Anda di halaman 1dari 12

TEORI AKUTANSI POSITIF

LINDA KRISTANTI (2162201254)

RINA (2162201262)

YANTI (2162201261)

OTNI R.O NOMENI (2162201257)

EDUARDUS WILLY LIONG (2162201253)


DEFINISI TEORI AKUNTANSI POSITIF

Teori akuntansi positif yaitu yang berupaya menjelaskan sebuah proses, yang
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta
penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi
tertentu dimasa mendatang.Teori akuntansi positif merupakan studi lanjut dari
teori akuntansi normatif karena kegagalan normatif dalam menjelaskan
fenomena praktik yang terjadi secara nyata. Teori akuntansi positif berkembang
seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik akuntansi
yang ada dalam masyarakat sedangkan akuntansi normatif lebih menjelaskan
praktik akuntansi yang seharusnya berlaku.
TIGA ALASAN MENDASAR TERJADINYA PERGESERAN
PENDEKATAN NORMATIF KE POSITIF :

1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris.


2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor
secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi
sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal.
TEORI AKUNTANSI POSITIF

Riset akuntansi positif pertama kali diketahui dilakukan oleh William H. Beaver (1968)
dengan terbitnya artikel yang berjudul “The Information Content of Annual Earnings
Announcements” (Jensen, 1976: 4, 8). Selanjutnya teori akuntansi positif diakui
kemunculannya ketika Watts dan Zimmerman mempublikasikancartikelnya yang
berjudul “Towards a Positive Theory of The Determination of Accounting Standard”
pada tahun 1978. Artikel tersebut telah menjadikan teori akuntansi positif sebagai
paradigma riset akuntansi yang dominan yang berbasis empiris kualitatif dan dapat
digunakan untuk menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang
digunakan atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian
hari. Dalam hal ini teori akuntansi positif berusaha menjelaskan atau memprediksi
fenomena nyata dan mengujinya secara empirik (Godfrey, el al, 1997 dalam Ghozali dan
Anis, 2007).
Kehadiran teori akuntansi positif telah
Aliran positif merupakan perspektif yang dikenal memberikan sumbangan yang berarti bagi
luas oleh kalangan akademisi. Aliran ini pengembangan akuntansi. Adapun kontribusi
pertama kali dikenalkan di Universitas Chichago, teori akuntansi positif terhadap
kemudian meluas ke beberapa pengembangan akuntansi adalah menghasilkan
universitas lainnya di Amerika Serikat, seperti pola sistematik dalam pilihan akuntansi
Rochester, Barkley, Stanford, UCLA, NY dan memberikan penjelasan spesifik terhadap
(Rasyid, 1997: 13-21). Tujuan teori akuntansi pola tersebut, memberikan kerangka yang
positif adalah untuk menjelaskan (to jelas dalam memahami akuntansi,
explain) dan memprediksi (to predict) praktik
menunjukkan peran utama contracting cost
akuntansi. Penjelasan berarti memberikan
alasan-alasan terhadap praktik yang diamati. dalam teori
Misalnya, teori akuntansi positif berusaha akuntansi, menjelaskan mengapa akuntansi
menjelaskan mengapa perusahaan tetap digunakan dan memberikan kerangka dalam
menggunakan akuntansi cost historis dan memprediksi pilihan-pilihan akuntansi,
mengapa perusahaan tertentu mengubah teknik mendorong riset yang relevan dimana
akuntansi mereka. Sedangkan prediksi akuntansi
terhadap praktik akuntansi berarti teori berusaha menekankan pada prediksi dan penjelasan
memprediksi fenomena yang belum terhadap fenomena akuntansi.
diamati.
Dorongan terbesar dari teori akuntansi positif dalam akuntansi adalah untuk
menjelaskan (to explain) dan meramalkan (to predict) pilihan standar manajemen melalui
analisis atas biaya dan manfaat dari pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya
dengan berbagai individu dan pengalokasian sumber daya ekonomi. Teori akuntansi
positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat
pengatur adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan kegunaan
mereka yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan tentunya
kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa
kelompok tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedur
akuntansi alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan kegunaan mereka.
 
Teori Akuntansi Positif sangat erat kaitannya dengan praktik manajemen laba, karena teori ini
merupakan teori yang menjelaskan praktik manajemen laba dalam perusahaan. Teori akuntansi
positif dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986) dengan tujuan untuk menguraikan dan
menjelaskan bagaimana proses akuntansi dari awal hingga masa sekarang dan bagaimana
informasi akuntansi disajikan agar dapat dikomunikasikan kepada pihak lain didalam
perusahaan. Menurut Watt and Zimmerman (1986), dalam teori akuntansi positif terdapat 3
hipotesis yang dapat menjadi sumber acuan dalam menjelaskan dan memprediksi gejala atau
peristiwa manajemen laba dalam akuntansi, yaitu:
1. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis) Manajer perusahaan akan cenderung memilih
metode akuntansi yang dapat memaksimalkan utilitasnya salah satunya yaitu dengan bonus yang
tinggi. Cara ini dilakukan dengan menggunakan prosedur akuntansi yang dapat menampilkan laba
yang tinggi dalam laporan keuangan sehingga kompensasi yang diperoleh manajer dapat lebih
maksimal.
2. Hipotesis perjanjian hutang (Debt Covenant Hypothesis) Manajer perusahaan yang mendekati
pelanggaran atas kesepakatan hutang akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat
meningkatkan laba. Perusahaan yang mempunyai leverage (rasio hutang atas modal) yang tinggi
akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat memindahkan laba tahun depan ke
tahun sekarang sehingga tingkat leverage kecil dan dapat menurunkan default technic. Hal ini
dilakukan karena perjanjian hutang memiliki persyaratan bagi perusahaan sebagai pihak peminjam
untuk mempertahankan leverage selama masa perjanjian
3. Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypothesis) Semakin besar ukuran perusahaan semakin
besar biaya politik yang dimiliki oleh perusahaan, maka semakin besar kemungkinan manajer
perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan laba tahun sekarang ke laba
tahun depan. Dengan adanya biaya politik yang lebih besar maka akan membagi kemakmuran
perusahaan kepada lebih banyak pihak, maka laba tahun sekarang ditransfer ke laba tahun depan
agar laba tahun sekarang menjadi lebih sedikit. Hal ini dilakukan untuk menghindari biaya politik
yang akan dikenakan oleh pemerintah
PENGEMBANGAN DARI RUANG LINGKUP TEORI
AKUNTANSI POSITIF

Untuk melihat pengembangan ruang lingkup teori akuntansi positif, dapat dilihat dalam dua tahap
Tahap pertama
dan secara kronologis merupakan tahap awal yang melibatkan penelitian dalam akuntansi dan
perilaku pasar modal. Literatur dari tahap ini tidak menjelaskan praktek akuntansi, melainkan,
menginvestigasi hubungan antara pengumuman data akuntansidan reaksi pasar.
Tahap kedua
berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi seluruh perusahaan. Ada dua
fokus utama di sini. Yang pertama, ada upaya untuk menjelaskan apakah perusahaan membuat
piihan akuntansi tertentu untuk alasan oportunis. Kedua mengasumsikan bahwa perusahaan memilih
praktek akuntansi untuk alasan efisiensi, kebijakan akuntansiditempatkan dalam ex ante untuk
mengurangi biaya kontrak antara pemilik dan claimholder.Melibatkan penelitian akuntasi dan
perilaku pasar modalPenjelasan dan prediksi praktek akuntansi yang dilakukan berbagai perusahaan
SATU KRITIK KERAS TERHADAP PENDEKATAN POSITIF DIDASARKAN PADA EMPAT HAL POKOK :

1. Pernyataan dari Kelompok Rochester bahwa jenis penelitian “positif” yang mereka
lakukan menjadi suatu persyaratan bagi teori akuntansi normative yang berdasar pada
suatu kebingungan dari wilayah fenomenal di tingkat-tingkat yang berbeda (entitas
akuntansi berbanding akuntan).
2. Konsep “teori positif” berasal dari suatu filosofi ilmiah yang sudah usang dan adalah,
dalam hal apapun, merupakan suatu istilah yang kurang sesuai, karena teori ilmu empiris
tidak membuat pernyataan positif atas “apakah”
3. Walaupun suatu teori mungkin digunakan hanya untuk peramalan meski telah diketahui
salah, suatu teori penjelasan atas jenis yang dicari oleh Kelompok Rochester, atau teori
yang biasa dipakai untuk menguji proposal normative, seharusnya diketahui tidak akan
salah.
4. Bertolak belakang dengan metode empiris yang mencoba untuk melakukan usah yang
gigih untuk menyalahkan teori yang menjadi subjek, Kelompok Rochester
memperkenalkan argument ad hoc sebagai alasan bagi kegagalan teori mereka.
HUBUNGAN TEORI AKUNTANSI POSITIF DENGAN TEORI AKUNTANSI NORMATIF

 hubungan antara Teori Akuntansi Positif dan Teori Akuntasi Normatif, yaitu:
1. Perbedaan pendekatan dan dasar antara teori akuntansi tersebut menyebabkan adanya dua
taksonomi akuntansi. Pendekatan Teori Akuntansi Positif menghasilkan taksonomi akuntansi
sebagai sains. Sedangkan pendekatan Teori Akuntansi Normatif menghasilkan taksonomi
akuntansi sebagai art. Keduanya sama-sama diakui sebagai sarana pendekatan teori akuntansi.
2. Teori Akuntansi Normatif yang berbentuk Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU)
merupakan acuan teori dalam memberikan jalan terbaik untuk meramalkan berbagai fenomena
akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia
nyata yang merupakan fungsi pendekatan Teori Akuntasi Positif. Tidak menutup
kemungkinan, fakta yang ada di dunia nyata (praktik akuntansi) akan memengaruhi Teori
Akuntansi Normatif. Hubungan ini sesuai dengan paham Dialektika Hegel. Antitasi dan tesis
akan menghasilkan sistesis yang selanjutnya sistesis akan menghasilkan antitesis, dan
seterusnya.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai