Anda di halaman 1dari 4

TEORI AKUNTANSI POSITIF

Perbedaan Teori Positif dengan Teori Normatif


Teori positif Teori normatif
Isi deskriptif dan prediksi Prescription, decision usefulness
Pandangan Setiap individu oportunistik dan akan Laporan keuangan adalah informasi
memaksimalkan kekayaannya tentang entitas, kemampuannya
melalui pemilihan metode akuntansi untuk adaptasi di berbagai situasi
Jenis Penelitian empiris Praktik
Pendekatan Induktif, priori Deduktif, apriori

Asal Mula Teori Akuntansi Positif


Teori akuntansi positif mulai dikenal pada pertengahan tahun 1960-an yang tertuang
dalam Journal Accounting Review. Publikasi dengan teori akuntansi positif pun mulai terkenal
sejak diterbitkannya tulisan Ball dan Brown (1968) di Journal Accounting Research. Pergeseran
ini terjadi karena mulai berkembangnya komputer dan perubahan sekolah bisnis di US
sehingga menyebabkan penelitian empiris menjadi lebih mudah.
Hipotesis pertama yang berkembang adalah Efficient Market Hypothesis. Hipotesis ini
memandang harga sekuritas merefleksikan informasi akuntansi yang yang tersedia untuk
publik dan kemudian pasar pun akan secara efisien mengevaluasi informasi tersebut. Pasar
merupakan tempat berkompetisi untuk informasi tentang arus kas masa depan dakan sangat
cepat merespon perubahan atas informasi baru yang diterbitkan. Manager pun harus memilih
metode akuntansi yang mempengaruhi arus kas serta memberikan pengungkapan yang benar.
Sehingga, pada hipotesis ini tidak mengharap adanya regulasi. Regulasi/intervensi pemerintah
dapat melarang penggunaan metode akuntansi tertentu yang dapat mengakibatkan inefisiensi.
Namun, menurut penelitian Ball dan Brown (1968) dan Beaver (1968) akan terjadi
abnormal return yang disebabkan adanya informasi yang tidak diekspektasi. Abnormal return
tersebut didefinisikan sebagai perbedaan antara expected return dan pengembalian aktual.
Selain itu, dalam EMH, dapat diperhatikan bahwa pada dasarnya pemilihan metode akuntansi
tidak memiliki pengaruh terhadap reaksi pasar karena pasar akan mengetahui perubahan itu
dengan baik. Namun, pemilihan metode akuntansi menjadi berpengaruh karena adanya
agency theory yang memberikan dampak pada informasi yang asimetris. Agency theory

1
merupakan konflik kepentingan antara manager (agen) dan pemilik (prinsipal). Adanya konflik
agen ini menimbulkan biaya transaksi dan informasi.

Peran Akuntan dalam Meminimalkan Biaya Transaksi Organisasi


Dalam teori agensi, perusahaan dianggap berada dalam nexus of contracts. Kontrak ini
berisi bahwa semua golongan yang mempunyai klaim atas output tidak akan melakukan
tindakan lain yang merugikan. Hal ini disebabkan asumsi mekanisme internal yaitu
menguntungkan individu = menguntungkan organisasi serta asumsi adanya mekanisme pasar.
Di masa depan, saat pasar menjadi inefisien, perusahaan pun muncul sebagai contracting-cost-
efficient melalui alatnya yaitu akuntansi. Akuntansi pun akan mengontrol sistem melalui
pemilihan metode yang dapat mengurangi konflik kepentingan dan meningkatkan nilai
perusahaan. Pemilihan metode ini menunjukkan bahwa manajer bekerja untuk pemilik
sehingga adanya regulasi pun dapat membatasi pemilihan metode.
Dalam meminimalkan agency dan contracting cost dikenal dua macam perspektif,
EMH dan oportunistik. EMH merupakan bentuk dari tindakan ex ante (apa yang dilakukan
sebelum), contohnya laba yang sudah diaudit membuat perusahaan mendapat dana dengan
biaya yang lebih rendah karena pihak eksternal tidak perlu mencari informasi lagi. Informasi
tersebut menjelaskan kinerja perusahaan sesungguhnya dan memahami perbedaan metode
yang diadopsi karena perbedaan sifat perusahaan.
Perspektif oportunistik merupakan tindakan ex post (apa yang dilakukan sesudah).
Perspektif ini ditunjukkan dengan manajer yang memilih metode tertentu karena adanya
bonus berdasar kontrak. Prinsipal mengantisipasi dengan meminta manajer menggunakan
metode akuntansi tertentu yang dapat mengurangi agency cost. Namun, tidak mungkin
menulis semua metode yang dilarang karena terlalu costly, maka timbullah celah. Manager
pun bertindak oportunistik dengan memanfaatkan celah tersebut untuk memperkaya diri.
Maka dari itu, perspektif ini terkadang menjadi alasan kegagalan perusahaan.

Accounting Based Agreements dengan Kelompok Tertentu Memberikan Insentif pada


Manajer untuk Memanipulasi Angka Akuntansi
Watts and Zimmerman (1990) mengeluarkan The Accounting Review yang berisi :
a. Owner/manager contracting
Dengan adanya kemungkinan konflik agensi, maka pemilik pun membuat suatu
kontrak yang berisi tentang skema bonus untuk manajer. Bonus tersebut bisa tergantung

2
pada laba ataupun nilai perusahaan yang tercermin dari nilai sekuritas. Laba mengukur
secara pasti kinerja manajer. Pemilik pun berpikir (jangka pendek) manajer tidak
bertindak oportunistik karena dapat merubah arus kas yang berakibat berubahnya nilai
perusahaan dan berdampak pada perubahan insentif manajer.
Namun, jika insentif berdasarkan pada output akuntansi maka kemungkinan
manipulasi pun akan semakin besar dan laporan keuangan menjadi bias walaupun telah
diaudit. Manajer tetap memiliki celah, pada kasus laba tidak dapat diekspektasi, dengan
mengecilkan laba saat ini untuk membuat laba yang akan datang terlihat lebih besar
(Healy, 1985). Muncullah skema bonus berdasarkan nilai pasar.
Skema bonus berdasar nilai pasar ini berisi bahwa bonus dipengaruhi oleh
ekspektasi NPV dan arus kas masa depan. Oleh karena itu, biasanya manajer diberikan
bonus berupa saham atau opsi yang membuat manajer akan bekerja keras untuk
meningkatkan nilai sahamnya. Manajer akan meningkatkan melakukan manajerial jangka
panjang dan pengungkapan yang luas karena dianggap meningkatkan private control
benefits (Nagar, 2003). Dalam skema ini, konflik agensi dapat diminimalisir karena
manajer bertindak untuk kepentingan pemilik. Namun, skema ini memiliki kekurangan
yaitu hanya dapat dilaksanakan manajer senior karena dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Skema ini cocok digunakan untuk perusahaan yang labanya mempengaruhi nilai saham
dan sangat sensitif terhadap pergerakan pasar. Untuk menjembatani manipulasi yang
mungkin terjadi, Cheng (2004) pun menyarankan untuk memberi insentif pada output
akuntansi yang mungkin dimanipulasi.
b. Debt contracting
Kontrak hutang ini muncul karena adanya divergent behaviour yaitu perilaku
menghindar dari membayar hutang (ex : membayar deviden yang besar, terlibat dalam
proyek berisiko tinggi) yang menimbulkan agency cost of debt. Cotter (1998)
mengemukakan bahwa debtholders kemudian mengantisipasi dengan menyusun kontrak
hutang demi mengurangi agency cost of debt dengan mengenakan bunga lebih tinggi
serta membatasi, biasanya, dalam hal : 1) Revaluasi. Perusahaan diharuskan tidak sering
melakukan revaluasi serta mengeluarkan nilai revaluasi dari perhitungan rasio debt to
asset, 2) menjaga rasio-rasio tertentu seperti rasio hutang terhadao aset berwujud,
current ratio dan interest coverage. Karena akan menimbulkan biaya yang besar dengan
menuliskan peraturan yang detail, maka celah untuk manajer pun muncul. Perusahaan
pun memilih strategi degan memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba dan

3
mengadopsi standar baru yang mendukung hal tersebut lebih cepat (Sweeney, 1994).
Dalam hal ini, auditor pun dibutuhkan sebagai arbitrator
Cara lain yang yang adalah performance pricing yang diusulkan oleh Beatty dan
Weber (2003). Suku bunga diubah menurut kinerja perusahaan yang terukur melalui
rasio-rasio. Cara ini menjembatani insentif manajer untuk meningkatkan laba walaupun
tetap batasan metode akuntansi yang dapat digunakan. Walaupun perusahaan setuju
terhadap kontrak, Beatty dan Weber (2003) menemukan bahwa perusahaan rela
membayar lebih untuk bisa lebih fleksibel dalam pemilihan metode.
c. Political Costs
Perusahaan menyadari bahwa ia adalah political scrutiny. Hal ini berarti perusahaan
yang memiliki laba besar dianggap tidak membayar bagian komunitas lain secara adil.
Perusahaan kemudian cenderung melaporkan laba yang rendah untuk mengurangi atensi
media yang dapat membuat perusahaan sebagai sasaran politik pemerintah dan
komunitas lain. Laba yang kecil ini juga dapat membuat masyarakat tidak membongkar
metode akuntansi yang digunakan (rationality uninform) karena biaya yang tinggi kecuali
pada kelompok berkepentingan yang dapat membagi biaya yang besar tersebut. Salah
satu cara untuk menjembatani adalah dengan mengungkapkan laporan
pertanggungjawaban sosial yang juga dapat meminimalkan terjadinya cash outflow dari
perusahaan.

Kritik Teori Akuntansi Positif


- Tidak menyajikan apa yang seharusnya, padahal permasalahan terus berkembang
- Terlalu membuat simpel perilaku manusia dan pengukuran akuntansi
- Mempengaruhi pelajar bahwa boleh meletakkan kepentingan pribadi saat bekerja
- Tidak berkembang, hanya diuji coba di berbagai kondisi dan tempat (Sterling, 1990)
- Hanya terkonsentrasi pada cara perusahaan memilih satu metode akuntansi padahal
banyak motivasi memilih metode sehingga mengabaikan trade off antar tujuan
pemilihan metode (Fields et al., 2001)
- TAP tidak dapat digunakan secara general (pada semua manusia) dan multi period
- Individu hanya membuat keputusan tapi belum tentu melaksanakan

Anda mungkin juga menyukai