Anda di halaman 1dari 10

Peran Teori Akuntansi Positif Dalam

Pengembangan Teori Akuntansi


Diajukan untuk memenuhi tugas kelima mata kuliah Teori Akuntansi
Keuangan
pada program studi Akuntansi Universitas Islam Bandung

Disusun Oleh:
Meutia Adjani (10090118096)
Aminullah Paruq Sahubawa (10090118144)
Muhammad Aldi (10090118157)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................................
PEMBAHASAN MATERI.............................................................................................................
2.1. Definisi dan Asumsi Positif Accounting Theory...................4
2.2. Asal-Usul Positif Accounting Theory....................................5
REFERENSI....................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Ketidakpuasan dengan teori normatif dikombinasikan


dengan meningkatnya akses terhadap data empiris dan pengakuan
meningkatnya argumen ekonomi dalam literatur akuntansi
menyebabkan pergeseran ke bentuk baru dari empirisme yang
beroperasi di bawah label luas teori positif. Tujuan teori akuntansi
positif adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik
akuntansi.Sebuah contoh dari teori akuntansi positif akan menjadi
teori yang mengarah ke apa yang dikenal sebagai hipotesis rencana
bonus. Teori tersebut bergantung pada manajer untuk
memaksimalkan kekayaan yang lebih, bahkan dengan
mengorbankan para pemegang saham. Jika manajer dibayar
sebagian dengan bonus berdasarkan laba akuntansi yang
dilaporkan maka manajer memiliki insentif untuk menggunakan
kebijakan akuntansi yang memaksimalkan pendapatan.
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

2.1. Definisi dan Asumsi Positif Accounting Theory


Teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan
dan memprediksi praktek akuntansi. Dengan teori
akuntansi positif, pembuat kebijakan bisa memprediksi
konsekuensi ekonomis dari berbagai kebijakan dan praktek
akuntansi. Teori akuntansi positif berusaha menguraikan
apa dan bagaimana praktek akuntansi dilakukan
berdasarkan pengalaman yang dapat diuji secara empiris.
Teori akuntansi positif juga menjelaskan sebuah proses,
yang menggunakan kemampuan, pemahaman, dan
pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan
akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi
tertentu di masa mendatang. Teori akuntansi positif dapat
memberikan pedoman bagi para pembuat kebijakan
akuntansi dalam menentukan konsekuensi dari kebijakan
tersebut.
Harahap (2011) menjelaskan bahwa metode teori
akuntansi positif diawali dari suatu teori atau model ilmiah
yang sedang berlaku atau diterima umum. Berdasarkan
teori ini maka dirumuskan masalah penelitian untuk
mengamati perilaku atau fenomena nyata yang tidak ada
dalam teori. Kemudian dikembangkan teori untuk
menjelaskan fenomena tadi dan dilakukan penelitian secara
terstruktur dan peraturan yang standar dengan melakukan
perumusan masalah, penyusunan hipotesa, pengumpulan
data dan pengujuan statistik ilmiah. Sehingga diketahui
apakah hipotesa yang dirumuskan diterima atau tidak. Para
pendukung menyebut metode inilah yang digolongkan
sebagai ilmiah karena menggunakan peraturan yang
terstruktur dan data empiris yang obyektif dan model
statistik matematik yang bersifat logik.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan
dari ketidakpuasan terhadap teori normatif (Watts dan
Zimmerman, 1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar
pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam
pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak
memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan
mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke
positif yaitu (Watts dan Zimmerman, 1986 ):
a. Ketidakmampuan pendekatan normatif
dalam menguji teori secara empiris, karena
didasarkan pada premis atau asumsi yang
salah sehingga tidak dapat diuji
keabsahannya secara empiris.
b. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus
pada kemakmuran investor secara individual
daripada kemakmuran masyarakat luas.
c. Pendekatan normatif tidak mendorong atau
memungkinkan terjadinya alokasi sumber
daya ekonomi secara optimal di pasar
modal. Hal ini mengingat bahwa dalam
sistem perekonomian yang mendasarkan
pada mekanisme pasar, informasi akuntansi
dapat menjadi alat pengendali bagi
masyarakat dalam mengalokasi sumber daya
ekonomi secara efisien. Selanjutnya Watts
dan Zimmerman (1986) mengembangkan
pendekatan positif yang lebih berorientasi
pada penelitian empiris dan menjustifikasi
berbagai teknik atau metode akuntansi yang
sekarang digunakan atau mencari model
baru untuk pengembangan teori akuntansi
dikemudian hari.

