Anda di halaman 1dari 10

KONSEKUENSI EKONOMI DAN TEORI AKUNTANSI POSITIF

KONSEKUENSI EKONOMI

Konsekuensi ekonomi adalah suatu konsep yang menekankan bahwa, terlepas dari
implikasi teori pasar sekuritas yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat

mempengaruhi nilai perusahaan.


Gagasan mengenai konsep ini adalah bahwa kebijakan akuntansi perusahaan dan

perubahannya sangat penting bagi manajemen.


Pemahaman terhadap konsep konsekuensi ekonomi dari pilihan kebijakan akuntansi
diperlukan karena dua alasan. Pertama konsep ini menarik dan pernyataan bahwa
kebijakan akuntansi tidak penting tidak sesuai dengan pengalaman akuntan.

TEORI AKUNTANSI POSITIF

Untuk menjawab asal-usul konsep konsekuensi ekonomi maka diperkenalkan teori

akuntansi positif.
Teori akuntansi positif adalah teori yang memprediksi tindakan-tindakan pemilihan
kebijakan akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer merespon terhadap

usulan standar akuntansi yang baru.


Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan
kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan

akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang.
Teori ini didasarkan pada kontrak yang dijalin oleh perusahaan.
Kontrak tersebut seringkali didasarkan pada variabel akuntansi keuangan.
Dalam hal ini manajemen memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan

kepentingan perusahaan.
TAP berusaha memprediksi kebijakan apa yang akan dipilih oleh manajer.

PENELITIAN EMPIRIS PADA TEORI AKUNTANSI POSITIF

Terdapat banyak penelitian empiris yang dilakukan untuk menguji tiga hipotesis dalam
Teori Akuntansi Positif. Beberapa diantaranya adalah Penelitian yang dilakukan Lev
(1979) yang menghasilkan beberapa jawaban yaitu:
1. Mengapa perusahaan yang berbeda mungkin memilih kebijakan akuntansi berbeda
2. Mengapa ada manajer mungkin keberatan dengan perubahan dalam kebijakan
akuntansi
3. Mengapa investor bereaksi atas dampak potensial perubahan kebijakan akyuntansi atas
laba bersih

KRITIK-KRITIK PADA TEORI AKUNTANSI POSITIF


1. TAP tidak memberikan resep yang berarti tidak menyediakan alat untuk meningkatkan
praktek akuntansi
2. TAP tidak bebas nilai. Dalam TAP tidak ada panduan bagaimana apa yang seharusnya
seseorang lakukan
3. Asumsi bahwa setiap orang bertindak hanya untuk memaksimalkan keuntungan pribadi
dianggap terlalu negative
4. Tidak ada perkembangan yang berarti sejak tahun 1070-an denagn tiga hipotesis kunci
5. TAP dianggap cacat secara ilmiah. Hipotesis dilakukan TAP dianggap tidak berdasar
sehingga harus ditolak
6. Peneliti TAP mengabaikan banyak hubungan organisas-hubungan khusus dan informasi
yang digunakan hanya informasi yang dianggap peneliti relevan
ORGANISASI PEMBAHASAN

MUNCULNYA KONSEKUENSI EKONOMI

Konsep konsekuensi ekonomi muncul di sebuah artikel awal oleh Stephen Zeff (1978)

yang berjudul Timbulnya Konsekuensi Ekonomi (The Rise of Economic Consequences).


Zeff mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai dampak pelaporan akuntansi
terhadap perilaku pengambilan keputusan dari kalangan usaha, pemerintah, dan
kreditor.

Menurut Zeff

akuntansi.
Zeff menjelaskan mengenai tanggapan badan penyusun standar terhadap beragam

intervensi tersebut, yaitu memperluas perwakilan dalam badan standar tersebut.


Terlepas dari implikasi teori pasar yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi memiliki

konsekuensi ekonomi bagi berbagai pengguna laporan keuangan.


Konsekuensi ekonomi semakin mempersulit penentuan standar akuntansi, yang

intervensi pihak ketiga sangat mempersulit penyusunan standar

memerlukan penyeimbangan antara pertimbangan politik dan akuntansi.


OPSI SAHAM KARYAWAN

Bidang pertama konsekuensi ekonomi adalah akuntansi untuk opsi saham yang
dikeluarkan bagi manajemen dan dalam beberapa kasus, bagi karyawan lainnya, memberi
mereka hak untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini

disebut Employee Stock Options (ESO).


Akuntansi untuk ESO mewajibkan perusahaan mengeluarkan ESO dengan nilai tetap
untuk mencatat biaya yang sama dengan selisih antara nilai pasar saham pada tanggal

pemberian opsi kepada karyawan dan harga pelaksanaan opsi tersebut.


Kebanyakan perusahaan yang memberikan ESO menetapkan harga pelaksanaannya sama
dengan nilai pasar pada tanggal pemberiannya, sehingga nilai intrinsiknya nol. Akibatnya
tidak ada biaya yang perlu dicatat bagi kompensasi ESO. Sebagai contoh, jika saham yang
dijamin memiliki nilai pasar $10 pada tanggal pemberian, maka menetapkan harga
pelaksanaan sebesar $10 tidak akan menghasilkan pencatatan biaya, sementara
menetapkan harga pelaksanaan sebesar $8 memicu biaya sebesar $2 per ESO yang
diberikan. Hal ini menyebabkan menurunnya pencatatan biaya kompensasi dan menaikkan

pencatatan laba bersih.


Alasan tidak diwajibkannya pencatatan nilai wajar untuk ESO adalah sulit menetapkan
nilainya. Sehingga muncul rumus Black/Sholes yang berasumsi bahwa opsi dapat

diperdagangkan dengan bebas


Hal ini tidak dimungkinkan karena ESO tidak dapat dilaksanakan sampai tanggal
penyerahan (vesting date). Juga, jika karyawan mengundurkan diri dari perusahaan
sebelum dilakukannya penyerahan, maka opsi tersebut dinyatakan hangus, atau kalaupun
belum dilaksanakan, mungkin ada pembatasan-pembatasan terhadap kemampuan
karyawan untuk menjual saham yang diperolehnya.

Untuk mengatasi hal ini, FASB mengeluarkan exposure draft yang mengusulkan agar
perusahaan mencatat biaya kompensasi berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal

pemberian ESO.
Namun, exposure draft ini ditolak karena muncul kekhawatiran akan konsekuensi ekonomi
dari laporan laba yang lebih rendah yang akan dihasilkan. Konsekuensi yang
dikhawatirkan tersebut mencakup harga saham yang lebih rendah, biaya modal yang lebih

tinggi, kurangnya bakat manajerial, serta rendahnya motivasi manajer dan karyawan.
Hal ini dikarenakan tidak seperti umumnya biaya, ESO tidak memerlukan pembiayaan
tunai. Intinya biaya ditanggung oleh para pemegang saham. Karena itu, jika ESO
dilaksanakan dengan harga $10 ketika nilai pasar saham tersebut $30, maka biaya ex post
bagi perusahaan dan para pemegang sahamny adalah $20. Dengan memberi pemegang
saham sebesar $10, perusahaan tersebut melewatkan kesempatan untuk mengeluarkan

saham dengan harga pasar sebesar $10.


Meskipun demikian, biaya ESO tersebut sangat sulit diukur secara reliabel. Hal ini karena
karyawan mungkin melaksanakan opsi tersebut setelah tanggal penyerahan sampai tanggal
kadaluwarsa. Biaya ex post bagi perusahaan pun akan tergantung pada selisih nilai pasar
saham dan harga pelaksanaan pada saat itu. Untuk mengetahui nilai wajar ESO, perlu

diketahui strategi pelaksanaan optimal karyawan.


Untuk mengatasi masalah ini, muncul model strategi yang disusun oleh Huddart (1994).
Dengan membuat beberapa asumsi, Huddart menunjukkan bahwa rumus Black/Sholes
dengan ESO yang ditahan sampai tanggal kadaluwarsa dapat menaikkan pencatatan nilai

wajar ESO pada saat tanggal pemberian,


Ada tiga karakteristik opsi, yaitu pengembalian yang diharapkan dari menahan suatu opsi
melebihi return saham yang diharapkan, opsi potensi kenaikan, opsi deep-in-the-

money.
Selanjutnya akan muncul pertanyaan adalah keadaan di mana karyawan akan

melaksanakan opsi tersebut?


Huddart mengidentifikasi ada dua keadaan. Pertama, jika ESO mencakup nilai uang
sedikit, waktu sampai jatuh temponya singkat, dan karyawan tersebut diharuskan menahan
saham yang diperolehnya, maka penghindaran risiko dapat memicu pelaksanaan lebih
awal. Karena ada resiko substansial untuk terjadinya hasil nol, maka karyawan yang
menghindari resiko (yang mengimbangkan antara resiko dan hasil) mungkin merasa
bahwa pengurangan resiko pelaksanaan opsi saat ini daripada terus menahannya ternyata

lebih besar daripada lebih rendahnya hasil yang diharapkan dari menahan saham tersebut.
Keadaan kedua terjadi ketika ESO menyangkut banyak uang, waktu sampai jatuh
temponya singkat, dan karyawan dapat menahan maupun menjual saham yang

diperolehnya dan menginvestasikan hasilnya pada aktiva yang tidak beresiko. Karena
menahan aktiva yang tidak beresiko lebih disukai daripada menahan saham, maka
karyawan akan melaksanakan opsi, menjual saham, dan membeli aktiva yang tidak

beresiko.
Dalam penelitian empiris untuk menguji pelaksanaan awal, Huddart dan Lang (1996)
mengkaji pola-pola pelaksanaan dari karyawan pada delapan perusahaan besar di Amerika
Serikat selama periode sepuluh tahun. Mereka mendapati bahwa pelaksanaan lebih awal
sering dilakukan, sesuai dengan asumsi penghindaran resiko yang dinyatakan oleh
Huddart. Mereka juga mendapati bahwa variabel yang menjelaskan pelaksanaan awal
secara empiris, seperti waktu sampai jatuh tempo dan sampai sejauh mana ESO tersebut

menyangkut uang, dikatakan broadly consistent dengan prediksi model tersebut.


Penelitian selanjutnya cenderung mengkonfirmasi tendensi Black/Sholes untuk terlalu
melebihkan pencatatan biaya ESO secara ex post. Hall dan Murphy (2002), dengan
menggunakan pendekatan yang berbeda dari Huddart, juga menunjukkan probabilitas
substansial dari pelaksanaan awal, dan menunjukkan bahwa hal tersebut secara signifikan
mengurangi biaya ESO di bawah Black/Sholes. Analisis mereka juga menunjukkan

keragaman dalam keputusan pelaksanaan oleh karyawan.


Aboody dan Kasznnik (2000) mempelajari terhadap praktek pengumuman informasi dari
CEO seputar tanggal pemberian ESO. Mereka mendapati bahwa, secara rata-rata, CEO
perusahaan yang memiliki ESO terjadwal menggunakan beragam taktik untuk
memanipulasi harga saham lebih rendah sebelum tanggal pembelian, dan memanipulasi
harga agar naik setelah tanggal pembelian tersebut. Salah satu taktiknya adalah dengan
mengumumkan lebih awal kabar buruk dari laporan pendapatan triwulan yang tertunda,
namun kabar baiknya tidak dilaporkan. Taktik lainnya mencakup dimasukkannya estimasi
pendapatan para analis yang berpengaruh dan penentuan waktu yang selektif atas
pengumuman estimasi mereka sendiri.

REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP AKUNTANSI SUCCESFULL-EFFORT DI


INDUSTRI MINYAK DAN GAS

Pembahasan didasarkan pada artikel The Impact of Accounting Regulation on the Stock

Market: The Case of Oil and Gas Companies (1979) yang ditulis oleh Lev.
Penelitian ini terkait dengan kebijakan SFAS 19 yang mewajibkan perusahaan migas di AS
mencatat biaya eksplorasi dengan metode succesfull-effort.

Karena pilihan kebijakan akuntansi untuk biaya eksplorasi mencerminkan kebijakan


akuntansi, maka teori pasar sekuritas efisien memprediksi bahwa seharusnya manajer tidak

keberatan menggunakan metode succesfull-effort.


Secara khusus, terdapat kekhawatiran mengenai dampak yang mungkin merugikan

terhadap persaingan dalam industri migas.


Kekhawatiran tersebut adalah bahwa sebagian besar perusahaan kecil yang bergerak di
bidang migas menggunakan akuntansi full-cost. Ini karena metode succesfull-effort
cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih kecil daripada metode full-cost, terutama
untuk perusahaan yang aktif melakukan eksplorasi, maka ditakutkan bahwa laba bersih
yang lebih kecil dalam laporan akan menjadikan perusahaan kecil lebih sulit menghimpun

modal, dan karenanya akan mengurangi persaingan dan cakupan eksplorasi.


Lev memulai penelitian dengan menentukan apakah harga sekuritas perusahaan migas

terpengaruh oleh penggunaan metode akuntansi succesfull-effort.


Lev mengambil sampel 49 perusahaan yang menggunakan metode full-cost dan sampel

kontrol yang terdiri dari 34 perusahaan yang menggunakan succesfull-effort.


Hasil penelitiannya adalah terjadi pengembalian abnormal negatif rata-rata yang signifikan
untuk saham-saham dari 49 perusahaan yang menggunakan metode full-cost. Untuk ke-34
perusahaan yang telah menggunakan metode akuntansi succesfull-effort, dan relatif tidak

terpengaruh oleh exposure draft, pengembalian negatif rata-rata-nya bernilai relatif kecil.
Untuk kondisi saham, Dickman dan Smith (1979) dan Kross (1982) mendapati tidak
adanya reaksi harga sekuritas terhadap perubahan standar akuntansi. Mungkin ini

disebabkan karena adanya inefisiensi pasar sekuritas.


Alasan lain adalah bahwa perusahaan yang menggunakan full-cost akan menghadapi
kesulitan menghimpun modal atau mungkin mengurangi aktivitas eksplorasi begitu

mereka dipaksa menggunakan succesfull-effort.


Alasan lain adalah bahwa pengurangan laba bersih yang dilaporkan dan ekuitas para
pemegang saham setelah beralih menggunakan metode succesfull-effort mungkin
mempengaruhi rasio bonus manajemen dan perjanjian pinjaman. Pasar dapat bereaksi

terhadap manajer yang gagal merepons masalah seperti ini.


Bagaimanapun juga hasil penelitian Lev menyatakan bahwa pasar memang bereaksi

terhadap metode akuntansi yang dipilih.


Akibatnya, terbukti bahwa perubahan kebijakan akuntansi dapat memiliki dampak harga
sekuritas, karenanya memperkuat argumen konsekuensi ekonomi.

HUBUNGAN ANTARA TEORI PASAR SEKURITAS EFISIEN DAN KONSEKUENSI


EKONOMI

Teori pasar sekuritas yang efisien tidak meramalkan reaksi harga terhadap perubahan

kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi probabilitas jaminan dan aliran kas.
Dengan kata lain, teori pasar yang efisien menyiratkan pentingnya pengungkapan penuh,
termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Meskipun demikian, begitu pengungkapan
penuh terhadap kebijakan akuntansi dilakukan, pasar akan menafsirkan nilai sekuritas

perusahaan berdasarkan kebijakan yang dipakai.


Jika dilihat dari pengguna laporan keuangan, manajemen dan investor, tentu akan bereaksi
terhadap perubahan kebijakan akuntansi. Berbagai reaksi dirumuskan dalam konsep

konsekuensi ekonomi.
Karena itu, kebijakan akuntansi berpotensi mempengaruhi keputusan manajemen yang
sebenarnya, termasuk keputusan untuk mengintervensi, baik mendukung atau menentang
usulan standar akuntansi.

TEORI AKUNTANSI POSITIF


Garis Besar Teori Akuntansi Positif

TAP berkenaan dengan memprediksi tindakan-tindakan sebagai pilihan kebijakan


akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon standar

akuntansi baru yang diusulkan.


Misalkan dapatkah kita memprediksi, manajer perusahaan migas akan memilih kebijakan

akuntansi dengan metode succesfull-effort ataukah metode full-cost?


TAP beranggapan bahwa perusahaan akan mengorganisir diri dalam cara yang efisien

sehingga memaksimalkan prospek untuk bertahan hidup.


Perusahaan dapat dipandang sebagai kumpulan kontrak (nexus of contract) artinya
pengorganisasiannya dapat ditentukan oleh kontrak yang dijalinnya. Akan muncul biaya

kontrak dan kontrak yang efisien.


TAP berpendapat kebijakan akuntansi akan dipilih sebagai bagian dari masalah yang lebih

dari pencapaian manajemen perusahaan yang lebih efisien.


TAP tidak menyarankan perusahaan harus menjelaskan sepenuhnya kebijakan akuntansi

yang dipergunakan.
TAP berpendapat bahwa manajer sifatnya rasional dan memilih kebijakan akuntansi demi

kepentingan perusahaan.
Tujuan TAP adalah untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akutansi

manajerial dalam perusahaan yang berbeda-beda. Akan muncul teori normatif.


Baik-tidaknya kemampuan teori normatif melakukan prediksi tergantung sampai sejauh
mana setiap individu sungguh-sungguh mengambil keputusan sesuai teori tersebut.

Tiga Hipotesis Teori Akuntansi Positif

Hipotesis rencana bonus (The bonus plan hypothesis)


Para manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin memilih prosedur
akuntansi yang menggeser pendapatan yang dilaporkan dari masa datang ke saat ini.
Hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman (The debt covenant hypothesis)
Semakin besar perusahaan melakukan pengingkaran persyaratan perjanjian pinjaman
berbasis akuntansi, semakin besar kemungkinan manajer memilih prosedur akuntansi yang

menggeser pendapatan dari periode akan datang ke periode berjalan.


Hipotesis biaya politik (The political cost hypothesis)
Semakin besar biaya politik yang dihadapi oleh perusahaan, semakin besar kemungkinan
manajer memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan pendapatan yang dilaporkan

dari periode berjalan ke periode akan datang.


Ketiga hipotesis tersebut membentuk komponen yang penting dari TAP.
Ketiga hipotesis TAP dapat juga ditafsirkan dari perspektif perjanjian kontrak yang efisien.

Penelitian Teori Akuntansi Positif

TAP telah menghasilkan sejumlah besar penelitian empiris. Sebagai contoh adalah tulisan
Lev (1979). Penelitian Lev membantu kita memahami mengapa perusahaan yang berbeda-

beda mungkin memilih kebijakan akuntansi yang brbeda-beda.


Banyak penelitian TAP untuk pengujian hipotesis. Salah satunya Healy (1985) yang
meneliti hipotesis rencana bonus. Hasil penelitiannya adalah menemukan bukti bahwa
manajer perusahaan yang memiliki rencana bonus berdasarkan pada laba bersih mereka
yang dilaporkan secara sistematis menggunakan kebijakan akrual sedemikian rupa untuk

memaksimalkan bonus yang mereka harapkan.


Dichev dan Skinner (2002) mengkaji hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman. Mereka
meneliti sampel yang terdiri dari banyak persetujuan pemberian pinjaman privat (pinjaman
yang tidak dapat diperdagangkan). Mereka memusatkan perhatian pada perjanjianperjanjian dengan persyaratan yang didasarkan pada dipertahankannya rasio lancar

tertentu atau pada dipertahankannya jumlah nilai bersih tertentu.


Jones (1991) mempelajari tindakan perusahaan untuk menurunkan laporan laba bersih
selama penelitian keringanan impor. Pemberian keringanan kepada perusahaan yang
dipengaruhi oleh persaingan dengan luar negeri sebagian merupakan keputusan politik.

Membedakan Versi Kontrak Efisien dan Oportunis

Ketiga hipotesis TAP dinyatakan dalam bentuk oportunis, artinya berasumsi bahwa
manajer memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas dibandingkan

remunerasi yang diterima, kontrak hutang, dan biaya politik.


Hipotesis tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk efisiensinya, atas asumsi kontrak
kompensasi, sistem kontrol internal, manajemen perusahaan yang baik, dapat membatasi
oportunisme dan memotivasi manajer memilih kebijakan akuntansi untuk mengendalikan

biaya kontrak.
Christie dan Zimmerman (1994) menyelidiki mengenai tingkat pilihan kebijakan akuntansi
yang meningkatkan pendapatan dalam sampel yang terdiri dari perusahaan yang menjadi
target pengambilalihan. Alasan mereka adalah bahwa jika pilihan kebijakan akuntansi
yang oportunis sedang terjadi, pilihan seperti ini akan lebih tak terkendali dalam
perusahaan yang kemudian akan diambil, karena manajemen yang saat itu berusaha
menepis tawaran pengambilalihan dengan memaksimalkan posisi keuangan dan laba

bersih yang dilaporkan.


Guay (1999) mempelajari aktivitas pinjaman bank perusahaan pada tahun pertama
perusahaan melakukannya. Ia berpendapat bahwa kontrak kompensasi yang efisien akan
mendorong manajer untuk mengurangi resiko-resiko harga yang spesifik bagi perusahaan
(misalnya perusahaan migas menerapkan cegah resiko harga produksi tahun depan),
karena pengurangan resiko tersebut mendorong para manajer untuk mengambil resiko-

resiko lain yang spesifik bagi perusahaan.


Watts (2003) menyatakan bahwa akuntansi konservatif juga dapat berperan dalam kontrak
yang efisien. Disini berlaku hipotesis rencana bonus dimana hipotesis tersebut
menyiratkan bahwa para manajer tergoda untuk meningkatkan estimasiestimasi aliran kas
akan datang lebih tinggi, dan menggunakannya untuk membenarkan pencatatan
pendapatan secara premature dan penilaian aktiva terlalu tinggi, yang keduanya menggeser

pendapatan dari masa akan datang ke masa kini.


Penelitian Basu (1993) mendapati bahwa semakin konservatif akuntansinya, semakin
tinggi rating hutang perusahaan yang mengakibatkan rendahnya biaya bunga, dengan
semua hal dianggap sama. Hasil tersebut sesuai dengan kontrak hutang yang efisien karena
perusahaan menjadi semakin konservatif jika kebutuhannya makin besar. Jika manajer
berperilaku oportunistis, mereka tidak akan begitu memperhatikan biaya bunga dan
karenanya akan berusaha mengeluarkan diri dari ancaman pelanggaran persyaratan
pinjaman hutang dengan menggeser ke pendapatan periode berjalan dari pendapatan yang
akan datang.

Kesimpulan Konsekuensi Ekonomi dan Teori Akuntansi Positif

TAP berusaha memahami dan memprediksikan pilihan kebijakan akuntansi perusahaan.


Secara umum, TAP menilai bahwa pilihan kebijakan akuntansi adalah bagian dari
kebutuhan perusahaan secara menyeluruh untuk meminimalkan biaya modal dan biaya

kontrak.
TAP tidak menyiratkan bahwa pilihan kebijakan akuntansi perusahaan harus dijelaskan
dengan khusus. Justru biasanya akan lebih efisien jika ada sekumpulan kebijakan

akuntansi yang dapat dipilih oleh manajemen.


Memberi keleluasaan kepada manajemen dalam pilihan kebijakan akuntansi akan memberi
respon fleksibel dalam lingkungan perusahaan dan terhadap hasil kontrak yang tidak dapat
diramalkan. Namun demikian, ini juga memberi peluang terjadinya perilaku manajemen

yang oportunistis dalam pilihan kebijakan akuntansi.


Dari perspektif TAP, tidak sulit memahami mengapa kebijakan akuntansi dapat memiliki
konsekuensi ekonomi. Dari perspektif efisiensi, kumpulan kebijakan yang tersedia
mempengaruhi fleksibilitas perusahaan. Dari perspektif opportunis, kemampuan
manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi untuk keuntungannya sendiri pun
terpengaruhi.

Anda mungkin juga menyukai