Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

Positive Accounting Theory- Opportunistic and Efficient Contracting Version

of PAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Teori Akuntansi yang di ampu oleh :

Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., Ak., M.Si., CA.


Dr. Sri Rahayu, SE, Ak, M.SA, CA

Disusun oleh :

KELOMPOK 11

Hazmi Arimiko Satria (P2C316020)

Ibnu Reza Syahbudi (P2C316021)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU AKUNTANSI

PASCA SARJANA UNIVERSITAS JAMBI

JAMBI

STATEMENT OF AUTHORSHIP
Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah terlampir dengan

keterangan:

Judul : Positive Accounting Theory- Opportunistic and Efficient Contracting

Version of PAT

Mata Kuliah : Teori Akuntansi (TKU 105)

Dosen : Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., Ak., M.Si., CA. Dr. Sri Rahayu, S.E., Ak.,

M.SA. adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang

kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini belum pernah digunakan sebagai bahan makalah pada mata ajaran

lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan menggunakannya.

Kami memahami bahwa makalah yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau

dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Jambi, 20 Oktober 2016

Hazmi Arimiko Satria Ibnu Reza Syahbudi


(P2C316020) (P2C316021)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat dua perspektif dalam konteks pilihan akuntansi (accounting

choices) dan yang sejauh ini mendapat perhatian para peneliti akuntansi

(Holthausen, 1990). Perspektif yang dimaksud adalah perilaku oportunis (the

opportunistic behavior), kontrak efisien (the efficient contracting).

Kontrak efisien dan perilaku oportunis, keduanya berkembang

berdasarkan pada fungsi dari kontrak yang mengacu pada angka-angka akuntansi.

Artinya, kontrak-kontrak yang disepakati antar pihak yang terkait, dalam hal ini

adalah manajer (agent) dan pemegang saham (owners atau shareholders), sangat

ditentukan oleh keberadaan angka-angka akuntansi.

Dalam konteks perilaku oportunis, manajer diasumsikan berusaha untuk

memaksimalkan kemakmuran pribadinya, yang mana kemakmuran tersebut

sangat tergantung pada seberapa besar kinerja yang dicapai terkait dengan bonus

tunai (cash bonus), risiko ketenagakerjaan yang muncul dari adanya kemungkinan

dilakukan pengambilalihan atau kegagalan atau kebangkrutan (default or

bankruptcy) perusahaan, dan nilai saham perusahaan di pasar (firm share value).

Efek dari kemakmuran nilai saham merupakan cermin dari seberapa

besar porsi saham yang dimiliki oleh manajer atau opsi saham yang ada (share

option) serta merupakan cermin dari nilai modal manusia (human capital) yang

dilibatkan. Sebagai konsekuensi langsung dari potensi adanya perilaku oportunis

tersebut, manajer memiliki insentif (minat atau dorongan) untuk mengambil


pilihan-pilihan akuntansi tertentu yang dapat memaksimalkan efek dari aliran kas

langsung (direct cash flow effect) serta efek terhadap nilai perusahaan.

Dalam konteks kontrak efisien, kontrak-kontrak yang meminimisasi

biaya keagenan mungkin mendorong terjadinya manajemen laba (earnings

management). Bagaimanapun juga, kontrak-kontrak yang terjadi bisa efisien

sebagai akibat dari upaya-upaya untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Dalam

kenyataannya, adalah sangat sulit untuk membedakan antara aksi atau tindakan

yang berbasis kontrak efisien dan yang berbasis perilaku oportunis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.1 Teori akuntansi positif

Teori positif adalah sebuah teori yang berusaha untuk menjelaskan dan

memprediksi fenomena tertentu. Menurut Watt (1995), penggunaan istilah riset

positif dipopulerkan dalam ekonomi oleh Friedman (1953) dan digunakan untuk

membedakan riset yang berusaha menjelaskan dan memprediksi, dari riset yang

berusaha memberikan preskripsi.

Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan

terhadap teori normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan

bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan

normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat.

Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke

positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ):

1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara

empiris, karena didasarkan 'pada premis atau asumsi yang salah sehingga

tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.

2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor

secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas.

3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya

alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini

mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan pada


mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi

masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.

2.1.2 Hipotesi Teori Akuntansi Positif

Menurut Watts dan Zimmerman (1986) ada 3 hipotesis dalam teori

akuntansi positif :

1. Hipotesis bonus plan

Jika perusahaan merencanakan bonus berdasarkan net income, maka

perusahaan tersebut akan memilih prosedur akuntansi yang menggeser

pelaporan earnings masa datang ke periode sekarang. Dengan kata lain,

dengan adanya hipotesis bonus plan ini, manager (agent) cenderung 11

menaikan laba sehingga menaikkan bonus yang akan dia dapat. Hal ini

membuat laporan keuangan perusahaan semakin tidak konservatif.

2. Hipotesis Perjanjian Hutang ( Debt Convenat Hypothesis )

Perusahaan cenderung untuk menurunkan rasio utang/ekuitas dengan cara

meningkatkan laba sekarang dengan menggeser dari laba-laba periode

besok. Motivasi perusahaan melakukan ini adalah untuk menghindari

kedekatan terhadap kovenan utang dan untuk mendapatkan suku bunga

pinjaman yang lebih rendah, karena semakin rendah rasio utang/ekuitas

semakin rendah risiko kebangkrutan perusahaan.

3. Hipotesis Biaya Proses Politik (Politic Process Hypothesis)

Perusahaan cenderung untuk menurunkan laba sekarang dengan

menggeser ke laba-laba periode besok. Motivasi perusahaan melakukan ini

misalnya untuk menghindari tekanan politik seperti tuduhan monopoli


dengan menunjukkan laba perusahaan tidak berlebihan seperti yang

dicurigai, melobi ke kongres untuk melindungi industri dari barang impor

yang menyebabkan keuntungan industri merosot, menghindari tuntutan

serikat kerja dengan menunjukkan bahwa laba perusahaan menurun dan

lain sebagainya. Perusahaan dapat menurunkan laba dengan merubah

metode atau prosedur akuntansi. Hipotesis biaya politis memprediksi

bahwa manager ingin mengecilkan laba untuk mengurangi biaya politis

yang potensial (Watts dan Zimmerman, 1986). Semakin besar biaya politis

yang dihadapi perusahaan, maka semakin cenderung 12 manager memilih

prosedur akuntansi yang melaporkan laba yang lebih rendah (Scott,2009).

2.1.3 Penelitian Empiris pada Teori Akuntansi Positif

Terdapat banyak penelitian empiris yang dilakukan untuk menguji tiga

hipotesis dalam Teori Akuntansi Positif. Penelitian terhadap hipotesis rencana

bonus yang dilakukan oleh Healy (1985) menyatakan bahwa manajer dengan

rencana bonus berdasarkan laba bersih secara sistematis mengadopsi kebijakan

akrual yang sedemikian rupa sehingga memaksimalkan bonus yang diharapkan.

Penelitian terhadap hipotesis perjanjian utang yang dilakukan oleh Dichev

dan Skinner (2002) menyatakan bahwa manajer berusaha untuk mempertahankan

level pelanggaran perjanjian hutang (covenant slack) sebesar nol atau justru

bernilai positif dengan mengatur rasio utangnya (covenant ratio). Hasil ini

konsisten dengan hipotesis perjanjian utang.

Hipotesis biaya politik yang memiliki arah berkebalikan dari dua hipotesis

sebelumnya dilakukan oleh Jones (1991) dimana hasilnya perusahaan melaporkan


laba neto yang lebih rendah dari seharusnya selama investigasi pembebasan

impor.

Pada akhirnya, hipotesis pada teori akuntansi positif dapat dibagi ke

dalam dua bentuk:

1. Teori Akuntansi Positif versi Oportunistik

Pada Teori Akuntansi Positif bentuk oportunistik, diasumsikan bahwa

manajer akan memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan tingkat

utilitas yang diharapkan sehubungan dengan upah yang diberikan, kontrak-

kontrak hutang, dan biaya-biaya politik.

2. Teori Akuntansi Positif versi Kontrak Efisien

Pada Teori Akuntansi Positif bentuk kontrak efisien, diasumsikan bahwa

kontrak kompensasi, sistem pengendalian internal, serta tata kelola yang

baik dari perusahaan, dapat membatasi munculnya sifat oportunistik dan

sebaliknya dapat memotivasi manajer dalam memilih kebijakan akuntansi

untuk mengendalikan biaya-biaya kontrak, sehingga dapat menyeimbangkan

kepentingan perusahaan dengan para pemegang saham.

2.2.1 Opportunistic and Efficient Contract

Hipotesis Positive Accounting Theory, menggunakan sudut pandang

oportunistik. Pandangan ini mengasumsikan bahwa manajer memilih kebijakan

akuntansi untuk maksimisasi utilitas ekspektasian (expected utility) mereka relatif

terhadap renumerasi yang mereka terima (bonus plan hypothesis), kontrak hutang

(debt covenant hypothesis) dan kos politik. Hipotesis tersebut juga bisa

dinyatakan dalam bentuk efisien.


Dalam sudut pandang ini berasumsi bahwa kontrak kompensasi dan sistem

pengendalian internal, termasuk monitoring oleh dewan komisaris, membatasi

oportunistik manajer dan memotivasi manajer untuk memilih kebijakan akuntansi

yang meminimisasi capital cost perusahaan dan contracting cost.

Manajer oportunistik diperkirakan untuk mencapai peningkatan pendapatan

akuntansi metode untuk dua alasan: (i) untuk meningkatkan kompensasi melalui

skema kompensasi formal dan informal yang mendasarkan gaji eksekutif pada

laba yang dilaporkan dan (ii) untuk mengurangi kemungkinan CEO secara paksa

dihapus karena kinerja operasional yang buruk karena keputusan yang buruk.

Seringkali dua bentuk dari PAT memiliki prediksi yang serupa. Misalnya

dalam bonus plan hypothesis, manajer bisa jadi akan memilih amortisasi garis

lurus daripada, katakanlah saldo menurun. Dampak dari pilihan ini adalah

meningkatnya angka laba yang pada gilirannya akan meningkatkan angka

renumerasi bagi manajer. Dari sudut pandang ini, maka manajer dianggap

oportunistik (Scott, 2009).

Namun kebijakan yang sama bisa jadi dipilih dalam bonus plan hypothesis

tetapi pada sudut pandang alasan efisiensi. Misalkan amortisasi garis lurus

merupakan ukuran terbaik dari opportunity cost perusahaan dalam penggunaan

aset tetapnya. Sehingga amortisasi garis lurus menghasilkan laba yang dilaporkan

mengukur kinerja perusahaan dengan lebih baik.

Hasilnya kebijakan ini bisa jadi secara efisien lebih memotivasi manajer

(dengan tujuan pertama adalah bonus) relatif terhadap kebijakan amortisasi yang

lain. Contoh lain, juga bisa terjadi pada debt covenant hypothesis. Sweeney (1994)
menggarisbawahi bahwa apabila perusahaan dalam bahaya melanggar kontrak

perjanjian hutangnya, maka akan menurunkan persediaan perusahaan dengan

menggunakan LIFO.

Pilihan kebijakan ini berdampak pada kenaikan laba perusahaan, dan akan

dipandang sebagai hal yang oportunistik. Alternatif lain, bisa ditinjau dari sudut

pandang efisien. Pilihan kebijakan untuk menerapkan LIFO ketika perusahaan

menghadapi kemungkinan pelanggaran kontrak hutang timbul dari kondisi

perekonomian, misalnya penurunan aktivitas bisnis, maka reduksi sediaan bisa

menjadi strategi bisnis yang efisien untuk mengingkatkan arus kas, khususnya

apabila perusahaan berada dalam posisi tax loss.

Dari penjelasan pilihan manajemen akan kebijakan akuntansi, maka akan

sulit untuk mengatakan apakah observasi atas kebijakan akuntansi yang dipilih

perusahaan dikendalikan oleh oportunistik atau efisiensi. Dalam hal ini tanpa

mampu untuk membedakan kemungkinan ini, maka akan sulit untuk mengatakan

bahwa kita memahami proses dari pilihan kebijakan akuntansi. Riset-riset pada

PAT menghadapi masalah ini (Scott, 2009).

2.2.1.1 Opportunistic

Menerapkan perspektif oportunistik untuk implikasi utang kontrak bahwa

manajer akan bertindak dengan cara yang mencoba untuk mentransfer kekayaan

dari pemegang saham pemberi pinjaman. Jadi, misalnya, jika manajer merasa

bahwa perusahaan secara finansial mereka akan mengambil tindakan untuk

memastikan bahwa perusahaan tidak melanggar perjanjian utang dan pemberi


pinjaman tidak menyadari ujung masalah selama mungkin (Watt & Zimmernman,

1986).

Hal tersebut memungkinkan perusahaan untuk terus beroperasi dan

membayar dividen kepada shareholders sekaligus mengurangi jumlah

kemungkinan akan tersedia untuk melunasi hutang perusahaan akhirnya gagal.

Sebuah alternatif pendekatan oportunistik adalah pendekatan kontrak

efisien. Jika: kontrak yang efisien, mereka menyelaraskan kepentingan agen dan

prinsipal sehingga tindakan yang menguntungkan agen juga menguntungkan

kepala, dan meningkatkan nilai perusahaan.

 Agen berusaha mengurangi biaya keagenan

 Agen berusaha memperoleh kemakmuran dari prinsipal

2.2.1.2 Efficient Contracting

Agen memiliki insentif untuk mentransfer kekayaan dari prinsipal,

'kontraktor efisien', atau ex ante, pendekatan teori keagenan berpendapat bahwa

agen mengakui bahwa jika mereka mencoba untuk mentransfer kekayaan dari

prinsipal, mereka akan dihukum karena bahwa aktivitas di masa depan. Artinya,

akan ada pengendapan up yang akhirnya menghilangkan manfaat dari perilaku

oportunistik.

Baris ini mengakui argumen bahwa efek reputasi akan mengurangi

remunerasi yang dibayarkan kepada agen di masa depan jika mereka melakukan

perilaku disfungsional. Oleh karena itu, agen akan menegosiasikan kontrak yang

menyelaraskan kepentingan.
 Tindakan yang bermanfaat bagi agen juga memberi manfaat prinsipal

 Tindakan yang mementingkan agen sekarang akan memberi dampak

kepercayan dimasa yang akan datang

.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori positif adalah sebuah teori yang berusaha untuk menjelaskan dan

memprediksi fenomena tertentu. Istilah riset positif dipopulerkan dalam ekonomi

dan digunakan untuk membedakan riset yang berusaha menjelaskan dan

memprediksi, dari riset yang berusaha memberikan preskripsi. Terdapat 3

hipotesis dalam teori akuntansi positif yaitu, Hipotesis bonus plan, Hipotesis

Perjanjian Hutang ( Debt Convenat Hypothesis ) dan Hipotesis Biaya Proses

Politik (Politic Process Hypothesis)

hipotesis pada teori akuntansi positif dapat dibagi ke dalam dua bentuk:

1. Teori Akuntansi Positif versi Oportunistik

Pada Teori Akuntansi Positif bentuk oportunistik, diasumsikan bahwa

manajer akan memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan tingkat

utilitas yang diharapkan sehubungan dengan upah yang diberikan, kontrak-

kontrak hutang, dan biaya-biaya politik.

2. Teori Akuntansi Positif versi Kontrak Efisien

Pada Teori Akuntansi Positif bentuk kontrak efisien, diasumsikan bahwa

kontrak kompensasi, sistem pengendalian internal, serta tata kelola yang baik

dari perusahaan, dapat membatasi munculnya sifat oportunistik dan

sebaliknya dapat memotivasi manajer dalam memilih kebijakan akuntansi


untuk mengendalikan biaya-biaya kontrak, sehingga dapat menyeimbangkan

kepentingan perusahaan dengan para pemegang saham.


DAFTAR PUSTAKA

Healy, Paul. 1985. The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions, Journal
of Accounting and Economics. 7, hal. 85-107

Holthausen, R.W. [1990]. “Accounting Method Choice: Opportunistic Behavior,


Efficient Contracting, and Information Perspective”. Journal of
Accounting and Economics, 12, pp. 207-218.

Scott, W.R. 2009. Financial Accounting Theory 5th edition. Prentice Hall

Sweeney, A.P. 1996. Debt Covenant Violations and Managers Accounting


Responses. Journal Accounting and Economics, pp. 249-281

Watts, R.L dan J.L Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice Hall.
_________. 1990. Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective. The
Accounting Review

Anda mungkin juga menyukai