2.2. Asal-Usul Positif Accounting Theory


Prediksi yang dibuat oleh PAT diorganisasikan
secara luas padatiga hipotesis yang diformulasikan oleh
Watts dan Zimmerman (1986).Kita akan memberi ketiga
hipotesis ini bentuk oportunistik mereka,karena menurut
Watts dan Zimmerman (1990), ini adalah cara yang paling
sering digunakan ketika mereka diinterpretasikan:
a. Hipotesis Rencana Bonus
Dalam hipotesis ini, semua hal lain
dalam keadaan
tetap, para manajer perusahaan dengan rencana 
bonus cenderung untuk memilih prosedur
akuntansi dengan perubahan laba yang
dilaporkan dari periode masa depan ke periode
masa kini.
Hipotesis ini tampaknya cukup
beralasan. Para
manajer perusahaan, seperti orang-orang lain, m
enginginkan imbalanyang tinggi. Jika imbalan
mereka bergantung, paling tidak sebagian, pada
bonus yang dilaporkan pada pendapatan
bersih,maka kemungkinan mereka bisa
meningkatkan bonus
mereka pada periode tersebut dengan melaporka
n pendapatan bersih setinggi mungkin. Salah
satu cara untuk melakukan ini adalah dengan
memilih kebijakan akuntansi yang
meningkatkan laba yang dilaporkan pada
periode tersebut. Tentu saja, sesuai dengan
karakter dari proses akrual, hal ini akan
cenderung menyebabkan penurunan pada laba
dan bonus-bonus yang dilaporkan pada masa
yang akan datang, dengan taktor-faktor lain
tetap sama. Namun nilai masa kini (present
value) dari kegunaan manajer dari lini bonus
masa depan yang dimilikinyaakan meningkat
dengan memberikan perubahan menuju
masakini
b. Hipotesis Kontrak Hutang
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam
keadaan tetap,makin dekat suatu perusahaan
terhadap pelanggaran padaakuntansi yang
didasarkan pada kesepakatan utang,
makakecenderungannya adalah semakin besar
kemungkinan manajer perusahaan
memilih prosedur akuntansi dengan
perubahan labayang dilaporkan dari periode
masa depan ke periode masa kini
Alasannya adalah laba yang dilaporkan
yang makin meningkat akan menurunkan
kelalaian teknis. Sebagian besardari perjanjian
hutang berisi kesepakatan bahwa
pemberi pinjaman harus bertemu selama masa p
erjanjian. Sebagai contoh, perusahaan yang
mendapat pinjaman boleh sepakat memelihara
level tertentu dari hutang terhadap harta,
laporan bunga, modal kerja, dan harta pemilik
saham. Jika kesepakatan semacam itu
dikhianati, perjanjian hutang tersebut bisa
memberikan/mengeluarkan penalti, seperti
pembatasan dividen atau tambahan pinjaman.
Dengan jelas, prospek dari pelanggaran
kesepakatan membatasi kegiatan perusahaan
dalam operasional perusahaan itu sendiri. Untuk
mencegah, atau paling tidak menunda,
pelanggaran semacam itu, perusahaan bisa
memilih kebijakan akuntansi tertentu yang bisa
meningkatkan laba masa kini. Berdasarkan
hipotesis kesepakatan hutang, ketika perusahaan
mendekati kelalaian, atau memang sudah berada
dalam lalai/cacat, lebih cenderung untuk
melakukan hal ini
c. Hipotesis Biaya Politik
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam
keadaan tetap,makin besar biaya politik yang
mesti ditanggung
oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memi
lih prosedur akuntansi yang menyerah pada laba
yang dilaporkan dari masasekarang menuju
masa depan.
Hipotesis biaya politik memperkenalkan
suatudimensi politik pada pemilihan kebijakan a
kuntansi. Perusahaan- pemsahaan yang ukurann
ya sangat besar mungkin dikenakan standar
kinerja yang lebih tinggi, dengan penghargaan
terhadap tanggung jawab lingkungan, hanya
karena mereka
merasa bahwa mereka besar dan berkuasa. Jika 
perusahaan besar jugamemiliki kemampuan
meraih profit yang tinggi, maka
biaya politik bisa diperbesar. Perusahaan-
perusahaan juga mungkin akan menghadapi
biaya politik pada poin-poin waktu tertentu.
Persaingan luar negeri mungkin mengarah pada
menurunnya profitabilitas kecuali perusahaan ya
ng terkena dampaknya ini bisa
mempengaruhi proses politik untuk bisa
melindungi imporsecara keseluruhan. Salah satu
cara untuk melakukan ini adalahdengan
mengadopsi kebijakan akuntansi income-
decreasing (pendapatan menurun) dalam rangka
meyakinkan pemerintah bahwa profit sedang
turun.
REFERENSI

1. Cooper, David J. and Sherer, Michael J. 1984. The Value of


Corporate Accounting Reports: Arguments for A Polotical
Economy of Accounting. Accounting, Organization and Society
Vol. 9 No. 3/4. Pergamon Press Ltd
2. Deegan, Craig. Financial Accounting Theory.

Anda mungkin juga menyukai