Anda di halaman 1dari 12

POSITIVE ACCOUNTING THEORY

A. OUTLINE OF POSITIVE ACCOUNTING THEORY


Mengapa konsekuensi ekonomi itu ada, bisa dijelaskan dengan teori akuntansi
positif. Istilah “positif” mengacu pada suatu teori yang dapat membuat prediksi
yang baik dari kejadian-kejadian dunia nyata.

Teori akuntansi positif adalah berhubungan dengan prediksi yaitu suatu


tindakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan bagaimana
perusahaan akanmerespon untuk mengajukan standar akuntansi yang baru.

Sebagai contoh penerapan dari teori akuntansi positif adalah dapatkah kita
memprediksi perusahaan minyak dan gas itu akan menggunakan metode
akuntansi successful efforts untuk biaya eksplorasi atau menggunakan metode
akuntansi full cost. Teori akuntansi positif memberikan pandangan bagaimana
perusahaan mengorganisasi perusahaannya denganefisien juga untuk
memaksimalkan prospek kelangsungan hidup perusahaan mereka. Banyak bentuk
efisiensi organisasi untuk suatu perusahaan pada umumnya tergantung pada
faktor-faktor seperti lingkungan hokum dan institusi, teknologi, dan tingkat
persaingan dalam industrinya.

Teori akuntansi positif menjelaskan mengapa perusahaan memilih kebijakan


akuntansisebagai bagian dari permasalahan yang mendalam dari meminimalkan
biaya kontrak danuntuk mencapai efisiensi corporate governance. Sebagai contoh,
Mian dan Smith (1990)mempelajari pilihan kebijakan akuntansi apakah akan
bergabung dengan perusahaan anak.Jika ada ketergantungan antara perusahaan
induk dan anak dan lebih efisien, maka lebih baik digabung laporan keuangannya
(disiapkan laporan keuangan konsolidasinya). Akan lebihefisien jika kinerja
manajer menggunakan pengukuran laporan keuangan konsolidasi daripadalaporan
perusahaan anak karena adanya ketergantungan yang tinggi. Biaya untuk
menyiapkan laporan keuangan konsolidasi lebih rendah untuk tujuan monitoring
intern dan juga untuk pelaporan ekstern. Mian dan Smith memberikan kejadian
empiris yang konsisten dengan prediksi ini

Teori akuntansi positif (PAT) berkaitan dengan prediksi tindakan seperti pilihan
kebijakan akuntansi oleh perusahaan dan bagaimana perusahaan akan merespon
standar akuntansi baru yang sedang diajukan.

