Anda di halaman 1dari 5

NAMA : REGINA

KELAS :
NO.STAMBUK : 02320140315
TUGAS : PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II
SEJARAH EKONOMI INDONESIA

A. Pemerintahan Orde Lama

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan


kemerdekaannya. Namun demikian, tidak berarti dalam praktiknya
indonesia sudah bebas dari belanda dan bisa memberikan perhatiaan
sepenuhnya pada pembangunan ekonomi. Selama pemerintahan orde
lama, keadaan perekonomian indonesia sangat buruk; walaupun sempat
mengalami pertumbuhan dengan laju rata-rata per tahun hampir 7%
selama dekade 1950-an, dan setelah itu turun drastis menjadi rata-rata
per tahun 1,9% atau bahkan nyaris mengalami stagflasi selama tahun
1965-1966. Selain laju pertumbuhan ekonomi yang menrurun terus sejak
tahun 1958, dari tahun ketahun defisit saldo neraca pembayaran (BoP)
dan Defisit Anggaran Pendapatan dan belanja negara (APBN) terus
membesar.

Selain itu selama periode lama, kegiatan produksi disektor pertanian


dan sektor industri manufaktur berada pada tingkat yang sangat rendah
karena keterbatasan kapasitas produksi dan infrastruktur pendukung, baik
fisik maupun non-fisik seperti pendanaan dari bank. Dapat disimpulkan
bahwa buruknya perkenomian indonesia selama pemerintahan orde lama
(terutama) disebabkan oleh hancurnya infrastruktur ekonomi, fisik maupun
non-fisik, selama pendudukan jepang. Dilihat dari aspek politiknya, selama
periode orde lama indonesia pernah mengalami sistem politik yang sangat
demokrasi, yaitu pada periode 1950-1959, sebelum diganti dengan
periode demokrasi terpimpin.

Selama periode 1950-an, struktur ekonomi indonesia masih merupakan


peninggalan zaman kolonialisasi. Pada umumnya, kegiatan-kegiatan
ekonomi yang masih dikuasai oleh pengusaha asing tersebut relatif lebih
padat kapital, dibandingkan kegiatan-kegiatan ekonomi yang didomniasi
oleh pengusaha pribumi dan perusahaan-perusahaan asing yang berlokasi
dikota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Boeke (1954)
menyebutkan istilah struktur ekonomi seperti yang digambarkan diatas
sebagai dual societies, yaitu salah satu karakteristik utama dari negara-
negara berkembang(NB) yang merupakan warisan kolonisasi. Keadaan
ekonomi indonesia terutama setelah dilakukan nasionalisasi terhadap
semua perusahaan asing belanda menjadi lebih buruk dibandingkan
keadaan ekonomi selama penjajahan belanda.

B. Pemerintahan Orde Baru

Tepatnya pada bulan maret 1996, Indonesia memasuki pemerintahan


orde baru. Berbeda dengan pemerintahan orde lama, dalam orde baru ini
perhatian pemerintah lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat lewat pembangunan ekonomi dan sosial di tanah air.
Pemerintahan orde baru menjalin kembali hubungan baik dengan pihak
barat, dan menjauhi pengaruh ideologi komunis. Indonesia juga kembali
menjadi anggota PBB dan lembaga-lembaga dunia lainnya seperti Bank
dunia dan IMF. Tujuan jangka panjang dari pembangunan ekonomi di
Indonesia pada masa orde baru, adalah menigkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui suatu proses industrialisasi dalam skala besar, yang
pada saat itu dianggap sebagai satu-satunya cara yang paling tepat dan
efektif untuk menaggulangi masalah-masalah ekonomi serperti kesempatan
kerja dan defisit neraca pembayaran.

Sejak masa orde lama hingga berakhirnya masa orde baru dapat
dikatakan, bahwa indonesia telah mengalami dua orientasi kebijakan
ekonomi yang berbeda, yaitu dari ekonomi yang tertutup yang berorientasi
sosialis pada zaman rezim soekarno ke ekonomi terbuka yang berorientasi
sosialis pada zaman rezim soeharto. Perubahan orientasi kebijakan ekonomi
ini membuat kinerja ekonomi nasioanl pada masa pemerintahan orde baru
menjadi jauh lebih baik dibandingkan pada masa pemerintahan ored lama.
Pengalaman ini menunjukkan, bahwa ada beberapa kondisi utama yang
harus dipenuhi terlehih dahulu agar suatu usaha membangun ekonomi dapat
berjalan dengan baik, yakn sebagai berikut :

1) Kemauan Politik yang Kuat

2) Stabilitas Politik dan Ekonomi

3) Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih baik

4) Sistem Politik Dan Ekonomi Terbuka yang berorientasi ke Barat

5) Kondisi Ekonomi Dan Politik Dunia yang lebih baik


C. Pemerintahan Transisi

Pada tanggal 14 dan tanggal 15 Mei 1997 nilai tukar baht Thailand
terhadap dolar AS, mengalami suatu gocangan hebat akibat para investor
asing yang mengambil keputusan jual. Merka mengambil sikap demikian,
karena tidak percaya lagi terhadap prospek perekonomian negara tersebut,
paling tidak untuk jangka pendek.

Paket program pemulihan ekonomi disyaratkan IMF pertama kali


diluncurkan pada bulan november 1997, bersama pinjaman angsuran
pertama senilai 3 miliyar dolar AS. Kepercyaan masyarakat didalam luar
negeri terhadap kinerja ekonomi indonesia pada waktu itu terus merosot,
membuat kesepakatan itu harus ditegaskan dalam nota kesepakatan (letter
of intent/Lol) yang ditandatangani antara pemerintah Indonesia dan IMF
pada bulan januari 1998.

Indonesia tidak ada jalan lain selain berkerja sama sepenuhnya dengan IMF,
terutama karena dua hal yaitu:

1) Berbeda dengan kondisi krisis di Thailand, Korea Selatan, Filipina, dan


Malaysia, krisis ekonomi di indonesia sebenarnya sudah menjelma
menjadi krisis kepercyaan.

2) Indonesia sangat membutuhkan dolar AS

Setelah gagal dalam pelaksanaan kesepakatan pertama itu, dilakukan


lagi perundingan-perundingan baru antara pemerintah Indonesia dengan
IMF pada bulan maret 1998 dan dicapai lagi suatu kesepakatan baru pada
bulan april 1998. Hasil-hasil perundingan dan kesepakatan itu dituangkan
secara lengkap dalam satu dokumen bernama Memorandum Tambahan
Tentang Kebijakan Ekonomi Keuangan. Secara keseluruhan, ada lima
memorandum tambahan dalam kesepakatan yang baru ini yaitu:

Program stabilisasi

Rekstrukturisasi perbankan

Reformasi struktural

Penyelesaian ULN sawsta (corporate debt)

Bantuan untuk rakyat kecil (kelompok ekonomi lemah)

Pada awalnya pemerintahan yang dipimpin oleh Habibie disebut


pemerintahan reformasi. Akan tetapi, setelah setahun berlalu masyarakat
mulai melihat bahwa sebenarnya pemerintahan baru ini tidak berbeda
dengan pemerintahan sebelumnya, mereka juga orang-orang rezim orde
baru dan tidak ada perubahan-perubahan yang nyata.

D. Pemerintahan Reformasi Hingga Kabinet Joko Widodo

Pada awalnya pemerintahan reformasi yang dipimpin oleh presiden


Wahid, masyarakat umum dan kalangan pengusaha dan investor termasuk
investor asing menaruh pengharapan besar terhadap kemampuan dan
keunggulan Gus dur untuk membangkitkan kembali perekonomian nasional
dan menuntaskan semua permaslahan yang ada didalam negeri warisan
rezim orde baru seperti KKN, supermasi hukum, Hak asasi manusia (HAM),
Penembakan tragedi Trisakti dan Semanggi I dan I, Peranan angkatan
bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di dalam poltik, maslah disentagrasi,
dan lainnya.

Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun sebelumnya, tahun 1999


kondisi perkonomian indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan.
Fenomena makin rumitnya persoalan ekonomi ditunjukkan oleh beberapa
indikator ekonomi. Misalnya Pergerakan indeks harga saham gabungan
(IHSG) antara 30 maret 2000 hinga 8 Maret 2001 menunjukkan tren
pertumbuhan ekonomi yang negatif. Indikator yang kedua yang
menggambarkan rendahnya kepercayaan pelaku bisnis (dan masyarakat
pada umumnya) erhadap pemerintahan Gus Dur adalah pergerakan nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS.

Sesuai teori dengan asumsi faktor-faktor lian tetap tida berubah,


melemahnya rupiah akan membuat ekspor indonesia meningkat sedangkan
impornya berkurang Namun, pengalaman indonesia selama krisis ekonomi
1997-1998 menunjukkan bahwa ekspor indonesia ternyata tidak terlalu
elastis terhadap pergerakan rupiah yang memberi indikasi adanya supplay
bottleneck yang serius dalam negeri dan masalah suplai ini hingga saat ini
belum hilang sama sekali. Artinya pengaruh dari lemahnya Rupiah kali ini
bisa sangat kecil terhadap peningkatan ekspor indonesia. Sementara itu
indonesia sudah sangat tergantung pada impor barang-barang kebutuhan
pokok, mulai dari barang- barang konsumsi.

Selain itu pada periode 2008-2009 erjadi krisis ekonomi global yang
berawal dari krisis keuangan di AS dan merembet ke sejumlah negara maju
lainny, seperti jepang dan negara-negara zona Euro (EU) yang pada
akhirnya mengakibatka suatu resesi ekonomi dunia. Krisis global ini yang
membuat permintaan dunia merosot juga berdampak pada perekonomian
Indonesia terutama lewat penurunan ekspor dari sejumlah komoditi
penting. Sedangkan kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah terdiri atas
4 kebijakan dalam satu paket yang disebut paket kebijakan penyelamatan
ekonomi (yang sebenarnya adalah kebijakan sementara antara pemerintah,
BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pertama, memperbaiki defisit transaksi
berjalan (TB) dan nilai tukar Rupiah yang isinya secara umum menawarkan
insentif fiskal bagi perusahaan-perusahaan berorientasi ekspor di industri-
industri pada karya serta relaksasi kuota ekspor mineral. Kedua, menjaga
pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Ketiga, menjaga stabilitas harga
dan inflasi dengan mengubah tat niaga daging sapi dan holtikultura dari
berbasis kuota mennjadi berbasis harga. Dan Keempat, mmpercepat
/menigkakan investasi dan aliran modal.

Anda mungkin juga menyukai