangan 2  Page 44 of 84


Modal V Rp 146.000,00
Modal W Rp 194.000,00
Modal Saham Rp 340.000,00

Jurnal yang diperlukan Apabila perseroan membuka buku-


buku baru tersendiri :
A. Pencatatan (jurnal) pada waktu persekutuan Tuan V dan W
ditutup, sesudah penilaian kembali (dalam buku lama) :
Piutang Perseroan Rp 340.000,00
Hutang Dagag Rp 20.000,00
Wesel Bayar Rp 12.000,00
Cadangan Kerugian Piutang Rp 6.000,00
Akum. Penyusutan Gedun Rp 20.000,00
Kas Rp 4.000,00
Piutan Dagang Rp 42.000,00
Persediaan Barang Dagang Rp 118.000,00
Gedung Rp 150.000,00
Tanah Rp 84.000,00
B. Pada waktu Tuan V, W menerima saham-saham dari
Perseroan (dalam buku lama)
Modal V Rp 146.000,00
Modal W Rp 194.000,00
Piutang Perseroan Rp 340.000,00
C. Pencatatan pada waktu pemindahan aktiva dan hutang
persekutuan Tuan V dan W (dalam buku baru) :
Kas Rp 4.000,00
Piutang Dagang Rp 42.000,00
Persediaan Barang Dagang Rp 118.000,00
Gedung Rp 150.000,00
Tanah Rp 84.000,00
Hutang Dagang Rp 20.000,00

 Akuntansi Keuangan 2  Page 45 of 84


Wesel bayar Rp 12.000,00
Cadangan kerugian piutang Rp 6.000,00
Akum. Penyusutan gedung Rp 20.000,00
Hutang – Tuan V & W Rp 340.000,00
D. Pencatatan pada waktu Perseroan mengeluarkan saham-
saham untuk Tuan V dan W – (dalam buku baru) :
Hutang Tuan V & W Rp 340.000,00
Modal saham Rp 340.000,00

BAB III

 Akuntansi Keuangan 2  Page 46 of 84


Likuidasi Persekutuan

3.1 Pengertian Likuidasi Persekutuan


Likuidasi adalah suatu keadaan di mana baik persekutuan
maupun usaha perusahaannya dibubarkan semua.
Dalam likuidasi ini perusahaan hanya berjalan beberapa saat
guna menyelesaikan proses likuidasi tersebut. Proses pembubaran
usaha ini meliputi dua tahap, yaitu :
a. Proses mengubah harta kekayaan yang ada menjadi uang
tunai (cash), yang disebut proses realisasi.
b. Proses pembayaran kembali hutang-hutang kepada para
kreditur dan pembayaran kembali sisa modal kepada anggota,
yang disebut juga proses likuidasi.

3.2 Prosedur dalam Likuidasi


a. Rekening-rekening pembukuan harus disesuaikan dan ditutup.
Laba dan rugi bersih selama periode terakhir diperhitungkan ke
rekening modal masing-masing, sesudah itu dikatakan
persekutuan siap untuk dilikuidasi.
b. Pada proses pengubahan aktiva menjadi uang tunai (cash),
apabila ada perbedaan antara nilai buku dan nilai realisasi yang
menunjukkan keuntungan atau kerugian harus dibagi di antara
anggota sesuai dengan perbandingan pembagian laba (rugi).
Saldo modal selanjutnya dipakai sebagai dasar penyelesaian.
c. Apabila dijumpai keadaan di mana salah seorang anggota
mempunyai saldo debit di dalam rekening modalnya, di lain
pihak ia mempunyai piutang kepada persekutuan, maka
piutang kepada persekutuan itu dipakai untuk menutup saldo
debit rekening modal yang bersangkutan. Di samping itu pada
prinsipnya apabila seorang anggota mengalami defisit maka

 Akuntansi Keuangan 2  Page 47 of 84


anggota yang lain berkewajiban untuk menutupnya terlebih
dahulu.
d. Apabila uang tunai sudah tersedia untuk dibagi, maka pertama-
tama harus dibayarkan terlebih dahulu kepada para kreditur
extern, baru sesudah itu dibayarkan saldo-saldo modal masing-
masing anggota.

4.1 Likuidasi berlangsung setelah proses realiasasi berakhir


Misalnya Persekutuan Tuan A, B, C dan D dinyatakan akan
dilikuidasi. Pembagian laba (rugi) di dalam persekutuan diatur
dengan perbandingan sebagai berikut : 30 %, 30 %, 20 % dan
20%. Neraca per 1 Mei 1980 yang disusun sesaat sebelum likuidasi
menunjukkan saldo-saldo sebagai berikut :

Di bawah ini diberikan beberapa kemungkinan di dalam


pelaksanaan realisasi pengubahan aktiva lain menjadi uang tunai
dan proses likuidasi selanjutnya :
a. Realisasi aktiva lain sebesar Rp
140.000. Kerugian dalam realisasi aktiva lain-lain dibebankan
kepada rekening modal masing-masing anggota dengan jumlah
yang masih cukup ditutup oleh saldo modal.
b. Realisasi aktiva lain-lain sebesar Rp
120.000. Pembebanan kerugian melampaui saldo rekening

 Akuntansi Keuangan 2  Page 48 of 84


modal beberapa anggota sehingga harus ditutup dengan saldo
piutangnya kepada persekutuan.
c. Realisasi aktiva lain – lain sebsar Rp
100.000,00. Kerugian realisasai aktiva lain – lain
mengakibatkan defisitnya rekening modal seorang anggota
d. Realisasi aktiva lain – lain sebesar Rp
80.000,00 dengan kerugian realisasi yang mengakibatkan
defisitnya rekening modal beberapa orang anggota
e. Realisasi aktiva lain – lain sebesar Rp
60.000,00 dengan berakibat kekurangan uang tunai untuk
membayar para kreditur:
- Apabila semua anggota secara pribadi mampu untuk
menutup kewajiban – kewajibannya
- Apabila anggota – anggota tertentu secara pribadi mampu,
sedang beberapa anggota yang lain tidak mampu untuk
menyelesaikan kewajiban – kewajibannya
Contoh :
Nilai buku aktiva lain Rp 180.000
Direalisasikan dlm kas (Rp 140.000)
Rugi dalam realisasi Rp 40.000
Kerugian tersebut dibagi di antara anggota masing-masing A, B, C
dan D dengan perbandingan: 30 %, 30 %, 20 % dan 20%.
Pembebanan kerugian realisasi kepada rekening modal
masing-masing.
A = 30% x Rp 40.000 = Rp 12.000
B = 30% x Rp 40.000 = Rp 12.000
C = 20% x Rp 40.000 = Rp 8.000
D = 20% x Rp 40.000 = Rp 8.000
Pembebanan kerugian tersebut masih cukup ditutup dengan
saldo modal dari masing-masing anggota.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 49 of 84


Adapun jurnal yang diperlukan untuk mencarat penjualan
aktiva lain dan pembebanan rugi penjualan kepada masing-masing
anggota serta proses likuidasinya adalah sebagai berikut :
A. Kas Rp 140.000
Modal A Rp 12.000
Modal B Rp 12.000
Modal C Rp 8.000
Modal D Rp 8.000
Aktiva lain-Lain Rp 180.000
B. Hutang Dagang Rp 75.000
Kas Rp 75.000
C. Hutang kpd B Rp 6.000
Hutang kpd D Rp 5.000
Modal A Rp 30.000
Modal B Rp 19.000
Modal C Rp 12.000
Modal D Rp 2.000
Kas Rp 75.000
Persekutuan A,B,C,D
IKHTISAR LAPORAN LIKUIDASI

3.1 Likuidasi Berangsur dalam Persekutuan

 Akuntansi Keuangan 2  Page 50 of 84


Apabila pelaksanaan likuidasi memerlukan waktu yang agak
lama, maka pembayaran kembali penyertaan para anggota dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan jumlah uang kas yang
tersedia. Pembayaran kembali hak penyertaan para anggota
dilakukan sesudah semua kewajiban persekutuan dibayar lunas.
Proses likuidasi demikian disebut likuidasi berangsur.
Apabila pada tahap pertama baru sebagian aktiva dapat
direalisasikan (di jual), maka pertama harus dibayar semua
kewajiban kepada kreditur.
Pembayaran kembali hak penyertaan kepada para anggota
secara bertahap, dilakukan sebelum laba (rugi) likuidasi yang
menjadi tangggungan mereka. Oleh karena itu untuk menjamin
agar penyelesaian dapat dilakukan sesuai dengan hak-hak para
anggota, pembayaran bertahap harus diatur sebagai berikut :
“pembayaran hanya dilakukan kepada para anggota yang
mempunyai saldo kredit atas rekening modalnya setelah
mempertimbangkan seluruh jumlah kemungkinan rugi yang akan
terjadi. Pembayaran demikian tidak boleh melampaui saldo kredit
atas rekening modal anggota yang bersangkutan”.
Dengan ketentuan demikian berarti ada dua kemungkinan
rugi yang maksimum harus ditanggung oleh setiap anggota perlu
diperhitungkan dengan saldo modal masing-masing sebelum
pembayaran kepada anggota dilakukan, yaitu :
a. Kemungkinan rugi sebagai akibat tidak dapat direalisasikannya
aktiva (non kas) yang ada.
b. Kemungkina adanya anggota yang mengalami defisit
modalnya, sehingga tidak mampu menyelesaikan kewajiban-
kewajibannya kepada persekutuan.

Ada dua metode yang dapat dipaki untuk menentukan


besarnya setiap kali pembayaran kembali hak penyertaan anggota

 Akuntansi Keuangan 2  Page 51 of 84


agar dapat dijamin penerimaan masaing-masing anggota sesuai
dengan hak-hak yang bersangkutan sebagai berikut :
a. Besarnya pembayaran kembali hak penyertaan ditentukan
secara periodik atau setiap kali aktiva dapat direalisasikan
(dijual).
b. Penyusunan rencana prioritas pembayaran kepada anggota
sebelum proses likuidasi berlangsung. Sehingga pembayaran
dapat segera dilakukan sesuai dengan jumlah uang yang
tersedia.

Pembayaran kembali hak penyertaan ditentukan secara


periodik atau setiap kali aktiva dapat direalisasikan.
Sebelum laba rugi likuidasi dapat ditentukan secara pasti
(karena belum semua aktiva dapat direalisasikan) harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga dihindarkan kemungkinan terjadinya
pembayaran dalam jumlah yang berlebihan kepada anggota
tertentu dengan mengurangi hak-hak dari anggota lainnya.
Pembayaran kembali hak penyertaan kepada anggota
secara bertahap, tidak akan menimbulkan persoalan apabila hak-
hak penyertaan para anggota telah menunjukkan posisi yang
sebanding dengan perbandingan laba rugi pada saat menjelang
proses likuidasi itu berlangsung. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
memperlakukan sebagai kerugian yang harus di tanggung oleh
masing-masing anggota atas nilai buku aktiva yang belum dapat
direalisasikan. Jika alokasi kerugian sebesar nilai buku aktiva (yang
belum dapat direalisasikan) berakibat defisit saldo modal salah satu
atau lebih anggota, maka defisit modal angota-anggota yang
bersangkutan harus ditanggung oleh anggota-anggota yang lain.
Jika alokasi pembebanan rugi sebesar nilai buku aktiva lain-
lain yang belum laku dijual tidak mengakibatkan defisitnya modal
saldo masing-masing anggota, maka saldo modal para anggota

 Akuntansi Keuangan 2  Page 52 of 84


akan menunjukkn keadaan sesuai dengan ratio pembagian laba
rugi. Apabila prosedur demikian itu tetap diikuti dalam proses
likuidasi bertahap, maka para anggota pemilik pada akhirnya akan
mendapatkan pembayaran kembali atas hak penyertaan dalam
perimbangan yang juga seharusnya mereka peroleh di dalam
likuidasi perusahaannya.
Iktisar jurnal yang diperlukan untuk mengikuti
berlangsungnya proses likuidasi persekutuan, sebagai berikut ;
a. Mencatat realisasi
aktiva lain-lain dan pembebanan rugi kepada masing-masing
anggota.
Kas X
Modal, A X
Modal, B X
Modal, C X
Aktiva lain-lain X
b. Mencatat pelunasan hutang kepada kreditur.
Hutang dagang X
Kas X
c. Mencatat pembayaran kembali hak penyertaan anggota tahap
pertama, keduaa, ketiga.
Modal, A X
Modal, B X
Modal, C X
Kas X
d. Mencatat penjualan aktiva lain-lain dan pembebanan rugi
pada tahap kedua.
Kas X
Modal, A X
Modal, B X
Modal, C X

 Akuntansi Keuangan 2  Page 53 of 84


Aktiva lain-lain X
e. Mencatat pembayaran kembali hak penyertaan anggota tahap
kedua.
Modal, A X
Modal, B X
Modal, C X
Kas X
f. Mencatat penjualan aktiva lain-lain dan pembebanan rugi tahap
ketiga.
Kas X
Modal, A X
Modal, B X
Modal, C X
Aktiva lain-lain X
g. Mencatat pembayaran kembali hak penyertaan anggota tahap
ketiga.
Modal, A X
Modal, B X
Modal, C X
Kas X

Masalah Hutang Kepada Anggota Persekutuan


Dalam keadaan “going concern” hak-hak para anggota
yang berupa “penyertaan modal dalam persekutuan” dan “piutang
kepada persekutuan” harus diadministrasi secara terpisah dan
dipertahankan integritasnya. Akan tetapi dalam keadaan
perusahaan dilikuidasi hak-hak para anggota demikian itu harus
dianggap dan diperlakukan mempunyai kedudukan yang sama.
Bagi anggota persekutuan secara individual penyertaan
modal didalam persekutuan adalah merupakan jumlah yang
diserahkan untuk menanggung segala kemungkinan resiko yang

 Akuntansi Keuangan 2  Page 54 of 84


terjadi pada perusahaannya. Apabila jumlah itu tidak cukup baru
kemudian piutangnya kepada persekutuan dan akhirnya kekayaan
pribadi anggota diluar persekutuan.

Penentuan Prioritas Pembayaran Kepada Anggota


Disamping perlakuan yang sama antara piutang kepada
persekutuan dan penyertaan modalnya, penentuan pembayaran
kepada anggota, juga perlu memperhatikan hal-hal berikut :
“apabila pembebanan kemungkinan rugi maksimum atas
nilai buku aktiva lain-lain mengakibatkan defisitnya saldo modal dan
piutangkepada persekutuan dari salah satu atau lebih anggota,
maka prioritas pembayaran diatur sebagai berikut :
- Anggota yang mengalami defisit saldo modalnya, tidak
memperoleh hak pembayaran lebih dulu.
- Anggota yang lain mempunyai hak pembayaran lebih dahulu,
sebesar saldo haknya di dalam persekutuan sebelum diadakan
pembayaran kembali dikurangi dengan alokasi kemungkinan rugi
tidak dapat direalisasikan aktiva lain-lain dan alokasi defisit
modalnya anggota tertentu yang harus ditanggung bersama
sesuai dengan ratio pembagian laba (rugi) yang ada.
Defisit modal anggota tertentu itu dialokasikan kepada anggota
lainnya sampai dengan jumlah uang yang tersedia sama dengan
jumlah saldo kredit hak-hak para anggota.

Penyusunan rencana prioritas pembayaran kepada anggota


sebelum proses likuidasi berlangsung
Penyusunan rencana prioritas pembayaran kepada anggota
dilakukan melalui tiga tahap,yaitu :

 Akuntansi Keuangan 2  Page 55 of 84


- Menentukan jumlah kerugian maksimum yang dapat dibebankan
kepada saldo hak-hak penyertaan dari masing-masing anggota.
- Menentukan besarnya hak prioritas pembayaran di antara
anggota-anggota persekutuan.
- Atas dasar hak prioritas pembayaran yang telah ditentukan
dalam tahap kedua, kemudian disusun suatu skedul
pembayarannya.

BAB IV
Sewa Guna Usaha (Leasing)

 Akuntansi Keuangan 2  Page 56 of 84


4.1 Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)
Menurut  Keputusan  Menteri  keuangan  Nomor 
1169/KMK.01/1991  Tanggal  21 November  1991  tentang 
Kegiatan  Sewa Guna Usaha (Leasing), leasing  adalah  kegiatan
pembiyaan barang modal baik secara leasing dengan hak opsi
(finance lease) maupun leasing tanpa hak  opsi  atau  sewa guna
usaha  (operating  lease)  untuk  digunakan  oleh  lease  selama 
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Yang dimaksud finance lease adalah  kegiatan  leasing 
dimana lease  pada akhir  kontrak  mempunyai  opsi  untuk 
membeli objek  leasing  berdasarkan  nilai  sisa yang  disepakati. 
Sedangkan  yang  dimaksud  dengan operating lease adalah
kegiatan leasing dimana lessee pada akhir kontrak tidak memiliki
hak opsi untuk membeli objek leasing.  

4.1 Ciri Kegiatan Sewa Guna Usaha


a. Perjanjian antara Lessor dengan Lessee
b. Berdasarkan  perjanjian  sewa guna usaha,  lessor 
mengalihkan  hak  penggunaan  barang kepada pihak lease
c. Lease membayar kepada lessor  uang sewa atas penggunaan
barang (asset)
d. Lessee  mengembalikan  barang  tersebut kepada lessor  pada
akhir periode yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka
waktunya kurang dari umur ekonomis barang tersebut 

4.3 Mekanisme Leasing


Dalam transaksi  leasing  sekurang-kurangnya melibatkan  4 
pihak  yang  berkepentingan, antara lain:

 Akuntansi Keuangan 2  Page 57 of 84


a. Lessor
Yaitu perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa
pembiyaan kepada pihak lesse dalam bentuk  barang  modal. 
Dalam finance lease,  lessor  bertujuan  untuk mendapatkan 
kembali  biaya yang  telah  dikeluarkan  untuk  membiayai 
penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan.
Sedangkan dalam operating lease, lessor  bertujuan  untuk 
mendapatkan  keuntungan  dari  penyediaan  barang  dan
pemberian  jasa-jasa yang  berkenaan  dengan  pemeliharaan 
dan  pengoperasian barang modal tersebut.
b. Lesse
Yaitu  perusahaan  atau  pihak  yang  memperoleh  pembiyaan 
dalam bentuk  barang modal  dari  lessor.  Dalam finance
lease,  lesse bertujuan  untuk  mendapatkan pembiyaan 
berupa barang  atau  peralatan  dengan  cara pembayaran 
angsuran  atau secara berkala. Sedangkan dalam operating
lease, lesse bertujuan dapat memenuhi peralatannya
disamping tenaga operator dan  perawatan alat tersebut tanpa
resiko bagi lesse terhadap kerusakan.
c. Pemasok
Yaitu  perusahaan  atau  pihak  yang  mengadakan  atau 
menyediakan  barang  untuk dijual  kepada lesse dengan 
pembayaran  secara  tunai  oleh  lessor.  Dalam finance lease, 
pemasok  langsung  menyerahkan  barang  kepada lesse tanpa
melalui  pihak lessor  sebagai  pihak  yang  memberikan 
pembiyaan.  Sedangkan  dalam operating lease,  pemasok 
menjual  barangnya langsung  kepada lessor  dengan 
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak
secara tunai maupun secara berkala.
d. Bank atau Kreditor

 Akuntansi Keuangan 2  Page 58 of 84


Dalam suatu  perjanjian  kontrak  leasing,  pihak  bank  atau 
kreditor  tidak  terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut
tetapi bank memegang peranan dalam hal penyediaan  dana 
kepada  lessor.  Dalam hal  ini,  tidak  menutup  kemungkinan
pemasok menerima kredit dari bank.

4.4 Penggolongan Perusahaan Leasing

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan leasing


dapat digolongkan ke dalam 3 kelompok, anatar lain :
a. Independent leasing company
Perusahaan  leasing  ini  mewakili  secara garis  besar  dari 
industri  leasing  dimana perusahaan  ini  berdiri  sendiri  atau 
independen  dari  pemasok  yang  mungkin  dapat memenuhi 
kebutuhan  barang  modal  nasabahnya (lessee).  Selain  itu, 
perusahaan dapat  membelinya dari  berbagai  pemasok  atau 
produsen  yang  kemudian  disewa kepada pemakai.  Lembaga
keuangan  yang  terlibat  dalam kegiatan  usaha leasing, adalah
bank, perusahaan dan lembaga keuangan lainnya yang disebut
sebagai lessor independen.  Contoh:  Adira,  WOM,  SOF 
(Summit  Oto  Finance),  FIF (Federal  International Finance –
Honda)
b. Captive lessor
Sering juga disebut dengan two party lessor yang melibatkan
dua pihak, yaitu :
- Pihak  pertama  terdiri  atas  perusahaan  induk  dan  anak 
perusahaan  leasing (subsidiary)
- Pihak kedua adalah lesse atau pemakai barang  SCaptive
lessorini  akan  tercipta apabila pemasok atau  produsen 
mendirikan  perusahaan leasing sendiri untuk membiayai
produk-produknya. Hal ini dapatterjadi apabila pihak
pemasok menyediakan pembiayaan leasing sendiri, maka

 Akuntansi Keuangan 2  Page 59 of 84


akan dapat meningkatkan  kemampuan  penjualan  melebihi 
tingkat  penjualan dengan menggunakan pembiayaan
tradisional. Contoh: ACC (Astra Credit Company,  BAF
(Busan Auto Finance – Yamaha) Indomobil Finance –
Suzuki.
c. Lease broker atau packager
Berfungsi  mempertemukan  calon  lessee  dengan  pihak 
lessor  yang  membutuhkan suatu brang modal dengan cara
leasing tetapi lease broker ini tidak memiliki barang atau 
peralatan  untuk  menangani  transaksi  leasing  untuk  atas 
namanya.  Namun, perusahaan  ini  memberikan  satu  atau 
lebih  jasa-jasa dalam usaha leasing  yang tergantung  pada
apa yang  dibutuhkan  dalam suatu  transaksi  leasing. 
Contoh:  Era, Mentari, Ray White, Columbia, Columbus

4.5 Teknik Pembiayaan Leasing


Dilihat  dari  jenis  transaksi  leasing,  teknik  pembiyaan 
leasing  secara garis  besar  dapat dibagi dalam dua kategori,
yaitu finance lease dan operating lease.
A. FINANCE LEASE
Teknik  finance lease biasanya juga disebut  sebagai  fill 
pay  out  yaitu  suatu  bentuk pembiayaan dengan cara kontrak
antara lessor dengan lesse, dengan catatan bahwa :
- lessor sebagai pihak pemilik barang atau objek leasing yang
dapat berupa barang bergerak atau tidak bergerak yang
memiliki umur maksimum sama dengan masa kegunaan
ekonomis barang tersebut
- lessee berkewajiban membayar kepada lesor secra berkala
sesuai dengan jumlah dan  jangka waktu  yang  disetujui. 
Jumlah  yang  dibayar  tersebut  merupakan angsuran atau
lease payment yang terdiri dari biaya perolehan barang

 Akuntansi Keuangan 2  Page 60 of 84


ditambah dengan  semua biaya lainnya yang  dikeluarkan 
lessor  dan  tingkat  keuntungan (spread) yang diinginkan
lessor
- lessor  dalam jangka waktu  perjanjian  yang  disetujui  tidak 
dapat  secara sepihak mengakhiri  masa kontrak  atau 
pemakaian  barang  tersebut.  Risiko  ekonomis termasuk
biya pemeliharaan dan biya lainnya yang berhubungan
dengan barang yang disewa tersebut ditanggung oleh lessee
lesse pada akhir  kontrak  memiliki  hak  opsi  untuk 
membeli  barang  tersebut sesuai  dengan  nilai  sisa yang 
disepakati  atau  mengembalikan pada lessor atau
memperpanjang  masa seawa guna usaha sesuai  dengan 
syarat-syarat  yang disetujui bersama.
- pembayaran berkala pada masa perpanjangan sewa
tersebut biasanya jauh lebih rendah dari angsuran
sebelumnya
Dalam praktiknya,  finance lease dapat  dibagi  dalam
beberapa bentuk  transaksi  antara lain sebagai berikut:

- Direct finance lease


Dalam transaksi ini, pihak lessor membeli barang modal atas
permintaan dari lessee dan langsung  disewagunakan 
kepada lessee.  Lessee juga dapat  terlibat  dalam proses
pembelian barang modal dari pemasok.
- Sale and lease back
Pihak lessee menjual barang modalnya kepada lessor untuk
kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang
tersebut dengan jangka waktu yang disepakati bersama.
Metode transaksi ini membantu lessee yang mengalami
kesulitan modal kerja.
- Leveraged lease

 Akuntansi Keuangan 2  Page 61 of 84


Dalam proses sewa guna usaha ini, pihak yang terlibat
adalah lessor, lessee, dan kreditor jangka panjang  dalam
membiayai  objek  leasing.  Pihak  kreditor  jangka panjang 
inilah yang  biasanya justru  memberikan  porsi  yang  besar
dalam pembiyaan.  Kreditor  jangka panjang,  biasanya
lembaga keuangan  misalnya bank  yang  akan 
menyediakan pembiayaan  sebesar  60%-80%  yang 
disebut  leverage debt  without  recourse       kepada pihak 
lessor.  Apabila pihak  lessee  mengalami  default  dan 
tidak  mampu  mengangsur, lessor tidak ikut bertanggung
jawab terhadap bank.
- Syndicated lease
Metode ini  terjadi  apabila  pembiyaan  sewa guna usaha
dilakukan  oleh  lebih  dari  satu lessor.  Kerja sama  antar 
lessor  ini  didasarkan  pada pertimbangan  risiko  atau 
objek leasing yang membutuhkan dana dalam jumlah besar.
- Vendor program
Vendor  program adalah  suatu  metode penjualan  yang 
dilakukan  oleh  dealer  kepada konsumen dengan 
mendapatkan  fasilitas  leasing.  Lessor  akan  membayar 
angsuran secara periodik langsung kepada lessor atau
melalui dealer.
B. OPERATING LEASE
Operating lease dapat juga disebut dengan leasing biasa
yaitu  suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee,
dengan catatan bahwa :
- Lessor sebagai pemilik objek leasing menyerahkannya
kepada pihak lessee untuk digunakan  dengan  jangka
waktu  relative lebih  pendek  dari  umur  ekonomis barang
modal tersebut

 Akuntansi Keuangan 2  Page 62 of 84


- Lessee  atas  penggunaan  modal  tersebut,  membayar 
sejumlah  sewa  secara kepada lessor  yang  jumlahnya
tidak  meliputi  jumlah  keseluruhan  biaya perolehan 
barang  tersebut  beserta bunganya.Hal  ini  disebut  nonfull 
pay  out lease.
- Lessor menanggung segal risiko ekonomis dan
pemeliharaan atas barang-barang tersebut pada akhir
kontrak harus mengembalikan objek leasing pada lessor
- Lessee  dapat  membatalkan  perjanjian  kontrak  leasing 
sewaktu-waktu (cancelable).

4.6 Manfaat Leasing


Pembiayaan melalui leasing memberikan beberapa
keuntungan anatar lain:
a. Menghemat modal Untuk  memulai  usaha,  lessee  tidak  perlu 
menyediakan  dana dalam jumlah  besar untuk  menyiapkan 
barang-barang  modal,  dana  yang  tersedia dapat 
dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih urgent.
b. Diversifikasi sumber-sumber pembiayaan Adanya sumber 
pembiyaan  selain  dari  bank  akan  memberikan  keleluasaan 
dan alternatif  untuk  membiayai  usahanya tanpa  khawatir 
adanya kebijaksanaan pengetatan  ekspansi  kredit  perbankan 
yang  akan  membahayakan  kelanjutan usahnya.
c. Persyaratan yang kurang ketat dan lebih fleksibel Dipandang 
dari  sisi  perjanjiannya,  leasing  lebih  luwes  karena dapat 
dengan  lebih mudah menyesuaikan dengan keadaan
keuangan lessee.
d. Biaya lebih murah Penggunaan  suatu  brang  atau  peralatan 
melalui  metode leasing  jauh  lebih  murah dibandingkan 
dengan  kredit  bank  berdasarkan  perhitungan  nilai  sekarang 
(present value).

 Akuntansi Keuangan 2  Page 63 of 84


e. Di luar neraca (off-balance sheet) Tidak adanya ketentuan yang
mengharuskan untuk mencantumkan transaksi leasing dalam
neraca perusahaan,  member  daya tarik  tersendiri  bagi 
lessee  yang  berarti prosedur  pembelian  aktiva tidak  perlu 
dipenuhi  secara terperinci  karena  masih dalam batas
kewenangan direksi.
f. Menguntungkan arus kas Keluwesan  pengaturan 
pembayaran  sewa sangatlah  penting  dalam perencanaan
arus  dana kerena pengaturan  ini  akan  mempunyai  dampak 
yang  berarti  bagi pendapatan lessee.
g. Proteksi inflasi Leasing dapat memberikan perlindungan
terhadap inflasi dimana dalam tahun-tahun berikutnya setelah
kontrak leasing dilakukan khususnya apabila leasing
berdasarkan suku  bunga tetap  maka lessee  membayar 
dengan  jumlah  tetap  atas  sisakewajibannya yang berasal
dari pelunasan pembelian yang dilakukan dimasa lalu.
h. Perlindungan akibat kemajuan teknologi Dengan 
memanfaatkan  leasing,  lessee  dapat  terhindar  dari 
kerugian  akibat  barang yang  disewa tersebut  mengalami 
ketinggalan  model  atau  system  yang  disebabkan oleh
pesatnya perkembangan teknologi.
i. Sumber pelunasan kewajiban Pembatasan  pembelanjaan 
dalam perjanjian  kredit  dapat  diatasi  melalui  leasing karena
pelunasan  atau  pembayaran  sewa hampir  selalu 
diperkirakan  berasal  dari modal kerja yang dihasilkan oleh
adanya aktiva yang disewa.
j. Kapitalisasi biaya Adanya biaya-biaya tambahan  selain  harga
perolehan  seperti  biaya penyerahan, intalasi, pemeriksaan,
konsultan, percobaan, dan sebagainya dapat dipertimbangkan
sebagai  biaya modal yang  dapat  dibiayai  dalam leasing  dan 
dapat  disusutkan berdasarkan lamanya masa leasing.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 64 of 84


k. Risiko keuangan Dalam keadaan  yang  serba tidak  menentu, 
operating  lease yang  berjangka waktu relatif  singkat  dapat 
mengatasi  kekhawatiran  lessee  terhadap  risiko  keuangan.
sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada
tahap dini yang mungkin terjadi.
l. Kemudahan penyusunan anggaran Adanya pembayaran  sewa
secara berkala yang  jumlahnya relatif  tetap  merupakan
kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.
m. Pembiyaan proyek skala besar Adanya keengganan  untuk 
memikul  risiko  investasi  dalm pembiayaan  proyek  yang
sering  kali  menjadi  masalah  diantara pemberi  dana biasanya
dapat  diatasi  melalui perusahaan leasing sepanjang
tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima dan 
kemudahan  untuk  menguasai  aktiva  yang  dibiayai  apabila
terjadi  suatu kelalaian.

4.7 Pencatatan AKuntansi pada Leasing


A. Perlakuan Akuntansi oleh Penyewa Guna Usaha (Lessee)
Kejadian-kejadian  yang  terjadi  di  perusahaan  setelah 
diidentifikasi  barulah  dilakukan pencatatan.  Berikut  ini  akan 
dijelaskan  cara memperlakukan  transaksi  yang  terjadi 
menurut Standar  Akuntansi  Keuangan  (PSAK no.  30). 
Perlakuan  akuntansi  berbeda-beda pada tiap transaksi pada
setiap jenis lease.
1. Pada Capital Lease
Transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat
sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal  masa sewa
guna usaha sebesar  nilai  tunai  dari  seluruh 
pembayaran  sewaguna usaha ditambah  nilai  sisa (harga
opsi)  yang  harus  dibayar  oleh  penyewa gunausaha pada
akhir  masa sewa guna usaha.  Selama  masa sewa  guna 

 Akuntansi Keuangan 2  Page 65 of 84


usaha setiap pembayaran  sewa guna usaha dialokasikan 
dan  dicatat  sebagai  angsuran  pokok.
Kewajiban  sewa guna usaha dan  beban  bunga
berdasarkan  tingkat  bunga yang diperhitungkan terhadap
sisa kewajiban penyewa guna usaha.
Tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai
tunai  dari pembayaran sewaguna usaha adalah  tingkat 
bunga yang  dibebankan  oleh  perusahaan  sewa guna
usaha atau tingkat bunga yang berlaku pada awal sewa
guna usaha.
Aktiva yang  disewaguna usahakan  harus  diamortisasi 
dalam jumlah  yang  wajar berdasrskan taksiran masa
manfaatnya. Kalau aktiva yang disewa guna usaha dibeli
sebelum berakhirnya masa sewa guna usaha, maka
perbedaan antara pembayaran yang dilakukan dengan sisa
kewajiban dibebankan atau dikreditkan pada tahun
berjalan.
Kewajiban  sewa guna usaha harus  disajikan  sebagai 
kewajiban  lancar  dan  jangka panjang sesuai praktek yang
lazim untuk jenis usaha penyewa guna usaha.
Dalam hal  melakukan  penjualan  dan  penyewaan 
kembali  (sales  and  leaseback)  maka transkasi  tersebut 
haru  dilakukan  sebagai  dua transaksi  terpisah,  yaitu 
transaksi penjualan  dan  trandsaksi  sewa guna usaha. 
Selisih  antara harga jual  dan  nilai  buku aktiva yang 
dijual  harus  diakui  dan  dicatat  sebagai  keuntungan 
atau  kerugian  yang ditangguhkan.  Amortisasi  atas 
keuntungan  atau  kerugian  yang  ditangguhkan  harus
dilakukan  secara perporsional  dengan  biaya amortisasi 
aktiva yang  disewa  guna usaha apabila leaseback

 Akuntansi Keuangan 2  Page 66 of 84


merupakan capital lease atau secara proporsional dengan
biaya sewa apabila leaseback merupakan operating lease.
2. Pada Sewa Menyewa Biasa (Operating Lease)
Pembayaran sewa guna usaha selama tahun berjalan
merupakan biaya sewa yang diakui dan  dicatat 
berdasarkan  metode garis  lurus  selama  masa sewa guna
usaha,  meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan
dalam jumlah yang tidak sama pada setiap periode.
Barang modal yang disewa guna usahakan harus
diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva sewa guna usaha
berdasarkan harga perolehan.  Penyusutan aktiva yang
disewagunausahakan harus  dilukan  dalam jumlah  yang 
layak  berdasarkan  taksiran  masa manfaatnya.  Kalau 
aktivayang disewagunausahakan dijual maka perbedaan
antara nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat
sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan.

B. Perlakuan Akuntansi Oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha


(Lessor)
Berbeda dengan pihak lessee, lessor memperlakukan
transaksi sebagai berikut :
1. Pada Finance lease
Penanaman  netto  dalam aktiva yang  disewaguna
ushakan  harus  diperlakukan  dan dicatat  sebagai
penanaman  netto  sewa guna usaha.  Jumlah 
penanaman  netto  terdiri dari jumlah piutang sewa guna
usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang akan diterima
oleh perusahaan sewa guna usaha pada akhir masa sewa
guna usaha dikurangai dengan pendapatan  sewa guna
usaha yang  belum  diakui  (unearned  lease income),  dan
simpanan jaminan (security income).

 Akuntansi Keuangan 2  Page 67 of 84


Selisih  antara piutang  sewa guna usaha ditambah  nilai 
sisa (harga opsi)  dengan perolehan aktiva yang
disewaguna usahakan diperlukan sebagai pendapatan
sewa guna usaha yang belum diakui (unearned lease
income).
Pendapatan  sewa guna usaha yang  belum diakui  harus 
dialokasikan  secara  konsisten sebagai pendapatan tahun
berjalan berdasarkan tingkat pengembalian berkala
(Periodie rate of retur) atas penanaman netto perusahaan
sewa guna usaha.
Apabila perusahaan  sewa guna usaha menjual  barang 
modal  kepada penyewa  gunausaha sebelum berakhirnya
masa sewa guna usaha maka perbedaan antara harga jual
dengan penanaman netto dalam sewa guna usaha pada
saat penjualan dilakukan harus diakui dan dicatat sebagai
keuntungan atau kerugian periode berjalan.
Pendapatan  lain  yang  diterima  sehubungan  dengan 
transaksi  sewa guna usaha  harus diakui dan dicatat
sebagai pendapatan periode berjalan.
2. Pada Operating Lease
Barang modal yang disewagunausahakan harus
diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva sewa guna usaha
berdasarkan harga perolehan.
Pembayaran sewa guna usaha (lese payment) selama
tahun berjalan yang diperoleh dari penyewa guna usaha
diakui  dan  dicatat  sebagai  pendapatan  sewa. 
Pendapatan  sewaharus  diakui  dan  dicatat  berdasarkan 
metode garis  lurus  sepanjang  masa sewa guna usaha, 
meskipun  pembyaran  sewa guna  usaha mungkin 
dilakukan  dalam jumlah  yang tidak sama setiap periode 

 Akuntansi Keuangan 2  Page 68 of 84


Penyusutan aktiva yang di sewa guna usahakan harus
dilakukan dalam jumlah yang layak berdasarkan taksiran
masa manfaatnya.
Kalau  aktiva yang  disewagunausahakan  dijual  maka
perbedaan  antara nilai  buku dan harga jual harus diakui
dan dicatat sebagai kerugian atau keuntungan tahun
berjalan.

BAB V
Penjualan Angsuran

 Akuntansi Keuangan 2  Page 69 of 84


5.1 Pengertian Penjualan Angsuran

Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang


dilaksanakan dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan
secara bertahap atau berangsur, yaitu :
a. Pada saat barang – barang diserahkan kepada pembeli,
penjual menerima pembayaran pertama sebagian dari harga
penjualan (diberikan down payment)
b. Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.
Resiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini
sangat tinggi, mungkin saat akan dilakukan penjualan angsuran
telah dilakukan survei atas pembeli dan memperoleh hasil yang
baik. Karena penagihan piutang usaha angsuran memakan waktu
yang cukup lama (beberapa periode), hal tersebut kemungkinan
dapat merubah hasil survei yang telah dilakukan semula terhadap
pembeli. Untuk menghindari hal-hal demikian, penjual biasanya
akan membuat kontrak jual beli (security agreement), yang
memberikan hak kepada penjual untuk menarik kembali barang
yang telah di jual dari pembeli.
Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko
terbakar atau hilang, pihak penjual dapat menetapkan syarat bagi
pembeli agar barang angsuran tersebut diasuransikan untuk
kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi ditanggung oleh
pembeli, jika barang angsuran hilang atau terbakar, pihak asuransi
akan membayar ganti rugi kepada penjual dan bukan pembeli.
Kadang kala mungkin jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual
untuk diasuransikan dengan premi auransi atas tanggungan si
pembeli.
Untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan
tidak ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka

 Akuntansi Keuangan 2  Page 70 of 84


terdapat beberapa bentuk perjanjian atau kontrak penjualan
angsuran, sebagai berikut :
a. Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di
mana barang-barang telah diserahkan, tetapi hak atas barang-
barang masih berada di tangan penjual sampai seluruh
pembayarannya sudah lunas.
b. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama
telah dilakukan, hak milik dapat diserahkan kapada pembeli,
tetapi dengan menggadaikan atau menghipotikan untuk bagian
harga penjualan yang belum dibayar kapada si penjual.
c. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan
kepada suatu badan “trust” (trustee) sampai pembayaran harga
penjualan dilunasi. Setelah pembayaran lunas oleh pembeli,
baru trustee menyerahkan hak atas barang-barang itu kepada
pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan dengan membuat
akta kepercayaan (trust deed / trust indenture).
d. Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah
diserahkan kepada pembeli. Pembayaran angsuran dianggap
sewa sampai harga dalam kontrak telah dibayar lunas, baru
sesudah itu hak milik berpidah kepada pembeli.
Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian
tersebut di atas dilaksanakan untuk barang-barang tidak bergerak /
barang yang bukan barang dagang, seperti : gedung, tanah, dan
aktiva-aktiva tetap lainnya. Apabila terjadi tidak dipenuhinya
kewajiban-kewajiban oleh pembeli, maka penjual tetap memiliki hak
untuk memiliki kembali barang yang dijualnya, tetapi nilainya sisa
barang itu mungkin akan lebih rendah dari nilai barang berdasarkan
perhitungan yang sesuai dengan perjanjian yang ada sehingga
pemilikan kembali tersebut dapat menimbulkan kerugian.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 71 of 84


Untuk  mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi
pemilikan kembali, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh
penjual adalah sebagai berikut :
a. Besarnya pembayaran pertama atau down payment harus
cukup untuk menutup besarnya semua kemungkinan terjadinya
penurunan harga barang tersebut dari semula barang baru
menjadi barang bekas.
b. Jangka waktu pembayaran di antara angsuran yang satu
dengan yang lain hendaknya tidak terlalu lama, kalau dapat
tidak lebih dari satu bulan.
c. Besarnya pembayaran angsuran periodik harus diperhitungkan
cukup untuk menutup kemungkinan penurunan nilai barang-
barang yang ada selama jangka pembayaran yang satu dengan
pembayaran angsuran berikutnya. 
Sehubungan dengan banyaknya resiko yang mungkin akan
dijumpai oleh penjual atau dengan kata lain adanya kemungkinan
tidak ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka
diperlukan beberapa solusi terbaik untuk mengatasi resiko-resiko
tersebut. Solusi tersebut antara lain :
a. Melakukan survei atas pembeli.
b. Membuat kontrak jual-beli (security agreement) yang isi kontrak
tersebut berlainan untuk setiap bidang usaha.
c. Mengasuransikan barang angsuran tersebut.
d. Menetapkan periode pembayaran cicilan yang tidak terlalu
panjang, misalnya tiap bulan.
e. Uang muka harus dapat melebihi penurunan nilai barang.
f. Beli sewa (lease-purchase) artinya barang-barang yang dibeli
secara angsuran yang sudah berada di tangan pembeli
dianggap barang sewaan sampai semua biaya dalam
Perjanjian dibayar lunas, barulah hak milik berpindah kepada
pembeli.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 72 of 84


5.1 Pengakuan Laba Kotor dalam Penjualan Angsuran
Untuk menghitung laba bersih pada penjualan angsuran
adalah sangat kompleks, karena beban sehubungan dengan
penjualan angsuran tersebut tidak hanya terjadi pada saat
penjualan angsuran tersebut dilakukan, melainkan akan terjadi
sepanjang penjualan angsuran tersebut belum dilunasi.
Pada umunya pengakuan laba kotor dalam transaksi
penjualan angsuran pada prakteknya dapat dilakukan dengan  dua
metode, yaitu :
A. Laba kotor diakui untuk periode dimana penjualan angsuran
dilakukan atau
B. Laba kotor dapat dihubungkan dengan periode dimana realisasi
pembayaran telah terjadi sesuai dengan perjanjian
Sesuai dengan konsep akuntasni yaitu membandingkan
antara beban dengan pendapatan, maka pada saat penjualan
angsuran dapat ditentukan nilai dari penjualan, harga pokok dan
beban yang terjadi pada periode tersebut. Karena penagihan
penjualan angsuran meliputi beberapa periode, timbul masalah
bagaimana beban yang terjadi pada periode berikutnya (misalkan
beban penagihan, administrasi, perbaikan dan pemilikan kembali)
sehubungan penagihan piutang usaha angsuran tersebut.
A. Laba kotor diakui untuk periode dimana penjualan angsuran
dilakukan
Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat
terjadinya penjualan angsuran, atau dengan kata lain sama
seperti penjualan pada umumnya yang ditandai oleh timbulnya
piutang/tagihan kepada pelanggan.
Apabila prosedur demikian diikuti maka sebagai
konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-biaya yang
berhubungan dam dapat diidentifikasikan dengan pendapatan-
pendapatan yang bersangkutan harus pula dilakukan. Beban

 Akuntansi Keuangan 2  Page 73 of 84


untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus
meliputi biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi dalam
hubungannya dengan pengumpulan piutang atas kontrak
penjualan angsuran, kemungkinan tidak dapatnya piutang itu
direalisasikan maupun kemungkinan rugi sebagai akibat
pembatalan kontrak. Terhadap biaya yang ditaksir itu biasanya
dibentuk suatu rekeningCadangan Kerugian Piutang.
B. Laba kotor dapat dihubungkan dengan periode dimana realisasi
pembayaran telah terjadi sesuai dengan perjanjian
Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan
realisasi penerimaan kas dari penjualan angsuran yang
diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan.
Prosedur yang menghubungkan tingkat keuntungan
dengan realisasi penerimaan angsuran pada perjanjian
penjualan angsuran adalah:
1. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai
pengembalian harga pokok (Cost) dari barang-barang yang
dijual atau service yang diserahkan, sesudah seluruh harga
pokok (Cost) kembali, maka penerimaan-penerimaan
selanjutnya baru dicatat sebagai keuntungan. Prosedur ini
dianggap sangat konservatif. Dapat didukung jika timbul
keraguan mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali, baik
yang berkaitan dengan saldo atau sisa kontrak cicilan
maupun yang berkaitan dengan barang-barang yang
terkena pemilikan kembali.
2. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi
keuntungan yang diperoleh sesuai dengan kontrak
penjualan; sesudah seluruh keuntungan yang ada
terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya
dicatat sebagai pengumpulan kembali atau pengembalian
harga pokok (Cost).

 Akuntansi Keuangan 2  Page 74 of 84


3. Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan
perjanjian dicatat baik sebagai pengembalian harga pokok
(Cost) maupun sebagai realisasi keuntungan di dalam
perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok dan
keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan
angsuran ditandatangani. Di dalam hal ini keuntungan akan
selalu sejalan dengan tingkat pembayaran angsuran selama
jangka perjanjian.
Metode ini memberikan kemungkinan untuk mengakui,
keuntungan prosporsional dengan tingkat penerimaan
pembayaran angsuran. Di dalam akuntansi prosedur demikian
dikenal dengan metode angsuran atau dasar angsuran
(installment method or installment basis).

5.3 Penjualan Angsuran untuk Barang – barang Tak Bergerak


Di dalam metode angsuran (installment method) seperti
tersebut dalam nomor (3) diatas, perbedaan antara harga penjualan
(dalam kontrak) dengan harga pokoknya (cost) dicatat sebagai
“laba kotor yang belum direalisasi” (Unrealized gross profit).
Pada akhir periode diperhitungkan jumlah keuntungan yang
telahh direalisasikan, yaitu sebesar persentase laba kotor dikalikan
dengan jumlah angusran yang telah diterima dalam periode yang
bersangkutan . jumlah laba kotor yang direalisasikan ini diakui
dengan memindahkan sebagian saldo rekening “Laba Kotor Yang
Belum Direalisasikan” (Unrealized gross profit) ke dalam rekening
“Realisasi Laba Kotor” (realized gross profit).

5.4 Penjualan Angsuran untuk Barang Dagangan


Prosedur akuntansi untuk penjualan barang dagangan
dengan perjanjian angusran, pada dasarnya sama dengan cara –
cara yang berlaku bagi harta tetap (barang – barang tak bergerak).

 Akuntansi Keuangan 2  Page 75 of 84


Dalam mencatat transaksi – transaksi penjualan perlu untuk
membedakan antara penjualan regular (regular sales) dan
penjualan angusran (installment sales).

5.5 Penyajian Laporan Keuangan pada Metode Angsuran


Neraca dari perusahaan yang melakukan penjualan
angsuran mencakup piutang penjualan angsuran dan saldo laba
kotor yang belum direalisasi atas piutang penjualan angsuran.
Apabila aktiva lancar yang dipegang mencakup sumber daya yang
layak untuk direalisasi menjadi penerimaan kas, maka piutang
penjualan angsuran memenuhi syarat untuk dicantumkan sebagai
piutang lancar. Dalam melaporkan piutang penjualan angsuran
sebagai piutang lancar pengungkapan tanggal jatuh tempo kontrak
penjualan angsuran akan memberikan penilaian atau gambaran
terhadap neraca mengenai posisi laporan keuangan perusahaan.
Berkaitan dengan pengelompokan yang tepat atas saldo
laba kotor yang belum direalisasi dalam neraca, saldo harus
dilaporkan sebagai :
a. Sebuah pos kewajiban atau hutang yang harus dimasukkan
dibawah judul pendapatan yang ditangguhkan.
b. Sebuah perkiraan penilaian aktiva yang harus dikurangkan dari
piutang penjualan angsuran.
c. Sebuah pos modal yang harus dimasukkan sebagai bagian dari
laba yang ditahan.
Laba kotor yang belum direalisasi atas penjualan angsuran
biasanya dilaporkan dalam neraca pada pos kewajiban atau hutang
lancar. Laba kotor yang belum direalisasi atas penjualan angsuran
terdiri dari laba kotor yang belum direalisasi untuk tahun
sebelumnya dan laba kotor yang belum direalisasi untuk tahun
sekarang atau tahun dimana penjualan angsuran berakhir.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 76 of 84


Penagihan atas kontrak penjualan angsuran ditetapkan
bahwa penjualan angsuran telah menghasilkan laba kotor
sebagaimana halnya dengan penjualan biasa. Penyisihan untuk
beban yang kontinyu, yang masih diantisipasi dalam penagihan
piutang penjualan angsuran yang meliputi beban-beban yang timbul
dari ketidakmampuan membayar dan pemilikan kembali.
Penyisihan ini dikurangkan dari saldo piutang penjualan angsuran,
saldo yang menyatakan laba bersih yang ditetapkan pada
kontrak penjualan angsuran jumlah ini dapat dilaporkan sebagai
laba yang ditahan, yang tidak harus digunakan sampai piutang
penjualan angsuran dapat tertagih.
Dengan mengelompokkan kembali saldo laba kotor yang
belum direalisasi maka laba atas penjualan angsuran akan
ditetapkan sebagai pos akrual untuk tujuan laporan keuangan.
Perhitungan rugi-laba untukperusahaan yang melakukan penjualan
biasa dan penjualan angsuran, menunjukkan laba kotor untuk
masing-masing jenis penjualan total laba kotor untuk masing-
masing jenis penjualan total laba kotor. Neraca dan perhitungan
rugi-laba yang akan memberikan analisa-analisa laba kotor atas
penjualan angsuran.

5.3 Masalah Pertukaran (Trade In) dalam Penjualan Angsuran


Yang dimaksud pertukaran di sini adalah apabila penjual
menyerahkan barang – barang baru dengan perjanjian angsuran,
sedang pembayaran pertama (down payment) dari pembeli berupa
penyerahan barang – barang bekas. Barang bekas tersebut dinilai
atas dasar perjanjian yang telah diadakan antara pihak penjual dan
pembeli
Dalam hal ini terhadap barang – barang yang diterima harud
dicatat sebesar harga penilaian, yang dianggapnya sebagai “cost”
(estimated cost). Sedang jumlah harga barang yang diterima

 Akuntansi Keuangan 2  Page 77 of 84


menurut tawar – menawar dalam perjanjian (trade in), bukan
merupakan “cost” tetapi merupakan harga pertukarannya.
Perbedaan antara estimated cost dengan harga pertukaran dicatat
dalam rekening “Cadangan Perbedaan Harga Pertukaran”