PAT mempunyai pandangan bahwa perusahaan mengorganisir diri mereka sendiri


dalam cara yang paling efisien, seperti untuk memaksimalkan prospek mereka
untuk terus bertahan hidup – sehingga sejumlah perusahaan akan lebih
terdesentralisir ketimbang perusahaan lain, sejumlah perusahaan menjalankan
aktivitas didalam sedangkan perusahaan lainnya mengontrakkan aktivitas yang
sama pada pihak luar, sejumlah perusahaan melakukan pembiayaan lebih banyak
dengan hutang ketimbang perusahaan lainnya, dan seterusnya. Bentuk organisasi
yang paling efisien untuk suatu perusahaan tertentu tergantung pada faktor-faktor
seperti lingkungan hukum dan lingkungan institusionalnya, teknologinya dan
tingkat persaingan dalam industrinya, dimana faktor-faktor ini menentukan
sekumpulan peluang investasi yang tersedia bagi perusahaan dan juga prospeknya.
PAT berpendapat bahwa kebijakan akuntansi perusahaan akan dipilih
sebagai bagian dari masalah minimalisasi biaya pengadaan kontrak yang lebih
luas, seperti untuk mencapai pengelolaan perusahaan yang efisien. Mian dan
Smith (1990) memprediksi bahwa semakin besar integrasi/penyatuan antara
perusahaan induk dengan perusahaan cabang maka semakin besar kemungkinan
perusahaan induk akan mempersiapkan laporan keuangan konsolidasi. Argumen
ini dapat diperluas untuk memprediksi bahwa jika laporan keuangan konsolidasi
dipersiapkan untuk monitoring internal maka akan lebih murah untuk juga
mempersiapkan laporan keuangan konsolidasi untuk pelaporan kepada pihak
eksternal. Mian dan Smith menghadirkan bukti-bukti empirik yang konsisten
dengan prediksi ini.
PAT tidak menyatakan bahwa perusahaan (dan pembentuk standar) harus
menentukan secara lengkap kebijakan akuntansi yang akan mereka gunakan. Hal
itu akan menjadi terlalu mahal. Maka diinginkan untuk memberi manajer suatu
fleksibilitas untuk memilih kebijakan akuntansi sehingga mereka dapat
beradaptasi pada kondisi yang baru atau kondisi yang tidak terduga. Meskipun
biasanya sekumpulan kebijakan akuntansi dapat diambil seperti yang
diperbolehkan dibawah GAAP, tidak ada alasan, selain dari biaya, mengapa
kumpulan kebijakan akuntansi tersebut tidak dapat dibatasi lebih lanjut oleh
kontrak.Kumpulan kebijakan akuntansi yang optimal untuk perusahaan kemudian
menggambarkan imbal balik terbaik antar kebijakan akuntansi yang telah
ditentukan sebelumnya secara ketat untuk meminimalisasi biaya pengadaan
kontrak dibawah kondisi saat ini, dan memberikan pada manajer fleksibilitas
untuk mengubah kebijakan akuntansi dalam menghadapi perubahan kondisi,
termasuk menghasilkan biaya perilaku oportunistik. PAT menekankan kebutuhan
untuk penyelidikan empirik untuk menentukan apa kebijakan akuntansinya dan
bagaimana mereka berbeda-beda dari satu perusahaan ke perusahaan lain yang
tergantung pada struktur organisasinya. Pada akhirnya, tujuan dari teori ini adalah
untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akuntansi antar perusahaan
yang berbeda.
Jadi, PAT tidak berusaha untuk menceritakan pada individu atau unsur-
unsurnya apa yang seharusnya mereka lakukan. Teori yang melakukan hal ini
disebut teori normatif. Apakah teori normatif mempunyai kemampuan
prediktif yang bagus atau tidak tergantung pada kondisi dimana individu
sebenarnya membuat keputusan seperti yang digambarkan oleh teori tersebut.
Sejumlah teori normatif mempunyai kemampuan prediktif. Bagaimanapun juga,
kita masih mempunyai teori normatif yang bagus bahkan ketika teori itu tidak
membuat prediksi yang bagus. Salah satu alasannya adalah bahwa membutuhkan
waktu bagi orang-orang untuk memahami teori. Tetapi jika teori normatif adalah
teori yang bagus, maka kita akan melihat teori itu semakin banyak diadopsi ketika
orang-orang mempelajarinya. Bagaimanapun juga, tidak seperti teori positif,
kemampuan prediktif bukanlah kriteria utama yang harus dinilai dari teori
normatif. Sebaliknya, yang harus dinilai adalah konsistensi logikanya dengan
asumsi mendasar tentang bagaimana individu yang rasional harus berperilaku.
B. THE THREE HYPOTHESES OF POSITIVE ACCOUNTING THEORY
Prediksi yang dibuat oleh PAT sebagian besar diorganisir di area tiga hipotesis
yang diformulasikan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Berikut hipotesis dalam
bentuk “oportunistiknya”:
1. Hipotesis rencana bonus. Jika semua hal lain dianggap seimbang/sama, maka
manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih besar kemungkinannya
untuk memilih prosedur akuntansi yang menggeser earning/penghasilan yang
dilaporkan dari periode masa depan ke periode sekarang.
2. Hipotesis perjanjian hutang. Jika semua hal lain dianggap sama/tidak berubah,
maka semakin dekat perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang yang berbasis
akuntansi, maka semakin besar kemungkinan manajer perusahaan untuk memilih
prosedur akuntansi yang menggeser earning/penghasilan yang dilaporkan dari
periode mendatang ke periode sekarang.
3. Hipotesis biaya politik. Jika semua hal lain dianggap sama/tidak berubah,
maka semakin besar biaya politik yang dihadapi suatu perusahaan, maka semakin
besar kemungkinan manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat
menangguhkan earning/penghasilan yang dilaporkan dari periode sekarang ke
periode mendatang.

