Anda di halaman 1dari 8

OPSI SAHAM KARYAWAN

Bidang pertama konsekuensi ekonomi adalah akuntansi untuk opsi saham yang
dikeluarkan bagi manajemen dan dalam beberapa kasus, bagi karyawan lainnya, memberi mereka
hak untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini disebut Employee
Stock Opsions(ESO). Akuntansi untuk ESO mewajibkan perusahaan mengeluarkan ESO dengan
nilai tetap untuk mencatat biaya yang sama dengan selisih antara nilai pasar saham pada tanggal
pemberian opsi kepada karyawan dan harga pelaksanaan opsi tersebut. Kebanyakan perusahaan
yang memberikan ESO menetapkan harga pelaksanaannya sama dengan nilai pasar pada tanggal
pemberiannya, sehingga nilai intrinsiknya nol. Akibatnya tidak ada biaya yang perlu dicatat bagi
kompensasi ESO. Hal ini menyebabkan menurunnya pencatatan biaya kompensasi dan menaikkan
pencatatan laba bersih.
Meskipun demikian, biaya ESO tersebut sangat sulit diukur secara reliabel. Hal ini karena
karyawan mungkin melaksanakan opsi tersebut setelah tanggal penyerahan sampai tanggal
kadaluwarsa. Biaya ex post bagi perusahaan pun akan tergantung pada selisih nilai pasar saham
dan harga pelaksanaan pada saat itu. Untuk mengetahui nilai wajar ESO, perlu diketahui strategi
pelaksanaan optimal karyawan. Untuk mengatasi masalah ini, muncul model strategi yang disusun
oleh Huddart (1994).
Dengan membuat beberapa asumsi, Huddart menunjukkan bahwa
rumusBlack/Sholes dengan ESO yang ditahan sampai tanggal kadaluwarsa dapat menaikkan
pencatatan nilai wajar ESO pada saat tanggal pemberian,

REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP AKUNTANSI SUCCESFULL-EFFORT DI


INDUSTRI MINYAK DAN GAS
Pembahasan didasarkan pada artikel The Impact of Accounting Regulation on the Stock
Market: The Case of Oil and Gas Companies (1979) yang ditulis oleh Lev. Penelitian ini terkait
dengan kebijakan SFAS 19 yang mewajibkan perusahaan migas di AS mencatat biaya eksplorasi
dengan metode succesfull-effort.
Karena pilihan kebijakan akuntansi untuk biaya eksplorasi mencerminkan kebijakan
akuntansi, maka teori pasar sekuritas efisien memprediksi bahwa seharusnya manajer tidak
keberatan menggunakan metode succesfull-effort. Secara khusus, terdapat kekhawatiran mengenai
dampak yang mungkin merugikan terhadap persaingan dalam industri migas. Kekhawatiran
tersebut adalah bahwa sebagian besar perusahaan kecil yang bergerak di bidang migas
menggunakan akuntansi full-cost. Ini karena metode succesfull-effort cenderung menghasilkan
laba bersih yang lebih kecil daripada metode full-cost, terutama untuk perusahaan yang aktif
melakukan eksplorasi, maka ditakutkan bahwa laba bersih yang lebih kecil dalam laporan akan
menjadikan perusahaan kecil lebih sulit menghimpun modal, dan karenanya akan mengurangi
persaingan dan cakupan eksplorasi.
Lev memulai penelitian dengan menentukan apakah harga sekuritas perusahaan migas
terpengaruh oleh penggunaan metode akuntansisuccesfull-effort. Lev mengambil sampel 49
perusahaan yang menggunakan metode full-costdan sampel kontrol yang terdiri dari 34
perusahaan yang menggunakansuccesfull-effort.
Hasil penelitiannya adalah terjadi pengembalian abnormal negatif rata-rata yang signifikan
untuk saham-saham dari 49 perusahaan yang menggunakan metode full-cost. Untuk ke-34
perusahaan yang telah menggunakan metode akuntansi succesfull-effort, dan relatif tidak
terpengaruh oleh exposure draft, pengembalian negatif rata-rata-nya bernilai relatif kecil. Untuk
kondisi saham, Dickman dan Smith (1979) dan Kross (1982) mendapati tidak adanya reaksi harga
sekuritas terhadap perubahan standar akuntansi. Mungkin ini disebabkan karena adanya inefisiensi
pasar sekuritas.
Alasan lain adalah bahwa perusahaan yang menggunakan full-cost akan menghadapi
kesulitan menghimpun modal atau mungkin mengurangi aktivitas eksplorasi begitu mereka
dipaksa menggunakan succesfull-effort. Alasan lain adalah bahwa pengurangan laba bersih yang
dilaporkan dan ekuitas para pemegang saham setelah beralih menggunakan metode succesfull-
effort mungkin mempengaruhi rasio bonus manajemen dan perjanjian pinjaman. Pasar dapat
bereaksi terhadap manajer yang gagal merepons masalah seperti ini. Bagaimanapun juga hasil
penelitian Lev menyatakan bahwa pasar memang bereaksi terhadap metode akuntansi yang dipilih.
Akibatnya, terbukti bahwa perubahan kebijakan akuntansi dapat memiliki dampak harga sekuritas,
karenanya memperkuat argumen konsekuensi ekonomi.
2.1.2. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)
Watts dan Zimmerman dalam Suharli (2009) mengajukan paradigma baru dalam
penelitian akuntansi yang dikenal dengan Positive Accounting Theory dan menyatakan bahwa
pemilihan kebijakan akuntansi dan karakteristik yang mendasari akuntansi keuangan tidak
terlepas dari keberadaan perusahaan yang pada dasarnya merupakan suatu kumpulan dari
kontrak. Dalam teori positif dibahas tiga hal, yaitu menjelaskan, mengawasi dan memprediksi.
Scott (2009; 284) menyebutkan bahwa positive accounting theory is concerned with
predicting such actions as the choices of accounting policies by firm managers and how
managers will respond to proposed new accounting standards. Teori akuntansi positif
berhubungan dengan prediksi suatu keputusan dalam prinsip akuntansi oleh manajer perusahaan
dan bagaimana manajer akan memberikan respon terhadap standar akuntansi yang baru. Teori
akuntansi positif mengasumsikan bahwa manajer mempunyai sifat yang rasional seperti
investor dan manajer akan memilih kebijakan akuntansi yang memberikan keuntungan bagi
dirinya sendiri.
Scott (2009; 287-288) menyatakan terdapat tiga hipotesis dari teori akuntansi positif,
yaitu:
1. The Bonus Plan Hypothesis
Manajer perusahaan akan memilih prosedur akuntansi yang melaporkan pendapatan dari
masa yang akan datang ke periode berjalan. Manajer menginginkan bonus yang tinggi, jika
bonus bergantung pada laba yang dilaporkan, maka manajer akan memaksimalkan bonus
mereka dengan melaporkan pendapatan setinggi mungkin. Konsep ini membahas bahwa bonus
yang dijanjikan pemilik kepada manajer perusahaan tidak hanya memotivasi manajer untuk
bekerja dengan lebih baik tetapi juga memotivasi manajer untuk melakukan kecurangan
manajerial. Agar dapat mencapai tingkat kinerja yang memberikan bonus, manajer
mempermainkan besar kecilnya angka-angka dalam laporan keuangan sehingga bonus itu
selalu didapat setiap tahun. Hai ini yang kemudian mengakibatkan pemilik mengalami
kerugian ganda, yaitu memperoleh informasi palsu dan mengeluarkan sejumlah bonus.
2. The Debt Covenants Hypothesis
Hipotesis ini berkaitan dengan syarat yang harus dipenuhi perusahaan dalam perjanjian
hutang. Perusahaan memiliki rasio antara utang dan ekuitas lebih besar, cenderung memilih
dan menggunakan metode-metode akuntansi dengan laporan laba yang lebih tinggi serta
cenderung melanggar perjanjian utang apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang
dapat diperolehnya. Keuntungan tersebut berupa permainan laba agar kewajiban utang-
piutang dapat ditunda untuk periode berikutnya sehingga semua pihak yang ingin
mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya memperoleh informasi dan keputusan
bisnis yang keliru, akibatnya terjadi kesalahan dalam mengalokasikan sumber daya.
3. The Political Cost Hypothesis
Perusahaan yang besar dengan tingkat laba yang tinggi lebih banyak dijadikan obyek
implementasi peraturan maupun kebijakan pemerintah, seperti pengenaan pajak penghasilan
tinggi, diwajibkan untuk memenuhi standar kinerja yang lebih tinggi seperti tanggung
jawabnya terhadap lingkungan dan sebagainya.

Penelitian Teori Akuntansi Positif


1. TAP telah menghasilkan sejumlah besar penelitian empiris. Sebagai contoh adalah tulisan
Lev (1979). Penelitian Lev membantu kita memahami mengapa perusahaan yang berbeda-
beda mungkin memilih kebijakan akuntansi yang brbeda-beda.
2. Banyak penelitian TAP untuk pengujian hipotesis. Salah satunya Healy (1985) yang
meneliti hipotesis rencana bonus. Hasil penelitiannya adalah menemukan bukti bahwa
manajer perusahaan yang memiliki rencana bonus berdasarkan pada laba bersih mereka
yang dilaporkan secara sistematis menggunakan kebijakan akrual sedemikian rupa untuk
memaksimalkan bonus yang mereka harapkan.
3. Dichev dan Skinner (2002) mengkaji hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman. Mereka
meneliti sampel yang terdiri dari banyak persetujuan pemberian pinjaman privat (pinjaman
yang tidak dapat diperdagangkan). Mereka memusatkan perhatian pada perjanjian-
perjanjian dengan persyaratan yang didasarkan pada dipertahankannya rasio lancar tertentu
atau pada dipertahankannya jumlah nilai bersih tertentu.
4. Jones (1991) mempelajari tindakan perusahaan untuk menurunkan laporan laba bersih
selama penelitian keringanan impor. Pemberian keringanan kepada perusahaan yang
dipengaruhi oleh persaingan dengan luar negeri sebagian merupakan keputusan politik.

Versi Kontrak Efisien dan Oportunis dari Teori Akuntansi


1. Ketiga hipotesis TAP dinyatakan dalam bentuk oportunis, artinya berasumsi bahwa
manajer memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas dibandingkan
remunerasi yang diterima, kontrak hutang, dan biaya politik.
2. Hipotesis tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk efisiensinya, atas asumsi kontrak
kompensasi, sistem kontrol internal, manajemen perusahaan yang baik, dapat membatasi
oportunisme dan memotivasi manajer memilih kebijakan akuntansi untuk mengendalikan
biaya kontrak.
3. Christie dan Zimmerman (1994) menyelidiki mengenai tingkat pilihan kebijakan akuntansi
yang meningkatkan pendapatan dalam sampel yang terdiri dari perusahaan yang menjadi
target pengambilalihan. Alasan mereka adalah bahwa jika pilihan kebijakan akuntansi yang
oportunis sedang terjadi, pilihan seperti ini akan lebih tak terkendali dalam perusahaan
yang kemudian akan diambil, karena manajemen yang saat itu berusaha menepis tawaran
pengambilalihan dengan memaksimalkan posisi keuangan dan laba bersih yang dilaporkan.
4. Guay (1999) mempelajari aktivitas pinjaman bank perusahaan pada tahun pertama
perusahaan melakukannya. Ia berpendapat bahwa kontrak kompensasi yang efisien akan
mendorong manajer untuk mengurangi resiko-resiko harga yang spesifik bagi perusahaan
(misalnya perusahaan migas menerapkan cegah resiko harga produksi tahun depan), karena
pengurangan resiko tersebut mendorong para manajer untuk mengambil resiko-resiko lain
yang spesifik bagi perusahaan.
5. Watts (2003) menyatakan bahwa akuntansi konservatif juga dapat berperan dalam kontrak
yang efisien. Disini berlaku hipotesis rencana bonus dimana hipotesis tersebut menyiratkan
bahwa para manajer tergoda untuk meningkatkan estimasiestimasi aliran kas akan datang
lebih tinggi, dan menggunakannya untuk membenarkan pencatatan pendapatan secara
premature dan penilaian aktiva terlalu tinggi, yang keduanya menggeser pendapatan dari
masa akan datang ke masa kini.
6. Penelitian Basu (1993) mendapati bahwa semakin konservatif akuntansinya, semakin
tinggi rating hutang perusahaan yang mengakibatkan rendahnya biaya bunga, dengan
semua hal dianggap sama. Hasil tersebut sesuai dengan kontrak hutang yang efisien karena
perusahaan menjadi semakin konservatif jika kebutuhannya makin besar. Jika manajer
berperilaku oportunistis, mereka tidak akan begitu memperhatikan biaya bunga dan
karenanya akan berusaha mengeluarkan diri dari ancaman pelanggaran persyaratan
pinjaman hutang dengan menggeser ke pendapatan periode berjalan dari pendapatan yang
akan datang.

2.3. Contoh Konsekuensi Ekonomis Standar Akuntansi


Contoh 1:
Pada artikel Lev, "The Impact of Accounting Regulation on the Stock Market; The
Case of Oil and Gas Companies (1979). Penelitian Lev berkonsentrasi pada SFAS 19,
yang dikeluarkan pada tahun 1977. Laporan tersebut meminta bahwa semua perusahaan
oli dan gas US menghitung biaya eksplorasinya dengan menggunakan metode
successful-efforts (SE). Artikel Lev masih relevan hingga saat ini karena hal ini
meninggalkan salah satu dari sedikit penelitian untuk mendokumentasikan respon pasar
pada perubahan kebijakan akuntansi yang tidak memiliki dampak pada arus kas. Adalah
bermanfaat untuk merenungkan alasan yang mungkin bagi reaksi pasar. Seperti yang
dibahas oleh Lev, salah satu kemungkinannya adalah inefisiensi pasar sekuritas -
mungkin ini adalah keanehan lain. Namun, dalam pandangan banyak penelitian empiris,
yang hasilnya konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas, penjelasan ini agaknya tidak
mungkin. Alasan lain dapat disarankan, salah satunya adalah bahwa manajer perusahan
FC dapat menghadapi kesulitan meningkatkan modal atau dapat mengurangi aktivitas
eksplorasinya, sesekali mereka dipaksa untuk menggunakan SE. Alasan lain adalah
bahwa pengurangan dalam pendapatan bersih yang dilaporkan dan ekuitas pemegang
saham yang mengikuti hubungan pada penggantian SE dapat mempengaruhi bonus-
bonus manajemen dan rasio perjanjian hutang. Pasar dapat bereaksi pada respon manajer
disfungsional yang mungkin terjadi pada masalah seperti ini. Namun demikian,
sementara kita tidak mengetahui alasannya, hasil penelitian Lev menyarankan bahwa
pasar bereaksi pada kejadian akuntansi yang tidak memiliki implikasi arus kas. Hal ini
adalah fakta bahwa perubahan kebijakan akuntansi yang dimandatkan dapat memiliki
dampak harga sekuritas dan menguatkan argumen konsekuensi ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai