1 IKHTISAR
1
Pemahaman konsep konsekuensi ekonomi tentang pilihan kebijakan
akuntansi adalah penting dengan alasan sebagai berikut :
1. Konsep tersebut menarik dalam kebenarannya. Banyak kejadian-
kejadian menarik dalam penerapan akuntansi berasal dari konsekuensi
ekonomi.
2. Saran bahwa kebijakan akuntansi tidak penting bertentangan dengan
pengalaman akuntan. Banyak akuntansi keuangan berfokus pada diskusi
dan argumen tentang kebijakan akuntansi mana yang harus dipakai
dalam kondisi yang berbeda.
3. Adanya konsekuensi ekonomi menimbulkan pertanyaan tentang
mengapa mereka ada. Hal ini muncul dari kontrak yang disetujui oleh
perusahaan. Dengan melihat terkait masalah kebijakan tertentu yang
digunakan oleh perusahaan, waktu dan sifat perubahan dalam pada
kebijakan tersebut dapat menjadi sumber informasi penting bagi investor
meskipun merupakan implikasi pasar efisien.
2
terlibat dalam pemilihan kebijakan akuntansi. Jika hanya bagian ini yang
terlibat, model akuntansi yang sederhana, berdasarkan konsep yang diketahui
seperti pencocokan biaya dan pendapatan, realisasi, dan konservatisme, dapat
diterapkan dengan tak ada satupun, selain bagian yang terlibat, akan peduli
kebijakan spesifik apa yang digunakan. Dengan kata lain, pilihan kebijakan
akuntansi akan netral pada dampaknya.
8.1.1 Rangkuman
Meskipun merupakan implikasi dari teori pasar efisien, tetapi
pilihan kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi untuk
berbagai konstituen dari para pengguna laporan keuangan, bahkan
kebijakan ini tidak secara langsung mempengaruhi arus kas perusahaan.
Selanjutnya, konstituen yang berbeda dapat memilih kebijakan akuntansi
yang berbeda. Secara khusus, kebijakan manajemen yang disukai
kemungkinan bertentangan dengan investor yang menginformasikannya.
Konsekuensi ekonomi menyulitkan pengaturan standar akuntansi
karena membutuhkan delicate balancing of accounting dan
pertimbangan politik. Penetapan standar ini berkaitan dengan proses
hukum, seperti membawa konstituen yang berbeda ke ranah hukum dan
dengan menerbitkan draft paparan mengenai pemberian kesempatan bagi
seluruh pihak yang berkepentingan untuk mengomentari standar yang
diusulkan.
3
kompensasi ESO. Sebagai contoh, jika saham yang dijamin memiliki nilai
pasar $10 pada tanggal pemberian, maka menetapkan harga pelaksanaan
sebesar $10 tidak akan menghasilkan pencatatan biaya, sementara menetapkan
harga pelaksanaan sebesar $8 memicu biaya sebesar $2 per ESO yang
diberikan. Hal ini menyebabkan menurunnya pencatatan biaya kompensasi
dan menaikkan pencatatan laba bersih.
Alasan tidak diwajibkannya pencatatan nilai wajar untuk ESO adalah
sulit menetapkan nilainya. Sehingga muncul rumus Black/Sholes yang
berasumsi bahwa opsi dapat diperdagangkan dengan bebas
Hal ini tidak dimungkinkan karena ESO tidak dapat dilaksanakan
sampai tanggal penyerahan (vesting date). Juga, jika karyawan mengundurkan
diri dari perusahaan sebelum dilakukannya penyerahan, maka opsi tersebut
dinyatakan hangus, atau kalaupun belum dilaksanakan, mungkin ada
pembatasan-pembatasan terhadap kemampuan karyawan untuk menjual saham
yang diperolehnya.
Untuk mengatasi hal ini, FASB mengeluarkan exposure draft yang
mengusulkan agar perusahaan mencatat biaya kompensasi berdasarkan nilai
wajarnya pada tanggal pemberian ESO.
Namun, exposure draft ini ditolak karena muncul kekhawatiran akan
konsekuensi ekonomi dari laporan laba yang lebih rendah yang akan
dihasilkan. Konsekuensi yang dikhawatirkan tersebut mencakup harga saham
yang lebih rendah, biaya modal yang lebih tinggi, kurangnya bakat manajerial,
serta rendahnya motivasi manajer dan karyawan.