Tiga hipotesis ini membentuk komponen yang penting dari PAT, yaitu bahwa
semua akan mengarah pada prediksi yang dapat diuji secara empiric. Kita juga
akan memperkirakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus akan
menentang standar akuntansi yang diajukan yang akan menurunkan income bersih
yang dilaporkan, karena dengan diberlakukannya standar tersebut maka sulit
untuk memaksimalkan earning/penghasilan bersih yang dilaporkan saat ini
dengan pilihan kebijakan akuntansi. Sama dengan hal itu, hipotesis perjanjian
hutang memprediksi bahwa manajer perusahaan dengan rasio hutang terhadap
ekuitas yang tinggi akan memilih kebijakan akuntansi yang kurang konservatif
dibandingkan manajer perusahaan dengan rasio yang rendah, dan akan lebih besar
kemungkinannya menentang standar baru yang membatasi kemampuan mereka
untuk melakukan hal tersebut. Hipotesis biaya politik juga memprediksi bahwa
manajer dari perusahaan yang sangat besar akan memilih kebijakan akuntansi
yang lebih konservatif dibandingkan manajer dari perusahaan yang lebih kecil,
dan kecil kemungkinannya untuk menentang standar baru yang akan menurunkan
income bersih yang dilaporkan.
Hipotesis ini dapat juga diinterpretasikan dari perspektif pengadaan kontrak
yang efisien. Sebaliknya, volatilitas earning/penghasilan yang dihasilkan akan
mengurangi utilitas yang diharapkan dari bonus mendatang untuk manajer yang
menolak resiko atau tidak menyukai resiko dan meningkatkan probabilitas
pelanggaran perjanjian hutang di masa mendatang. Kedua pengaruh atau feel ini
akan menimbulkan biaya pengadaan kontrak tambahan pada perusahaan.
C. EMPIRICAL PAT RESEARCH
Teori akuntansi positif telah menghasilkan sejumlah besar penelitian empiric.
1. Lev (1979) tidak membuat rekomendasi apapun tentang bagaimana
perusahaan dan investor harus bereaksi terhadap eksposure draft dari
SFAS 19. Malahan, makalah tersebut menekankan pada bagaimana
investor bereaksi pada prospek perusahaan minyak dan gas yang
menggunakan metode full-cost untuk berpindah pada metode succesfull-
effort. Studi Lev membantu kita memahami mengapa perusahaan yang
berbeda memilih kebijakan akuntansi yang berbeda, mengapa sejumlah
manajer keberatan terhadap perubahan dalam kebijakan tersebut dan
mengapa investor bereaksi pada dampak potensial dari perubahan
kebijakan akuntansi atas income bersih. Lev menyertakan baik hipotesis
rencana bonus maupun hipotesis perjanjian hutang sebagai alasan yang
mungkin diambil untuk reaksi pasar yang tidak menguntungkan atas
prospek perusahaan full-cost didorong untuk berubah ke perusahaan
dengan metode succesfull-effort. Pada kondisi pengadaan kontrak
perusahaan menjadi kurang efisien, dan pada kondisi dimana manajer akan
berperilaku secara oportunistik untuk melindungi bonusnya dan
menghindari pelanggaran perjanjian hutang, maka pasar sekuritas
diperkirakan akan bereaksi secara negatif. Kebanyakan penelitian PAT
telah dicurahkan untuk menguji implikasi dari ketiga hipotesis yang telah
digambarkan diatas.

2. Sweeney (1994) melaporkan pengujian atas hipotesis perjanjian hutang.


Sweeney memperoleh informasi tentang keberadaan dan sifat pelanggaran
perjanjian hutang dari laporan tahunan perusahaan, termasuk MD&A. Dia
menemukan bahwa perjanjian yang paling sering dilanggar berhubungan
dengan pemeliharaan modal kerja dan ekuitas pemegang saham. Rasio
hutang terhadap ekuitas dan rasio cakupan bunga tidak terlalu sering
dilanggar. Banyak perusahaan sampel yang mengungkapkan sifat biaya
yang mereka keluarkan karena adanya pelanggaran perjanjian. Hal ini
menyangkut meningkatnya sekuritas, pembatasan atas peminjaman
lanjutan, dan tingkat bunga yang lebih tinggi. Sweeney menemukan bahwa
dalam periode delapan tahun dimulai dari lima tahun sebelum tahun
kegagalan, perusahaan yang gagal, rata-rata, membuat perubahan
kebijakan akuntansi yang meningkatkan income yang signifikan secara
lebih sukarela dibandingkan perusahaan sampel kontrol, dan bahwa
dampak kumulatif rata-rata terhadap income bersih yang dilaporkan dari
perubahan ini secara signifikan lebih besar untuk perusahaan yang
mengalami kegagalan.

Sebagai tambahan terhadap perubahan secara sukarela dalam kebijakan


akuntansi seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perusahaan mungkin mampu
untuk memanipulasi income bersih yang dilaporkan dengan penentuan timing dari
adopsi standar akuntansi baru. Contoh, SFAS 52 yang berhubungan dengan
translasi mata uang asing diterbitkan pada bulan Desember 1981. Perusahaan
yang income bersihnya meningkat dibawah SFAS 52 relatif terhadap income
dibawah SFAS 8 akan mengadopsi lebih awal jika mereka mendekati atau
melanggar perjanjian hutang, sesuai dengan hipotesis perjanjian hutang. Sweeney
menemukan bahwa sampelnya berupa perusahaan yang mengalami kegagalan
cenderung mengadopsi standar yang meningkatkan income bersifat wajib lebih
awal, dan menunda adopsi standar yang mengurangi income. Perusahaan dalam
sampel kontrol tidak menunjukkan perilaku ini. Hasil kebijakan akuntansi secara
sukarela atau wajib dari Sweeney konsisten dengan pilihan akuntansi oportunistik
oleh manajer, dengan mengorbankan kreditor, seperti yang diprediksi oleh
hipotesis perjanjian hutang.
Untuk menyelidiki mengapa sejumlah perusahaan yang gagal mengadopsi
kebijakan akuntansi untuk meningkatkan income bersih yang dilaporkan dan
mengapa perusahaan yang lain tidak melakukannya, Sweeney mengidentifikasi
dari perusahaan yang gagal itu perusahaan yang mempunyai “fleksibilitas
akuntansi” maupun biaya kegagalan yang rendah. Dia menemukan bahwa
perusahaan yang mengalami kegagalan dalam sampelnya yang mempunyai
fleksibilitas kecil dan biaya kegagalan yang rendah akan membuat lebih sedikit
perubahan akuntansi yang dapat meningkatkan income dibandingkan perusahaan
yang tidak mempunyai karakteristik tersebut, sehingga manajer terlihat
melakukan imbal balik biaya perubahan kebijakan akuntansi dengan manfaatnya.
Dengan merujuk pada hipotesis biaya politik, kebanyakan investigasi empiric
didasarkan pada ukuran/besar perusahaan. Bagaimanapun juga, ukuran biaya
politik ini semakin diperumit oleh korelasi ukuran/besar dengan karakteristik
perusahaan yang lain, seperti profitabilitas dan resiko. Hipotesis rencana bonus
dan hipotesis perjanjian hutang juga berlaku dalam arah yang berlawanan dengan
ukuran/size dalam prediksi kebijakan akuntansi mereka, sehingga perlu untuk
mengontrol efek-efeknya.Pertimbangan ini menyatakan bahwa investigasi
empiris dari hipotesis biaya politik harus melihat situasi dimana biaya politik itu
menonjol. Salah satu situasinya terjadi ketika perusahaan dibawah tekanan dari
impor luar negeri.

3. Jones (1991) mempelajari tindakan perusahaan untuk menurunkan income


bersih yang dilaporkan selama investigasi keringanan/pembebasan impor.
Pemberian keringanan/pembebasan pada perusahaan yang dipengaruhi
oleh persaingan luar negeri yang tidak adil, sebagian merupakan keputusan
politik. Peraturan perdagangan memperkenankan pemberian bantuan
seperti perlindungan tarif kepada perusahaan dalam industri yang
dipengaruhi persaingan luar negeri yang tidak adil. Di Amerika Serikat,
Komisi Perdagangan Internasional (ITC) bertanggung jawab untuk
menyelidiki apakah ada ketidakadilan. Penyelidikan ini akan
mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi seperti penjualan dan profit
dari perusahaan yang terpengaruh. Bagaimanapun juga, juga ada
pertimbangan dimensi politik untuk memberikan keringanan itu karena
konsumen akan berakhir dengan membayar harga yang lebih tinggi, dan
mungkin ada balas dendam dari negara-negara asing. Jadi, ini tidak berarti
bahwa memburuknya profitabilitas memadai untuk memberikan
keringanan/pembebasan. Akibatnya, perusahaan yang terpengaruh
mempunyai insentif untuk memilih kebijakan akuntansi yang
menurunkan/merendahkan income bersih yang dilaporkan, untuk
menyokong kasus tersebut. Tentu saja, insentif ini akan diketahui ITC,
politisi, dan publik. Bagaimanapun juga, seperti yang ditunjukkan oleh
Jones, unsur-unsur ini mungkin tidak mempunyai motivasi untuk
menyesuaikan diri terhadap manipulasi menurun yang oportunistik atas
earning/penghasilan.
Cara yang efektif untuk mengurangi earning dilaporkan dalam cara yang sulit
dideteksi adalah memanipulasi kebijakan akuntansi yang berhubungan dengan
akrual. Mudah untuk menentukan total akrual perusahaan selama satu tahun.
Salah satu pendekatannya adalah mengamati perbedaan antara arus kas operasi
dengan income bersih. Akrual yang diinterpretasikan secara luas disini, adalah
pengaruh bersih dari semua peristiwa operasi yang dicatat selama satu tahun
selain dari arus kas. Jadi perubahan dalam piutang dan hutang adalah akrual
seperti halnya perubahan dalam persediaan. Beban amortisasi adalah akrual yang
negatif, yang merupakan porsi dari property, pabrik dan perlengkapan yang
ditangguhkan pada tahun itu. Jones menggunakan pendekatan yang ekuivalen,
dengan melakukan perubahan dalam modal kerja non kas untuk satu tahun dari
neraca komparatif, ditambah beban amortisasi, sebagai ukurannya untuk total
akrual.
Bagaimanapun juga, pemisahan total akrual kedalam komponen diskresioner
dan non diskresioner menimbulkan masalah yang besar. Hal ini karena akrual
yang bersifat non diskresioner berkorelasi dengan tingkat aktivitas bisnis. Jones
menemukan temuan dari perilaku yang dapat diprediksi. Untuk hampir semua
perusahaan dalam sampel, akrual diskresioner seperti yang diukur diatas secara
signifikan negatif dalam tahun penyelidikan ITC. Akrual negatif yang signifikan
tidak ditemukan dalam tahun sebelum dan sesudah investigasi atau penyelidikan.
Hasil ini, meskipun mungkin tidak sekuat yang diperkirakan tetapi menyatakan
bahwa perusahaan yang dipengaruhi secara sistematis memilih kebijakan akrual
untuk memperbaiki masalah mereka dalam hal perlindungan impor, yang
konsisten dengan hipotesis biaya politik.
Meskipun ketiga hipotesis ini menjelaskan reaksi manajer, tetapi bukti yang
ada kurang kuat bahwa mereka dapat menjelaskan reaksi investor terhadap
perubahan kebijakan akuntansi. Dalam kenyataannya, studi Lev yang direview
dalam bagian 7.6 merupakan salah satu dari beberapa studi yang menemukan
reaksi pasar sekuritas yang jelas terhadap perubahan kebijakan. Bagaimanapun
juga, meskipun Lev tidak mengklarifikasi apakah hasilnya berhubungan dengan
variabel teori positif atau dengan ketidakefisienan pasar sekuritas.
4. Secara lebih umum, Bernard (1989) menyatakan bahwa temuan bahwa
pasar merespon konsekuensi ekonomi dari standar lain selain dari minyak
dan gas sulit untuk dicapai. Apakah pengaruh nilai pasar ada, tetapi
metodologi empirik tidak dapat mencakupnya, atau apakah ketiga
hipotesis itu bukan penduga yang baik atas reaksi pasar sekuritas terhadap
konsekuensi ekonomi masih menjadi pertanyaan yang terbuka lebar.
D. DISTINGUISHING THE OPPORTUNITIC AND EFFICIENT
CONTRACTING VERSION OF PAT
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ketiga hipotesis PAT telah dinyatakan
dalam bentuk oportunistik, dimana mereka berasumsi bahwa manajer memilih
kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas yang diharapkan dari mereka
relatif terhadap remunerasi, kontrak hutang serta biaya politik. Ketiga hipotesis
tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk “efisiensi”, atas asumsi bahwa
sistem pengendalian internal, termasuk monitoring oleh dewan komisaris,
membatasi oportunisme, dan memotivasi manajer untuk memilih kebijakan
akuntansi yang dapat meminimalkan biaya pengadaan kontrak.
Seringkali, dua bentuk format PAT ini membuat prediksi yang serupa
sehingga sulit untuk mengatakan apakah pilihan kebijakan akuntansi dari
perusahaan yang diamati didorong/digerakkan oleh oportunisme atau oleh
efisiensi. Penelitian PAT membahas ini. Merujuk pada studi Mian dan Smith yang
melaporkan temuan bahwa perusahaan membuat keputusan yang efisien dengan
merujuk pada penyiapan laporan keuangan konsolidasi. Chistie dan Zimmerman
(1994) juga menyelidiki kondisi pilihan akuntansi yang dapat meningkatkan
income dalam perusahaan sampel yang telah menjadi target pengambilalihan.
Dasar pemikiran mereka adalah bahwa jika pilihan kebijakan akuntansi yang
oportunistik terjadi, maka hal itu akan merajalela dalam perusahaan yang
selanjutnya diambil alih, ketika manajemen perusahaan yang ada berjuang untuk
mempertahankan pekerjaan dan reputasi mereka dengan memaksimalkan income
bersih yang dilaporkan dan posisi keuangannya. Christie dan Zimmerman
menemukan bahwa, bahkan dalam sampel itu, pengaruh dari pilihan akuntansi
yang dapat meningkatkan income dalam populasi perusahaan masih terbilang
kecil. Sweeney (1994) menemukan bahwa manajer berhati-hati terhadap masalah
biaya dan manfaat dari perubahan kebijakan akuntansi, dan cenderung mengubah
kebijakan akuntansi ketika menghadapi masalah perjanjian hutang hanya ketika
hal itu efektif dalam hal biaya. Jika hanya versi oportunistik dari hipotesis
perjanjian hutang yang dipegang, maka manajer akan kurang memperhatikan
biaya dalam usahanya untuk mengatasi masalah perjanjian hutang tersebut.
Penelitian Dechow (1994) juga berhubungan dengan dua versi PAT. Dia
berpendapat bahwa jika akrual sebagian besar adalah hasil dari manipulasi
oportunistik terhadap earning/pendapatan yang dilaporkan, maka pasar yang
efisien akan menolak mereka karena mereka memilih arus kas, dimana arus kas
akan sangat berhubungan dengan return saham ketimbang income bersih.
Alternatifnya, jika akrual merefleksikan pengadaan kontrak yang efisien, maka
income bersih harus lebih banyak berhubungan dengan return saham ketimbang
arus kas. Uji empirik yang dilakukan Dechow menemukan bahwa income bersih
lebih banyak berhubungan dengan return saham ketimbang arus kas.
Dechow juga berpendapat bahwa ketika akrual relatif besar.Uji empiriknya
menemukan bukti seperti itu, sehingga menambah dukungan lebih lanjut pada
pengadaan kontrak yang efisien. Studi oleh Subramanyam (1996) juga
mendukung pengadaan kontrak yang efisien dan menemukan bahwa pilihan
akrual diskresioner dari manajer digunakan untuk memperbaiki kemampuan
earning saat ini (current earning) untuk memprediksi kinerja perusahaan dimasa
depan, dan untuk meningkatkan manajemen earning. Berdasarkan hal itu, model
Jones juga digunakan oleh Subramanyam untuk mengestimasi porsi diskresioner
dari total akrual, dan berdasarkan efisiensi pasar sekuritas yang ada, sulit untuk
mengamati respon pasar yang positif jika akrual dipilih secara oportunistik. Hal
ini menyatakan bahwa versi pengadaan kontrak yang efisien dari PAT-lah yang
menonjol.
REFERENSI
http://khairoelanwar.blogspot.com/2014/03/positive-accounting-theory.html
https://www.scribd.com/doc/146439312/Garis-Besar-Teori-Akuntansi-Positif

Anda mungkin juga menyukai