Anda di halaman 1dari 5

Deskripsi Positive Accounting Theory (PAT)

Atas dasar tujuannya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teori akuntansi normatif
yang memberikan formula terhadap praktik akuntansi dan teori akuntansi positif yang
berusaha menjelaskan dan memprediksi fenomena yang berkaitan dengan akuntansi. Teori
nomatif yang berada pada normative period, yaitu periode 1956-1970 berusaha menjelaskan
apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam proses penyajian informasi keuangan
kepada para pemakai dan bukan menjelaskan tentang apakah informasi keuangan itu dan
mengapa hal itu terjadi. Menurut Nelson (1973) teori normatif sering disebut sebagai teori
apriori (dari sebab akibat dan bersifat deduktatif)
Pendekatan normatif yang berjaya selama satu dekade ternyata tidak dapat
menghasilkan teori akuntansi yang siap dipakai di dalam praktik sehari-hari. Design sistem
akuntansi yang dihasilkan dari penelitian normatif dalam kenyataannya tidak dipakai dalam
praktik. Sebagai akibatnya muncul anjuran untuk memahami secara deskriptif berfungsinya
sistem akuntansi di dalam praktik nyata. Harapannya dengan pemahaman dari praktik
langsung akan muncul design disistem akuntansi yang lebih berarti. Teori normatif
berkonsentrasi pada penciptaan laba sesungguhnya (true income) selama satu periode
akuntansi atau terkait tipe informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan
(decision-usefulness). Teori true income berkonsentrasi pada penciptaan pengukur tunggal
yang unik dan benar untuk aktiva dan laba. Sedangkan pendekatan decision usefulness
menganggap bahwa tujuan dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan
keputusan dengan cara menyediakan data akuntansi yang relevan atau bermanfaat.
Tuntutan atas adanya pendekatan positive terhadap akuntansi terjadi ketika Jensen
(1976) menyatakan bahwa penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau atau dua
pengecualian yang dapap dicatat) tidak bersifat ilmiah karena fokus penelitian telah sangat
normatif dan terdefinisi. Selanjutnya Jensen mengharapkan adanya perkembangan suatu teori
akuntansi positif yang akan menjelaskan mengapa akuntansi seperti apa adanya ia, mengapa
akuntan melakukan apa yang mereka lakukan, dan apa pengaruh yang dimiliki fenomena
terhadap penggunaan orang dan sumber daya.
Watt dan Zimmerman (1986) mengungkapkan bahwa terdapat tiga alasan mendasar
terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif, yaitu:
1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena
didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya
secara empiris.
2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual
dari pada kemakmuran masyarakat luas.
3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi
sumberdaya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam
sistem perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi
dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi
secara efisien.
Lebih lanjut Watt dan Zimmerman menyatakan bahwa dasar pemikiran untuk
menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu sederhana dan tidak
memberikan dasar teoris yang kuat. Untuk menutupi kelemahan dari teori normatif, Watts
dan Zimmerman mengembangkan pendekatan positive yang berlaku dalam spesifik scientific
period (1970 – sekarang).

Hipotesis PAT (Positive Accounting Theory)


Teori positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat
pengatur/polisi adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan kegunaan
mereka yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan oleh karena itu
kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa kelompok
tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedur akuntansi
alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan kegunaan mereka.
Ide utama dari pendekatan positif adalah untuk mengembangkan hipotesis atau faktor-
faktor yang mempengaruhi dunia praktek akuntansi dan untuk menguji validitas dari
hipotesis ini secara empiris:
1. Untuk meningkatkan keandalan dari peramalan berdasarkan atas pengamatan perataan
serangkaian angka akuntansi sejalan dengan suatu kecenderungan yang dianggap
terbaik atau normal oleh manajemen.
2. Untuk menurunkan tingkat ketidakpastian yang dihasilkan dari fluktuasi angka
pendapatan secara umum dan penurunan risiko sistematis khususnya dengan
menurunkan kovarians pengembalian perusahaan dengan pengembalian pasar.
Tidak seperti hipotesis perataan laba, teori positif dalam akuntansi berasumsi bahwa
harga saham bergantung pada arus kas dan bukannya laba yang dilaporkan. Lebih jauh lagi
pada pasar yang efisien dua perusahaan dengan distribusi arus kas yang sama akan dinilai
sama tanpa memperhatikan perbedaan penggunaan prosedur akuntansi. Masalah utama dalam
teori positif adalah untuk menentukan bagaiman prosedur akuntansi mempengaruhi arus kas,
dan kemudian fungsi kegunaan manajemen untuk memperoleh suatu wawasan atas faktor
yang mempengaruhi pilihan manajer terhadap prosedur akuntansi. Resolusi dari masalah ini
di pandu oleh asumsi-asumsi teoritis berikut ini:
1. Teori agensi berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela yang timbul di
antara berbagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang efisien terhadap konflik
kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi suatu pandangan atas perusahaan
sebagai suatu “penghubung (nexus) kontrak” melalui pernyataan Jensen dan Macklin
yang menyatakan bahwa perusahaan adalah cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai
penghubung atas serangkaian hubungan kontrak antara individu. Farma memperluas
pandangan “penghubung kontrak” ini dengan mencakup baik pasar modal maupun
pasar untuk tenaga kerja manajerial.
2. Dengan adanya perspektif “penghubung kontrak” terhadap perusahaan ini, teori biaya
kontrak melihat peran informasi akuntansi sebagai pengamat dan penegak atas kontrak-
kontrak ini untuk menurunkan biaya agensi dari konflik kepentingan tertentu. Satu
konflik yang mungkin muncul adalah konflik kepentingan antara pemegang obligasi
dan pemegang saham dari perusahaan terhadap utang yang ada. Dalam kejadian seperti
ini keputusan yang menguntungkan pemegang saham tidaklah harus selalu keputusan
yang terbaik bagi kepentingan pemegang obligasi. Hal ini mungkin meminta perjanjian
pemberian pinjaman untuk mendefinisikan aturan perhitungan guna menghitung angka-
angka akuntansi dengan tujuan perjanjian yang terbatas.
Sejauh mana pilihan akuntansi mempengaruhi kesejahteraan kontrak bergantung pada
besaran relatif dari biaya kontrak. Biaya kontrak ini mencakup:
1. Biaya transaksi (contoh biaya komisi perantara)
2. Biaya agensi (contoh biaya pemantauan, biaya obligasi, dan kerugian sisa akibat
keputusan yang disfungsional)
3. Biaya informasi (contoh biaya untuk memperoleh informasi)
4. Biaya negosiasi ulang (misalnya biaya penulisan kembali kontrak yang ada ketika
kontrak dianggap telah tidak sesuai dengan beberapa peristiwa yang tidak dapat
diperkirakan)
5. Biaya kepailitan (contoh biaya hukum untuk memailitkan dan biaya keputusan yang
disfungsional).
Tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan memprediksikan
praktek akuntans. Penjelasan berarti memberikan alas an-alasan terhadap praktek yang
diamamti. Misalnya, teori akntansi positif berusaha menjelaskan mengapa perusahaan tetap
menggunakan akuntansi cost histories dan mengapa perusahaan tertentu mengubah taktik
akuntansi mereka. Predisi terhadap praktik akuntansi berarti teori berusaha memprediksi
fenomena yang belum diamati.
Pendekatan positif atau empiric berkaitan dengan usaha menguji atau menghubungkan
kembali hipotesis atau teori dengan pengalaman atau fakta-fakta dunia nyata. Penelitian
akuntansi positif difokuskan pada pengujian empiric terhadap asumsi-asumsi yang dibuat
oleh teori akuntansi normative. Misalnya dengan menggunakan kuesioner dan teknik survey
lainnya, peneliti akan menguji sikap manajer terhadap manfaat metode atau teknik akuntansi
tertentu. Pendekatan khusus dapat dilakukan dengan cara mensurvey pendapatan-pendapatan
analisis keuangan, manajer bank atau akuntan terhadap tugas atau kasus tertentu yang dibuat
peneliti (misalnya prediksi kebangkrutan, keputusan membeli atau menjual saham, dll).
Atas dasar pernyataan dan asumsi tersebut teori akuntansi positif berusaha menguji tiga
hipotesis sebagai berikut :
a. Hipotesis Rencana Bonus (Bonus Plan Hypothesis)
Manajer perusahaan dengan bonus tertentu cenderung lebih menyukai metode yang
meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari dewan
direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih (Watts dan Zimmerman,
1990).
b. Hipotesis hutang atau ekuitas (Debt/Equity Hypothesis)
Makin tinggi rasio hutang atau ekuitas perusahaan mkin besar kemungkinan bagi
manajer untuk memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba. Makin tinggi rasio
hutang atau ekuitas makin dekat perusahaan dengan batas perjanjian atau peraturan
kredit (Kalay, 1982). Makin tinggi batasan krdit makin besar kemungkinan
penyimpangan perjanjian kredit dan pengeluaran biaya. Manajer akan memiliki metode
akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga dapat mengendurkan batasan kredit dan
mengurangi biaya kesalahan teknis (Watts dan Zimmerman, 1990).
c. Hipotesis Cost Politik (Political Cost Hypothesis)
Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi
laba periodik disbanding perusahaan kecil. Ukuran perusahaan merupakan ukuran
variable proksi (proxsy) dan aspek politik. Yang mendasari hipotesi ini adalah asumsi
bahwa sangat mahalnya nilai informasi bagi individu untuk menentukan apakah laba
akuntansi betul-betul menunjukkan monopoli laba. Di samping itu, sangatlah mahal bagi
individu untuk melaksanakan kontrak dengan pihak lain dalam proses politik dalam
rangka menegakkan aturan hokum dan regulasi, yang dapat meningkatkan kesejahteraan
mereka. Dengan demikian individu yang rasional cenderuang memiliki untuk tidak
mengetahui informasi yang lengkap. Proses politik tidak beda jauh dengan proses pasar.
Atas dasar cost informasi dan cost monitoring tersebut, manajer memiliki insentif untuk
memiliki laba akuntansi tertentu dalam proses politik tersebut (Watts dan Zimmerman,
1990).
3 (tiga) hipotesis di atas menunjukkan bahwa PAT mengakui adanya tiga hubungan
keagenan :
1) Manjemen dengan pemilik
2) Manajemen dengan kreditor
3) Manajemen dengan pemerintah
Kehadiran pendekatan positif telah memeberikan sumbangan yang berari bagi
pengembangan akuntansi. Menurut Watts dan Zimmerman (1990) PAT telah memberikan
konstribusi pengembangan akuntansi misalnya :
 Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan membrikan penjelasan
spesifik terhadap pola tersebut.
 Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi.
 Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
 Menjelaskan mengapa akuntansi dijelaskan dan memberikan kerangka dalam
memprediksi pilihan-pilihan akuntansi.
 Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dengan menekankan pada prediksi dan
penjelasan terhadap fenomena akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai