Anda di halaman 1dari 5

Nama : Putri Yolanda

NIM : 1902112532
Mata Kuliah : Akuntansi Sektor Publik
Materi : Laporan Keuangan Sektor Publik
Pertemuan Ke : 8

A. Pokok Pikiran
1. Pengertian Laporan Keuangan Sektor Publik
Laporan keuangan adalah catatan informasi perusahaan yang berisi data-data keuangan
suatu perusahaan pada periode tertentu.Informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan harus mengungkap fakta yang sebenarnya.

2. Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik


Fungsi laporan keuangan sektor public, sebagai berikut:
a. Kepatuhan & Pengelolaan (compliance and stewardship)
b. Akuntabilitas & Pelaporan Retrospektif (accountability and retrospective reporting)
c. Perencanaan & Informasi Otorisasi (planning and authorization information)
d. Kelangsungan Hidup Organisasi (viability)
e. Hubungan Masyarakat (public relation)
f. Sumber Fakta & Gambaran (source of facts and figures)

Tujuan laporan keuangan sektor public, yaitu sebagai berikut:

a. Laporan Keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat


memberikan informasiyang bermanfaat untuk pembuatan keputusan yang rasional
mengenai alokasisumber daya organisasi
b. Memberikan informasi untuk membantu dalam menilai pelayanan yangdiberikan
oleh organisasi nonbisnis serta kemampuannya untuk melanjutkanmemeberi
pelayanan tersebut. 
c. Memberikan informasi yang bermanfaat dalam menilai kinerja manajerorganisasi
nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspekkinerja lainnya. 
d. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, kekayaan bersih,
pengaruh dari transaksi, peristiwa dan kejadian ekonomi yang mengubahsumber daya
dan kepentingan sumber daya.
e. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama 1 periode.
f. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pengguna
dalammemahami informasi keuangan yang diberikan.

3. Para Pemakai / Pengguna informasi Laporan Sektor Publik


Menurut Drebin et al. (1981) mengidentifikasikan terdapat sepuluh kelompok pemakai
laporan keuangan antara lain: 
a. Pembayar pajak (taxpayers) 
b. Pemberi dana bantuan (granlurx). 
c. Investor. 
d. Pengguna jasa (fee-paying service recipients) 
e. Karyawan/ pegawai 
f. Pemasok (vendor) 
g. Dewan legislatif  
h. Manajemen 
i. Pemilih (voters) 
j. Badan pengawas (oversight bodies)

4. Perbedaan Laporan Keuangan Sektor Publik dan Swasta

Laporan Sektor Publik Laporan Sektor Swasta


1. Focus finansial & politik 1. Focus finansial
2. Kinerja secara finansial & non 2. Sebagian besar diukur secara finansial
finansial. 3. Pertanggungjawaban kepada
3. Penanggungjawaban kepada pemegang saham & kreditur.
parlemen masyarakat luas. 4. Berfokus pada organisasi secara
4. Berfokus pada bagian organisasi. keseluruhan
5. Melihat ke masa depan secara detail 5. Tidak dapat melihat masa depan
6. Aturan pelaporan ditentukan oleh secara detail
Departemen Keuangan 6. Aturan pelaporan ditentukan oleh UU,
7. Laporan diperiksa oleh Treasury standar akuntansi, pasar modal, &
8. Cash Accounting praktik akuntansi
7. Laporan keuangan diaudit oleh
auditor independen
8. Accrual Accounting

5. Bentuk-bentuk laporan keuangan


Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan yang dijabarkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2005 dan UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara mensyaratkan setiap instansi pemerintahan harus menyusun laporan keuangan
sebagai berikut: Laporan Keuangan Pemerintah terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Neraca, Laporan Arus Kas, dan disertai Catatan Atas Laporan Keuangan
(CALK). Pihak yang mempunyai tanggung jawab untuk menyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat adalah Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal.

6. Dampak Laporan Kuangan


Dampak jika laporan keuangan organisasi sektor publik buruk maka
akanmenyebabkan :
 Kepercayaan masyarakat kepada pengelola dana publik (pemerintah) akan menurun.
 Penanam modal atau investor tidak berani menanamkan modalnya lagi.
 Para donatur atau penyumbang dana akan mengurangi atau menghentikanbantuannya
 Mempengaruhi pengambilan keputusan.
 Laporan keuangan tidak dapat untuk mengukur kinerja.
 Laporan keuangan tidak dapat diaudit.

B. Contoh Kasus
Audit Laporan Keuangan Pemda, BPK: Kerugian Capai Rp 1,13 T
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) menemukan 2.525 permasalahan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan
kerugian senilai Rp 1,13 triliun dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Hal tersebut disampaikan Ketua BPK Moermahadi
Soerja Djanegara saat penyerahan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun
2017 kepada Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Jakarta, Rabu (4/10).
"Selain mengakibatkan kerugian, permasalahan ketidakpatuhan juga mengakibatkan
potensi kerugian sebanyak 413 permasalahan senilai Rp 419,60 miliar, 846 permasalahan
kekurangan penerimaan senilai Rp 537,72 miliar, serta 2.331 permasalahan penyimpangan
administrasi," ujar Moermahadi.
Atas seluruh permasalahan ketidakpatuhan tersebut, lanjutnya, pada saat pemeriksaan
pemerintah daerah (pemda) yang diperiksa telah menindaklanjuti dengan penyerahan aset
dan menyetor ke kas negara/daerah senilai Rp 388,19 miliar. Permasalahan ketidakpatuhan
atas pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) pada 2016 antara lain
kekurangan volume pekerjaan/barang senilai Rp 416,93 miliar yang terjadi pada 453 pemda.
Selain itu, ditemukan belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan senilai Rp 181,30 miliar,
kelebihan pembayaran selain kekurangan volume senilai Rp 127,25 miliar, serta biaya
perjalanan dinas ganda atau melebihi standar yang ditetapkan senilai Rp 52,91 miliar.
Permasalahan ketidakpatuhan yang perlu mendapat perhatian adalah ditemukannya
penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi senilai Rp 46,73 miliar yang terjadi
pada 61 pemda. Beberapa contoh temuan adalah ditemukannya juru bayar gaji yang
memanipulasi data perhitungan dan tidak membayarkan tambahan penghasilan pegawai
berdasarkan beban kerja, serta tidak membayarkan tunjangan kelangkaan profesi pegawai
tidak tetap senilai Rp 5,87 miliar.

Sumber: https://www.republika.co.id/berita/oxalze409/audit-laporan-keuangan-pemda-bpk-
kerugian-capai-rp-113-t

Penyelesaian kasus

Berdasarkan dari kasus pemanipulasian laporan keuangan pemerintahan daerah yang


dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan menimbulkan banyak kerugian bagi Negara karena
laporan yang dibuat tidak benar. Sebagaimana kita tahu yang membuat laporan keuangan pada
pemerintah daerah adalah seorang akuntan public, dengan adanya kasus ini menjelaskan bahwa
adanya kesalahan pada akuntan public , dimana akuntan tersebut belum sepenuhnya menjalankan
prinsip etika sebagai seorang akuntan dan juga kode etiknya. Seperti seorang akuntan dituntun
harus bersikap profesionalisme, bertanggungjawab atas pekerjaan yang dilakukan, objektif,
independen dan tidak memihak siapapun.

Permasalahan ketidakpatuhan yang perlu mendapat perhatian adalah ditemukannya


penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi senilai Rp 46,73 miliar yang terjadi pada 61
pemda. Beberapa contoh temuan adalah ditemukannya juru bayar gaji yang memanipulasi data
perhitungan dan tidak membayarkan tambahan penghasilan pegawai berdasarkan beban kerja,
serta tidak membayarkan tunjangan kelangkaan profesi pegawai tidak tetap senilai Rp 5,87
miliar. Dimana itu termasuk dalam fraud atau kecurangan yang bagi individu yang merugikan
Negara. Diharapkan sebagai akuntan dan para pemegangan kepentingan dalam pemerintahan
dapat mengelola anggaran dan dana yang telah diberikan Negara sebaiknya tanpa tergiur untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok sehingga tidak merugikan Negara dan publik.

Anda mungkin juga menyukai