Hal ini dikarenakan tidak seperti umumnya biaya, ESO tidak
memerlukan pembiayaan tunai. Intinya biaya ditanggung oleh para pemegang
saham. Karena itu, jika ESO dilaksanakan dengan harga $10 ketika nilai pasar
saham tersebut $30, maka biaya ex post bagi perusahaan dan para pemegang
sahamny adalah $20. Dengan memberi pemegang saham sebesar $10,
perusahaan tersebut melewatkan kesempatan untuk mengeluarkan saham
dengan harga pasar sebesar $10.
Meskipun demikian, biaya ESO tersebut sangat sulit diukur secara
reliabel. Hal ini karena karyawan mungkin melaksanakan opsi tersebut setelah
tanggal penyerahan sampai tanggal kadaluwarsa. Biaya ex post bagi
perusahaan pun akan tergantung pada selisih nilai pasar saham dan harga
4
pelaksanaan pada saat itu. Untuk mengetahui nilai wajar ESO, perlu diketahui
strategi pelaksanaan optimal karyawan.
Untuk mengatasi masalah ini, muncul model strategi yang disusun oleh
Huddart (1994).
Dengan membuat beberapa asumsi, Huddart menunjukkan bahwa
rumus Black/Sholes dengan ESO yang ditahan sampai tanggal kadaluwarsa
dapat menaikkan pencatatan nilai wajar ESO pada saat tanggal pemberian,
Ada tiga karakteristik opsi, yaitu pengembalian yang diharapkan dari
menahan suatu opsi melebihi return saham yang diharapkan, opsi “potensi
kenaikan”, opsi “deep-in-the-money”.
Selanjutnya akan muncul pertanyaan adalah keadaan di mana
karyawan akan melaksanakan opsi tersebut?
Huddart mengidentifikasi ada dua keadaan. Pertama, jika ESO
mencakup nilai uang sedikit, waktu sampai jatuh temponya singkat, dan
karyawan tersebut diharuskan menahan saham yang diperolehnya, maka
penghindaran risiko dapat memicu pelaksanaan lebih awal. Karena ada resiko
substansial untuk terjadinya hasil nol, maka karyawan yang menghindari
resiko (yang mengimbangkan antara resiko dan hasil) mungkin merasa bahwa
pengurangan resiko pelaksanaan opsi saat ini daripada terus menahannya
ternyata lebih besar daripada lebih rendahnya hasil yang diharapkan dari
menahan saham tersebut.
Keadaan kedua terjadi ketika ESO menyangkut banyak uang, waktu
sampai jatuh temponya singkat, dan karyawan dapat menahan maupun
menjual saham yang diperolehnya dan menginvestasikan hasilnya pada aktiva
yang tidak beresiko. Karena menahan aktiva yang tidak beresiko lebih disukai
daripada menahan saham, maka karyawan akan melaksanakan opsi, menjual
saham, dan membeli aktiva yang tidak beresiko.
Dalam penelitian empiris untuk menguji pelaksanaan awal, Huddart
dan Lang (1996) mengkaji pola-pola pelaksanaan dari karyawan pada delapan
perusahaan besar di Amerika Serikat selama periode sepuluh tahun. Mereka
mendapati bahwa pelaksanaan lebih awal sering dilakukan, sesuai dengan
asumsi penghindaran resiko yang dinyatakan oleh Huddart. Mereka juga
mendapati bahwa variabel yang menjelaskan pelaksanaan awal secara empiris,
seperti waktu sampai jatuh tempo dan sampai sejauh mana ESO tersebut
5
menyangkut uang, dikatakan “broadly consistent” dengan prediksi model
tersebut.
Penelitian selanjutnya cenderung mengkonfirmasi tendensi
Black/Sholes untuk terlalu melebihkan pencatatan biaya ESO secara ex post.
Hall dan Murphy (2002), dengan menggunakan pendekatan yang berbeda dari
Huddart, juga menunjukkan probabilitas substansial dari pelaksanaan awal,
dan menunjukkan bahwa hal tersebut secara signifikan mengurangi biaya ESO
di bawah Black/Sholes. Analisis mereka juga menunjukkan keragaman dalam
keputusan pelaksanaan oleh karyawan.
Aboody dan Kasznnik (2000) mempelajari terhadap praktek
pengumuman informasi dari CEO seputar tanggal pemberian ESO. Mereka
mendapati bahwa, secara rata-rata, CEO perusahaan yang memiliki ESO
terjadwal menggunakan beragam taktik untuk memanipulasi harga saham
lebih rendah sebelum tanggal pembelian, dan memanipulasi harga agar naik
setelah tanggal pembelian tersebut. Salah satu taktiknya adalah dengan
mengumumkan lebih awal kabar buruk dari laporan pendapatan triwulan yang
tertunda, namun kabar baiknya tidak dilaporkan. Taktik lainnya mencakup
dimasukkannya estimasi pendapatan para analis yang berpengaruh dan
penentuan waktu yang selektif atas pengumuman estimasi mereka sendiri.
6
akuntansi berpotensi mempengaruhi keputusan manajemen yang sebenarnya,
termasuk keputusan untuk mengintervensi, baik mendukung atau menentang
usulan standar akuntansi.
7
bahwa hal tersebut akan menjadi bunga terbaik mereka. Paket
kebijakan akuntansi yang optimal untuk perusahaan menunjukan suatu
kompromi. Teori Akuntansi Positif tidak berusaha menceritakan
individu atau konstituen apa yang seharusnya mereka lakukan. Teori
tersebut disebut normative.
Teori keputusan Single-Person dan teori investasi dapat
diintepretasikan sebagai teori normative, jika individu berharap
membuat keputusan dalam menghadapi ketidakpastian untuk
memaksimalkan kegunaan yang diharapkan, mereka seharusnya
meneruskan teori yang direkomendasikan.
Tujuan Teori Akuntansi Positif adalah untuk memahami dan
memprediksi pilihan kebijakan akutansi manajerial dalam perusahaan
yang berbeda-beda. Akan muncul teori normatif. Baik atau tidaknya
kemampuan teori normatif melakukan prediksi tergantung sampai
sejauhmana setiap individu sungguh-sungguh mengambil keputusan
sesuai teori tersebut.
8
yang menangguhkan pendapatan yang dilaporkan dari periode
berjalan ke periode akan datang.
9
Dimana:
Dimana:
P adalah tahun investigasi
10
Akhirnya, sejauh pemegang pinjaman membeli CDSs (credit
default swaps), permintaan untuk akuntansi konservatif mungkin
menurun, setelah CDSs menyediakan sumber alternative perlindungan
terhadap investasi mereka.
11
Pemberian keringanan kepada perusahaan yang dipengaruhi oleh
persaingan dengan luar negeri sebagian merupakan keputusan politik.
Efek dari harga yang tinggi akan diikuti oleh pemberian keringan untuk
suatu industry yang mungkin tidak cukup baik terhadap biaya efektif
untuk konsumen. Cara yang efektif untuk mengurangi earnings yang
dilaporkan adalah memanipulasi kebijakan yang berkaitan dengan
accrual. Bagian akrual yang merupakan manipulasi data akuntansi
yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary accruals.
Discretionary accruals merupakan komponen akrual berasal
dari earnings management yang dilakukan manajer. Akrual
diskresioner tidak bisa diobservasi langsung dari laporan keuangan,
maka harus diestimasi melalui beberapa model.
Hal mudah untuk menentukan total akrual sebuah perusahaan
selama setahun. Salah satu pendekatan, yaitu menggunakan perbedaan
antara arus kas operasi dan laba bersih. Akrual dintrepretasikan cukup
luas, merupakan akibat dari semua kejadian operasi selama setahun
selain arus kas. Perubahan pada piutang usaha dan utang usaha,
perusahaan pada persediaan. Beban amortisasi merupakan akrual
negative, merupakan porsi dari biaya modal asset yang tertulis selama
setahun. Namun, pemisahan total akrual pada akrual diskresioner dan
non diskresioner menghadirkan tantangan baru. Ini dikarenakan akrual
non-diskresioner terhubung dengan tingkat aktivitas bisnis.
Tiga hipotesis teori akuntansi positif mungkin bisa
memperdiksi reaksi manajer, bukti yang kurang bahwa mereka dapat
memprediksi reaksi investor atas perubahan kebijakan akuntansi,
meskipun kemungkinan konsekuensi ekonomi mempengaruhi nilai
perusahaan. Jika kebijakan akuntansi mempengaruhi efisiensi kontrak
dan operasi management perusahaan, kita berharap ini bisa
mempengaruhi investor keputusan membeli/menjual.
12
yang diterima, kontrak hutang, dan biaya politik. Hipotesis tersebut
juga dapat dinyatakan dalam bentuk efisiensinya, atas asumsi kontrak
kompensasi, sistem kontrol internal, manajemen perusahaan yang baik,
dapat membatasi oportunisme dan memotivasi manajer memilih
kebijakan akuntansi untuk mengendalikan biaya kontrak.
Christie dan Zimmerman (1994) menyelidiki mengenai tingkat
pilihan kebijakan akuntansi yang meningkatkan pendapatan dalam
sampel yang terdiri dari perusahaan yang menjadi target
pengambilalihan. Alasan mereka adalah bahwa jika pilihan kebijakan
akuntansi yang oportunis sedang terjadi, pilihan seperti ini akan lebih
tak terkendali dalam perusahaan yang kemudian akan diambil, karena
manajemen yang saat itu berusaha menepis tawaran pengambilalihan
dengan memaksimalkan posisi keuangan dan laba bersih yang
dilaporkan.
Penelitian Dechow (1994) juga berhubungan dengan dua versi
dari Teori Akuntansi Positif. Dia berpendapat bahwa jika akrual
sebagian besar hasil manipulasi oportunistik dari earnings yang
dilaporkan, pasar akan menolak untuk mendukung arus kas, dalam hal
ini arus kas seharusnya lebih tinggi terkait dengan pengembalian
saham daripada laba bersih. Alternatifnya, jika akrual menggambarkan
kontrak yang efisien, laba bersih seharusnya lebih tinggi terkait dengan
pengembalian saha daripada arus kas. Pengujian empirisnya
menemukan laba bersih lebih tinggi terkait dengan pengembalian
daripada arus kas.
Guay (1999) mempelajari aktivitas pinjaman bank perusahaan
pada tahun pertama perusahaan melakukannya. Ia berpendapat bahwa
kontrak kompensasi yang efisien akan mendorong manajer untuk
mengurangi resiko-resiko harga yang spesifik bagi perusahaan
(misalnya perusahaan migas menerapkan cegah resiko harga produksi
tahun depan), karena pengurangan resiko tersebut mendorong para
manajer untuk mengambil resiko-resiko lain yang spesifik bagi
perusahaan.
Watts (2003) menyatakan bahwa akuntansi konservatif juga
dapat berperan dalam kontrak yang efisien. Disini berlaku hipotesis
13
rencana bonus dimana hipotesis tersebut menyiratkan bahwa para
manajer tergoda untuk meningkatkan estimasi–estimasi aliran kas akan
datang lebih tinggi, dan menggunakannya untuk membenarkan
pencatatan pendapatan secara premature dan penilaian aktiva terlalu
tinggi, yang keduanya menggeser pendapatan dari masa akan datang ke
masa kini.
Penelitian Basu (1993) mendapati bahwa semakin konservatif
akuntansinya, semakin tinggi rating hutang perusahaan yang
mengakibatkan rendahnya biaya bunga, dengan semua hal dianggap
sama. Hasil tersebut sesuai dengan kontrak hutang yang efisien karena
perusahaan menjadi semakin konservatif jika kebutuhannya makin
besar. Jika manajer berperilaku oportunistis, mereka tidak akan begitu
memperhatikan biaya bunga dan karenanya akan berusaha
mengeluarkan diri dari ancaman pelanggaran persyaratan pinjaman
hutang dengan menggeser ke pendapatan periode berjalan dari
pendapatan yang akan datang.
14
perusahaan dan terhadap hasil kontrak yang tidak dapat diramalkan. Namun
demikian, ini juga memberi peluang terjadinya perilaku manajemen yang
oportunistis dalam pilihan kebijakan akuntansi.
Dari perspektif Teori Akuntansi Positif, tidak sulit memahami
mengapa kebijakan akuntansi dapat memiliki konsekuensi ekonomi. Dari
perspektif efisiensi, kumpulan kebijakan yang tersedia mempengaruhi
fleksibilitas perusahaan. Dari perspektif opportunis, kemampuan manajemen
untuk memilih kebijakan akuntansi untuk keuntungannya sendiri pun
terpengaruhi.
15