5.7 Masalah Pembatalan Kontrak dan Pemilihan Kembali


Apabila si pembeli gagal untuk memenuhi kewajibannya
seperti yang tercantum di dalam surat perjanjian penjualan
angsuran, maka barang – barang yang bersangkutan ditarik dan
dimiliki oleh si penjual.
Dalam hal ini pencatatan, yang harus dilakukan dalam buku-
buku si penjual akan menyangkut :
- Pencatatan pemilikan kembali baranng dagangan
- Menghapuskan saldo Piutang Penjualan Angsuran atas barang –
barang tersebut
- Menghapuskan saldo Laba Kotor Yang Belum Direalisasi atas
penjualan angsuran yang bersangkutan dan
- Pencatatan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali
barang – barang tersebut

5.8 Masalah Bunga pada Penjualan Angsuran


Di dalam perjanjian penjualan angsuran, biasanya di penjual
di samping memperhitungkan laba juga memperhitungkan beban
bunga terhadap jumlah harga dalam kontrak yang belum dibiayai
oleh pembeli.
Beban bunga ini biasanya dibayar bersama – sama dengan
pembayaran angsuran atas harga menurut kontrak. Kebijaksanaan
pembayaran bunga secara periodic pada umumnya dilakukan
dalam bentuk seperti tersebut di bawah ini :

 Akuntansi Keuangan 2  Page 78 of 84


- Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak selama jangka
waktu angsuran. Cara semacam ini sering disebut sebagai “long
end interest”
- Bunga diperhitungkan dari setiap angsuran yang harus dibayar,
yang dihitung sejak tanggal perjanjian ditanda-tangani sampai
tanggal jatuh tempo setiap angsuran yang bersangkutan. Cara
semacam ini sering disebut sebagai “short end interest”
- Pembayaran angsuran periodikd dilakukan dalam jumlah yang
sama, dimana di dalamnya termasuk angsuran pokok dan bunga
yang diperhitungkan dari saldo harga kontrak selaama jangka
waktu perjanjian. Cara semacam ini lebih kenal dengan “metode
annuitet”
- Bunga secara periodic diperhitungkan berdasar dari (sisa) harga
kontrak

 Akuntansi Keuangan 2  Page 79 of 84


BAB VI
Penjualan Konsinyasi

6.1 Pengertian Konsinyasi


Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu
pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada
pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi. Pihak
yang menyerahkan barang disebut consignor/pengamanat. Pihak
yang menerima barang disebut consignee/komisioner.
Penyerahan barang oleh pemilik kepada pihak lain yang
bertindak sebagai agen penjual, tetapi hak atas barang tersebut 
tetap berada di tangan pemilik sampai barang tersebut dijual oleh
agen penjual.

6.2 Hak – hak dan Kewajiban – kewajiban Konsinyasi


Hak Konsinyasi sebagai berikut :
a. Berhak memperoleh penggantian biaya dan imbalan penjualan
b. Berhak menawarkan garansi atas barang tersebut
Kewajiban Konsinyasi sebagai berikut :
a. Harus melindungi barang konsinyasi
b. Harus menjual barang konsinyasi
c. Harus memisahkan secara fisik  barang konsinyasi dengan
barang dagangan lainnya
d. Mengirimkan laporan berkala mengenai kemajuan  penjualan
barang konsinyasi

 Akuntansi Keuangan 2  Page 80 of 84


6.3 Masalah Akuntansi bagi Komisioner (Consignee)
Prosedur akuntansi yang diikuti oleh komosioner tergantung
kepada:
a. Apakah transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah sehingga
pendapatan dan laba dari konsinyasi ditentukan secara terpisah
dari laba (rugi) dari kegiatan penjualan reguler.
b. Transaksi-transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah dari
transaksi-transaksi penjualan reguler dari perusahaan
komisioner, sehingga tidak dibedakan antara laba konsinyasi
dengan laba (rugi) dari penjualan reguler.

6.4 Masalah Akuntansi bagi pengamanat (consignor)


Prosedur akuntansi yang akan diikuti oleh pihak pengamanat
tergantung pada:
a. Rekening-rekening pembukuan atas transaksi konsinyasi,
dalam hal ini terdapat dua alternatifsebagai berikut :
- Diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan regular.
- Tidak diselenggarakan secara terpisah dari transaksi
penjualan reguler

b. Metode administrasi barang-barang dagangan, dalam hal ini


juga terdapat dua alternatif sebagai berikut :
- Metode perpetual
- Metode fisik

6.5 Masalah Akuntansi untuk Perjanjian penjualan Konsinyasi


yang belum selesai
Apabila jangka waktu perjanjian konsinyasi berlangsung dan
melampaui akhir periode akuntansi, sedang belum seluruhnya
barang-barang konsinyasi berhasil dijual, maka diperlukan adanya
penyesuaian terhadap biaya-biaya yang bersangkutan dan terkait

 Akuntansi Keuangan 2  Page 81 of 84


dengan produk-produk yang belum terjual (inventorianle cost).
Contoh biaya tersebut, antara lain: biaya pengamat, biaya
pengepakan, biaya angsuran, dan ongkos biaya.

6.6 Barang – baranng Konsinyasi Yang Dikembalikan


Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada
pengamanat (consignor), maka rekening barang-barang konsinyasi
harus dikredit dengan harga pokok barang-barang yang
bersangkutan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas
untuk menjual barang-barang tersebut (ongkos angkut, biaya
pengepakan, biaya perakitan dan biaya pengiriman kembali), harus
dibebankan kepada pendapatan untuk periode yang bersangkutan.
Biaya-biaya yang terjadi itu tidak dikapitalisasi sebagai
bagian harus pokok barang-barang yang dikembalikan atau tidak
perlu ditangguhkan pembebanannya, karena tidak memberikan
manfaatnya dimasa yang akan datang. Dalam hal barang-barang
dikembalikan karena rusak, sehingga manfaatnya tidak lagi
sebanding dengan harga pokoknya, maka penurunan nilai itu harus
diakui sebagai kerugian. Jika biaya-biaya perbaikan diperlukan
untuk dapat menjual barang-barang tersebut, maka biaya perbaikan
(reparasi) demikian harus diakui sebagai biaya periode yang
bersangkutan.

6.7 Penyajian laba (rugi) Penjualan Konsinyasi


Laba (rugi) penjualan konsinyasi dapat disajikan di dalam
laporan perhitungan rugi-laba bagi pengamanat, dengan cara
menggabungkan data hasil penjualan, harga pokok penjualan, dan
biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dengan data yang sama
untuk transaksi penjualan reguler. Akan tetapi apabila transaksi
penjualan konsinyasi merupakan bagian yang cuku penting dalam
kegiatan distribusinya.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 82 of 84


Kemungkinan lain untuk menyajikan data transaksi penjualan
konsinyasi di dalam Laporan Perhitungan Rugi – Laba adalah
melaporkan sebesar laba (rugi) penjualan konsinyasi tanpa
menyajikan data penjualan dan biaya – biaya yang bersangkutan.

 Akuntansi Keuangan 2  Page 83 of 84


Sumber Referensi
- http://blog.uin-malang.ac.id/abrorainun/2010/10/13/leasing/
- http://qyki.blogspot.com/2009/11/penggolongan-perusahaan-sewa-
guna-usaha.html
- http://bahankuliahakuntansi.blogspot.com/2008/08/likuidasi-
persekutuan.html

- http://prosesizin.webs.com/pendiriancv.htm

- http://aangkuro.blogspot.co.id/2013/12/penjualan-angsuran-
akuntansi-keuangan.html

- Buku Hadori Yunus dan Harnanto, 


Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi I, Cetakan Pertama, BPFE,
Yogyakarta, 1981

- Buku Armico, Akuntansi SMK Seri D

 Akuntansi Keuangan 2  Page 84 of 84

Anda mungkin juga menyukai