Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian pasar modal selama tahun 1970an memberikan langkah yang
besar dalam menjelaskan pengaruh akuntansi dalam investasi di pasar modal,
khususnya pengaruh akuntansi terhadap harga saham dan volume penjualan
dan pembelian saham. Akan tetapi, hal ini tidak memberikan perhatian
khusus terhadap mekanisme dan hipotesis non-efek dan dukungan yang tidak
konsisten dalam memprediksi bahwa investor menggunakan informasi
akuntansi secara sistematik dalam pembuatan keputusan apakah akan menjual
atau membeli saham. Ini disebabkan peneliti menyadari kesulitan dalam
memprediksi reaksi pasar tehadap akuntansi rilis ketika mereka tidak punya
teori yang kuat untuk menjelaskan mengapa manajer membuat laporan
akuntansi di tempat pertama, atau mengapa mereka memilih untuk
mengaplikasikan prinsip akuntansi khusus.
Efficient Market Hypothesis dan asumsinya (informasi tersedia secara
penuh, tidak ada biaya transaksi, tidak ada pajak dan pasar persaingan
sempurna). Penelitian pasar modal tidak selalu mampu menjelaskan reaksi
pasar tidak cepat terhadap informasi akuntansi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori akuntansi positif ?
2. Apa saja kritik terhadap akuntansi normatif ?
3. Bagaimana teori agensi ?
4. Bagaimana Ex post dan Ex ante kontrakting efisien ?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Teori Akuntansi penulis juga ingin manambah wawasan
tentang Teori Akuntansi Positif khususnya, dan sebagai pengingat di kala

1
lupa bagi pembaca pada umumnya, serta untuk mengatasi masalah-masalah
yang terjadi disekitar kita terkait pembahasan ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filosofi Teori Akuntansi Positif


Konsensus atas kebijakan ekonomi yang benar kurang tergantung pada
kemajuan ilmu ekonomi normatif dari pada kemajuan ilmu ekonomi positif
yang menghasilkan kesimpulan yang diterima secara has. Tujuan pokok dari
suatu ilmu pengetahuan positif adalah perkembangan teori atau hipotesis yang
menghasilkan prediksi yang valid dan bermakna tentang fenomena yang
belum diamati. Konsep ilmu positif populer di abad ke sembilan belas.
Konsep ini dikaitkan dengan filsafat positivisme yang berpandangan bahwa
hanya metode ilmu pengetahuan alam yang memberikan pengetahuan positif
tentang apakah ini /what is. Namun filsafat ini kemudian mati.
Kematian positivisme logis sebagian disebabkan oleh kegagalan
programnya dalam menetapkan dogma positivisme tradisional seperti
proposisi apakah ini/what is ilmu yang mapan (seperti fisika, kimia, dan
biologi). Ilmu-ilmu pengetahuan ini menggunakan teori. Proposisi teoretis
bukan positif juga bukan normatif, juga bukan pernyataan aktual maupun
ideal. Melainkan pernyataan dari hal-ha1 yang mungkin.
Perhatian Akuntansi terbaru telah difokuskan pada pengembangan teori
positif yang berusaha untuk menjelaskan fenomena akuntansi yang diamati
dengan mencari alasan bahwa peristiwa terjadi. Ini berbeda dari teori
deskriptif, yang berfokus hanya pada peristiwa menggambarkan, dan dari
teori normatif, yang mengatur apa yang harus terjadi.
Positive Theory menjelaskan tentang hubungan sebab akibat (how the
world works) tanpa dilandasi pertimbangan nilai (Suwardjono, 2008 :27),
sedangkan, Normative Theory memberikan saran (prescription) tentang
prosedur akuntansi apa yang sebaiknya dilakukan. Contoh teori normatif
antara lain : Paton dan Littleton- An Introduction to Corporate Accounting
Standards (1940), Scott Accounting Theory (1941), Paul Grady-inventory
for Generally Accepted Accounting Principle (1965). Contoh teori positif
adalah Watts dan Zimmerman (1986) yang mengkritik teori normatif karena

3
teori normatif didasarkan pada pertimbangan nilai/ value judgement (Chariri,
2001 : 64-65).
Oleh karena itu jelas bahwa teori akuntansi positif mengakui asumsi
rasionalitas (Watts dan Zimmerman, 1986 :22). Teori Akuntansi positif
didasarkan pada proposisi bahwa manajer, pemegang saham, dan regulator
(politisi) adalah rasional dan mereka berusaha untuk memaksimalkan utility
mereka, yang secara langsung terkait dengan kompensasi dan kemakmuran
mereka. Pilihan akuntansi tergantung pada variabel-variabel yang
merepresentasi insentif manajemen untuk memilih metode akuntansi dengan
rencana bonus, kontrak hutang, dan proses politisi.
Milton friedman memperjuangkan teori positif di bidang ekonomi. Dia
menyatakan bahwa: Tujuan akhir ilmu positif adalah perkembangan teori
atau hipotesis yang menghasilkan valid dan bermakna (yaitu tidak truistic)
prediksi tentang fenomena yang belum diamati.
Sama hal nya dengan pandangan Friedman, watts dan Zimmerman yang
menyatakan bahwa :
Tujuan (positif) teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik akuntansi explaination berarti memberikan alasan untuk
praktek diamati. Misalnya, teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan
mengapa perusahaan terus menggunakan akuntansi biaya historis dan
mengapa perusahaan centain beralih di antara sejumlah teknik akuntansi.
Prediksi praktik akuntansi berarti bahwa teori memprediksi fenomena
teramati.
Fenomena teramati tidak selalu fenomena masa depan, mereka termasuk
fenomena yang telah terjadi, tetapi berdasarkan bukti sistematis belum
dikumpulkan. Sebagai contoh, penelitian teori positif berusaha untuk
mendapatkan bukti empiris tentang atribut perusahaan yang berkelanjutan
menggunakan teknik akuntansi yang sama dari tahun ke tahun dibandingkan
dengan atribut perusahaan yang terus beralih teknik akuntansi. Kami juga
mungkin tertarik dalam memprediksi reaksi dari perusahaan dengan standar
akuntansi yang diusulkan, bersama dengan penjelasan mengapa perusahaan

4
akan melobi dan terhadap standar tersebut, meskipun standar telah dirilis.
Pengujian teori ini memberikan bukti yang dapat digunakan untuk
memprediksi dampak dari peraturan akuntansi sebelum mereka dilaksanakan.
Teori positif berusaha memahami fenomena akuntansi dengan
mengamati peristiwa empiris dan menggunakan hasil pengamatan untuk
membuat pediksi mengenai seperangkat pengamatan yang lebih luas dan atau
untuk memprediksi kejadian di masa depan. Milton Friedman mendukung
teori positif dalam ekonomi. Dia menyatakan : tujuan akhir dari ilmu positif
adalah pengembangan teori atau hipotesis yang menhasilkan prediksi yang
valid dan bermakna mengenai fenomena yang tidak teramati.
Fenomena yang tidak teramati, tidak selalu peristiwa masa depan, tetapi
termasuk peritiwa yang telah terjadi, tetapi bukti sistematiknya belum
dikumpulkan. Teori akuntansi positif memiliki fokus ekonomi dan berusaha
menjawab pertanyaan seperti :
1. Apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang
diperoleh dalam pemilihan metode akuntansi alternatif ?
2. Apakah biaya yang diperoleh sebanding dengan manfaat yang diperoleh
dalam regulasi dan proses penentuan standar akuntansi ?
3. Apa dampak laporan keuangan yang dipublikasikan pada harga saham ?
4. Metode perhitungan akuntansi mana yang paling superior dalam
memprediksi harga masa depan, return earnings atau arus kas ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, teori akuntansi positif
menggunakan beberapa asumsi mengenai tingkah laku individual :
a) Manajer, investor, pemberi pinjaman, dan individual lainnya diasumsikan
rasional, mengevaluasi utilitas keuangan maximiser.
b) Manajer memiliki kebijaksanaan untuk memilih kebijakan akuntansi
yang secara langsung memaksimalkan utilitas mereka atau untuk
merubah pembiayaan, investasi, dan kebijakan produksi perusahaan
untuk secara tidak langsung memaksimalkan kepentingan pribadi.
c) Manajer akan mengambil tindakan yang akan memaksimalkan nilai
perusahaan.

5
Para ahli teori positif akuntansi berpendapat bahwa setiap model
akuntansi normatif yang diusulkan harus diuji dan diverifikasi untuk menilai
pengaruhnya sebelum dibuat menjadi standar akuntansi.
Teori positif dipandang lebih ilmiah dalam metodologi dan, secara
eksplisit maupun implisit, itu menggari sbawahi kebanyakan studi empiris di
bidang ekonomi.

B. Kritik Terhadap Akuntansi Normatif


Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidak puasan
terhadap teori normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan
bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan
normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat.
Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke
positif yaitu (Watt & Zimmerman, 1986 ) :
1. Ketidak mampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara
empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga
tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor
secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya
alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini
mengingat bahwa dalam system perekonomian yang mendasarkan pada
mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi
masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.
Teori akuntansi kadang-kadang dibingungkan dengan pengertian
normatif dan positif. Watts dan Zimmerman (1986) menjelaskan teori
normatif sebagai berikut : teori normatif berusaha menjelaskan informasi apa
yang seharusnya dikomunikasikan kepada para pemakai informasi akuntansi
dan bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan. Jadi, teori normatif
berusaha menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam
proses penyajian informasi keuangan kepada para pemakai dan bukan

6
menjelaskan tentang apakah informasi keuangan itu dan mengapa hal tersebut
terjadi. Menurut Nelson dalam Anis dan Imam (2003) teori normatif sering
dinamakan teori a priori (dari sebab ke akibat dan bersifat deduktif).
Teori normatif bukan dihasilkan dari penelitian empiris tetapi dihasilkan
dari kegiatan semi research. Sebaliknya tujuan pendekatan teori positif
berusaha menguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana informasi
keuangan disajikan serta dikomunikasikan kepada para pemakai informasi
akuntansi atau dengan kata lain pendekatan teori positif bukanlah untuk
memberikan anjuran mengenai bagaimana praktik akuntansi seharusnya,
tetapi untuk menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai bentuk seperti
keadaannya sekarang. Selain itu pendekatan teori positif sangat menekankan
pentingnya penelitian empiris untuk menguji apakah teori akuntansi yang
telah dikemukakan dalam banyak literatur teori akuntansi dapat menjelaskan
praktik akuntansi yang berlaku (Arif,1999).
Usaha pemahaman secara empiris dan mendalam adalah
adanya move dari komuniti peneliti akuntansi yang menitik beratkan pada,
pendekatan ekonomi dan perilaku (behavior). Perkembangan
financial economics dan khususnya munculnya hipotesis pasar yang
efisien (effisient market hypothesis) serta teori agensi (agency theory) telah
menciptakan teori suasana baru bagi penelitian empiris manajemen dan
akuntansi. Beberapa pemikir akuntansi dari Rochester dan Chicago
mengembangkan apa yang disebut dengan Positive Accounting theory yang
menjelaskan why accounting is what it is, why accountants do what they
do, dan apa pengaruh dari fenomena ini terhadap manusia dan penggunaan
sumber daya (Jensen,1976 dalam Anis dan Imam, 2003).
Pendekatan normatif maupun positif hingga saat ini masih mendominasi
dalam Penelitian akuntansi. Artikel-artikel yang terbit di Jurnal The
Accounting? Review maupun Journal of Accounting Research, Journal of
Business Research hampir semuanya menggunakan
pendekatan mainstream dengan ciri khas menggunakan model matematis dan
pengujian hipotesa. Walaupun pendekatan mainstream masih mendominasi

7
penelitian manajemen dan akuntansi hingga saat ini, sejak tahun 1980-an
telah muncul usaha-usaha baru untuk menggoyahkan
pendekatan mainstream. Pendekatan ini pada dasarnya tidak mempercayai
dasar filosofi yang digunakan oleh pengikut pendekatan mainstream. Sebagai
gantinya, mereka meminjam metodologi dari ilmu-ilmu sosial yang lain
seperti filsafat, sosiologi, antropologi untuk memahami akuntansi (Imam G,
2000).
Dari uraian di atas, harus jelas mengapa teori akuntansi positif, di tahun-
tahun pembentukannya, dikembangkan sebagai paradigma yang berusaha
untuk memperbaiki cacat teori normatif akuntans.
a. Bahwa teori harus mampu menghasilkan hipotesis mampu melalui
pengujian empiris.
b. Untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi daripada resep
pasokan. Pendekatan ini mengatasi kebutuhan untuk memasok suatu
tujuan, mengingat bahwa tujuan tidak ada adalah superior apriori dengan
yang lain.
c. Untuk merasionalisasi prinsip akuntansi yang ada, yang normatif teori
akuntansi gagal dilakukan. Akhirnya, itu adalah salah satu keharusan
teori akuntansi positif bahwa ada beberapa upaya untuk memodelkan
hubungan antara akuntansi, perusahaan dan pasar dan menganalisis
masalah dalam kerangka ekonomi.
C. Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam
teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak
(nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan
manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya
tersebut. Menurut Meisser, et al., (2006:7) hubungan keagenan ini
mengakibatkan dua permasalahan yaitu : (a) terjadinya informasi asimetris
(information asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki lebih
banyak informasi mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi
operasi entitas dari pemilik; dan (b) terjadinya konflik kepentingan (conflict

8
of interest) akibat ketidak samaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu
bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik.
Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini
menimbulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik oleh
principal maupun agent. Jensen dan Meckling (1976) membagi biaya
keagenan ini menjadi :
1. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal
untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan
mengontrol perilaku agent.
2. Bonding cost merupakan biaya yang ditangung oleh agent untuk
menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan
bertindak untuk kepentingan principal.
3. Residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya
kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agent
dan keputusan principal.
Menurut Schoeck (2002: 81) penerapan manajemen risiko dapat
menurunkan biaya keagenan dan meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen
risiko perusahaan juga dapat dijadikan mekanisme pengawasan dalam
menurunkan informasi asimetris dan berkontribusi untuk menghindari
perilaku oportunis dari manajer (Kajuter et al., 2005).
Dalam kaitannya dengan masalah keagenan ini, positif accounting theory
(Watts dan Zimmerman, 1986) mengajukan tiga hipotesis, yaitu bonus plan,
hypothesis, debt/equity hypothesis, dan political cost hypothesis, yang secara
implisit mengakui tiga bentuk keagenan, yaitu antara pemilik dengan
manajemen, antara kreditor dengan manajemen, dan antara pemerintah
dengan manajemen. Sehingga secara luas, principal bukan hanya pemilik
perusahaan, tetapi juga bisa berupa pemegang saham, kreditur, maupun
pemerintah.
Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota
dalam perusahaan, dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal
merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas

9
nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanah oleh
prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh prinsipal
kepadanya.
Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan
mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap
memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan
seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang
berupa keuntungan, return maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal
dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness
yaitu mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara
matematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen
dan pemberian insentif/imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal ke
agen.
Inti dari Agency Theory atau teori keagenanan dalah pendesainan
kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen
dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott, 1997).
Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah asumsi
yaitu :
a. Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki
sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki
keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko
(risk aversion)
b. Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota
organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya
Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen.
c. Asumsi tentang informasi
Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang
sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan.

10
Hubungan keagenan sebagai kontrak di mana satu orang atau lebih
melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa layanan atas nama
mereka yang melibatkan mendelegasikan beberapa wewenang pengambilan
keputusan kepada agen. Jika kedua belah pihak untuk hubungan yang
maximizers utilitas, ada alasan kuat untuk percaya bahwa agen tidak akan
selalu bertindak demi kepentingan terbaik dari pimpinan. Pimpinan dapat
membatasi divergensi dari minatnya dengan mendirikan insentif yang tepat
untuk agen dan dengan menimbulkan biaya monitoring yang dirancang untuk
membatasi kegiatan yang menyimpang dari agen. Biaya agensi sebagai
jumlah dari "kerugian residual." :
1) Pengeluaran pemantauan oleh prinsipal,
2) Pengeluaran ikatan oleh agen,
3) Kerugian residual.
Masalah mendorong sebuah "agen" untuk berperilaku seolah-olah sedang
memaksimalkan kesejahteraan yang cukup umum. Ini ada di semua
organisasi dan dalam semua upaya-pada koperasi setiap tingkat manajemen
dalam perusahaan, di universitas, di perusahaan bersama. Perkembangan teori
untuk menjelaskan bentuk biaya agensi yang mengambil di setiap situasi ini
(dimana hubungan kontraktual berbeda secara signifikan), dan bagaimana dan
mengapa mereka dilahirkan akan menyebabkan teori kaya organisasi yang
sekarang kurang di bidang ekonomi dan sosial ilmu umum.
D. Ex post dan Ex ante kontrakting efesien
Ex post dan En ante kontrak keagenan memberikan yang insentif bagi
agen untuk bertindak dengan cara yang bertentangan dengan kepentingan
prinsipal. Bagaimana pun, fakta bahwa ada perlindungan harga berarti dalam
kepentingan agen untuk kontrak untuk mengurangi biaya keagenan. Satu
pendekatan adalah untuk menyatakan bahwa agen oportunistik dan berusaha
untuk mentransfer kekayaan dari prinsipal karena agen menganggap bahwa
perlindungan harga tidak lengkap dan bahwa setiap ex post menetap, dan
perilaku disfungsional juga tidak lengkap. Ex post (setelah kontrak di
tempat), agen memiliki insentif untuk mentransfer kekayaan dari prinsipal

11
karena syarat dan renegosiasi kontrak yang ada dalam kontrak tidak mungkin
sepenuhnya melunasi atau menghilangkan manfaat yang mereka dapat
memperoleh (kontrak lembaga yaitu tidak lengkap).
Ex ante, pendekatan teori keagenan berpendapat bahwa agen mengakui
bahwa jika mereka mencoba untuk mentransfer kekayaan dari prinsipal,
mereka akan dihukum karena bahwa aktivitas di masa depan. Artinya, akan
ada pengendapan yang akhirnya menghilangkan manfaat dari perilaku
oportunistik. Baris ini mengakui argumen bahwa efek reputasi akan
mengurangi remunerasi yang dibayarkan kepada agen di masa depan jika
mereka melakukan perilaku disfungsional. Oleh karena itu, agen akan
menegosiasikan kontrak yang menyelaraskan kepentingan mereka dengan
para pelaku di tingkat pertama. Bahkan jika kontrak sudah terkendala,
perspektif ini disebut efisien karena biaya keagenan minim dalam jangka
panjang. Artinya, nilai perusahaan, nilai dari pelaku klaim, dan nilai dan agen
remunerasi semua lebih besar dan lebih merata dialokasikan dari bawah
perspektif oportunistik. Pendekatan ini juga disebut agen ex ante karena
bertindak seakan kontrak telah dinegosiasikan di depan untuk membatasi
perilaku mereka.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan (positif) teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi praktik akuntansi explaination berarti memberikan alasan untuk
praktek diamati. Misalnya, teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan
mengapa perusahaan terus menggunakan akuntansi biaya historis dan
mengapa perusahaan centain beralih di antara sejumlah teknik akuntansi.
Prediksi praktik akuntansi berarti bahwa teori memprediksi fenomena
teramati.
Teori akuntansi positif telah menjadi kekuatan utama
dalam penelitian akuntansi akademik. Keberangkatan dari pendekatan teori
akuntansi normatif sebelumnya terletak ada pengembangan dari model teori
pertukaran kontraktual antara orang-orang yang menggunakan angka
akuntansi untuk efek imbalan diantara mereka, dan dalam pengujian empiris
model ini. Pada awal positif penelitian teori akuntansi mengusulkan agar
angka akuntansi akan memainkan peran dalam kontrak yang digunakan untuk
meminimalkan biaya hubungan agensi. Setelah syarat-syarat kontrak yang
ditentukan, diusulkan bahwa manajer akan memilih kebijakan akuntansi
untuk mentransfer kekayaan kepada manajer atau pemegang saham, jauh dari
prinsipal dengan siapa kontrak ditulis. Penelitian selanjutnya digunakan
model yang lebih spesifik dan bergeser penekanannya pada efficient ex ante
selection dari kebijakan akuntansi yang dirancang untuk mengurangi kontrak
dan monitoring biaya.

B. Saran
Teori Akuntansi Positif merupakan hal penting yang sangat perlu
dipelajari dalam memahami Teori Akuntansi, oleh karena itu marilah kita
tingkatkan pengetahuan dan pemahaman kita agar mampu mengaplikasikan
dalam dunia praktek nantinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://adnantandzil.blogspot.co.id/2016/06/makalah-teori-keagenan.html

http://bppb-rakhmawan.blogspot.co.id/2013/01/teori-akuntansi-positif_4.html

http://kodomogasuki.blogspot.co.id/2015/08/positive-accounting-theory.html

http://tunggalikasaputra.blogspot.co.id/2016/02/makalah-teori-akuntansi-grand-

theory.html

14
MAKALAH
TEORI POSITIF
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

St.Mulisa Ramadhayanti Ardiah Dina Mardina


( 02320130053 ) ( 02320140001 ) ( 02320140009 )

Dwi Cipa Ningrum Iha Rissa Purnamasari.S Israwati Kamal


( 02320140024 ) ( 02320140032 ) ( 02320140050 )

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017

15
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan masalah........................................................................................ 1

C. Tujuan penulisan ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Filosofi Teori Akuntansi Positif .................................................................. 3

B. Kritik Terhadap Akuntansi Normatif .......................................................... 6

C. Teori Agensi ................................................................................................ 8

D. Ex post dan Ex ante Kontrakting Efisien .................................................. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 13

B. Saran .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

16

Anda mungkin juga menyukai